AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
56
IMPLEMENTASI PROGRAM KEWIRAUSAHAAN MELALUI
PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL
Tugino
1
dan Enung Hasanah
2
1, 2
Magister Manajemen Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Indonesia.
Jl. Pramuka No.42, Sidikan, Umbulharjo Yogyakarta
1
Email: tuginomumtaz@gmail.com
2
Email: enung.hasanah@mp.uad.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses implementasi program kewirausahaan melalui
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,
observasi, dan analisis dokumen. Wawancara dilakuan terhadap kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa. Kami melakukan analisis data mengacu pada tulisan
Miles, Huberman, dan Saldana, (2014) yaitu melalui Langkah-langkah mereduksi data, menyajikan
data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) SMA Negeri 2
Banguntapan Bantul melakukan pengembangan program kewirausahaan yang mengacu pada visi
dan misi sekolah; 2) Penanaman sikap berwirausaha dilakukan dalam beberapa tahap koordinasi
persiapan dan perencanaan, pengembangan kewirausahaan pada Kurikulum, sosialisasi pada warga
sekolah, motivasi oleh praktisi dan kunjungan ke DUDI, IHT kewirausahaan; 3) Implementasi
pengembangan program kewirausahaan dilakukan dengan melakukan integrasi mata pelajaran
maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler; pembentukan Kelompok Usaha Siswa (KUS), dan dengan
adanya Bazar.
Kata kunci: kewirausahaan, integrasi pembelajaran, SMA, Kelompok Usaha sekolah, DUDI
ABSTRACT
The purpose of this study was to explore the process of implementing entrepreneurship programs
through craft and entrepreneurship learning at SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul. This research
is a descriptive qualitative research. Data collection was carried out through interviews,
observation, and document analysis. We conducted interviews with school principals, vice-
principals, teachers, students, and parents. We conducted data analysis referring to the writing of
Entrepreneurship Education (Naswan Suharsono, Undiksha), namely through steps to reduce data,
present data, and draw conclusions. The results showed that 1) SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul
developed entrepreneurship programs that refer to the school's vision and mission; 2) Cultivating
an entrepreneurial attitude is carried out in several stages of coordination, preparation and
planning, entrepreneurship development in the curriculum, outreach to school members,
motivation by practitioners and visits to DUDI, entrepreneurial IHT; 3) The implementation of
entrepreneurship program development is carried out by integrating subjects and extracurricular
activities; the formation of the Student Business Group (KUS), and the existence of the Bazaar.
Keywords: entrepreneurship, learning integration, high school, school business group, DUDI
PENDAHULUAN
Kekhawatiran orangtua terhadap anaknya setelah menempuh pendidikan tingkat
SMA meningkat, hal ini terjadi seiring bertambahnya jumlah pengangguran di dunia pada
umumnya, Indonesia pada khususnya. Berbagai usaha telah dilakukan oleh orangtua,
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
57
masyarakat, dan pemerintah dalam upaya mempersiapkan sumberdaya manusia untuk siap
menghadapi tantangan di era gobalisasi di abad 21.
Indonesia sebagai negara besar dengan jumlah penduduk sekitar 267 jiwa di tahun
2020 (BPS Pusat, 2020) menjadi negara yang kuat apabila warga negaranya melakukan
usaha wirausaha dalam kehidupan kesehariannya, selaian dapat menciptakan lapangan
pekerjaan untuk diri sendiri juga dapat memberikan untuk orang lain, dengan kehadiran
wirausaha negara tidak terbebani dengan membuka lapangan pekerjaan yang baru
(Widiyarini, 2018).
Ada 8 negara termasuk Indonesia yang mengalami penurunan skor GEI terbesar
dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil pengukuran ini didasarkan pada 14 pilar yang
dikelompokkan ke dalam 3 subindex yaitu sikap kewirausahaan, kemampuan
kewirausahaan, dan gagasan kewirausahaan. Termasuk di antara pilar tersebut adalah
menangkap peluang (Pillar 1), kemampuan memulai (Pillar 2), inovasi produk (Pillar 10),
dan inovasi proses (Pillar 11). Pada 2018, Indonesia berada di peringkat 94 yang masih di
bawah beberapa negara ASEAN lainnya. (Ács et al., 2018)
Gambar 1. Sikap gagasan dan kemampuan wirausaha (sumber: Acs et al 2018)
Disisi lain yang menambah ironis, bahwa tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia
terutama semakin meningkatnya jumlah penduduk usia produktif yang akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%, artinya bahwa anak
usia 19-23 tahun (lulusan SMA atau SMK) tidak semua dapat melanjutkan ke perguruan
tinggi, sebanyak 70,1% tidak dapat melanjutkan, sementara sebagian mereka belum
memiliki keterampilan untuk terjuan di masyarakat, dikarenakan mereka belum memiliki
sikap, pengetahuan, keterampilan tentang wirausaha dengan baik.
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
58
1.2. Angka Partisipasi Kasar (sumber: BPS 2013)
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia yang
lebih kreatif dan produktif, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah mempersiapkan insan
Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah, Kemendikbud telah menjabarkannya melalu langkah strategis dalam
implementasi Kurikulum 2013.
Tujuan Kurikulum 2013 akan lebih tercapai ketika peserta didik memiliki jiwa dan
ketrampilan kewirausahaan, mereka akan menjadi warganegara yang produktif, kreatif dan
inovatif yang dilandasi nilai-nilai karakter bangsa dan mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat. Rancangan Kurikulum 2013 merupakan implementasi
kecakapan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Critical Thinking, Creativity,
Collaboration dan Communication). Integrasi capaian kemampuan tersebut dirumuskan
terutama dalam mata pelajaran Prakarya dan kewirausahaan dalam Kurikulum 2013.
Struktur kurikulum 2013 SMA memuat mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan
yang memberikan pemahaman dasar tentang kemampuan berwirausaha kepada peserta
didik. Melalui pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan peserta didik dapat mempelajari
teori dan nilai-nilai kewirausahaan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata
melalui praktik, baik yang terintegrasi dalam mata pelajaran maupun yang dilaksanakan
diluar mata pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu solusi untuk mengatasinya
dengan menerapkan program Kewirausahaan di SMA yang diharapkan dapat mendorong
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
59
peserta didik untuk menjadi kreatif dan mandiri, serta mulai tergerak dan berani membuka
usaha sendiri.
Program kemandirian peserta didik salah satu harapan yang terdapat dalam program
kewirausahaan, dengan menerapkan program kewirausahaan diharapkan dapat
menciptakan calon-calon wirausaha yang tahan terhadap tantangan hidup di era globalisasi
yang kian kompetitif saat ini. Tidak hanya berharap setelah lulus menjadi seorang pegawai
atau karyawan, namun dapat menangkap peluang menjadi kesempatan membuka usaha
atau lapangan pekerjaan sendiri. Program kewirausahaan dimaksudkan sebagai salah satu
upaya memberi bekal kepada peserta didik agar mereka memahami konsep kewirausahaan,
memiliki karakter berwirausaha, mampu memanfaatkan peluang, dan mendapatkan
pengalaman langsung berwirausaha, serta terbentuknya lingkungan sekolah yang
berwawasan kewirausahaan.
