Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
172
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Rahmatan Lil'alaamin Di Madrasah Tsanawiyah
Sekota Pontianak
Nurhadianto
a,1
, Hana Mauludea
b,2
, Jenni Lestari
c,3
a
PPKn, UPGRI Pontianak, Jl. Ampere No. 88 pontianak kota 78114, Indonesia
b
Pendidikan IPS, UPGRI Pontianak, Jl. Ampere No. 88 pontianak kota 78114, Indonesia
1
2
nadi.mauludea@gmail.com;
3
lestarijn@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 26 Februari 2025
Direvisi: 12 Mei 2025
Disetujui: 20 Juni 2025
Tersedia Daring: 29 Juli 2025
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan lil Alamin
(P5RA) di madrasah tsanawiyah se-Kota Pontianak, yaitu MTs Walisongo,
MTs Almadani, dan MTs Negeri 1 Pontianak. Penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perencanaan proyek dilakukan secara sistematis melalui
pembentukan tim pelaksana, sosialisasi program, serta pelatihan guru untuk
memahami konsep dan implementasi P5RA. Dalam pelaksanaannya,
berbagai kegiatan seperti pameran karya, bakti sosial, dan kunjungan lintas
agama menjadi sarana internalisasi nilai-nilai seperti gotong royong,
toleransi, dan keadilan sosial. Guru berperan sebagai fasilitator yang
membimbing siswa dalam proses pembelajaran kontekstual, sedangkan
siswa dilibatkan secara aktif untuk mengembangkan sikap positif dan
keterampilan sosial. Evaluasi terhadap program menunjukkan bahwa P5RA
berdampak positif dalam pembentukan karakter peserta didik, khususnya
dalam aspek kepedulian, kerja sama, dan sikap toleran. Meskipun demikian,
terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program,
seperti keterbatasan waktu, perbedaan pemahaman antar guru, serta
kurangnya dukungan dari orang tua. Untuk mengatasi hambatan tersebut,
diperlukan pelatihan lanjutan bagi guru serta peningkatan sinergi antara
sekolah, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya.
Kata Kunci:
Projek P5RA
Karakter
Pelajar Pancasila
Rahmatan Lil Alamin
Madrasah Tsanawiyah
ABSTRACT
Keywords:
P5RA Project
Character
Pancasila Students
Rahmatan Lil Alamin
Madrasah Tsanawiyah
This research investigates the planning, execution, and evaluation of the
Rahmatan lil Alamin Pancasila Student Profile Strengthening Project (P5RA)
in several Madrasah Tsanawiyah in Pontianak City, specifically MTs
Walisongo, MTs Almadani, and MTs Negeri 1 Pontianak. Adopting a
descriptive qualitative method, data were gathered through observations,
interviews, and document analysis. The findings reveal that the P5RA initiative
was developed in a structured manner, beginning with the establishment of a
facilitator team, followed by program socialization and teacher capacity-
building sessions. A variety of project-based activities, including student
exhibitions, social service programs, and interfaith visits, served as platforms
to cultivate core values such as collaboration, tolerance, and social justice.
Teachers played a key role as facilitators, guiding students who were actively
engaged in the learning process. The program significantly contributed to the
development of students' character, particularly in enhancing their empathy,
teamwork, and openness to diversity. Despite these positive outcomes, the
study also identified several ongoing obstacles. These include time constraints,
inconsistent teacher comprehension of the project’s goals, and insufficient
involvement from parents. To overcome these challenges, the study
recommends ongoing teacher training and strengthening partnerships among
educational institutions, families, and community stakeholders. These efforts
are crucial to ensure the sustainability and effectiveness of the P5RA in
nurturing well-rounded students aligned with the values of Pancasila
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
173
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
©2025, Nurhadianto, Hana Mauludea, Jenni Lestari
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan unsur vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena
berperan dalam membentuk sikap religius, moral, serta kemampuan sosial peserta didik. Selain
itu, pendidikan juga bertujuan mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh. Dalam
sistem pendidikan, kurikulum memiliki posisi sentral karena menentukan arah, isi, dan metode
pembelajaran yang akan memengaruhi kualitas lulusan suatu institusi pendidikan (Oktapiani,
2019). Kurikulum yang tepat dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila menjadi landasan utama
dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang berkepribadian dan bermoral.
