AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
63
PENANAMAN KONSEP IDENTITAS DIRI BERDASARKAN IMAN KRISTEN
MELALUI PERANAN PENDIDIKAN KRISTEN
Neri Astriana Koehuan
1
, Dylmoon Hidayat
2
dan Chrissya Apitula
3
1
TK Mitra Penabur Gading Serpong,
2
Universitas Pelita Harapan dan
3
Apple Tree School
1
Email: nerry0601@gmail.com
2
Email: dymoon.hiday[email protected].edu
3
Email: icha.apitula[email protected]
ABSTRAK
Mengenal identitas diri dalam iman Kristen merupakan hal yang krusial bagi kehidupan setiap
orang percaya. Pengenalan diri sangat erat kaitannya dengan bagaimana tindakan seseorang
menanggapi dirinya, orang lain di sekitarnya, dan juga menunjukkan bagaimana ia megenal Tuhan.
Akibat dari tidak mengenal atau salah mengenal diri, dapat membawa dampak buruk bagi diri
sendiri, orang lain, lingkungan sekitar, juga iman kepada Tuhan. Dengan demikian, peranan
pendidikan Kristen sangat dituntut baik pendidikan Kristen dalam keluarga, gereja maupun sekolah
Kristen untuk dapat bekerja sama dengan baik demi tercapainya penanaman konsep identitas diri
menurut iman Kristen dalam diri anak-anak. Memang tidaklah mudah untuk mewujudkan
penanaman konsep identitas diri sesuai iman Kristen dalam kehidupan anak-anak dalam zaman
yang begitu dipengaruhi oleh perkembangan zaman saat ini. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran dari pihak-pihak pelaksana pendidikan Kristen untuk menanamkan prinsip dan nilai-nilai
hidup menurut iman Kristen sebagai bekal bagi anak dalam mengarungi kehidupannya menghadapi
tantangan perkembangan zaman.
Kata Kunci: Identitas diri, iman Kristen, pendidikan Kristen
ABSTRACT
Knowing identity in the Christian faith is essential to the life of each believer. Understanding the
concept of self is closely related to how a person in his daily dealings with him, with others around
him and also shows how he represents God. The result of not knowing or knowing yourself wrong
can have a bad impact on yourself, others, the environment, as well as faith in God. Thus, the role
of Christian education is highly demanded by both Christian education in the family, church and
Christian schools to be able to work well together in order to achieve the inculcation of the concept
of self-identity according to the Christian faith in children. It is not easy to realize the concept of
self-identity in accordance with the Christian faith in the lives of children in an era that is so
influenced by the current developments. Therefore, there is a need for awareness from the parties
implementing Christian education to instill the principles and values of living according to the
Christian faith as a provision for children in navigating their lives to face the challenges of the
times.
Keyword: Self-Identity, Christian faith, Christian education.
PENDAHULUAN
Kusumawati, I., & Zuchdi, D. (2019), dalam Academy of Education Journal,
menyatakan bahwa menurut pengamat sosial, terjadi krisis moral karena dari kesalahan
lembaga pendidikan nasional yang kurang optimal dalam membentuk kepribadian peserta
didik. Lembaga pendidikan dinilai memberikan transmisi yang besar terhadap pengetahuan
namun melupakan pengembangan sikap, nilai dan perilaku dalam pembelajarannya.
Orientasi pendidikan nasional cenderung melupakan pengembangan dimensi nilai
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
64
(affective domain) merugikan anak atau peserta didik secara individual maupun kolektif.
Anak akan mengalami perkembangan intelektual tidak seimbang dengan kematangan
kepribadian sehingga melahirkan sosok special yang kurang peduli dengan
lingkungan sekitarnya.
Hal serupa juga tak jarang ditemukan dalam dunia pendidikan Kristen. Tidak dapat
dipungkiri bahwa banyak remaja-remaja Kristen yang saat ini pola hidupnya dipengaruhi
oleh perkembangan dan perubahan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia,
seperti perubahan sosial, ekonomi, politik, teknologi dan trend yang sedang diramaikan
dunia, yang pada akhirnya mengalihkan gaya hidupnya menjadi serupa dengan dunia ini.
Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap bagaimana seseorang pada akhirnya menilai dan
menghargai dirinya dan lingkungan sekitarnya. Nilai dirinya akan diukur berdasarkan
pandangan dunia, bukan berdasarkan pandangan Alkitab. Akibatnya para remaja Kristen
akan tumbuh dengan: mencari kepuasan diri yang sia-sia, tidak menerima kekurangan diri
dengan baik, membandingkan diri dengan orang lain, memandang rendah diri sendiri atau
orang lain, dan nilai-nilai negatif lainnya yang kemudian dapat menjadi pencipta
masalah bagi diri sendiri dan juga bisa membawa dampak buruk bagi sesama dan
lingkungan sekitarnya.
Identitas diri dalam iman Kristen bukan berbicara mengenai fisik, pendidikan, karir,
etnis, status ekonomi, atau pun prestasi-prestasi yang diraih, dan sebagainya. Mengenal
identitas diri yang dimaksud ialah memandang diri sebagaimana Allah memandang.
Terkait penanaman konsep identitas diri sesuai iman Kristen, peranan pendidikan Kristen
sangat diperlukan, baik pendidikan dalam keluarga, gereja maupun melalui pendidikan di
sekolah. Jika pendidikan Kristen hanya berfokus untuk meningkatkan prestasi akademis
siswa, dan potensi-potensi diri lainnya tanpa menanamkan persepsi diri yang benar sesuai
iman Kristen, maka siswa bisa saja terjebak dalam pengaruh buruk perkembangan
teknologi dan tumbuh dalam pengenalan diri yang keliru.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa untuk dapat mencapai pengenalan diri yang
benar di dalam Kristus bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan yang harus dihadapi,
bahkan dapat dilihat bahwa di era digital saat ini, faktor perkembangan teknologi memiliki
pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukkan identitas diri anak. Oleh karenanya,
pendidikan Kristen perlu memberikan pemahaman Alkitabiah yang baik bagi para peserta
didik agar ia mampu membentengi hidupnya dengan kemampuan memilah mana yang baik
dan mana yang salah. Dengan demikian maka, penulisan ini bertujuan untuk mengetahui
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
65
peranan pendidikan Kristen dalam menanamkan konsep identitas diri menurut iman
Kristen.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penulisan ini ialah metode pendekatan kualitatif
dengan studi pustaka. Dalam Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity, Simon (2019)
menyatakan bahwa kajian literatur ialah pengumpulan data melalui berbagai sumber, baik
itu sumber buku, jurnal, dokumen, dan sebagainya yang mendukung masalah penelitian
(Dupe, 2020).
Sehingga dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan berbagai sumber, seperti:
buku-buku tentang Pendidikan dan Iman Kristen atau pun jurnal-jurnal terkait dan sumber-
sumber lain sebagai pendukung dalam penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian Umum Identitas Diri
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas diri adalah ciri-ciri atau keadaan
khusus seseorang atau biasa disebut juga jati diri. Sedangkan secara psikologi, definisi
identitas diri secara umum ialah sebuah kelanjutan menjadi seseorang yang tunggal dan
pribadi yang sama, yang dikenali oleh orang lain (Education, 2008, p. 22) Erikson juga
memberikan definisi identitas diri yakni identitas diri adalah adanya kesadaran dalam diri
individu yang berkembang sejak masa kanak-kanak mengenai apa yang diharapkan di
masa depan dan bagaimana individu mempersepsikan diri sendiri serta persepsi orang lain
terhadap dirinya (Garey, 2016, p. 109).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum
identitas diri berbicara mengenai kesadaran diri yang berorientasi pada ciri khas
kepribadian individu, kemampuan beradaptasi, kestabilan emosi, impian masa depan, dan
juga persepsi terhadap diri sendiri serta respons terhadap pandangan orang lain tentang
dirinya.
Berbeda dengan pandangan dunia secara umum mengenai identitas diri, iman Kristen
memandang identitas diri bukan hanya sebatas pandangan secara fisik, potensi, hubungan
sosial, pendidikan, karir, dan sebagainya.