Pengembangan program wirausaha yang diterapkan di Sekolah Menengah Atas
Negeri 2 Banguntapan Bantul diharapkan dapat dijadikan sebagai role model dan acuan
bagi sekolah lainnya untuk mengembangkan program wirausaha di satuan pendidikan
masing masing, khususnya di daerah Bantul. Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Banguntapan telah melakukan terobosan pengembangan kewirausahaan yang sesuai
dengan visi dan misi sekolah. Diharapkan dengan adanya mata pelajaran prakarya dan
kewirausahaan bisa menumbuhkan minat siswa untuk memulai usaha yang sifatnya masih
sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, peneliti menganggap sangat penting
untuk mengadakan penelitian tentang : “Implementasi program kewirausahaan melalui
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul dengan
tujuan untuk memperoleh informasi rinci dan analisa dari implementasi program
kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan melalui pelajaran prakarya dan
kewirausahaan.
Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi program kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan
melalui pelajaran Prakarya dan kewirausahaan ?
Tujuan Penelitian
Memperoleh informasi rinci dan analisa dari implementasi program kewirausahaan di
SMA Negeri 2 Banguntapan melalui pelajaran Prakarya dan kewirausahaan.
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
60
KAJIAN PUSTAKA
Implementasi
Implementasi suatu kegiatan dilaksanakan setelah melalui tahap perencanaan
dilanjutkan dengan pengorganisasian segala sumber daya yang dimiliki oleh suatu
organisasi dengan matang baru dilaksanakan dalam suatu kegiatan nyata. Menurut Saure
Dan Dislainer dalam Wanadiana (2010:137), Pengarahan merupakan petunjuk untuk
melaksanakan sesuatu, atau perintah resmi seseorang pimpinan kepada bawahannya berupa
petunjuk untuk melaksanakan sesuatu. Pengarahan terdiri dari beberapa kegiatan yakni
pengarahan (commanding), bimbingan (directing), dan kumunikasi (communication).
Sedangkan menurut Andri & Endang, (2015: 47) menjelaskan kegitan pengarahan
dilakukan memiliki fungsi pokok, antara lain: (1)mempengaruhi seseorang supaya bersedia
menjadi pengikut. (2)menaklukkan daya tolak seseorang. (3)membuat seseorang atau
orang-orang suka mengerjakan tugas dengan lebih baik. (4)mendapatkan, memelihara dan
memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas dan organisasi tempat mereka bekerja.
(5)menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seorang atau orang-orang
terhadap Tuhannya, Negara dan masyarakat. Subryosubroto (2005:54) menambahkan
kegiatan pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara: (1) menjalankan
penjelasan singkat/ briefing, (2) melaksanakan rapat kerja, (3) mengarahkan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan (4) memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan.
Rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang
paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih
menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi.
Menurut G.R Terry “….Actuating is getting all the members of the group to want to
achieve and strive to achieve mutual objectives because the want to achieve them G.R
Terry (1997:4) mengemukakan bahwa actuating merupakan bertindak adalah membuat
semua anggota kelompok ingin berprestasi dan berusaha mencapai tujuan bersama karena
ingin mencapainya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini
adalah bahwa seorang termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika (1) merasa yakin akan
mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi
dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting
atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5)
hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
61
Pendidikan Kewirausahaan
Pemahaman tentang berwirausaha perlu didapatkan baik secara teori maupun praktek
baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Menurut Suherman (2010:10) pendidikan
kewirausahaan merupakan proses penanaman kreatifitas dan inovasi dalam mengatasi
masalah, hambatan berbagai resiko dan peluang untuk berhasil. Pendidikan kewirausahaan
mengajarkan penanaman nilai-nilai kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan
perilaku untuk berwirausaha agar peserta didik dapat kreatif dan produktif, selain hal
tersebut juga membekali dengan berbagai kompetensi kewirausahaan yang nantinya akan
membawa manfaat besar bagi peserta didik. Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan
merupakan salah satu program Kementerian Pendidikan Nasional yang pada intinya adalah
pengembangan metodologi pendidikan yang bertujuan untuk membangun manusia yang
berjiwa aktif, kreatif, inovatif dan wirausaha. Program ini ditindaklanjuti dengan upaya
mengintegrasikan kegiatan dalam pembelajaran, pendidikan karakter anak, pendidikan
ekonomi kreatif, dan pendidikan kewirausahaan ke dalam isi kurikulum.
Prakarya dan kewirausahaan
Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan merupakan salah satu mata
pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan bekal pemikiran, sikap, dan kebiasaan
wirausaha kepada peserta didik, memberikan pengetahuan, keterampilan berwirausahaan,
baik berupa barang maupun jasa kepada peserta didik” Wahyu (2016:16). Kementrian
Pendidikan dan kebudayaan (2013) menyebutkan bahwa “prakarya adalah usaha untuk
memperoleh keahlian cekat, cepat dan tepat dengan pengolahan, rekayasa, kerajianan dan
budidaya memanfaatkan bahan, alat, teknik, dan ilmu pengetahuan”. Ruang Lingkup mata
pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan
terdapat empat 4 (konsentrasi) yaitu pengolahan, rekayasa, kerajianan dan budidaya.
Penjelasan ruang lingkup dari setiap standar tersebut adalah sebagai berikut
:1)Kerajinan dikaitkan dengan nilai pendidikan diwujudkan dalam prosedur pembuatan.
Prosedur memproduksi dilalui dengan berbagai tahapan dan beberapa langkah yang
dilakukan oleh beberapa orang. Kinerja ini menumbuhkan wawasan, toleransi sosial serta
social corporateness memulai pemahaman karya orang lain. 2)Rekayasa diartikan usaha
memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari dengan berpikir rasional dan kritis
sehingga menemukan kerangka kerja yang efektif dan efisien. Prinsip rekayasa adalah
mendaur ulang sistem, bahan, dan ide yang disesuaikan dengan perkembangan zaman
(teknologi) terbarukan. Oleh karenanya, rekayasa harus seimbang dan selaras dengan
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
62
kondisi dan potensi daerah setempat menuju karya yang mempunyai nilai jual yang
tinggi.3) Budidaya berpangkal pada cultivation, yaitu suatu kerja yang berusaha untuk
menambah, menumbuhkan, dan mewujudkan benda ataupun makhluk agar lebih besar
(tumbuh), dan berkembang (banyak). Kinerja ini membutuhkan perasaan seolah dirinya
(pembudidaya) hidup, tumbuh dan berkembang. 4)pengolahan artinya membuat,
menciptakan bahan dasar menjadi benda produk jadi agar dapat dimanfaatkan secara
maslahat. Pada prinsipnya, kerja pengolahan adalah mengubah benda mentah menjadi
produk matang dengan mencampur, atau memodifikasi bahan tersebut.
Sekolah Program Kewirausahaan
Program kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik),
sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha.