Menurut Sukiyat (2020), Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia memainkan
peran penting dalam sistem pendidikan, khususnya dalam penguatan pendidikan karakter.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus memuat isi, tujuan, serta strategi pembelajaran
yang mampu mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, kurikulum tidak hanya
menjadi pedoman teknis dalam pembelajaran, tetapi juga sarana strategis untuk mencetak
lulusan yang memiliki kepribadian kuat, etis, dan sesuai dengan jati diri bangsa (Rohmawan,
2023). Oleh karena itu, penting bagi kurikulum untuk terus disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan peserta didik.
Pendidikan karakter saat ini sangat penting untuk ditanamkan, terutama karakter tanggung
jawab dan kedisiplinan yang berakar pada nilai-nilai Pancasila. Karakter tanggung jawab
tercermin dari perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas terhadap Tuhan, bangsa,
masyarakat, dan diri sendiri. Sementara itu, kedisiplinan ditandai dengan kepatuhan terhadap
aturan dan norma yang berlaku dalam kehidupan sosial maupun akademik. Menurut Melati
(2023), disiplin internal merupakan hasil pemahaman peserta didik terhadap pentingnya
bertindak sesuai standar yang berlaku, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja belajar
dan pembentukan sikap positif lainnya.
Program pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila kini diterapkan di berbagai
lembaga pendidikan, termasuk madrasah, sebagai upaya menanamkan prinsip-prinsip
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa (Fitriyah et al., 2018). Penelitian ini bertujuan
mengkaji karakteristik pelajar Rahmatan lil Alamin di Madrasah Tsanawiyah se-Kota
Pontianak, Kalimantan Barat, yang berada di bawah Kementerian Agama. Profil pelajar ini
ditandai dengan ketakwaan, akhlak yang baik, serta sikap toleran terhadap perbedaan agama.
Tujuan utamanya adalah membentuk generasi yang netral dalam beragama, berkontribusi
positif bagi masyarakat, serta memiliki semangat bela negara demi menjaga keutuhan NKRI
(Hamzah et al., 2022). Pendidikan karakter yang dilandasi Pancasila dan nilai Islam Rahmatan
lil Alamin menjadi landasan utama di madrasah sebagai bentuk pelestarian kebhinnekaan
bangsa sesuai semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” (Munif et al., 2023).
Penerapan Kurikulum Merdeka di madrasah wilayah Kalimantan Barat, khususnya Kota
Pontianak, masih tergolong baru dan mulai diterapkan pada Tahun Ajaran 2024/2025. MTs
Walisongo, MTs Almadani, dan MTs Negeri 1 Pontianak menjadi madrasah percontohan
dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan lil Alamin (P5RA).
Program ini bertujuan membentuk lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik tetapi
juga memiliki integritas moral serta mampu menginternalisasi dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari (Hamzah et al., 2022). Harapannya, peserta didik dapat
menjalankan nilai-nilai keagamaan yang kontekstual dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara, serta menjadi warga negara yang moderat, toleran, dan cinta damai.
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
174
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
Dalam praktik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), masih dijumpai berbagai
kendala yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan karakter secara optimal. Beberapa
guru mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran
yang tematik dan kontekstual, serta kurang memahami pendekatan berbasis proyek (project-
based learning). Minimnya media pembelajaran yang relevan juga turut berkontribusi terhadap
belum maksimalnya internalisasi nilai-nilai seperti tanggung jawab, gotong royong, dan
toleransi. Materi IPS yang seharusnya mampu membentuk kesadaran kebangsaan justru
seringkali disampaikan hanya secara kognitif, tanpa menyentuh aspek afektif dan
psikomotorik siswa. Padahal, sebagai mata pelajaran yang strategis dalam pembentukan
karakter, IPS memiliki peran besar dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan di tingkat
pendidikan menengah pertama.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil Alamin (P5RA) hadir sebagai
langkah strategis dalam membentuk peserta didik yang tidak hanya berakhlak mulia, namun
juga toleran dan peduli sosial. Penelitian ini difokuskan pada implementasi P5RA di tiga
Madrasah Tsanawiyah di Kota Pontianak, yaitu MTs Walisongo, MTs Almadani, dan MTs
Negeri 1 Pontianak. Pemilihan ketiga madrasah ini didasarkan pada keragaman konteks sosial,
budaya, serta pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan program. Menurut Muthofin et
al. (2023), profil pelajar Rahmatan lil Alamin dibentuk melalui prinsip-prinsip pendidikan
seperti kontekstualisasi, kolaborasi, keberagaman, dan religiositas yang diwujudkan melalui
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Sementara itu, Fauziah & Rohmawati (2023)
menunjukkan bahwa proyek P5-P2RA berpotensi mengembangkan karakter tanggung jawab
dan disiplin pada peserta didik, sedangkan Damayanti & Ghozali (2023) menyatakan persepsi
guru terhadap P5 masih berada pada kategori cukup.
