AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
153
KOMPETENSI SOSIAL GURU IPA DI MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA
ANNUR ISLAMIC FULLDAY SCHOOL TAHUN AJARAN 2020-2021
Ranisa Sagita
1
, Nazar Ikhwan
2
, Rohanis Luthfiyyah Rahma
3
, Luthfi Hakim
4
1,2,3,4
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
Jl. William Iskandar Ps. V, Medan Estate, Kec. Percut Sei Tuan, Deli Serdang, 20371
1
2
3
4
ABSTRAK
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/ wali peserta didik dan
masyarakat sekitar. Seorang guru harus berusaha mengembangkan komunikasinya baik
dilingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Penelitian ini menggunakan
penelitian jenis Kualitatif naturalistik, yang bertujuan untuk membuat pecandraan secara
sistematis, akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi atau ditemui dilapangan. Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa Guru IPA belum sepenuhnya menerapakan indikator kompetensi
sosial. Adapun indikator yang belum terlaksana sepenuhnya yakni membangun komunikasi
secara efektif terhadap orangtua siswa, serta guru IPA belum berkomunikasi dengan komunitas
profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kata Kunci: Kompetensi Sosial Guru, Guru IPA, Kompetensi Sosial Guru IPA.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
Social competence is the ability of teachers to communicate and interact effectively and
efficiently with students, fellow teachers, parents/guardians of students and the surrounding
community. A teacher must try to develop communication both in the school environment and
in the community. This research uses naturalistic qualitative research, which aims to make
jokes in a systematic, accurate and accurate way about the facts or encountered in the field.
The result of this research is that science teachers have not fully implemented social
competence indicators. The indicators that have not been fully implemented are building
effective communication with parents of students, and science teachers have not communicated
with their own professional community and other professions orally and in writing or in other
forms.
Keywords: Teacher Social Competence, Science Teacher, Science Teacher Social
Competence.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian yang perlu untuk senantiasa ditingkatkan kualitasnya. Hal
ini tentunya dipengaruhi dari guru atau pendidik yang hadir dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan itu sendiri. Guru adalah sosok yang dinobatkan dengan semboyan “digugu
dan ditiru”. Hal ini mengisyaratkan bahwa guru adalah sosok yang semestinya menjadi pribadi
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
154
yang baik untuk dicontoh dari masing-masing peserta didiknya dalam lingkungan sekolah, serta
menjadi tauladan bagi masyarakat luas di lingkungan sosial.
Guru tentunya harus memiliki kompetensi, terlebih lagi mengembangkannya. Adapun
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan (Suhana, Nanang Hanafiah, & Cucu, 2012).
Lebih lanjut, dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/ wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Mulyasa (Mulyasa, 2007) melanjutkan bahwa kompetensi sosial sekurang-kurangnya
memiliki beberapa indikator berikut ini:
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/ wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Bersamaan dengan itu, dalam Lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 (Luk Staff
UGM, 2021) dapat terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007
No.
Standar Kompetensi
Indikator
1
Bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak
diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi.
1.1. Bersikap inklusif dan objektif terhadap
peserta didik, teman sejawat dan
lingkungan sekitar dalam melaksanakan
pembelajaran.
1.2. Tidak bersikap diskriminatif terhadap
peserta didik, teman sejawat, orang tua
peserta didik dan lingkungan sekolah
karena perbedaan agama, suku, jenis
kelamin, latar belakang keluarga, dan
status sosial-ekonomi.
2
Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.
2.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat
dan komunitas ilmiah lainnya secara
santun, empatik dan efektif.
2.2. Berkomunikasi dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat secara santun,
empatik, dan efektif tentang program
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
155
pembelajaran dan kemajuan peserta
didik.
2.3. Mengikutsertakan orang tua peserta
didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi
kesulitan belajar peserta didik.
3
Beradaptasi di tempat bertugas
di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
3.1. Beradaptasi dengan lingkungan tempat
bekerja dalam rangka meningkatkan
efektivitas sebagai pendidik.
3.2. Melaksanakan berbagai program dalam
lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah yang
bersangkutan.
4
Berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dan
profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain
4.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat,
profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah
lainnya melalui berbagai media dalam
rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.
