AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
14
AKTUALISASI SEMANGAT KEBANGSAAN DALAM MENYIKAPI WABAH
COVID 19 DI SMP MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO
Elly Hasan Sadeli
1
, Eko Priyanto
2
, Banani Ma’mur
3
1,2,3
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
1,2,3
Jl. K.H. Ahmad Dahlan PO. Box 202 Purwokerto 53182 Tlp. (0281) 636751
1
2
3
Email: bananima’[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi aktual dan faktual tentang aktualisasi
semangat kebangsaan dalam menyikapi wabah covid 19 di SMP Muhammadiyah 1
Purwokerto. Proses penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi
dokumentasi dan studi literatur. Penelitian ini dilakukan pada proses pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran (PPKn). Subjek penelitian adalah kepala
sekolah, guru PPKn dan siswa. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) Siswa
belum memiliki pemahaman yang utuh terhadap konsep wawasan kebangsaan, namun secara
implisit dalam proses pembelajaran PPKn, guru senantiasa membangun iklim kebersamaan
dan saling membantu. Kondisi ini sebenarnya dapat dipahami jika benih-benih semangat
kebangsaan telah muncul. Pemilihan metode pembelajaran yang bervariatif digunakan oleh
guru PPKn dan guru IPS, yang menunjang terhadap sikap kebangsaan siswa. Pembelajaran
PPKn dan IPS yang dilaksanakan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
membentuk semangat kebangsaan siswa di sekolah yang ditandai dengan arah pencapaian
keberhasilan belajar yang tidak hanya melihat aspek kognitif saja, namun dititikberatkan
pula pada aspek afektif dan psikomotor khususnya yang bermuatan nilai-nilai kebangsaan.
2) Memperkuat organisasi dengan pondasi semangat nasionalisme yang dilandasi oleh
ideologi negara dan nilai-nilai Muhammadiyah. Melalui komitmen organisasi yang kuat,
maka semangat kebangsaan mengalir dalam diri siswa. 3) Praktik semangat kebangsaan
siswa diwujudkan melalui partisipasinya dalam kegiatan pramuka (kepanduan Hizbul
Wathan/ HW), kegiatan upacara bendera, kompetisi olahraga, serta acara kesenian daerah
merupakan bentuk rangsangan dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dalam diri
siswa dan tidak menyebarkan berita hoax tentang pandemi covid 19.
Kata Kunci: Aktualisasi, semangat kebangsaan dan pandemi Covid 19
ABSTRACT
This research aims to get actual and factual information about the actualization of the
national spirit in responding to the covid 19 outbreak at Muhammadiyah 1 Purwokerto
Junior High School. The research process uses a qualitative approach with case study
methods. Data collection techniques are carried out through observation, interviews,
documentation studies and literature studies. This research was conducted on the learning
process of Pancasila Education and Citizenship (PPKn). Subjekresearch is the principal,
teacher PPKn and student. The findings in this study show that; 1) Students do not yet have
a complete understanding of the concept of national insight, but implicitly in the process of
learning PPKn, teachers always build a climate of togetherness and help each other. This
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
15
condition can actually be understood if the seeds of the national spirit have appeared. The
selection of varied learning methods is used by PPKn teachers and IPS teachers, which
support the national attitude of students. PPKn and IPS learning carried out contributes
considerable in shaping the national spirit of students in school which is characterized by
the direction of achievement of learning success that not only looks at cognitive aspects, but
also emphasized on affective and psychomotor aspects, especially those that are charged
with national values. 2) Strengthening the organization with the foundation of the spirit of
nationalism based on state ideology and Muhammadiyah values. Through a strong
organizational commitment, the spirit of nationality flows in students. 3) The practice of the
student's national spirit is realized through its participation in scouting activities (Hizbul
Wathan/ HW scouting), flag ceremony activities, sports competitions, and regional arts
events are a form of stimulation in developing national values in students and not spreading
hoax news about the covid 19 pandemic.