Identitas Diri Menurut Iman Kristen
Calvin menekankan bahwa bila tidak ada pengetahuan tentang Allah, maka mustahil
ada pengetahuan tentang diri kita sendiri (Calvin, 2013, p. 7). Untuk memahami dengan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
66
jelas mengenai konsep identitas diri orang percaya, maka kita perlu melihat kembali
kepada kisah penciptaan dan kehidupan setelah penciptaan, serta apa yang dikatakan oleh
Sang Pencipta mengenai ciptaan-Nya, yakni tentang manusia.
a. Manusia Diciptakan Menurut Gambar dan Rupa Allah
Penciptaan manusia dikisahkan dalam Kitab Kejadian 1:26 sebagai kisah
penciptaan yang unik atau berbeda dengan ciptaan lainnya. Letak keunikkannya ialah
ketika Allah hendak menciptakan manusia, Allah terlebih dahulu melakukan perundingan,
kemudian memutuskan untuk menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Allah, juga
diberi akal budi.
Yang, (2018), dalam bukunya Pendidikan Kristen menjelaskan bahwa hal
diciptakan serupa dan segambar dengan Allah bukanlah sesuatu hal yang main-main, dan
juga bukan merupakan sesuatu yang hal yang sifatnya hanya untuk dibanggakan. Tetapi
hal ini untuk menunjukkan betapa berharganya nilai manusia, yaitu makhluk yang
diciptakan oleh Tuhan, yang bisa menjadi representasi Allah di atas bumi ini (Calvin,
2013, p. 174).
Dalam bukunya Teologi Sistematika Vol.2, Berkhof menyatakan bahwa berdasarkan
pandangan Alkitab esensi manusia tercakup di dalam hal bahwa manusia adalah gambar
dan rupa Allah. Dengan demikian manusia sangat berbeda dengan semua makhluk ciptaan
yang lain dan menjadi yang tertinggi sebagai mahkota ciptaan Allah atas seluruh ciptaan.
Ditegaskan juga bahwa gambar dan rupa Allah ini adalah suatu kualitas yang menjadikan
manusia istimewa dalam hubungannya dengan Tuhan (Berkhof, 2011).
Allah menciptakan manusia secara spesial, berbeda dengan ciptaan-ciptaan lainnya.
Manusia diberi akal budi, manusia juga diberi kepercayaan oleh Allah untuk berkuasa atas
ciptaan lainnya. Dengan melihat pernyataan-pernyataan di atas mengenai esensi manusia
yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, memberikan kesadaran akan betapa
istimewa dan berharganya manusia di mata Tuhan. Dan kesadaran ini seharusnya dimiliki
oleh setiap manusia agar manusia dapat menghargai dirinya dan menilai dirinya
sebagaimana Allah memandangnya. Dengan demikian, manusia dapat memuliakan Allah
dengan hidupnya.
Namun, tidak dapat dihindari bahwa kita sekarang hidup dalam citra diri sebagai
manusia berdosa. Tidak ada manusia yang terluput dari dosa seperti yang tercatat dalam
Roma 3:23: Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah. Citra diri manusia yang mulia hilang oleh karena dosa. Dengan demikian dosa
menjadi penyebab utama manusia kehilangan pandangan tentang citra dirinya yang
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
67
sesungguhnya, terpengaruh oleh pandangan dunia dan menetapkan cerminan diri menurut
ukuran manusia.
b. Kejatuhan Manusia
Alkitab menjelaskan bahwa dosa ialah pelanggaran terhadap hukum Allah. Seperti
yang tercatat dalam Kitab 1 Yohanes 3:4, “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga
hukum Allah”, dan juga seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus dalam Kitab Roma 8:7:
“Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada
hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya”. Dengan demikian Yohanes
mendefinisikan dosa sebagai pelanggaran terhadap hukum Allah, sedangkan Paulus
mendefinisikan dosa sebagai perseteruan terhadap Allah oleh karena ketidaktaan terhadap
hukum Allah.