Penelitian Lestari, Bahri & Rivasintha (2022) turut mendukung pentingnya program
semacam ini, di mana berbagai nilai karakter seperti gotong royong, religiositas, kreativitas,
dan kemandirian berhasil ditumbuhkan melalui program Kampus Mengajar. Sejalan dengan
itu, implementasi Kurikulum Merdeka di madrasah memberi ruang untuk penguatan Profil
Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil Alamin. Namun, pelaksanaannya di madrasah se-Kota
Pontianak masih menghadapi hambatan seperti kurangnya pemahaman guru, keterbatasan
sumber daya, dan minimnya dukungan dari lingkungan sekitar. Padahal, profil pelajar yang
diharapkan mencerminkan karakter beriman, jujur, disiplin, santun, gotong royong, mandiri,
kritis, kreatif, demokratis, dan cinta tanah air sangat relevan untuk membentuk generasi
penerus bangsa yang utuh secara intelektual dan moral. Oleh karena itu, penelitian ini
mengangkat judul “Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil
Alamin di Madrasah Tsanawiyah se-Kota Pontianak.”
Kebebasan belajar dalam bidang pendidikan saat ini menjadi sorotan utama karena
memberikan otonomi penuh kepada guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dipandang sebagai fondasi dalam
mewujudkan pembelajaran yang otonom, meskipun di sisi lain juga menimbulkan tantangan
mengenai bentuk dan arah pembelajaran itu sendiri. Merdeka belajar bertujuan memberikan
ruang bagi guru, siswa, dan sekolah untuk berinovasi secara mandiri dan kreatif, serta
mengembalikan pendidikan nasional pada prinsip dasarnya. Dalam konteks ini, peran guru
menjadi sangat sentral sebagai agen penggerak kebebasan belajar (Ainia, 2020). Lingkungan
belajar yang mendukung otonomi ini diharapkan tidak hanya mendorong guru untuk
menyajikan pembelajaran secara kreatif dan inovatif, tetapi juga membantu siswa berkembang
secara mandiri dengan meningkatkan kreativitas dan daya pikir kritis mereka (Ainia, 2020;
Ariga, 2022).
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
175
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
Lebih lanjut, Ariga (2022) menekankan bahwa tujuan utama dari pembelajaran otonom
adalah mengembangkan kemandirian kognitif siswa, yang mana kebebasan berpikir difasilitasi
oleh guru sebagai pengarah utama dalam proses belajar. Dalam era digital, peran teknologi
menjadi krusial dalam mendukung kualitas pendidikan, di mana kompetensi digital, literasi,
pengetahuan, bakat, dan sikap menjadi elemen penting dalam kurikulum berbasis otonomi.
Implementasi Merdeka Belajar juga memerlukan keterlibatan aktif pemerintah daerah
sebagaimana diuraikan oleh Munawar (2022:70), yang mencakup kolaborasi antara lembaga
pendidikan dan pemangku kebijakan, optimalisasi peran pemerintah daerah dalam pengawasan
dan dukungan, hingga penyediaan infrastruktur pendidikan yang memadai. Sinergi antara
semua pemangku kepentingan inilah yang akan memperkuat pelaksanaan Merdeka Belajar
secara efektif di berbagai level pemerintahan.