Keywords: Actualization, national spirit and Covid 19 pandemic
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman yang sangat kompleks atau
sering dikatakan sebagai sebuah negara yang majemuk. Kondisi ini dapat dilihat dari jumlah
penduduk yang kurang lebih sebanyak 270 juta jiwa. Tentu saja, ini merupakan suatu
anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan segala kekayaan yang ada
di nusantara, sekaligus bila tidak mampu merawatnya menjadi permasalahan yang sangat
rumit.
Oleh karena itu, kondisi keberagaman ini juga memiliki potensi yang dapat melahirkan
berbagai bentuk ancaman, salah satunya ancaman disintegrasi. Bahkan akhir-akhir ini
Indonesia kembali dihadapkan pada persoalan yang mengancam kebhinekaan dengan
munculnya berbagai praktik intoleransi yang memperuncing unsur SARA. Dengan
banyaknya permasalahan mulai dari penyebaran fitnah melalui pemberitaan yang minim
kebenarannya atau hoax, aksi demonstrasi yang anarkis, kasus penistaan agama, kejadian
bom bunuh diri dan pembakaran tempat ibadah serta gerakan ISIS yang sampai sekarang
masih terjadi.
Saat ini seluruh negara benar-benar dibuat tidak berdaya dengan menjangkitnya suatu
virus. Bagaimana tidak, sebagai bentuk tanggung jawabnya para pemimpin negara
berlomba-lomba membangun proteksi bagi negara dan warganya agar tidak terkena dampak
dari virus tersebut. Virus yang bernama Korona (Covid 19) dan disinyalir berasal dari negeri
tirai bambu, tepatnya dari Kota Wuhan telah meluluh lantahkan seluruh aktivitas sosial dan
ekonomi warga dunia, bahkan telah banyak merenggut korban jiwa. Dibalik ancaman
kematian dan kecemasan akibat pandemik korona, justru semakin memperkuat solidaritas
masyarakat, misalnya saja masyarakat Wuhan saling memberikan semangat dengan yel-yel
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
16
“Wuhan, kamu pasti bisa. Tidak ketinggalan warga Italia mengibarkan bendera dari jendela
rumah dan konglomerat Amerika memberikan donasi untuk kepentingan riset untuk
menghasilkan vaksin atau penawar korona.
Tidak terkecuali negara Indonesia yang juga terdampak oleh virus ini. Indonesia benar-
benar berusaha keluar dari cobaan ini. Munculnya pendemi covid-19 membuat dunia
menjadi resah, termasuk di indonesia. Pemerintah bahkan berupaya keras agar seluruh warga
masyarakat dapat terhindar dari cengkeraman virus tersebut. Berbagai cara dilakukan
seluruh elemen di pemerintah, mulai dari anjuran hidup sehat, kebijakan tentang social
distancing serta mengeluarkan anggaran khusus dalam rangka penanganan virus tersebut.
Penting kiranya pemerintah dan institusi pendidikan bersinergis bahu-membahu untuk
saling mendukung setiap kebijakan yang diambil. Namun disisi lain, pemerintah juga harus
tegas dan transparan dalam memberikan informasi terkait kasus-kasus yang telah terjadi.
Sehingga masyarakat tidak lantas mengalami depresi atau bahkan mendapatkan informasi
yang keliru dari sumber lain yang tidak jelas dan dikhawatirkan berujung pada kondisi saling
menyudutkan baik secara vertikal maupun horizontal.
Secara historis, fakta semangat kebangsaan Indonesia cukup menarik. Di Indonesia
bangsa mendahului negara. Kita dapat melihat bagaimana momentum Sumpah Pemuda lahir
17 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan, para pemuda dari seluruh nusantara sudah
menyatakan tekad mereka sebagai satu bangsa. Dalam membangun semangat kemerdekaan,
Bung Karno dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945 mengatakan bahwa kita bukan saja harus
mendirikan negara Indonesia merdeka, tetapi harus menuju pula kepada kekeluargaan
bangsa-bangsa… Kita hendak mendirikan suatu negara “semua untuk semua”, “satu buat
semua, semua buat satu”… Karena itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita
mengambil sebagai dasar negara yang pertama: Kebangsaan Indonesia (Yudi Latif, 2015).