Salah satu akibat dari dosa yang begitu berpengaruh bagi kehidupan ialah, manusia
kehilangan gambar dan rupa Allah, natur manusia yang diciptakan istimewa menurut
gambar dan rupa Allah mulai rusak ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam Kejadian 3
dikisahkan bagaimana manusia itu jatuh ke dalam dosa. Adam dan Hawa adalah manusia
pertama yang mendapat mandat dari Allah untuk berkuasa atas ciptaan lain dan menjaga
serta melestarikan bumi. Namun, Allah juga memberikan aturan atau larangan bagi Adam
dan Hawa yaitu mengenai buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, yang
ada di tengah taman Eden itu tidak boleh dimakan. Disinilah titik mula dosa memasuki
kehidupan manusia yaitu Ketika Adam dan Hawa akhirnya memilih untuk melanggar
perintah Allah tersebut.
Kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa merupakan peristiwa yang berakibat fatal
bagi keberlangsungan hidup manusia itu selanjutnya, karena manusia harus menanggung
akibat dari dosa tersebut. Baan (2009), menjelaskan akibat-akibat dari dosa, yakni: akibat
yang pertama dan terutama yaitu masuknya maut atau kematian. Kehidupan manusia
berubah menjadi menderita dan bersusah payah. Hukuman kematian atas dosa memiliki
tiga rangkap: Kematian sementara akan menghampiri setiap manusia pada saat jiwa dan
raganya terpisah. Kedua, Adam dan Hawa diusir selama-lamanya dari taman Eden. Hal ini
menjelaskan keterpisahan manusia dengan Allah, dimana manusia tidak lagi memiliki
hubungan yang akrab dengan Allah. Akibat dosa yang ketiga, menyadari ketelanjangan
mereka dan merasa sangat malu karenanya. Hal ini menggambarkan kerusakan manusia
oleh karena keinginan-keinginannya yang penuh dosa dan tidak dapat dikendalikan, serta
hawa nafsunya yang jahat. Selanjutnya yang keempat ialah keadaan manusia yang mati dan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
68
rusak secara rohani. Hal ini berkenaan dengan murka Allah yang kekal dan membinasakan
(Baan, 2012).
Semua manusia mewarisi dosa Adam dan menanggung akibat dari dosa Adam. Inilah
yang disebut sebagai dosa warisan. Seperti yang tercatat dalam Kitab Mazmur 51: 7:
“Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”.
Sehingga tidak ada manusia yang tidak berdosa.
Meskipun manusia jatuh ke dalam dosa sehingga gambar dan rupa Allah yang ada
dalam diri manusia telah menjadi rusak, namun Allah tetap mengasihi manusia, Allah tidak
membiarkan manusia binasa oleh karena murkanya. Ia melakukan karya penebusan untuk
menyelamatkan manusia serta menunjukkkan kasih-Nya kepada manusia.
c. Penebusan (Karya Keselamatan)
Dosa mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Allah dan membawa manusia
pada kebinasaan dan hukuman dari kekal Allah. Namun, karena kasih Allah yang besar
kepada manusia, ciptaan-Nya yang istimewa, yang diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah, maka Allah berinisiatif untuk menyelamatkan manusia.
Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, sehingga ia memerlukan
Juruselamat. Agar keselamatan menjadi mungkin bagi para pendosa, maka Anak Allah
harus menanggung penderitaan dan kematian di atas kayu salib (Baan, 2012) Kristus
mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib sebagai korban penghapus dosa bagi umat yang
dikasihi-Nya.
Melalui karya penebusan yang telah dikerjakan Kristus bagi setiap orang percaya,
kita dapat melihat betapa Allah mengasihi manusia dan betapa berharganya nilai manusia
bagi Allah. Artinya manusia memiliki keistimewaan yang luar biasa di mata Allah
dibandingkan ciptaan-ciptaan lain. Oleh sebabnya manusia perlu menyadari betapa
berharga nilai dirinya bukan dari penampilan, materi, jabatan dan sebagainya yang
merupakan pandangan dunia, tetapi melihat dirinya dari sudut pandang Allah. Jika manusia
melihat dan menilai dirinya berdasarkan pandangan Allah, ia akan menemukan identitas
dirinya yang sesungguhnya dan hal tersebut akan sangat berdampak bagi pandangannya
terhadap Allah dan bagaimana ia menyembah Allah.