4.2. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi
pembelajaran kepada komunitas profesi
sendiri secara lisan dan tulisan maupun
bentuk lain.
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/ wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Lebih lanjut, Wibowo mengemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
guru, orangtua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Seorang guru harus berusaha
mengembangkan komunikasinya baik dilingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat
(Wibowo & Hamrin, 2012).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006).
Menurut Yumarlin (Yumarlin, 2013) berpendapat bahwa mata pelajaran IPA menjadi
wahana untuk peserta didik agar mampu mempelajari diri sendiri dan alam sekitar dan bisa
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya, setiap ilmu pengetahuan tertentu memiliki tujuan masing-masing.
Terkhusus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), bertujuan untuk mengetahui
tentang alam sekitar serta menemukan fakta-fakta yang bersifat ilmiah yang pada akhirnya
berbentuk sikap menjaga, merawat, serta menghargai alam sekitar sebagai ciptaan Tuhan.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
156
Secara umum, fungsi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat terlihat pada
bagian berikut ini:
1. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
2. Mengenal dan meningkatkan rasa cinta dengan alam sekitar
3. Mengembangkan minat belajar ipa siswa
4. Mengembangkan konsep yang memiliki hubungan dengan kehidupan sehari-hari Sehingga
dapat disimpulkan bahwa fungsi mata pelajaran IPA adalah mengembangkan keterampilan
untuk memecahkan suatu masalah sehingga siswa mampu memahami dan meningkatkan
tentang hubungan dengan kehidupan sehari-hari dengan ilmu pengetahuan alam.
Hasil observasi yang peneliti lakukan di MIS Annur Islamic Fullday School menerangkan
bahwa guru IPA belum ditemukan berkomunikasi secara langsung dengna orangtua peserta
didik. Terlebih lagi, guru IPA belum terlihat bertemu dengan tujuan tertentu dengan orangtua
siswa secara kelompok.
Atas dasar dugaan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Kompetensi Sosial Guru IPA di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Annur Islamic
Fullday School Tahun Ajaran 2020-2021.
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sikap guru yang inklusif,
bertindak objektif, serta tidak diskriminatif, sikap guru dalam berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat,
sikap guru dalam beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya, dan sikap guru dalam berkomunikasi dengan komunitas
profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sikap guru yang inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif.
2. Untuk mengetahui sikap guru dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. Untuk mengetahui sikap guru dalam beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah
Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Untuk mengetahui sikap guru dalam berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan
profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah. Jadi, metode penelitian adalah cara sistematis untuk menyusun ilmu
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
157
pengetahuan. Sedangkan tehnik penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan
metode penelitian itu sendiri. Metode penelitian biasanya mengacu pada bentuk-bentuk
penelitian (Suryana, 2010).
Ali dan Yusof (Ali & Yusof, 2011) mengatakan bahwa Any investigation which does not
make use of statistical procedures is called “qualitative” nowdays, as if this were a quality
label in itself.” Diartikan dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut “Penyelidikan apa pun yang
tidak menggunakan prosedur statistik sekarang disebut "kualitatif", seolah-olah ini adalah label
kualitas itu sendiri.”
Metode penelitian dalam hal ini menggunakan jenis Penelitian Kualitatif, dimana ini juga
dikenal sebagai penelitian naturalistik, yang menggunakan lingkungan alamiah dan tidak
dimanipulasi atau diatur sedemikian rupa (Hasyim, 2016).
Creswell (Creswell, 2007) menyebutkan bahwa terdapat beberapa karakteristik dalam
penelitian jenis kualitatif yang baik, antara lain sebagai berikut:
1. Peneliti menggunakan prosedur mendapatkan data yang tepat.
2. Peneliti membatasi penelitian di dalam asumsi dan karakteristik dari pendekatan kualitatif.
3. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya.
4. Peneliti memulai penelitian dengan satu fokus.
5. Penelitian berisi metode yang rinci, pendekatan yang tepat dalam pengumpulan data,
analisis data, dan penulisan laporan.
6. Peneliti menganalisis data menggunakan pemisahan analisis dalam beberapa level.
7. Peneliti menulis secara persuasif, sehingga pembaca dapat merasakan pengalaman yang
sama.