Artinya dengan adanya musibah ini, kita dapat menjadikan sebagai momen titik balik untuk
kembali merawat semangat kebangsaan yang selama ini dirobek oleh kepentingan para elit
dalam berebut kuasa. Jiwa Pancasila tidak terpancar sebagai kepribadian dan jati diri bangsa,
namun lebih kepada sebatas lip service yang penuh dengan kepura-puraan semata.
Setiap masyarakat pasti akan mengalami suatu perubahan. Kesadaran sosial di dalam
kehidupan masyarakat mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk pengetahuan, pemahaman,
sikap dan perilaku diantara kelompok masyarakat, sehingga kesadaran-kesadaran mana
kemudian mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.
Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman yang sangat kompleks atau
sering dikatakan sebagai sebuah negara yang majemuk. Kondisi ini dapat dilihat dari jumlah
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
17
penduduk yang kurang lebih sebanyak 250 juta jiwa. Tentu saja ini merupakan suatu
anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan segala kekayaan yang ada
di nusantara, sekaligus bila tidak mampu merawatnya menjadi permasalahan yang sangat
rumit.
Pemerintah dan masyarakat sepakat bahwa korona merupakan musuh bersama, maka
harus diselesaikan secara bersama pula. Sejatinya pemerintah tidak hanya memberikan
anjuran semata akan tetapi juga memberikan solusi yang tepat, agar tidak terjadi kepanikan
dan korban jiwa yang bertambah banyak. Disisi lain, masyarakat juga harus mematuhi setiap
anjuran dan mendukung kebijakan pemerintah sebagai upaya penyelamatan. Serta
menambah pengetahuan yang cukup tentang korona, sehingga tidak terombang-ambing
dalam gelombang informasi yang penuh dengan kebohongan (hoax). Maka penting kiranya
untuk memperkuat kesadaran sosial khususnya dilingkungan institusi pendidikan dalam
kerangka sikap kebangsaan, sehingga dapat menumbuhkan semangat kebersamaan dalam
menyelesaikan persoalan wabah ini.
Generasi muda diberi amanat untuk mengemban tugas menjalankan dan memimpin
bangsa Indonesia dikemudian hari yang mempunyai keinginan, cita-cita yang mengarah ke
masa depan dan sebagai generasi yang dinamis, inovatif untuk kepentingan bangsa yang
pada akhirnya akan menjadi seseorang yang mempunyai jiwa dan semangat nasionalisme.
Program pembelajaran yang memiliki peranan dalam memberikan kemampuan sebagai
seorang warga negara yang menjunjung tinggi semangat nasionalisme, salah satunya melalui
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). PPKn merupakan mata
pelajaran di sekolah yang memfokuskan pelajarannya pada pembentukan diri yang beragam
dari segi agama, sosio kultural, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
NRI 1945.
Benih-benih nilai kebangsaan sebenarnya sudah hadir dalam jati diri setiap warga.
Sejarah menunjukkan bahwa kebangkitan nasional memberikan bukti nyata bahwa
kehadiran bangsa mendahului terbentuknya negara, ini menggambarkan bahwa begitu
besarnya semangat kebangsaan sebagai cikal bakal kelahiran nasionalisme di Indonesia.
Pondasi central value yang kokoh yang sejak lama sudah ada di dalam hati warga negara
sebagai landasan yang sangat kuat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan mendasar
yang sedang dihadapi bangsa. Jika dulu musuh bersama bernama penjajahan, maka saat ini
musuh bersama bernama kemiskinan, pengangguran, hutang, korupsi, lemahnya
perekonomian serta rentannya keadaan politik dan keamanan. Dengan sumber daya yang
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
18
tersedia dan upaya nyata, serius, sungguh-sungguh dan konsisten melalui kerja keras, maka
perlu diupayakan perlawanan dalam menyelesaikan persoalan bangsa dan negara.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Creswell (1998:15) mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai berikut:
Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct
methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The
researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views
of informants, and conducts the study in a natural setting.
Kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian
untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara
menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat
holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara
rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut
Stake (Lincoln dan Guba, 1985: 341) bahwa metode ini dilakukan secara intensif, terperinci
dan mendalam terhadap suatu kelompok, organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Metode
studi kasus lebih menitik beratkan pada suatu kasus, adapun kasus yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap nilai-nilai demokrasi Pancasila dalam
menangkal radikalisme. Kasus tersebut dibatasi dalam suatu ruang lingkup kegiatan
kepanduan Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto. Penelitian ini lebih
banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian
berlangsung, peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan
orang-orang dilingkungan lokasi penelitian.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah
teknik pengumpulan data kualitatif, yang meliputi:
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data/ informasi yang utama dalam penelitian
naturalistik inkuiri, dengan mengamati kegiatan secara langsung yang dilakukan guru PPKn
dan siswa.
Wawancara
Lincoln dan Guba, (1985: 268), mengartikan bahwa wawancara adalah suatu
percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perorangan, kejadian,
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
19
kegiatan, perasaan, motivasi, kepedulian, disamping itu dapat mengalami dunia pikiran dan
perasaan responden.
Dengan menggunakan teknik wawancara data yang belum jelas berupa ucapan,
pikiran, gagasan, perasaan dan tindakan dari guru dan siswa dapat terungkap oleh peneliti
secara akurat. Untuk memperoleh keterangan yang ada kaintannya dengan penelitian yang
dilaksanakan, maka dilakukan tanya jawab dengan guru PPKn, kepala sekolah dan siswa
sebagai sumber yang dapat dipercaya atau pihak-pihak terkait yang dapat memberikan
masukan bagi penelitian. Dalam hal ini penelitì mengajukan beberapa pertanyaan yang
langsung dilontarkan pada sumber dan diperolehlah jawaban lebih lanjut
Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data dalam rangka menganalisis masalah yang sedang diteliti, kita
memerlukan informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan objek yang
dipelajari. Adapun dokumen dalam penelitian ini seperti struktur organisasi, visi dan misi
sekolah, serta dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian.
Studi Literatur
Studi literatur, yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang
relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian. Studi literatur dilakukan melalui mempelajari buku yang ada kaitannya
dengan masalah yang diteliti, jurnal dan atau artikel-artikel yang relevan, surat kabar baik
cetak maupun elektronik.
Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal
sampai akhir penelitian. Nasution (1988: 129) mengemukakan bahwa: tidak ada suatu cara
tertentu yang dapat dijadikan pedoman bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat
dianjurkan mengikuti langkah-langkah berikut: 1) reduksi data, 2) display data, 3)
pengambilan kesimpulan dan verifikasi.
Bagan 1. Komponen-komponen Analisis Data
(Miles dan Huberman, 1992: 20)
Pengumpulan
data
Reduksi
data
Kesimpulan:
Penarikan/verifikasi
Penyajian
data
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
20
Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama pengumpulan data
(reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi) merupakan proses siklus
interaktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Siswa belum memiliki pemahaman yang utuh terhadap konsep Kebangsaan
Pemahaman siswa masih cukup sederhana dalam memahami konsep kebangsaan,
pemahamannya lebih cenderung hanya terbatas pada bentuk yang praktis. Bahkan sejak
bergulirnya reformasi, orang enggan berbicara tentang semangat kebangsaan, karena
dipandang bahwa belum mampu untuk mengantar bangsa Indonesia menuju kemajuan
bangsa. Bahkan ada yang berkesimpulan bahwa bangsa Indonesia saat ini mengalami
kemerosotan dan krisis multidimensional.
Pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah, sikap masyarakat terhadap pemahaman
kebangsaan memang mengalami kondisi yang kurang ideal. Bahkan sebagai salah satu
indikator pemahaman masyarakat terhadap konsep kebangsaan dapat ditunjukkan melalui
keyakinanya terhadap ideologi Pancasila. Sangat ironis, ketika Survei Unit Kerja Presiden
Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) 2018 menemukan bahwa dari 100 orang di negara
kita itu masih ada 18 orang yang tidak hapal lirik lagu kebangsaan dan 24 orang dari 100
orang tidak hafal sila-sila dari Pancasila. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Ternyata setelah
sekitar 2 dekade era reformasi bergulir, dengan meninggalkan Pancasila dan mencoba untuk
menerapkan prinsip atau asas lain, kehidupan perpolitikan, ekonomi dan kemasyarakatan
nyatanya tidak bertambah baik, akan tetapi bertambah tidak teratur.