Pada dasarnya, program kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan
kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan
dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta didik secara bersama-
sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Program kewirausahaan diterapkan ke dalam
kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat
merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat
diinternalisasikan melalui berbagai aspek: 1) Pendidikan kewirausahaan terintegrasi di
dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai,
terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari, melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung
di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan
pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku
dalam kehidupan. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah, pada
saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem
penilaian. Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat
ditanamkan pada peserta didik. Nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan
dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajara. Selanjutnya nilai-nilai pokok
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
63
tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang
diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu:
mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
2) Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi,
bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta
didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler
adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang
memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan
mandiri dan atau kelompok. 3) Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar
mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan pengembangan
diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian
peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan
masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta
kegiatan ekstra kurikuler. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan
pengembangan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan,
kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan
perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri
meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan
secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pribadinya. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari
sekolah ‘business day’ (bazar, karya peserta didik).
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
64
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif di mana penelitian kualitatif
sebagai metode ilmah yang yang bersifat deskriptif digunakan dan dilaksanakan oleh
sekolompok peneliti dalam bidang ilmu sosial, termasuk juga ilmu pendidikan. Menurut
Melong (2012:4) pendekatan kualitatif ini adalah metode yang digunakan untuk
menganalisa data dengan mendeskripsikan data melalui kata-kata yang digunakan untuk
menafsirkan dan menginterpretasikan data dari hasil kata-kata atau lisan dari orang tertentu
dan perilaku yang diamati, Suharsimi Arikunto,(2002:23). Metode ini disebut juga sebagai
metode aristik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut
sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan
interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif, karena pada penelitian kualitatif menggunakan latar
belakang alamiah apa adanya, tanpa dimanipulasi sehingga tidak mementingkan hasil yang
diperoleh tetapi proses pelaksanaan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian bertujuan
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi, pada suatu konteks
khusus yang alamiah memanfaatkan cara alamiah Meleong (2011:6). Penelitian ini
ditekankan pada implementasi program kewirausahaan melalui pelajaran Prakarya dan
kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan.
Partisipan
Subjek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang berkaitan penelitian ingin
diperoleh keterangannya yang mendukung penelitian, Tatang (1995: 92). Partisipasi dalam
penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Adapun rincian dari subjek penelitian
ini adalah kepala sekola, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, guru pengampu mata
pelajaran prakarya dan kewirausahaan dan siswa yang mengikuti program kewirausahaan
di integrasikan dalam mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan yang berbeda jenis
usahanya. Objek penelitian ini adalah implementasi sekolah kewirausahaan di SMA Negeri
2 Banguntapan melalui pelajaran Prakarya dan kewirausahaan.
Informan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Kepala SMA Negeri 2 Banguntapan yaitu untuk mendapatkan data tentang
implementasi program kewirausahaan melalui pembelajaran prakarya dan
kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan.
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
65
b) Tenaga kependidikan di Kepala SMA Negeri 2 Banguntapan untuk mendapatkan
informasi tentang implementasi program kewirausahaan melalui pembelajaran
prakarya dan kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan.
c) Peserta didik untuk mendapatkan informasi tentang implementasi program
kewirausahaan melalui pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA Negeri 2
Banguntapan.
Proses pengumpulan data.
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang diamati dari sumbernya langsung, diamati dan
dicatat untuk pertama kalinya, Margono (2000:87). Adapun data primer dalam penelitian
ini diperoleh oleh peneliti dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, waka kurikulum,
guru, dan beberapa siswa di SMA Negeri 2 Banguntapan.
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti. Data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya, artinya melewati
satu atau lebih dari pihak yang bukan peneliti sendiri. Karena itu perlu adanya
pemerikasaan ketelitian, Marzuki (2000:55). Data sekunder juga sangat penting karena
peneliti juga membutuhkan banyak informasi yang bermanfaat dan berpotensi untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Data sekunder juga dapat berupa buku, artikel, dan
berbagai literature yang relevan dan berhubungan dengan pembahasan penelitian.
Cara Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama
adalah peneliti sendiri menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuanya, Sugiyono (2017:300).
Mengumpulkan data merupakan langkah yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan
penelitian dengan pendekatan apapun, termasuk penelitian kualitatif. Untuk lebih jelasnya,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Wawancara
Pada saat pengumpulan data kualitatif, selain menggunakan teknik observasi
partisipan, peneliti juga dapat menggunakan teknik wawancara. Wawancara merupakan
sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti
kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab, Sudarwan, Danim
(2002:130).
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
66
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan siswa, guru mata pelajaran, waka
kurikulum dan kepala sekolah di SMA Negeri 2 Banguntapan. Wawancara dilakukan
secara personal, dengan mempersiapkan pedoman wawancara terlebih dahulu. Pedoman
wawancara tersebut berisi tentang implementasi program kewirausahaan melalui
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan.
Setelah dilakukan wawancara, peneliti melakukan triangulasi dengan
membandingkan dan mengecek kepercayaan suatu informasi yang diperoleh sumber lain
yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Untuk mencapai kepercayaan itu adalah dengan
membandingkan hasil wawancara antara guru, siswa, waka kurikulum dan kepala sekolah
tentang implementasi program kewirausahaan melalui pembelajaran prakarya dan
kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan.
2. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan
informasi dengan cara mengamati. Observasi dapat ditujukan kepada siswa secara
perorangan atau kelompok, Wahidmurni, (2010:79) Observasi sebagai teknik pengumpulan
data yaitu mempunyai ciri yang spesifik jika dibandingkan dengan teknik yang lain, seperti
wawancara dan kuesioner. Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang komplek, karena suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan
ingatan. Dalam penelitian ini, observasi lapangan dilakukan oleh peneliti dengan cara
melihat langsung ke lokasi yaitu di SMA Negeri 2 Banguntapan.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk tujuan mengumpulkan
data yang berhubungan; profil sekolah, struktur organisasi, visi dan misi sekolah, kondisi
sarana dan prasarana sekolah, data nilai siswa yang bersangkutan, keadaan dan jumlah
siswa serta guru. verifications atau sering dikenal dengan penarikan kesimpulan dan
verifikasi, Miles and Hubermaqn (1984:337).
Proses analisis data
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka untuk itu perlu
dicatat dan diteliti secara rinci, dan dibutuhkan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal
hal yang penting Miles and Huberman(1984:338). Dengan begitu, maka data yang
nantinya akan dipaparkan dalam penelitian ini akan lebih jelas dan mudah dipahami karena
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
67
hanya merupakan data yang memberikan informasi penting dan memberikan gambaran
secara menyeluruh.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam
penelitian ini penyajian data akan disajikan dengan uraian teks yang bersifat narasi. Tujuan
dalam pendisplayan data ini adalah agar hasil penelitian ini mudah untuk difahami.
3. Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Dengan langkah ini maka diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang
telah ditetapkan sehingga menjadi suatu masalah yang sudah jelas dan mungkin dapat
menemukan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Menurut Bogdan dan
Biklen, seperti yang dikutip Lexy Moleong, analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan data, memilah-milah menjadi satuan yang bisa dikelola,
mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan oleh orang lain, Moleong
(2009:248)
Trianggulasi Data
Dalam penelitian yang terkait dengan implementasi program kewirausahaan melalui
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan, untuk
mendapatkan tingkat kepercayaan atau kredibiltas yang tinggi sesuai dengan fakta di
lapangan, maka peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian
akurat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Trianggulasi yaitu
metode yang dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang
berbeda. Dalam konteks ini, trianggulasi yang dilakukan, terdiri dari empat, yaitu a)
Trinaggulasi data (data triangguation) atau triangulasi sumber adalah penelitian dengan
menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis;
b) Trianggulasi peneliti (investigator trianggulation) adalah hasil peneliti baik dan maupun
simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti; c) Trianggulasi metodologis (methodological trianggulation) jenis
trianggulasi bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi
dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda; d) Trianggulasi
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
68
teoritis (theoretical trianggulation) trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu menggali
kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data itu.
Dalam hal ini peneliti membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dari siswa, guru,
waka kurikulum dan kepala sekolah yang terkait dengan implementasi program
kewirausahaan melalui pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA Negeri 2
Banguntapan. Dari metode yang berbeda, maka diperoleh data yang berbeda pula dan
akhirnya akan diperoleh dengan keluasan pengetahuan untuk memperoleh suatu kebenaran
yang handal. Metode yang dipakai, yaitu: (1)Membandingkan data hasil pengamatan
dengan hasil wawancara. (2)Membandingkan perkataan orang didepan umum dengan
perkataan secara pribadi. (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan orang disepanjang waktu. (4)Membandingkan
keadaan dan perspektif secara seorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan
pemerintah. (5)Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang dapat dikumpulkan, diketahui bahwa Pelaksanaan program
kewirausahaan dimulai tanggal 4 Mei 2018 hingga sekarang. Program kewirausahaan ini di
terapkan hanya untuk kelas X dengan tujuan untuk memberikan informasi sejak dini terkait
kewirausahaan dan karena di kelas X belum begitu banyak tugas dalam kegiatan belajar
mengajar belum begitu berat di bandingkan kelas XI dan XII. Program integrasi
kewirausahaan masuk dalam pembelajaran mengacu pada panduan RPP sesuai dengan
kurikulum 2013. Siswa yang dibekali dan diberi pelatihan skill dan keterampilan serta
pengajaran tentang prakarya dan kewirausahaan, tidak hanya mendapatkan teori di dalam
kelas namun juga mempraktikkannya langsung dilapangan, hal ini dimaksudkan untuk
mengukur seberapa besar penerapan teori tentang prakarya dan kewirausahaan siswa di
dalam lapangan (Elliott et al., 2020). Di SMA Negeri 2 Banguntapan siswanya
mendapatkan tugas praktik prakarya dan kewirausahaan dari gurunya untuk membuka
peluang bagi mereka dalam mengembangkan ide dan kreatifitas dibidang wirausaha oleh
karena itu diarahkan siswa untuk berlatih membuat bisnis yang skala kecil-kecilan dapat
berupa membuat barang kerajianan, budidaya hewan dan tumbuhan yang layak jual,
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
69
pengolahan barang sisa proses produksi, dan sebagainya sesuai dengan bakat minat peserta
didik yang sekiranya laku di pasar yang diminati konsumen.
Rangkaian kegiatan adalah sebagai berikut:1) melaksanakan koordinasi persiapan
dan perencanaan, 2) pengembangan kewirausahaan kurikulum, 3) sosialisasi kepada warga
sekolah, 4) motivasi dari praktisi wirausahawan, 5)In Haouse Training (IHT)
kewirausahaan, 6) Implementasi kewirausahaan melalui kelompok usaha siswa, 7)
implementasi kewirausahaan pameran karya siswa melalui bazar, dan 8) penyusunan
laporan dan dokumentasi.
1) Proses keordinasi persiapan dan perencanaan;
Penelitian ini menganalisis bagaimana implementasi program pengembangan
kewirausahaan bagi pelaku usaha sosial dalam meningkatkan pengetahuan kewirausahaan,
kemampuan kewirausahaan, dan mental kewirausahaan sehingga terciptanya pelaku usaha
yang kompetitif dan berdaya saing tinggi baik dari segi penciptaan produk ataupun jasa,
maupun keahlian di bidang teknis dan lunak. Secara menyeluruh dapat disimpulkan bahwa
program pengembangan kewirausahaan berdampak positif terhadap penciptaan pelaku
usaha yang kompetitif.
Jika diterapkan dalam kewirausahaan sosial, maka tujuan akhirnya adalah
menghasilkan produk atau jasa yang berdampak langsung terhadap perubahan sosial di
lingkungan dimana dia tinggal. Pelaku usaha baik konvensional maupun sosial dapat
bersaing dalam kompetisi global dikarenakan pengetahuan dan pengalaman
kewirausahaannya.
2) Tahap-tahap kegiatan pengembangan program kewirausahaan
a. Melaksanakan keordinasi persiapan dan perencanaan.
Dalam mengawali kegiatan program kewirausahaan yang pertama adalah tahap
persiapan yaitu dengan melakukan kegiatan sebelum memulai mengumpulkan data-
data yang dibutuhkan untuk memenuhi sebelum kegiatan dilaksanakan. Selanjutnya
menyusun rangkaian atau kerangka kegiatan yang akan dilakukan dengan tujuan agar
waktu dan kegiatan yang akan dilakukan bisa efektif, efisien sesuai yang ditentukan.
Adapun susunan dari tahapan yang dilakukan meliputi : 1) Studi pustaka dari berbagai
sumber yang berhubungan dengan program kewirausahaan, 2) Menentukan data apa
saja yang diperlukan untuk mendukung proses program kewirausahaan, 3)
Mempersiapkan semua persyaratan administrasi dan teknis termasuk
penanggungjawab yang akan melaksanakan program kewirausahaan. Selain hal
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
70
tersebut juga mempersiapkan terkait dengan perencanaan. Pengertian perencanaan
adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang
serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya, Rustiadi
(2008:339). Dalam perencanaan akan terdapat aktivitas pengujian beberapa arah
pencapaian, mengkaji ketidakpastian, menentukan arah pencapaian, serta menentukan
langkah untuk mencapainya termasuk merencanakan sesuai rencana awal dan
menentukan alternatifnya. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
paling penting di mana di dalamnya terdapat aktivitas mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi, serta mengembangkan rencana kerja organisasi.
Perencanaan adalah tahap awal dalam kegiatan suatu organisasi terkait dengan
pencapaian tujuan organisasi tersebut.
kepala sekolah melakukan koordinasi dengan sumber daya yang dimiliki sekolah dari
wakil kepala bagian kurikulum, kesiswaan, saranaprasarana dan humas juga dengan
melibatkan wali kelas kelas x dengan guru pengampu mata pelajaran prakarya dan
kewirausahaan. selanjutnya membentuk suatu Tim yang mengelolaan program
kewirausahaan di SMA Negeri 2 Banguntapan. Bagaimana untuk memberikan
pemahaman yang sama terhadap konsep dan pemahaman tentang program
kewirausahaan melalui pembelajaran prakarya dan kewirausahaan yang akan
dilaksanakan. Kelengkapan administrasi untuk menunjang program kewirausahaan,
mempersiapkan data siswa yang akan mengikuti program kewirausahaan.
b. Pengembangan kewirausahaan kurikulum
Pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses kurikulum adalah
penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga
hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter
wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta
didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun
di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain
untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga
dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli,
dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah
ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian
ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran
maupun melalui sistem penilaian.