Mengenal identitas diri sangat penting ditanamkan sejak dari kecil, sehingga anak-
anak dapat bertumbuh dalam pengenalan diri yang benar serta dapat menilai dan
menghargai dirinya dengan cara yang benar. Pengenalan identitas diri yang benar sesuai
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
69
standar Alkitab, akan membawa dampak positif bagi pertumbuhannya dan juga dalam
hubungannya dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan merupakan salah satu saran yang dipercayakan Allah untuk membentuk
pola hidup manusia. Dengan demikian, maka pendidikan Kristen memiliki tanggungjawab
yang besar dalam menanggapi hal ini. Pendidikan Kristen yang dimaksud ialah pendidikan
dalam keluarga, gereja dan sekolah Kristen.
Peranan Pendidikan Kristen Dalam Menanamkan Konsep Identitas Diri Menurut
Iman Kristen.
Perkembangan teknologi yang terus melaju pesat membawa begitu banyak manfaat
positif bagi kehidupan manusia. Namun, juga dapat berdampak negatif bila salah
digunakan, tidak terkecuali bagi kalangan orang dewasa terlebih lagi rentan di kalangan
anak-anak dan remaja. Dampak dari pengaruh negatif perkembangan teknologi bisa
mengalihkan pemahaman konsep diri yang tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen. Oleh
karenanya, peran pendidikan Kristen sangat dibutuhkan untuk dapat menanamkan prinsip-
prinsip hidup menurut iman Kristen agar anak-anak tidak mudah dipengaruhi oleh
perubahan dan perkembangan zaman yang terjadi, melainkan dapat mengikuti dan
menyesuaikan diri dengan perubahan yang dihadapi dengan cara yang benar, sesuai ajaran
iman Kristen.
Mengenai pendidikan Kristen, Wolterstorff mengemukakan bahwa fokus pengajaran
yang dilakukan bukan hanya untuk mengembangkan kapasitas rasional dan intelektual saja
melainkan juga sebagai pengembangan dari kehidupan kekal, karena tugas utama
pendidikan Kristen ialah mendidik untuk kehidupan seutuhnya dari setiap pribadi. Namun,
bukan berarti pendidikan Kristen mengabaikan pengembangan rasional dan intelektual.
Pengembangan kapasitas diri siswa haruslah mencakup keseluruhan, baik secara spiritual
maupun secara akademis (Wolterstorff, 2014, p. 13).
Seperti yang dijelaskan dalam tujuan pendidikan Kristen yakni lebih menekankan
pada pemulihan gambar Allah. Wilson, memperjelas tujuan pendidikan Kristen bahwa
pada hakikatnya pendidikan Kristen merupakan suatu proses membawa anak pada
pemulihan gambar Allah yang telah rusak oleh karena dosa kepada kehidupan yang dewasa
secara rohani sehingga anak mampu menjalankan mandat ciptaan-Nya seturut dengan
kehendak firman Tuhan (Tety & Wiraatmadja, 2017, p. 59) Wilhoit juga mengemukakan
tujuan pendidikan Kristen sebagai pendidikan yang dilandasi dengan wawasan dunia yang
Alkitabiah, yang bertujuan untuk membantu anak-anak menemukan arti Allah dalam hidup
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
70
mereka serta membawa mereka pada pemahaman wawasan dunia Kristen dan menjalani
hidup dalam kebenaran Allah (Zendrato et al., 2019, p. 12).
Yang (2018) juga menegaskan bahwa esensi dari pendidikan Kristen adalah
membawa orang-orang berdosa keluar dari kegelapan dosa, keluar daari perbudakan
daging, keluar dari semua hal yang membawa kepada kematian yang kekal, kepada terang
Allah yang Ajaib, kepada kehidupan yang kekal di dalam Tuhan. Ia juga menyatakan
bahwa, jika orang-orang Kristen hidup dalam kedewasaan rohani yang baik, maka mereka
akan memiliki karakter seperti Kristus (Yang, 2018, p. 31).