Oleh karena itu, perlu upaya secara terencana dan terpadu dalam rangka peningkatan
pemahaman tentang kebangsaan. Maka, sekolah merupakan institusi yang sangat strategis
dalam mengembangkan pemahaman kebangsaan. SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto
kemudian mengembangkannya melalui pembelajaran IPS dan PPKn. Siswa mendapatkan
dan memahami materi tentang kebangsaan pada pembelajaran IPS dan PPKn tersebut.
Menurut guru IPS dan PPKn SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto, konsep kebangsaan itu
penting, karena kecintaan terhadap tanah air sebagai bagian dari usaha untuk menjaga
keutuhan negara yang didasarkan rasa patriotisme.
PPKn pada dasarnya adalah belajar tentang keindonesiaan, belajar untuk menjadi
manusia yang berkepribadian Indonesia, membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah
air Indonesia. Oleh karena itu, seorang sarjana atau professional sebagai bagian dari
masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia, memiliki
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
21
kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air
Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and
good citizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis.
Di tingkat persekolahan mata pelajaran yang memiliki visi dan misi yang jelas adalah
PPKn. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Winataputra dkk (2007: 2), bahwa: ... PPKn
dapat disikapi sebagai: pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai
dan moral, pendidikan kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak
asasi manusia, dan pendidikan demokrasi. Kemudian Winataputra dkk (2007: 3),
mengemukakan bahwa: Secara keseluruhan Pendidikan Kewarganegaraan memiliki fungsi
yang strategis untuk mewujudkan esensi tujuan pendidikan nasional membentuk warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Menurut Zamroni (2011: 25-26) dalam masyarakat yang demokratis, warga
masyarakat akan taat, patuh dan tunduk pada peraturan, prinsip tersebut ingin diaplikasikan
di sekolah. Kepala sekolah, guru dan orang tua cenderung memiliki kesepakatan bahwa
hendaknya peraturan sekolah disusun dengan melibatkan seluruh stakeholder, khususnya
orang tua siswa dan siswa sendiri.
Maka, perlu ada semangat untuk mengembangkan dan mengaplikasikan konsep
kebangsaan pada kehidupan sekolah, bahkan pada kehidupan di kelas. Disamping
sebagaimana dikemukakan, bahwa jiwa dan karakter kebangsaan yang ada pada diri
seseorang tidaklah tumbuh secara alami, melainkan sebagai hasil suatu rekaya sosial,
khususnya pendidikan yang memiliki peran strategis untuk mengembangkan jiwa dan
karakter tersebut pada diri siswa.
2. Organisasi sebagai Salah Satu bagian dari Pondasi Sikap Kebangsaan
Kemerdekaan Indonesia yang diperoleh pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak bisa
dilepaskan dari semangat kebangsaan dan patriotisme. Para pahlawan terdahulu telah
berjuang mati-matian demi kemerdekaan bangsa ini. Sebagai warga negara Indonesia, sudah
sepatutnya menghargai perjuangan yang dilakukan oleh para pahwalan. Bentuk penghargaan
tersebut dapat dilaksanakan dengan menerapkan semangat kebangsaan dan patriotisme
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut dapat diaktualisasikan melalui berbagai cara, salah satu langkah yang
paling tepat adalah melalui organisasi, sebagai tempat untuk berproses dan berdinamika
supaya menjadi siswa yang siap dalam melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan negara
ini.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
22
Selain melalui pembelajaran di kelas, siswa menyampaikan bahwa konsep kebangsaan
secara aplikatif didapatkan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka dan HW. Serta
didapatkan pula dari berbagai kegiatan di masyarakat, dan pemberitaan di surat kabar cetak
maupun elektronik.
