KINERJA LABORATORIUM ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE (AC-WC) DENGAN AGREGAT DARI SUNGAI ALIRAN LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI
DOI:
https://doi.org/10.47200/civetech.v1i1.847Keywords:
kinerja laboratorium, Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC), agregat dari sungai aliran lahar dingin gunung MerapiAbstract
Meskipun agregat dari sungai aliran Gunung Merapi sering dan sudah lama digunakan untuk lapis Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC), pemeriksaan (pengujian) terhadap material perkerasan jalan termasuk agregatnya merupakan persyaratan suatu Perencanan Perkerasan Jalan. Pemeriksaan (pengujian) setiap saat dan lokasi terhadap agregat sebagai material perkerasan jalan sangat diperlukan mengingat dapat sebagai kontrol atau pembanding dari design (perencanaan) yang telah dilaksanakan dan sebagai gambaran atau perkiraan untuk perencanaan yang akan datang, sehingga dalam penelitian ini dilakukan pengujian laboratorium agregat dari beberapa sungai aliran lahar dingin Gunung Merapi yang digunakan sebagai bahan susun campuran AC-WC. Kinerjalaboratorium AC-WC meliputi : berat volume, stabilitas, kelelehan (flow), kuosien Marshall, VIM (void in mix), VMA (voids in the mineral aggregate), dan VFA (voids filled with asphalt). Proses pengaliran agregat di sungai bersifat terbuka di alam, dimungkinkan terjadi perubahan/perbedaan karakteristik dari agregat tersebut antara di hulu, pertengahan antara hulu dan hilir, dan hilir sungai, sehingga perlu diketahui seberapa besar perbedaannya. Titik pengambilan material : Sungai Boyong, Tlogoputri, Kaliurang, Sleman (Lokasi 1), Progo, Nanggulan Kulon Progo (Lokasi 2), Code, Gondolayu Yogyakarta (Lokasi 3), Kuning, Maguwo Sleman (Lokasi 4), Opak, Kretek Bantul (Lokasi 5), dan sungai Progo, Srandakan Bantul (Lokasi 6). Stabilitas AC-WC agregat dengan lokasi pengambilan di pertengahan antara hulu dan hilir sungai mempunyai nilai tertinggi, yang dipengaruhi oleh berat volume. Kuosien Marshall AC-WC agregat dengan lokasi pengambilan di pertengahan antara hulu dan hilir sungai mempunyai nilai tertinggi, kemudian di, hilir, dan terkecil di hulu sungai, tidak tergantung kepada nilai VIM dan VMA.
Downloads
References
Alamsyah, A., A., 2008, Pemanfaatan Batu Kapur Dari Malang Selatan Sebagai Agregat Kasar Pada Campuran Perkerasan Laston, Simposium XI FSTPT, 29-30 Oktober 2008, Universitas Diponegoro Semarang.
Arifin, M., Z., Lucky, P.,T., dan Wicaksono, R., 2008, Pengaruh Penggunaan Batu Kapur Asal Tuban dan Batu Pecah Asal Mojokerto sebagai Agregat Kasar terhadap Karakteristik Agregat dan Karakteristik Campuran Lapis Aspal Beton (Laston), Simposium XI FSTPT, 29-30 Oktober 2008, Universitas Diponegoro Semarang.
Laboratorium Perhubungan dan Bahan Konstruksi Jalan, 2001, Buku Petunjuk Praktikum Bahan Jalan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Laboratorium Teknik Transportasi, 2004, Modul Pengujian Bahan Perkerasan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan, 2007, Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Divisi 6 Perkerasan Beraspal, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan, Bandung
Saodang, H., 2005, Perancangan Perkerasan Jalan Raya, Cetakan 1, Penerbit Nova, Bandung.
Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Edisi 1, Granit, Jakarta.