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
71
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat
ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus
ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka
penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai nilai
kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok
sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai
pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata
pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun
kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai
kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan
dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu
kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan
diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan
menambahkan pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan
nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai
kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian,
dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip
ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses
ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan
kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan. Pengintegrasian nilai-nilai
kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah
berikut: 1) mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan
sudah tercakup didalamnya. 2)mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah
tercantum di dalam SKdan KD kedalam silabus. 3)mengembangkan langkah
pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki
kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
4)memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan
ke dalam RPP. Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan hendaknya memperhatikan
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
72
potensi lokal daerah masing-masing, sesuai dengan lokasi/tempat siswa tinggal.
Pertimbangan lain adalah heterogenitas latar belakang siswa, seperti kehidupan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan usia tingkat perkembangan siswa, yang pada
gilirannya siswa akan memiliki jiwa berwirausaha dan memiliki kesadaran tinggi
untuk mengaktualisasikan potensinya secara cerdas dalam kehidupan bermasayarakat.
c. Motivasi dari wirausahawan
Motivasi merupakan dorongan, minat yang terdapat dalam diri seseorang dalam
mencapai harapan dan cita-cita yang diinginkan. motivasi merupakan suatu potensial
terdapat dalam diri manusia dapat di tumbuhkembangkan baik diri sendiri maupun
orang lain yang berkisar imbalan yang berbentuk uang maupun lainnya, winardi
(2016:6)Orang yang memiliki motivasi akan melakukan mewujudkan harapannya
dengan penuh semangat tidak mengenal hambatan dan kendala yang dihadapi.
Wirausawan (entrepreneur) merupakan orang yag kegiatan keseharian memiliki
kecerdasan memahami produk baru, cara membuatnya, mengatur operasional dalam
menciptakan produk serta memasarkan produk konsumen dan memanajemen
keuangannya.
Pemberian motivasi dari para praktisi atau wirausahawan diharapkan akan menerima
informasi yang nyata tentang pengelolaan usaha baik keunggulan dan kelemahan yang
dihadapi pelaku usaha, selain hal tersebut diharapkan akan menumbuhkan minat
berwirausaha bagi peserta didik ditandai dengan adanya sikap dan wawasan
kewirausahaan bagaimana seorang mumualai usaha, melakukannya dengan memualai
dari nol, suka dukanya dalam menjalani mengelola usaha, pengalaman yang sangat
mengesankan. Dengan pemberian motivasi peserta didik yang berminat dalam
wirausaha akan tertarik dengan pengetahuan atau ilmu yang berhubungan dengan
minatnya tersebut. Semakin besar minat siswa untuk tertarik kepada bidang
kewirausahaan, maka akan besar pula usaha dan keinginan siswa untuk
mewujudkannya keinginanya dalam melakasanakan wirausaha. Motivasi memiliki
beberapa fungsi yang sangat membantu wirausaha pemula untuk mengawali kegiatan
wirausaha, maka beberapa fungsinya diantaranya sebagai berikut :1)menentukan arah
langkah dapat menuntun seseorang dalam menentukan langkah dalam memualai
usaha, motivasi inilah yang akan menggerakkan siswa-siswa untuk selalu melakukan
hal-hal terbaik dalam memualai usaha. Sehingga, motivasi juga dapat menentukan
kesuksesan dalam memulai usaha. 2)menentukan keputusan tindakan saat menjalani
wirausaha, tentu akan banyak tindakan-tindakan yang diambil, baik yang beresiko
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
73
kecil hingga besar. Tujuan dan motivasi itu sendiri adalah untuk menentukan setiap
tindakan yang diambil. Apakah suatu keputusan dalam mengambil tindakan sudah
tepat sesuai kondisi? Bagaimana implikasi dan resiko ke depannya? Itu semua
tergantung keputusan setelah menerima motivasi. 3)menyeleksi Perbuatan dengan
motivasi dari orang yang sudah berpengalaman maka siswa yang akan memulai usaha
dapat menentukan berbagai perbuatan yang menentukan skala prioritas. Artinya, siswa
akan mampu menentukan perbuatan yang memberikan hasil baik ke depannya.
d. Kunjungan ke dunia usaha dan industri (DU/DI)
Kegiatan kunjungan ke dunia usaha dan industri diharapkan agar siswa mengenal
situasi dan kondisi terbaru dunia kerja, apa yang perlu dipersiapkan dan direncanakan
sejak sekarang. Ada beberapa kemajuan sebagai bentuk kedinamisan dalam hidup ada
banyak perubahan yang saat ini dibutuhkan. Dengan kunjungan ini siswa dapat
menambah wawasan tentang ketercapaian pembelajaran apa yang didapatkan di
bangku sekolah dan di praktekkan di lapangan sehingga mempunyai kompetensi yang
dibutuhkan. Selain hal tersebut juga mempunyai manfaat untuk memperluas wawasan
teori siswa terkait dengan cara pengelolaan usaha yang tepat sehingga meminimkan
kesalahan dalam pengelolaan usaha, apa yang dibutuhkan oleh pasar, kwalitas barang
dan lain sebagainya. Disamping hal tersebut dalam kunjungan ke dunia usaha dan
dunia industri membentuk sikap siswa mengenal budaya industri, disiplin dalam
bekerja, memberikan pengetahuan tentang bentuk pengembangan bakat, pendidikan
psikomotor basic dan sikap sehari-hari yang tertuju pada menciptakan suatu ide dan
gagasan dalam menciptakan suatu karya yang dapat dipasarkan dan layak jual.
Setidaknya minimal ada tiga capaian yang bisa diperoleh dalam pelaksanaan
kunjungan dunia usaha dan industri yaitu pembukaan wawasan, penanaman sikap dan
pembekalan teknis berwirausaha pada bidang tertentu (Indriaturrahmi & Sudiyatno,
2016). Untuk mencapai ketiga hal tersebut, maka kegiatan kunjungan di dunia dunia
usaha dan industri harus diselaraskan pada upaya pembukaan wawasan, penanaman
sikap dan pembekalan teknis berwirausaha. Kunjungan ke dunia usaha dan industri
merupakan usaha dalam upaya memperluas wawasan pengetahuan lingkungan kerja,
memotivasi siswa memiliki keinginan bekerja mendirikan usaha sendiri, bagaiman
memberikan bekal ilmu tentang bagaimana cara bekerja dengan benar, memupuk rasa
kedisiplinan dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya, menyaksikan secara
langsung bagaimana proses produksi baik barang maupun jasa dari barang mentah,
setengah jadi dan menjadi barang jadi yang siap digunakan oleh konsumen, dan
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
74
bagaimana pula cara memasarkan sampai ketangan konsumen dengan baik dan benar
oleh siswa.