Berdasarkan hasil temuan penelitian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah senantiasa
mempraktikan semangat kebangsaan yang didasarkan pada nilai Pancasila, cintai negeri ini
seperti mencintai tubuh yang sendiri dengan menampilkan budi pekerti, beribadah yang
benar dan bertoleransi. Semangat kebangsaan terpancar seperti penghormatan kepada
bendera, tidak menyebarkan berita hoax dan tidak terlibat hal-hal negatif. Dalam
memberikan pemahaman kepada seluruh siswa terkait dengan membangun kultur
kebangsaan yaitu dengan memberikan materi bahwa Indonesia berdiri dari jerih payah para
syuhada maka perlu penanaman sedini mungkin untuk mencintai negeri ini diawali dari
penanaman disiplin diri.
Menumbuhkah kesadaran kebangsaan memang bukan persoalan yang mudah, karena
harus dibangun dari idealisme yang melekat pada diri seseorang. Selama orang itu tidak
memiliki idealisme sebagai bangsa yang bersatu dalam realitas kebhinekaannya, maka
kesadaran akan nasionalisme itu masih perlu terus dibentuk.
Bahkan dalam tinjauan sejarah kebangsaan Indonesia, pada saat kongres dalam
momentum sumpah pemuda, awalnya masih berupaya untuk menyatukan semangat
persatuan yang selama ini masih bersifat kedaerahan. Kemudian agar perjuangan semakin
mudah maka para pemuda dari berbagai daerah bergabung menjadi satu Pemuda Indonesia,
dengan mengambil suatu keputusan bersejarah yang menentukan bentuk Indonesia untuk
masa mendatang. Dalam kongres tersebut diambil pula keputusan, bahwa lagu Indonesia
Raya yang dikarang oleh W. R. Soepratman menjadi lagu kebangsaan (Hatta, 1997).
Kondisi sejarah pemuda ini menggambarkan bahwa masa penjajahan melahirkan sikap
senasib sepenanggungan yang kemudian berkembang menjadi semangat kebangsaan. Hal
ini dituliskan pula oleh Yudi Latif dalam bukunya yang berjudul mata air keteladanan
(2014), yang menggambarkan bahwa, bila di lihat dari kenyataan historis kaum muda
Indonesia, kesadaraan akan kebangsaan yang sudah ada bukanlah hanya sebatas dari sesuatu
yang tiba-tiba jatuh dari langit, melainkan kesadaran itu sengaja dipupuk melalui semangat
kebangsaan yang sama. Bahkan semangat heroisme pergerakan pemuda dari beragam latar
etnis dan agama yang mendorong percepatan kemerdekaan Indonesia.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
23
3. Semangat Kebersamaan sebagai bentuk penerapan semangat Kebangsaan dalam
menyelesaikan Wabah Pandemi
Bangsa dan negara Indonesia memiliki keberagaman dalam berbagai aspek kehidupan,
tentu ini merupakan tantangan sekaligus anugerah dari Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu,
pendiri bangsa ini sangat peka melihat perbedaan, namun juga tidak meruncingkan
perbedaan tersebut sebagai benih kebencian. Akan tepai justru perbedaan itulah yang
menjadikan bangsa dan negara ini tidak tercerai berai. Pondasi kebangsaan yang kuat adalah
sebagai modal utama dalam membangun persatuan, maka dengan kekuatan semangat
kebersamaan (kolektivitas), negara ini mampu berdiri tegak meski dalam balutan perbedaan.
Oleh karena itu, siswa sebagai bagian dari perjuangan untuk membangun negeri dan
menghadapi pandemi ini, seluruh siswa senantiasa menjalankan nilai-nilai dasar negara
dalam setiap kehidupannya sehari-hari maupun dalam berorganisasi. Artinya dengan adanya
musibah pandemi ini, sekolah dapat menjadikan sebagai momen titik balik untuk kembali
merawat semangat kebangsaan yang selama ini dirobek oleh kepentingan para elit dalam
berebut kuasa. Jiwa Pancasila harus terpancar sebagai kepribadian dan jati diri bangsa.
Bung Karno dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945 mengatakan bahwa kita bukan saja
harus mendirikan negara Indonesia merdeka, tetapi harus menuju pula kepada kekeluargaan
bangsa-bangsa… Kita hendak mendirikan suatu negara “semua untuk semua”, “satu buat
semua, semua buat satu”… Karena itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita
mengambil sebagai dasar negara yang pertama: Kebangsaan Indonesia (Yudi Latif, 2015).