8. Proses penelitian dengan pendekatan kualitatif
Adapun sifat dari penelitian kualitatif itu sendiri yakni menuturkan pemecahan masalah
yang ada di lokasi penelitian berdasarkan data-data temuan, menganalisis, dan
menginterpretasikannnya. Selanjutnya, yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif adalah
membuat pecandraan secara sistematis, akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi atau ditemui
dilapangan (Suryabrata, 2013).
Penelitian ini dilangsungkan di Madrasah Ibtidaiyah Annur Islamic Fullday School, yang
berlokasi di Jalan Arnan, Pelawi Utara, Babalan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara Kode
Pos 20881. Lembaga ini menjalankan program kegiatan belajar mengajar dari pukul 07.30 wib
hingga pada pukul 16.30 wib.
Peneliti terlebih dahulu datang ke lokasi penelitian, untuk melihat keadaan di sekolah
MIS Annur Islamic Fullday School, khususnya guru IPA selama aktivitas kegiatan belajarnya
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
158
di sekolah. Selanjutnya, peneliti melakukan observasi lapangan, untuk mengambil data yang
ditemui saat observasi.
Setelah ditemukan beberapa data terkait dengan topik penelitian melalui observasi
lapangan, maka selanjutnya peneliti menggunakan data yang ada dengan menerapkan
triangulasi. Untuk itu, peneliti mulai melakukan validasi terhadap data yang diperoleh, dengan
melakukan wawancara. Dalam hal ini, peneliti membagi informan menjadi dua bagian, yaitu
informan primer dan informan sekunder. Informan primer dalam hal ini adalah guru Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) di MIS Annur Islamic Fullday Shcool sendiri. Sedangkan informan
sekunder, yakni Kepala Madrasah dan Guru (teman sejawad) yang ada di MIS Annur Islamic
Fullday School.
Untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti melakukan studi dokumen, dimana hal ini
bertujuan untuk mencari kebenaran atau pendukung dari data yang didapatkan sebelumnya,
yakni wawancara. Peneliti mengunjungi ruangan tata usaha, dimana disana merupakan tempat
ditemukannya berbagai administratif atau dokumen terkait tentang fokus penelitian yang
dilangsungkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bersikap Inklusif, Bertindak Objektif, Serta Tidak Diskriminatif
Sikap inklusif maksudnya adalah menginginkan kebersamaan meskipun mengakui
adanya perbedaan. Peserta didik adalah manusia yang beragam, dengan kemampuan dan ciri
tersendiri masing-masing diantara mereka. Oleh sebab itu, inklusif merupakan sikap yang
semestinya dihadirkan bagi diri seorang guru, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap Guru IPA, memberikan penjelasan bahwa
sikap inklusif dan tidak diskriminatif sudah diterapkan di dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru IPA juga menuturkan bahwasanya kebersamaan adalah sesuatu yang penting agar dapat
menstabilkan kondisi kelas, dan tidak saling jatuh menjatuhkan.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru IPA membentuk kelompok dengan tanpa
mempertimbangkan siswa yang pintar atau siswa yang belum pintar. Itu semua dilakukan
dengan random, dengan harapan jauh lebih baik dan terhindar dari sikap diskriminatif.
Sejalan dengan itu, melalui wawancara dengan Kepala Sekolah, menyatakan bahwa
lembaga tidak mendukung sikap diskriminatif, yang justru akan berdampak buruk bagi
kelangsungan kegiatan belajar mengajar. Hal ini sebenarnya, menjadi sesuatu yang sangat
dihindarkan semampu mungkin, karena dampaknya cukup buruk, bahkan bagi peserta didik itu
sendiri.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
159
B. Berkomunikasi Secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Sesama Pendidik,
Tenaga Kependidikan, Orang Tua, dan Masyarakat
Membangun komunikasi yang baik adalah hal yang dapat membantu meningkatkan
kualitas diri bagi seorang pendidik. Komunikasi yang baik antar sesama pendidik, akan
memungkinkan untuk terbukanya pemahaman akan hal-hal baru yang dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam kelas.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, memperlihatkan bahwa Guru IPA dapat
berkomunikasi dengan baik, efektif, dan santun dengan guru yang ada di MIS Annur Islamic
Fullday School. Hal ini diperlihatkan dengan sikap guru IPA saat berada dalam ruang guru,
yang mampu membangun komunikasi dengan baik, dengan tutur kata yang sopan dengan guru
lainnya.
Wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah, memberikan penjelasan bahwa guru
IPA tidak tercatat dalam hal melanggar aturan sekolah yang berarti. Oleh karenanya, hubungan
antara tenaga pendidik dengan Guru IPA masih tetap terjalin dengan baik hingga saat ini. Lebih
lanjut, Kepala Sekolah juga mengungkapkan bahwa tutur kata dan sopan santun masih terlihat
pada Guru IPA, yang membuatnya menjalin hubungan baik antar guru, dan tenaga
kependidikan.
Disisi lain, Tenaga Kependidikan (Administrator) membenarkan hal ini. Dalam
wawancara yang dilakukan, memberikan penjelasan bahwa guru IPA terkesan sopan saat
berbicara dengan Tenaga Operator/ Administrator. Tatkala berhubungan untuk hal
administratif, Guru IPA cenderung berkata lebih sopan dan santun, meski dengan usia yang
tidak terpaut jauh berbeda.
Disisi lain, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu orangtua siswa. Dalam hal
ini memberikan penjelasan bahwasanya guru IPA terkesan jarang untuk membangun hubungan
atau berkomunikasi dengan orangtua siswa. Lebih lanjut, orangtua siswa mengatakan bahwa
tidak dibentuknya Grup Khusus di sosial media seperti WhatsApp Grup, yang dapat
membangun komunikasi antara guru dan orangtua siswa.
Keadaan ini dibenarkan oleh Guru IPA, yang mengatakan bahwasanya belum membentuk
Grup Khusus dalam sosial media untuk berhubungan dengan orangtua siswa. Meski demikian,
tatkala mendapati persoalan yang perlu dibahas, guru IPA dapat menghubungi orangtua siswa
secara langsung melalui panggilan telepon.
Dari hasil wawancara di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa guru IPA telah
menjalankan subindikator berkomunikasi secara efektif antar guru. Meski demikian, terdapat
sisi dimana Guru IPA belum membangun komunikasi secara efektif dengan orangtua siswa. Ini
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
160
diperlihatkan dengan belum dibuatnya tempat khusus dimana guru IPA dapat terhubung
langsung dengan orangtua siswa secara kelompok, meski pada dasarnya guru IPA dapat
berhubungan langsung melalui panggilan telepon dengna orangtua peserta didik, bilamana itu
dibutuhkan.
C. Beradaptasi di Tempat Bertugas
Adaptasi di tempat bertugas adalah sesuatu yang tidak dapat diabaikan dan terlihat cukup
penting. Hal ini tentunya untuk mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara
khusus, dan tujuan pendidikan secara umum.
Guru IPA mampu berbaur dengan sesama guru di MIS Annur Islamic Fullday School,
dan membangun komunikasi yang baik antar guru disana. Hasil wawancara yang dilakukan
dengan informan Guru IPA, memberikan penjelasan bahwasanya tidak memiliki masalah
apapun dengan komunikasi antara guru di sekolah MIS Annur Islamic Fullday School.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, memperlihatkan bahwa guru IPA juga berbaur
dengan guru yang lainya, saat jam istirahat di ruang guru. Hal ini membuat anggapan bahwa
komunikasi guru IPA terbangung di sekolah dan tidak memiliki masalah berarti.
Kepala Sekolah juga mengungkapkan bahwa Guru IPA tercatat tidak pernah melakukan
kesalahan atau kesalah pahaman yang serius dengan guru di sekolah ini. Semua berlangsung
dengan baik, dan terkadang dalam suatu kondisi juga terlihat berbaur dengan guru yang ada.
Melalui hasil wawancara di atas, dapatlah dipahami bahwa Guru IPA menjalankan
indikator kompetensi sosial dengan subindikator beradaptasi di tempat bertugas. Hal ini
diperlihatkan dengan sikap membangun komunikasi yang baik dengan sesama guru di MIS
Annur Islamic Fullday School, serta dapat berbaur dalam jam istirahat dengan guru yang
lainnya.
D. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
Pendidik dirasa perlu untuk bergabung dengan komunitas profesi, dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran yang diemban pada lembaga pendidikan tertentu. Dalam
hal ini, Guru IPA diharapkan dapat berbaur dengan komunitas yang ada, untuk mencari dan
mempelajari beragam hal postifi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualtias
pembelajaran.
Observasi yang dilakukan, membuat kesimulan bahwa guru IPA terlihat lebih banyak
menghabiskan waktu di sekolah, tanpa bergabung dengan komunitas di waktu tertentu. Hal ini
dilanjutkan dalam wawancara dengan Guru IPA yang mengatakan bahwa hingga kini belum
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
161
tergabung dengan komunitas manapun tentang guru IPA. Jadi, setiap harinya hanya
menghabiskan waktu untuk memberikan materi pelajaran kepada peserta didik di kelas.
Keadaan ini, juga diperjelas dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala
Sekolah, yang mengatakan bahwa memang guru IPA tidak bergabung dengan komunitas yang
ada. Meski dipandang sebagai sesuatu yang baik, hingga kini belum ditemukannya jaringan
atau wadah yang baik untuk itu. Informasi yang didapatkan tentang keberadaan komunitas itu,
juga hingga kini belum didapatkan. Jadi, pada akhirnya guru IPA hanya mengajar di sekolah
ini saja.
Komunitas juga tidak dapat dianggap sebagai sesuatu yang bernilai buruk. Sebab, melalui
komunitaslah guru dapat bertemu dengan guru dari sekolah lainnya, dan memungkinkan untuk
saling bertukar informasi, atau strategi mengajar yang mengarah lebih baik. Hal ini juga sejalan
dengan hasil wawancara terhadap Guru Bidang Studi Matematika, yang mengatakan bahwa
Guru IPA terlihat jarang berbaur di komunitas-komunitas tertentu, khususnya komunitas Guru
IPA. Hingga kini, belum terdengar dalam lisan maupun tulisan tentang keikutsertaan guru IPA
dalam komunitas tertentu yang mendukung profesinya.
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan penelitian, membuat anggapan
bahwasanya guru IPA cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengajar di kelas,
dan terlihat belum bergabung dengan komunitas guru IPA dalam daerah kerjanya. Salah satu
subindikator kompetensi sosial guru mata pelajaran, adalah komunikasi dengan komunitas, dan
itu belum terlihat dicapai oleh guru IPA di MIS Annur Islamic Fullday School.
SIMPULAN
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Segala komponen
pendidikan termasuk Guru, Peserta Didik, Orangtua siswa perlu membangun komunikasi aktif
dan efisien diantara mereka, agar dapat menjalankan program pembelajaran dengan baik dan
mencapai tujuan yang diinginkan.
Beberapa indikator kompetensi sosial telah dijalankan oleh Guru IPA di MIS Annur
Islamic Fullday School. Namun, terdapat beberapa indikator yang belum sepenuhnya
dillaksanakan oleh Guru IPA yang dimaksud. Adapun indikator yang dimaksudkan itu adalah
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan orang tua dan masyarakat. Guru IPA
dapat berkomunikasi dengan baik terhadap orangtua siswa. Namun itu hanya berlangsug tatkala
ditemukan persoalan yang perlu diselesaikan, dan melalui panggilan telepon. Era modern,
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
162
membuat komunikasi semestinya dapat terbantu dengan mudah dalam mencapai istilah efektif,
yakni melalui WhatsApp Grup, dan guru IPA belum menerapkan hal ini. Secara umum,
indikator berkomunikasi secara efektif dengan orangtua siswa.
Indikator lain yang belum sepenuhnya terpenuhi yakni berkomunikasi dengan komunitas
profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Guru IPA berlum
tergabung dengan komunitas tertentu terkait dengan bidang studi yang diembannya. Keadaan
ini membuat guru IPA terlihat tidak memiliki waktu keluar dalam rangka pertemuan dengan
komunitas tertentu. Komunitas adalah tempat yang tergolong positif, untuk dapat meningkatkan
kualitas diri dengan mencari informasi dan mempelajari sesuatu yang baru dari teman
komunitas.