Bila anak-anak memiliki pengenalan yang baik akan Tuhan, ia dapat mencapai
kedewasaan rohani yang baik pula, sehingga ia mampu menjalani kehidupan Kristen
dengan baik pula. Namun, ini bukan hal yang mudah untuk dicapai di tengah-tengah
tantangan zaman yang begitu rentan mempengaruhi kehidupan anak-anak saat ini.
Perkembangan teknologi, trend-trend masa kini, perubahan sosial dan ekonomi, dan
sebagainya yang begitu erat dengan kehidupan.
Orangtua memiliki hak dan kewajiban untuk menentukan pembentukkan kehidupan
spiritual anak-anaknya, melalui pendidikan Kristen baik di keluarga, sekolah maupun di
gereja. Artinya, orangtua berhak memilih sekolah dan gereja tempat di mana orangtua
dapat bekerja sama untuk menanamkan prinsip-prinsip pengajaran iman Kristen dan
membentuk kehidupan Kekristenan anak-anaknya. Namun, yang menjadi permasalahan
ialah seringkali orangtua melepaskan tanggung jawabnya dan menaruh harapan penuh pada
sekolah dan gereja untuk memenuhi kebutuhan spiritual anak, sehingga menimbulkan
ketimpangan dalam realisasi pendidikan Kristen bagi anak. Karena, tumpuan utama
pendidikan Kristen ialah dari keluarga, kemudian didukung oleh sekolah dan gereja
sebagai partner yang saling bekerja sama untuk menanamkan prinsip-prinsip iman Kristen
dalam kehidupan anak-anak.
Dengan demikian, diperlukan kerja sama yang baik antara orangtua selaku pendidik
utama, sekolah dan juga gereja untuk menanamkan prinsip-prinsip iman Kristen dalam
kehidupan anak, agar anak dapat mencapai kedewasaan spiritual. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa Ketika anak-anak memiliki pengenalan yang baik, maka
mereka pun akan memiliki pengenalan yang baik akan konsep diri mereka. Dengan
demikian, ia mampu mengarungi kehidupan dengan pedoman iman yang teguh, sehingga
anak tidak mudah terbawa arus pandangan dunia yang mengalihkan pandangannya tentang
konsep dirinya.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
71
Selain itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ketika anak bertumbuh
dalam pertumbuhan iman yang benar, memiliki pengenalan yang benar akan Allah, maka
ia pun akan memiliki padangan yang benar tentang konsep dirinya. Dengan demikian ia
memperoleh bekal yang baik, memampukannya menyikapi setiap problem dalam dirinya,
maupun dengan orang lain atau lingkungan di sekitarnya dengan dengan cara benar sesuai
prinsip-prinsip iman Kristen yang tertanam dalam dirinya.
SIMPULAN
Dilihat dari tujuan pendidikan Kristen yakni melandasi pengajaran yang Alkitabiah
untuk membawa anak-anak mengenal Allah dengan benar sehingga mereka pun mampu
melihat nilai dan identitas diri mereka sesuai tujuan penciptaan Allah, maka jelaslah bahwa
pendidikan Kristen memiliki peranan yang sangat penting dalam penanaman konsep diri
yang benar menurut ajaran iman Kristen. Namun, oleh karena tugas ini bukanlah hal yang
mudah, yang berkembang di tengah pengaruh perubahan zaman yang begitu pesat, maka
sudah tentu diperlukan Kerjasama yang baik dari para pihak Pendidikan Kristen, yakni:
keluarga, gereja, dan sekolah Kristen untuk dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan
Kristen ini dan meraih jiwa-jiwa yang tumbuh dalam pemahaman konsep diri yang benar,
yang pastinya juga akan berdampak positif bagi invidu, kelompok, maupun lingkungan di
sekitarnya.