e. Pembimbingan proposal usaha siswa
Proposal Usaha Siswa merupakan proposal yang dimaksudkan untuk memberikan
gambaran secara jelas tentang usaha yang akan dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini
akan diuraikan apa bidang usaha yang dilaksanakan oleh siswa. Proposal usaha ini
digunakan secara kelompok yang memuat tentang profil bidang usaha, estimasi
peluang dan ancamannya, bagaimana permodalannya, pengelolaanya, pemasaran dan
suplayer bahan baku secara detail (Katz et al., 2016). Ada beberapa manfaat yang
dapat diambil proposal usaha yaitu : sebagai sarana untuk melakukan analisis aspek-
aspek usaha yang akan dijalankan, landasan atau acuan seorang pengusaha dalam
menjalankan bisnisnya, untuk membantu pengusaha dalam menguji dan
mengembangkan strategi usaha yang dijalankan apakah sesuai dengan harapan,
sebagai media informasi dan komunikasi bagi pihak-pihak yang akan menjadi mitra
bisnis, sebagai media informasi mengenai sumber-sumber finansial serta dokumen
penting mengenai evaluasi finansial di masa mendatang.
Manfaat proposal usaha yang pertama adalah untuk membantu wirausahawan
untuk dapat berpikir kritis dan objektif atas bidang usaha yang akan dimasukinya.
Proposal usaha adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausahawan yang
menggambarkan semua unsur yang relevan, baik internal maupun eksternal, mengenai
usaha atau proyek baru, atau dapat dikatakan bahwa proposal usaha merupakan
dokumen tertulis yang berisi mengenai usaha baru yang sedang direncanakan.
Proposal usaha sangat membantu siswa dalam berwirausaha (Elliott et al., 2020).
Proposal merupakan suatu rangkuman rencana usaha dan gagasan pemikiran yang
bersifat teoritis. Keseluruhan isi proposal usaha mendorong wirausahawan untuk
menganalisis keseluruhan aspek usaha dan mempersiapkan alternatif strategi yang
efektif untuk menghadapi situasi yang ada.
Proposal usaha sangat membantu kita dalam berwirausaha. Proposal merupakan
suatu rangkuman rencana usaha dan gagasan pemikiran yang bersifat teoritis.
Keseluruhan isi proposal usaha mendorong wirausahawan untuk menganalisis
keseluruhan aspek untuk:
1) Kesesuaian jenis usaha siswa dengan kompetensi mata pelajaran Prakarya dan
kewirausahaan yang diselenggarakan sekolah
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
75
2) Kelayakan usaha yang mencakup : biaya produksi, masa produksi, inovasi,
kreatifitas dan pemasaran.
3) Pelaksanakan produksi, promosi dan pemasaran.
4) Masa produksi, promosi dan pemasaran disesuaikan dengan jenis usaha yang
dipilih (minimal dalam satu semester menghasilkan satu produksi)
5) Kegiatan gebmyar PKWU dengan bazar pada akhir semester
f. Pembentukan kelompok usaha siswa (KUS)
Pembentukan kelompok usaha siswa di harapkan mampu bekerja sama mewujudkan usaha
yang baik, dalam kelompok tentu diharapkan sudah mempersiapkan proposal usaha (plan)
apa yang harus di persiapkan. Selain hal tersebut juga tidak kalah pentingnya adalah
bagaimana melakukan suatu pembagian tugas (organizing) dalam kelompok tersebut
(Grohs et al., 2017). Kelompok usaha siswa terdiri dari 5-6 anggota yang di ketua
merangkap anggota. Kemudian memusyawarhkan bidang apa yang akan dilakukan dengan
pilihan kerajinan, budidaya, rekayasa dan pengolahan. Pada kegiatan KUS ini, seluruh
siswa kelas X dibagi menjadi 40 Kelompok Usaha Siswa, dan mereka diajarkan bagaimana
seorang wirausahawan yang baik dan memahami keadaan. Setelah proposal disetujui oleh
guru pembimbing, mereka diberikan modal sebesar Rp 1.000.000,- per KUS yang nantinya
akan mereka gunakankan untuk modal wirausaha mereka dengan menciptakan produk-
produk yang inovatif dan kreatif. Meskipun demikian mereka tidak berjalan sendiri,
mereka setiap KUS juga dibimbing oleh satu guru pendamping yang merupakan bapak ibu
guru di SMA negeri 2 banguntapan. Jadi, pada intinya, event KUS ini bermanfaat untuk
siswa dan bapak ibu guru. Setelah melakukan kegiatan wirausaha selama kurang lebih 2
bulan sejak Agustus, pada hari ini seluruh KUS yang ada di SMAN 2 Banguntapan
melakukan bazaar di halaman sekolah, yang mana merupakan ajang untuk launching event
KUS kepada orangtua mereka masing-masing. Kegiatan bazaar (ekspo) event ini
dilaksanakan bulan Desember sebagai akhir dari proses awal sampai akhir dan puncaknya
di kegiatan bazaar. Setiap pengunjung pameran dalam bazaar mencoba produk-produk dari
KUS di sini, langsung di kampus SMA Negeri 2 Banguntapan menyaksikan kegiatan
bazaar mulai dari wali murid, siswa, tokoh masyarakat, tamu undangan lainnya di sekitar
sekolah.
g. Implementasi kewirausahaan pameran karya siswa melalui bazar
SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul adalah SMA yang mendukung penuh pengembangan
kreatifitas peserta didik disegala bidang. Bukan hanya di akademik saja, namun juga di
non-akademik. Salah satu bentuk dukungan sekolah terhadap pengembangan non-
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
76
akademik siswa adalah disediakannya sebuah kegiatan dalam bentuk Pameran, Bazar.
Dalam kegiatan tersebut, peserta didik dapat mencurahkan segala kemampuan yang
dimiliki sesuai dengan passion dan minat mereka. Hal ini dilakukan dengan penuh
tanggung jawab dan suka cita.
Peserta didik yang memiliki karya siswa atau kemampuan di bidang kerajinan, pengolahan,
budidaya dan rekayasa (gambar, membuat kerajianan tangan/handmade) dapat memilih
dan menentukan pameran sebagai fokus kreasi. Sedangkan peserta didik yang menguasai
tentang boga/ memasak atau pandai dibidang penjualan dapat bergabung ke kelompok
bazar. Bazar disini tidak hanya makanan dan minuman saja. Peserta didik juga dapat
menjual hasil karya yang telah dibuat atau hanya sekedar menjadi reseller (penjual pihak
ke-dua). Tentu saja sekolah tidak hanya menyediakan pilihan bidang kreatifitas dan bakat
ini sesuai kesepakatan antara kelompok siswa dengan pembimbing. Masing-masing dari
bidang mempunyai pembimbing yang kompeten sesuai kompetensinya. Sehingga peserta
didik tidak berjalan sendiri, tapi bersatu padu menciptakan sebuah Pameran, Bazar yang
menunjukan hasil karya siswa dalam bidang prakarya dan kewirausahaan.