Seluruh stakeholder SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto sepakat bahwa wabah
pandemi ini merupakan musuh bersama, maka harus diselesaikan secara bersama pula. Maka
dari itu, sekolah senantiasa membangun kemitraan yang baik dengan lingkungan keluarga,
dan masyarakat. Tujuannya adalah bersama-sama membentuk siswa sebagai generasi muda
yang islami, berakhlak mulia, dan yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Siswa belum memiliki pemahaman yang utuh terhadap konsep wawasan kebangsaan,
namun secara implisit dalam proses pembelajaran PPKn, guru senantiasa
membangun iklim kebersamaan dan saling membantu. Kondisi ini sebenarnya dapat
dipahami jika benih-benih semangat kebangsaan telah muncul. Pemilihan metode
pembelajaran yang bervariatif digunakan oleh guru PPKn dan guru IPS, yang
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
24
menunjang terhadap sikap kebangsaan siswa. Pembelajaran PPKn dan IPS yang
dilaksanakan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam membentuk semangat
kebangsaan siswa di sekolah yang ditandai dengan arah pencapaian keberhasilan
belajar yang tidak hanya melihat aspek kognitif saja, namun dititikberatkan pula pada
aspek afektif dan psikomotor khususnya yang bermuatan nilai-nilai kebangsaan.
2. Memperkuat organisasi dengan pondasi semangat nasionalisme yang dilandasi oleh
ideologi negara dan nilai-nilai Muhammadiyah. Melalui komitmen organisasi yang
kuat, maka semangat kebangsaan mengalir dalam diri siswa.
3. Praktik semangat kebangsaan siswa diwujudkan melalui partisipasinya dalam
kegiatan pramuka kepanduan HW, kegiatan upacara bendera, kompetisi olahraga
serta acara kesenian daerah merupakan bentuk rangsangan dalam mengembangkan
nilai-nilai kebangsaan dalam diri siswa dan tidak menyebarkan berita hoax tentang
pandemi covid 19.
B. Saran
1. Seluruh stakeholder diharapkan dapat selalu memberikan motivasi dan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan
kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna.
2. Kepada siswa, diharapkan agar dapat memberdayakan seluruh kemampuannya untuk
lebih aktif di dalam kegiatan pembelajaran maupun ekstrakurikuler. Serta terus
memupuk nilai-nilai kebangsaan sebagai bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Cresswell, J.W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. London:
SAGE Publications
_____. 1998. Qualitative Inquiry. Choosing among five Tradition: Sage Publicatons
Hatta, Mohammad. 1997. Edisi II; Demokrasi Kita, Bebas Aktif, Ekonomi Masa Depan.
Jakarta: UI Press
Kurnia, H. (2016). SIKAP NASIONALISME MAHASISWA UNIVERSITAS
COKROAMINOTO YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2015-2016. Academy
of Education Journal, 7(2), 79-88. https://doi.org/10.47200/aoej.v7i2.405
Kusumawati, I., & Kriswanto, Y. (2013). PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
DASAR NEGERI BRENGOSAN 1 KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN
SLEMAN. Academy of Education Journal, 4(1). https://doi.org/10.47200/aoej.v4i1.93
Latif, Yudi. 2014. Mata Air Keteladanan. Pancasila dalam Perbuatan. Jakarta Selatan: Mizan
____. 2015. Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 13 Nomor 1, Januari 2022
25
Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publications
Miles, M.B. & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang
Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi dari judul Qualitative
Data Anlysis. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Sugiman, A. M. (2017). PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME DAN
PATRIOTISME MELALUI MATERI SIKAP SEMANGAT KEBANGSAAN DAN
PATRIOTISME DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA
DAN BERNEGARA PADA PEMBELAJARAN PKn DI SMAN 1 PUNDONG.
Academy of Education Journal, 8(2), 174-199. https://doi.org/10.47200/aoej.v8i2.370
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Yin, K.R. 2008. Case Study Research: Design and Methods (Applied Social Research
Methods). Illinois: Sage Publications, Inc
Winataputra dan Budimansyah, D. 2007. Civic Education. Bandung: Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan
Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Gavin
Kalam Utama