SARAN
Zaman akan terus berubah dan akan terus menghadirkan tantangan-tantangan
kehidupan yang bisa menjadi ancaman bagi pertumbuhan iman setiap orang percaya. Iman
yang lemah dapat mengakibatkan seseorang mudah dipengaruhi. Untuk itulah pendidikan
Kristen harus sadar akan tanggung jawabnya terhadap pertumbuhan iman anak-anak, agar
anak-anak memiliki keteguhan iman dan tidak mudah terbawa arus pandangan dunia yang
berdampak pada pandangan mereka tentang konsep diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
Agar pelaksanaan pendidikan Kristen dapat terealisasi dengan efektif, maka perlu adanya
kerja sama yang baik dari masing-masing pihak pendidik Kristen yang bertanggung jawab
yakni pihak keluarga, gereja dan juga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifianto, YA, & Santo, JC (2020). Iman Kristen dan Perundungan di Era Disrupsi. … dan
Pendidikan Kristen, e-journal.sttberitahidup.ac.id, https://e-
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
72
journal.sttberitahidup.ac.id/index.php/jan/article/view/73
Awang, JA, Prayitno, ISP, & ... (2021). Strategi Pendidikan Agama Kristen bagi Remaja
dalam Membentuk Konsep Diri guna Menghadapi Krisis Identitas akibat
Penggunaan Media Sosial. KHARISMATA: Jurnal …, e-journal.stajember.ac.id,
http://www.e-journal.stajember.ac.id/index.php/kharismata/article/view/64
Baan, G. J. (2012). TULIP (Kedua). Momentum.
Baito, L (2021). Hasrat transhumanisme di tengah pandemi Covid-19: sebuah upaya
memahami identitas diri melalui pendekatan teologi interkultural. … (Jurnal Teologi
dan Pendidikan Agama Kristen), sttpb.ac.id, https://www.sttpb.ac.id/e-
journal/index.php/kurios/article/view/294
Berkhof, L. (2011). Teologi Sistematika, Doktrin Manusia (sembilan). Momentum.
Calvin, Y. (2013). Institutio: Pengajaran Agama Kristen (Sembilan). Gunung Mulia.
Daniel, AM (2020). Pengaruh religiositas terhadap konsep diri remaja kristen di
Tangerang= The effect of religiosity towards self concept of christian adolescent in
Tangerang., repository.uph.edu, http://repository.uph.edu/7777/
Dupe, S. I. S. (2020). Konsep Diri Remaja Kristen Dalam Menghadapi Perubahan Zaman.
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH), 2(1), 5369.
https://doi.org/10.37364/jireh.v2i1.26
Dongoran, D, & Boiliu, FM (2020). Pergaulan teman sebaya dalam pembentukan konsep
diri siswa. Jurnal Educatio FKIP UNMA, ejournal.unma.ac.id,
https://www.ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio/article/view/560
Garey, E. (2016). Identitas Diri Remaja. Jurnal Youth Ministry, 4(2), 109119.
https://doi.org/10.47901/jym.v4i2.447
Ginting, PS (2020). Penerapan Pendidikan Agama Kristen Untuk Membentuk Jati Diri
Remaja Usia 11-15 Tahun di GPdI Panribuan Tahun 2020., repository.uhn.ac.id,
http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/5060
Hudaya, M, Maulana, AMR, & Adzima, F (2020). Konsep Kafir Dalam Tiga Agama Besar
(Kristen, Yahudi dan Islam). Kalimah: Jurnal Studi …, researchgate.net,
https://www.researchgate.net/profile/Abdullah-Muslich-
Maulana/publication/344401017_Konsep_Kafir_Dalam_Tiga_Agama_Besar_Kriste
n_Yahudi_dan_Islam/links/5f718015a6fdcc0086434902/Konsep-Kafir-Dalam-Tiga-
Agama-Besar-Kristen-Yahudi-dan-Islam.pdf
Kusumawati, I., & Zuchdi, D. (2019). PENDIDIKAN MORAL ANAK USIA DINI
MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS. Academy of Education Journal,
10(01), 63-75. https://doi.org/10.47200/aoej.v10i01.272
Karyawati, L (2019). Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam Masyarakat
Majemuk. … Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), jurnal.sttkn.ac.id,
https://jurnal.sttkn.ac.id/index.php/Veritas/article/view/56
Kawangmani, S, & Lukmono, IB (2020). … Pembelajaran Agama Kristen Melalui Mata
Kuliah Pendidikan Agama Kristen Di Perguruan Tinggi Terhadap Pemahaman
Mahasiswa Kristen Tentang Gambar Diri. Jurnal Gamaliel: Teologi …, jurnal.stt-
gamaliel.ac.id, http://jurnal.stt-gamaliel.ac.id/index.php/gamaliel/article/view/48
Lestari, DT, & Parihala, Y (2020). Merawat Damai Antar Umat Beragama Melalui
Memori Kolektif Dan Identitas Kultural Masyarakat Maluku. Hanifiya: Jurnal Studi
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 No 1 Tahun 2022
73
Agama-Agama, journal.uinsgd.ac.id,
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/hanifiya/article/view/8697
Matondang, S (2018). Memahami Identitas Diri dalam Kristus Menurut Efesus 2: 1-10.