Pelaksanaan Pameran, Bazar dilaksanakan setiap akhir semester dan pada event-event
tertentu yang mana mengundang banyak orang, seperti wali murid, komite ataupun alumni.
Persiapan Pameran, Bazar dan Penta Seni dilakukan menyesuaikan dengan kondisi
sekolah. Jika dilaksanakan bertepatan dengan berakhirnya program kewirausahaan. Namun
jika Pameran, Bazar juga dapat dilaksankan berbarengan dengan mempertingati event
tertentu (ulang tahun sekolah, dll), maka persiapan akan dilaksanakan setelah pulang
sekolah tanpa mengganggu jam belajar peserta didik.
Pameran, Bazar dan Penta Seni mendapat sambutan sangat baik dari berbagai kalangan.
Mulai dari guru non-pembimbing kegiatan, wali murid, komite bahkan pengawas sekolah.
Hal ini dikarenakan, kegiatan Pameran Bazar tidak hanya sebagai kegiatan unjuk
kreatifitas, namun juga kegiatan yang menunjukan prestasi dan kemampuan dalam
membuat rintisan usaha dan pembelajaran bersosial bagi peserta didik. Dengan adanya
kegiatan Pameran, Bazar dan Penta Seni, peserta didik dapat: 1)mengembangkan
pengendalian atas emosi pribadi, 2)belajar bersosialisasi positif, 3)mengembangkan
kemampuan komunikasi, 4)eksplor beragam karya siswa, 5)belajar bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugas program kewirausahaan.
h. Penyusunan laporan dan dokumentasi
Membuat laporan kerap kali dilakukan dalam mengerjakan tugas laporan peraktek atau
laporan kegiatan yang ditugaskan oleh guru di sekolah. Laporan harus mempunyai format
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
77
penulisan yang baik. Selain itu, isi yang mudah dipahami sudah menjadi keharusan agar
pembaca mengerti apa yang dimaksud dalam isi laporan tersebut, sehingga pembaca akan
antusias membacanya. Laporan adalah segala sesuatu, baik itu peristiwa ataupun kegiatan
yang dilaporkan dan dapat berbentuk lisan ataupun tertulis berdasarkan fakta atau peristiwa
yang terjadi. Ada beberapa jenis laporan, seperti laporan perjalanan, laporan penelitian,
dan laporan perjalanan. Hakikatnya, laporan perjalanan adalah cerita tentang perjalanan
yang kita lakukan. Didalamnya termasuk laporan non-formal karena tidak menggunakan
sistematika standar laporan resmi. Laporan kegiatan makanan khas daerah dibuat dalam
bentuk proposal. Proposal yang dibuat pada laporan kegiatan makanan bermanfaat untuk
beberapa hal seperti berikut.1)membantu wirausaha untuk mengembangkan usahanya serta
menguji strategi serta hasil yang diharapkan dari sudut pandang pihak lain (investor).
2)membantu wirausaha untuk berpikir secara kritis dan obyektif atas bidang usaha yang
akan dijalankan. 3)sebagai alat komunikasi dalam pemaparan dan meyakinkan gagasan
kepada pihak yang lain 4).membantu meningkat kan keberhasilan para wirausaha
5).menganalisis Laporan Kegiatan Usaha Laporan adalah alat pemberitahuan dari suatu tim
kerja yang disusun dengan lengkap, sistematis, serta kronologis. Laporan adalah suatu
keterangan akan suatu peristiwa atau perihal yang ditulis berdasarkan berbagai data, fakta,
dan keterangan yang melingkupi peristiwa atau perihal tersebut.
Setiap kelompok usaha siswa yang telak melaksanakan bazar pada akhir periode langkah
selanjutnya adalah dengan membuat laporan kegiatan program kewirausahaan dilengkapi
dengan dokumen yang telak dilaksanakan. Adapun laporan tersebut berisi sesuai dengan
proposal usaha yang diajukan dengan dilengkapi hasil pencapaian yang telah diraih. Antara
lain meliputi latarbelakang maslah, tujuan usaha, pelaksanaan kegiatan. Bab pembahasan
mengenai bagaimana mengenai bahan baku, proses produksi, pengemasan produk,
melakukan pemasaran produk, biaya produksi, laporan keuangan mendapatkan keuntungan
atau kerugian, hambatan dan kendala yang dihadai oleh siswa. untuk bab selanjutnya berisi
tentang kesimpulan dan saran dari setiap kelompok dan dilampirkan foto kegiatan program
kewirausahaan mulai dari awal sampai dengan akhir kegiatan.
SIMPULAN
Dalam penelitian ini menunjukan bahawa Implementasi program kewirausahaan di
SMA Negeri Banguntapan 2 Bantul sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut dilakukan
sudah sesuai dengan harapan dalam konsep rumusan program kewirausahaan melalui
beberapa tahapan diantaranya melakukan persiapan serta perencanaan, melakukan
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
78
sosialisasi dan motivasi dari praktisi wirausahawan, kunjungan ke dunia usaha dan
industri (DUDI), Pembimbingan proposal usaha siswa, pembentukan kelompok usaha
siswa (KUS), melakukan bazar dan membuat laporan serta dokumentasi. Program
kewirausahaan ini sangat bermanfaat bagi siswa yang untuk mempersiapkan sikap mental
siswa setelah lulus sekolah dapat membuka usaha sendiri berwirausaha mencitakan
lapangan pekerjaan sendiri dan tidah hanya menggantungkan menjadi pegawai atau
karyawan semata, selain dapat membantu diri sendiri juga membantu orang lain dalam
upaya mengentaskan dari pengangguran.
SARAN
Adapun beberapa saran untuk program kewirausahaan ini adalah sebagai
diantaranya:
a. perlu adanya dukungan motivasi orangtua siswa, dengan kesadaran bahwa program ini
bertujuan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di
masyarakat dengan membuka usaha, sehingga diharapkan dengan pemahaman yang
sama antara sekolah dan orangtua sehingga memahami program kewirausahaan tidak
untuk membebani siswa.
b. perlu diadakan sosialisasi kepada peserta didik di tingkat Sekolah Dasar dan lanjutan
bahwa wirausaha adalah tidak hanya berdagang semata, namun semua produksi,
budidaya, kerajinan dan lain sebagainya yang layak untuk dijual dan di optimalkan
sehingga membuka lapangan pekerjaan dan menghasilkan pendapatan juga termasuk
wirausaha baik dalam bentuk barang maupun jasa.
c. Terbatasnya waktu yang dilakukan sehingga belum optimal dalam menjalankan
latihan wirausaha, perlu adanya penambahan waktu agar dan program berkelanjutan
sehingga setelah selesai belajar di SMA siswa masih memiliki sikap mental dan
berkeinginan menjadi seorang wirausaha dikemuan hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ács, Z. J., Szerb, L., Lafuente, E., & Lloyd, A. (2018). The Global Entrepreneurship and
Development Index. 1990, 2137. https://doi.org/10.1007/978-3-030-03279-1_3
Amirin, M. Tatang. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Arikunto, Suharsimi & Lia Yuliana. 2009. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta. Aditya
Media.