SARAN
Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini yakni bagi peneliti selanjutnya, bahwa
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan landasan untuk
kelangsungan penelitian selanjutnya, serta dalam upaya memperdalam keilmuan tentang
kompetensi sosial guru IPA.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, & Yusof, H. (2011). Quality and qualitative studies: The case of validity, reliability, and
generalizability. 5 (1/2)(Social and Environmental Accounting), 25-26.
BSNP. (2006). Standar Isi Mata Pelajaran IPA SMP/ MTs. Jakarta: BSNP.
Creswell, J. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five Approaches
(2 ed.). California: Sage Publications.
Hasyim, A. (2016). Metode Penelitian Dan Pengembangan di Sekolah. Yogyakarta: Media
Akademi.
Kurnia, H., Hasim, J., & Samili, A. O. (2021). Peranan Kompetensi Guru Terhadap
Pengembangan Life Skill Siswa SMP Negeri 31 Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal
Civic Education: Media Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan, 5(2), 139-147.
Lestarai, I. (2018). Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Demonstrasi.
Academy of Education Journal, 9(2), 95-100. https://doi.org/10.47200/aoej.v9i2.261
Luk Staff UGM. (2021). Perturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Retrieved
Desember 4, 2021, from Bahan Kuliah, Artikel, Tautan oleh Ir. Djoko Luknanto, M.Sc.,
Ph.D.: https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendiknas16-2007KompetensiGuru.pdf
Marsiyah, M. (2016). PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA
PELAJARAN IPA TENTANG GERHANA BULAN DAN MATAHARI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI SD NEGERI 1 KALIWANGI
KECAMATAN PURWOJATI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
163
2015/ 2016. Academy of Education Journal, 7(1), 53-66.
https://doi.org/10.47200/aoej.v7i1.350
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ngadinem, N. (2019). Penggunaan Media KIT IPA untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
dalam Memahami Materi Gaya Magnet. Academy of Education Journal, 10(02), 152-
158. https://doi.org/10.47200/aoej.v10i02.280
Paiman, P. (2014). PERKEMBANGAN MORAL SISWA KELAS VI MADRASAH
IBTIDAIYAH MA’ARIF SOKORINI KEC. MUNTILAN KAB. MAGELANG
MENURUT TEORILAWRENCE KOHLBERG. Academy of Education Journal, 5(1).
https://doi.org/10.47200/aoej.v5i1.108
Prasani, A., Herdiyanti, D., Puspita, L., & Walid, A. (2021). EVALUASI PEMBELAJARAN
DARING TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN IPA KELAS IX SMPN 18
KOTA BENGKULU. Academy of Education Journal, 12(2), 246-253.
https://doi.org/10.47200/aoej.v12i2.437
Sakina, N., Nurmawati, S., Sarawati, Y., & Walid, A. (2021). EVALUASI PEMBELAJARAN
DARING TERHADAP MATA KULIAH STATISTIKA IPA IAIN BENGKULU.
Academy of Education Journal, 12(1), 149-157.
https://doi.org/10.47200/aoej.v12i1.436
Sudrajat, Y. (2020). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING)
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SPIRITUAL DAN SOSIAL SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA. Academy of Education
Journal, 11(2), 142-167. https://doi.org/10.47200/aoej.v11i2.398
Suhana, Nanang Hanafiah, & Cucu. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama.
Suryabrata, S. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Suryana. (2010). Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Taonah, T. (2016). PENGUNAAN METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANAN MATA
PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI 3 PURWOJATI SEMESTER I TAHUN
PEAJARAN 2015/ 2016. Academy of Education Journal, 7(1), 36-44.
https://doi.org/10.47200/aoej.v7i1.348
Wibowo, A., & Hamrin. (2012). Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yumarlin, M. (2013, April). Pengembangan Permainan Ular Tangga untuk Kuis Mata Pelajaran
Sains Sekolah Dasar. Jurnal Teknik, 3, 1. Dipetik Desember 2021, dari
https://www.researchgate.net/publication/319416534_PENGEMBANGAN_PERMAI
NAN_ULAR_TANGGA_UNTUK_KUIS_MATA_PELAJARAN_SAINS_SEKOLA
H_DASAR