Setiap siswa mengembangkan profil pelajar Pancasila melalui berbagai jalur seperti
kegiatan ekstrakurikuler, budaya sekolah, pembelajaran intrakurikuler, serta proyek yang
dirancang untuk memperkuat nilai dan keterampilan karakter (Kemendikbudristek, 2021).
Budaya sekolah merupakan bagian penting dalam penguatan profil pelajar Pancasila, di mana
seluruh elemen sekolah termasuk kepala sekolah, guru, siswa, dan masyarakat menjunjung
tinggi nilai-nilai, simbol, dan kebiasaan yang menjadi fondasi karakter sekolah. Budaya
sekolah menjadi identitas dan citra lembaga pendidikan di mata masyarakat (Sukadari,
2020:76). Selain itu, penguatan profil pelajar juga dilakukan melalui proyek berbasis isu-isu
aktual seperti anti-radikalisasi, teknologi, kewirausahaan, dan perubahan iklim. Proyek ini
dirancang sesuai tahapan perkembangan siswa dan bertujuan menanamkan kemampuan
berpikir kritis serta nilai-nilai karakter berdasarkan standar kompetensi lulusan
(Kemendikbudristek, 2021; Kemendikbudristek No. 56/M/2022).
Di sisi lain, pembelajaran intrakurikuler juga menjadi instrumen penting dalam penguatan
karakter siswa. Pendidikan karakter diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran melalui
pendekatan yang kontekstual dan relevan dengan nilai-nilai profil pelajar Pancasila (Maunah,
2015:90-101; Baidowi, 2020:309). Sebagai contoh, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN) berperan dalam menanamkan nilai toleransi, empati, dan kepedulian;
pendidikan agama membentuk sikap taat dan spiritualitas; sementara mata pelajaran ilmu
sosial mengembangkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, integritas, dan keadilan
(Badawi, 2019:207). Secara keseluruhan, pembelajaran intrakurikuler tidak hanya membentuk
kompetensi akademik siswa, tetapi juga memperkuat karakter melalui pengalaman belajar
yang bermakna dan kolaboratif di dalam kelas, menjadikannya bagian integral dari
pengembangan profil pelajar Pancasila.
Identitas diri seseorang dibentuk melalui keterlibatan dalam kelompok sosial, sehingga
tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial tempat individu tersebut berada. Identitas ini
mencerminkan cara seseorang memahami dan menempatkan dirinya dalam struktur sosial.
Maryam (2018:47) menyatakan bahwa identitas kolektif, atau yang dikenal sebagai diri sosial
(social self), memainkan peran penting dalam pembentukan cara berpikir tentang diri. Diri
sosial ini meliputi berbagai aspek seperti konsep diri, harga diri, kesadaran diri, presentasi diri,
dan pengungkapan diri yang menjadi elemen penting dalam interaksi sosial sehari-hari.
Dalam konteks implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin
(P5RA), sekolah sebagai komunitas memiliki peran strategis dalam membentuk identitas
sosial siswa secara positif. Siswa madrasah, misalnya, memiliki identitas sebagai bagian dari
komunitas muslim, yang memungkinkan guru untuk menanamkan nilai-nilai Rahmatan Lil
Alamin sebagai norma bersama yang sesuai dengan ajaran Islam. Identitas ini tidak hanya
memperkuat kebersamaan siswa dalam komunitas pendidikan, tetapi juga menjadi sarana
efektif dalam menumbuhkan nilai-nilai keagamaan dan sosial yang inklusif.
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
176
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
Di sisi lain, penerapan teori keadilan sosial dalam P5RA memberikan ruang bagi siswa
untuk memahami pentingnya kesetaraan dan kepedulian terhadap sesama. Kelsen (2015)
menjelaskan bahwa menurut John Rawls, keadilan demokratis harus mengedepankan dua
prinsip utama: pertama, pemberian hak dan kebebasan dasar yang setara bagi semua orang;
dan kedua, restrukturisasi ketimpangan sosial-ekonomi secara adil untuk kepentingan bersama.