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan …, sttbaptis-medan.ac.id,
http://sttbaptis-medan.ac.id/e-journal/index.php/illuminate/article/view/2/0
Mawikere, MCS (2021). Konsep Hidup Kekal Menurut Pandangan Dunia Etnis Baliem,
Papua Sebagai Potensi dan Krisis Bagi Kontekstualisasi Injil. … : Jurnal Teologi
Injili dan Pembinaan Warga …, scholar.archive.org,
https://scholar.archive.org/work/46cioyxoufeaxml23crzyys2sy/access/wayback/https:
//journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/download/333/pdf
Ngabalin, M (2019). Berteologi Kontekstual Dari Perspektif Orang Kei Melalui Konsep
Duad. VISIO DEI: Jurnal Teologi Kristen, jurnal.sttstarslub.ac.id,
http://www.jurnal.sttstarslub.ac.id/index.php/js/article/view/48
Paiman, P., & Astuti, E. (2012). PENDEKATAN PEMBINAAN MORAL SISWA DI
SMP NEGERI 4 KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN
BANTULTAHUN PELAJARAN 2010/2011. Academy of Education Journal, 3(2).
https://doi.org/10.47200/aoej.v3i2.92
Setiawan, DE (2019). Kelahiran Baru Di Dalam Kristus Sebagai Titik Awal Pendidikan
Karakter Unggul. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan …, core.ac.uk,
https://core.ac.uk/download/pdf/231150598.pdf
Simanjuntak, JM (2018). Belajar Sebagai Identitas Dan Tugas Gereja. Jurnal Jaffray,
ojs.sttjaffray.ac.id, http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/view/279
Sinaga, TD (2018). PEMULIHAN ALKITABIAH TERHADAP KONSEP DIRI
IRASIONAL KAUM MUDA. Missio Ecclesiae, jurnal.i3batu.ac.id,
https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/view/90
Sitorus, H (2020). Teologi Pembuangan: Suatu Kajian Teologis Konsep Teologi
Pembuangan Menurut Yeremia. Jurnal Teologi Cultivation, e-
journal.iakntarutung.ac.id, http://e-
journal.iakntarutung.ac.id/index.php/cultivation/article/view/217
Sukono, D (2019). Teologi “Manusia Baru” Relevankah Di Era Milenial. PASCA: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, journal.stbi.ac.id,
https://www.journal.stbi.ac.id/index.php/PSC/article/view/59
Susanto, H (2019). Yesus Sebagai Anak Allah Menurut Injil Matius Dan Implementasinya
Dalam Berapologetika. LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta, sttberea.ac.id,
http://sttberea.ac.id/e-journal/index.php/logia/article/view/21
Tety, T., & Wiraatmadja, S. (2017). Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan Kristen.
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat, 1(1), 55.
https://doi.org/10.46445/ejti.v1i1.56
Wolterstorff, N. P. (2014). Mendidik Untuk Kehidupan (ketiga). Momentum.
Yang, F. (2018). Pendidikan Kristen (pertama). Momentum.
Zendrato, J., Putra, J. S., Cendana, W., Susanti, A. E., & Munthe, A. P. (2019).
KURIKULUM BAGI PEMULA - tinjauan teori dan aplikasi dalam perspektif
Kristiani (pertama). CV OASE Group.