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
79
Chu, T., & Wen, Q. (2019). Does College Education Promote Entrepreneurship in China?
Journal of Labor Research, 40(4), 463486. https://doi.org/10.1007/s12122-019-
09293-0
Demircioglu, M. A., & Chowdhury, F. (2020). Entrepreneurship in public organizations:
the role of leadership behavior. Small Business Economics.
https://doi.org/10.1007/s11187-020-00328-w
Djumbur. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung. CV Ilmu.
Elliott, C., Mavriplis, C., & Anis, H. (2020). An entrepreneurship education and peer
mentoring program for women in STEM: mentors’ experiences and perceptions of
entrepreneurial self-efficacy and intent. International Entrepreneurship and
Management Journal, 16(1), 4367. https://doi.org/10.1007/s11365-019-00624-2
Feriyanto, Andri dan Shyta, Endang Triana. 2015. Pengantar Manajemen (3 in 1).
Kebumen: Mediatera.
Fitri, R. P. (2017). Implementasi Pembelajaran Mata Kuliah Kewirausahaan Untuk
Meningkatkan Minat Mahasiswa Berwirausaha Prodi Pendidikan Ekonomi IKIP
PGRI Bojonegoro. 2636.
George R. Terry. 1997. Principles Of Management, seventh Edition, Richard D. Irwin, Inc,
Homewood, Illionis.
Indriaturrahmi, I., & Sudiyatno, S. (2016). Peran Dunia Usaha Dan Dunia Industri Dalam
Penyelenggaraan Smk Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Mataram. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 6(2), 162. https://doi.org/10.21831/jpv.v6i2.6277
Kang, Y., & Lee, K. (2020). Designing technology entrepreneurship education using
computational thinking. Education and Information Technologies.
https://doi.org/10.1007/s10639-020-10231-2
Katz, J. A., Hanke, R., Maidment, F., Weaver, K. M., & Alpi, S. (2016). Proposal for two
model undergraduate curricula in entrepreneurship. International Entrepreneurship
and Management Journal, 12(2), 487506. https://doi.org/10.1007/s11365-014-
0349-9
Kemendikbud. 2013. Buku Guru Prakarya. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif
Marzuki. 2000. Metologi Riset. Yogyakarta: PT Prasetia Widia Pratama.
Miles and Hubermaqn. 1984. Qualititative Data Analysis A Sorcebook of New Metodes.
London. Sage Publication.
Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.
…………2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
80
Senzaki, N. N. (2019). No Titיליle. ペインクリニック学会治療指針2, February, 19.
https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78
Sudarwan, Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung. Pustaka Setia.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta,
2011.
Sugiyono. 2013. Metode Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Suherman, Eman. 2010. Desain Pembelajaran Kewirausahaan. Bandung. Alfabeta.
Sun, D., Li, S., & Xu, X. (2020). Analysis of reform and development strategies of China’s
Internet innovation and entrepreneurship education. Entrepreneurship Education,
3(1), 7793. https://doi.org/10.1007/s41959-020-00024-6
Thomas W Zimmerer 2011. Kewirausahaan. Yogyakarta. Penerbit CV Andi Offset.
(2009:54).
Wahidmurni. 2010. Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta. Nuha
Liters.
Wahyu, Catarina. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan
Dengan Prinsip The Great Young entrepreneur Di SMK untuk Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Vokasi Volume 6 (No.1).
Wanadiana, 2010. Pengaruh dan Fungsi Pengarahan. Bandung: Institute Teknologi
bandung.
Widiyarini. (2018). Mengurangi Pengangguran Terdidik dengan Meningkatkan Semangat
Kewirausahaan Melalui Pelatihan Jasa Laundry. Sosio E-Kons, 10(3), 199206.
https://doi.org/10.30998/sosioekons.v10i3.2844
Winardi. 2003. Entrepreneur & Entrepreneurship. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Winardi. 2016. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Ács, Z. J., Szerb, L., Lafuente, E., & Lloyd, A. (2018). The Global Entrepreneurship and
Development Index. 1990, 2137. https://doi.org/10.1007/978-3-030-03279-1_3
Chu, T., & Wen, Q. (2019). Does College Education Promote Entrepreneurship in China?
Journal of Labor Research, 40(4), 463486. https://doi.org/10.1007/s12122-019-
09293-0
Demircioglu, M. A., & Chowdhury, F. (2020). Entrepreneurship in public organizations:
the role of leadership behavior. Small Business Economics.
https://doi.org/10.1007/s11187-020-00328-w
AoEJ: Academy of Education Journal
Volume 12 Nomor 1, Januari 2021
81
Elliott, C., Mavriplis, C., & Anis, H. (2020). An entrepreneurship education and peer
mentoring program for women in STEM: mentors’ experiences and perceptions of
entrepreneurial self-efficacy and intent. International Entrepreneurship and
Management Journal, 16(1), 4367. https://doi.org/10.1007/s11365-019-00624-2
Fitri, R. P. (2017). Implementasi Pembelajaran Mata Kuliah Kewirausahaan Untuk
Meningkatkan Minat Mahasiswa Berwirausaha Prodi Pendidikan Ekonomi IKIP
PGRI Bojonegoro. 2636.
Grohs, S., Schneiders, K., & Heinze, R. G. (2017). Outsiders and Intrapreneurs: The
Institutional Embeddedness of Social Entrepreneurship in Germany. Voluntas, 28(6),
25692591. https://doi.org/10.1007/s11266-016-9777-1
Indriaturrahmi, I., & Sudiyatno, S. (2016). Peran Dunia Usaha Dan Dunia Industri Dalam
Penyelenggaraan Smk Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Mataram. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 6(2), 162. https://doi.org/10.21831/jpv.v6i2.6277
Kang, Y., & Lee, K. (2020). Designing technology entrepreneurship education using
computational thinking. Education and Information Technologies.
https://doi.org/10.1007/s10639-020-10231-2
Katz, J. A., Hanke, R., Maidment, F., Weaver, K. M., & Alpi, S. (2016). Proposal for two
model undergraduate curricula in entrepreneurship. International Entrepreneurship
and Management Journal, 12(2), 487506. https://doi.org/10.1007/s11365-014-
0349-9
Senzaki, N. N. (2019). No Titיליle. ペインクリニック学会治療指針2, February, 19.
https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78
Sun, D., Li, S., & Xu, X. (2020). Analysis of reform and development strategies of China’s
Internet innovation and entrepreneurship education. Entrepreneurship Education,
3(1), 7793. https://doi.org/10.1007/s41959-020-00024-6
Widiyarini. (2018). Mengurangi Pengangguran Terdidik dengan Meningkatkan Semangat
Kewirausahaan Melalui Pelatihan Jasa Laundry. Sosio E-Kons, 10(3), 199206.
https://doi.org/10.30998/sosioekons.v10i3.2844
Yue, Y. U. G.-, Dong, Z. H.-, Ling, Z. C.-, He, W., Protection, E., Academy, B., Science,
F., Forest, P., Management, P., Station, Q., Bureau, C., Management, F. P., &
Station, Q. (2017).
北京
松黑木吉丁
松迹
吉丁
1* 2 3.
39(1), 14.