Melalui pembelajaran yang berbasis nilai Rahmatan Lil Alamin, siswa dapat dilatih untuk
menumbuhkan empati, toleransi, serta aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan menciptakan
keadilan bagi semua pihak.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk menggali makna
dan kualitas di balik suatu fakta melalui data deskriptif tertulis dan kutipan langsung dari
subjek yang diamati (Fitrah & Luthfiyah, 2017:44). Metodologi yang digunakan adalah studi
kasus, yakni analisis mendalam terhadap suatu unit sosial seperti individu, komunitas, atau
institusi, dengan fokus penelitian yang spesifik meskipun mencakup beragam variabel.
Pendekatan ini dipilih untuk menelaah implementasi profil pelajar Pancasila dalam konteks
konsep merdeka belajar pada Kurikulum Merdeka di tingkat sekolah dasar, karena studi kasus
dinilai efektif dalam memahami situasi atau perilaku kelompok secara komprehensif.
Dalam penelitian ini, teknik dan instrumen pengumpulan data meliputi observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi, yang dipilih karena sesuai dengan pendekatan kualitatif
dan jenis data yang dibutuhkan. Observasi digunakan untuk memahami perilaku, peristiwa
alami, serta proses kerja melalui pengamatan langsung terhadap individu maupun objek alami,
di mana metode ini dianggap memiliki keistimewaan tersendiri dibanding teknik lain
(Sugiyono, 2017:145, 229). Teknik wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak
terstruktur dengan narasumber yang memiliki informasi penting, seperti kepala sekolah, wakil
kepala kurikulum, dan wali kelas VII dari MTs Walisongo, MTs Almadani, dan MTs Negeri 1
Pontianak (Kriyantono, 2020:289). Sementara itu, studi dokumentasi berfungsi untuk
mengumpulkan berbagai dokumen tertulis dan arsip penting, seperti foto, buku harian,
biografi, hingga kebijakan yang relevan, guna melengkapi dan memverifikasi data dari hasil
observasi dan wawancara (Sugiyono, 2017). Pendekatan ini memungkinkan peneliti
memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti buku, arsip, gambar, audio, dan video
yang mendukung keabsahan data penelitian..
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan lil Alamin (P5RA)
diawali dengan pembentukan tim fasilitator yang terdiri dari guru-guru yang memahami nilai-
nilai Pancasila dan Islam moderat. Tim ini bertugas menyusun perencanaan, melakukan
sosialisasi, serta mendampingi guru dalam pelaksanaan proyek di kelas. Kegiatan pelatihan
untuk guru, khususnya wali kelas VII, dilakukan secara bertahap dan berfokus pada metode
pembelajaran berbasis proyek, strategi pengelolaan kelas yang menumbuhkan toleransi, dan
pemanfaatan media pembelajaran kreatif. Berdasarkan observasi, terlihat bahwa MTs
Walisongo telah melaksanakan tahap awal P5RA dengan perencanaan yang sistematis serta
adanya komitmen kuat dari kepala sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang
inklusif dan penuh nilai kasih sayang.
Sementara itu, di MTs Almadani Pontianak, Kepala sekolah menjelaskan bahwa
pelaksanaan P5RA dimulai dengan membentuk tim yang melibatkan guru dari berbagai
jurusan dan kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dilakukan agar semua guru merasa terlibat dalam
penerapan nilai-nilai Rahmatan lil Alamin di seluruh kegiatan pembelajaran, baik di dalam
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
177
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
maupun luar kelas. Kepala sekolah juga secara aktif membimbing dan mengarahkan para guru
untuk mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap aktivitas pendidikan. Dari hasil
observasi, tampak bahwa sekolah berupaya mewujudkan suasana belajar yang kolaboratif,
toleran, dan penuh kepedulian antarwarga sekolah, sejalan dengan semangat Rahmatan lil
Alamin yang menjadi tema utama P5RA.
Lebih lanjut, hasil wawancara dan observasi di MTs Almadani menunjukkan bahwa pihak
sekolah menyelenggarakan sosialisasi internal secara rutin melalui pertemuan dan diskusi,
yang melibatkan wakil kepala kurikulum dan wali kelas VII. Sosialisasi ini bertujuan
menyamakan pemahaman mengenai nilai-nilai utama Profil Pelajar Pancasila seperti religius,
gotong royong, kemandirian, dan berpikir kritis dalam bingkai Rahmatan lil Alamin. Guru
juga mendapatkan pelatihan yang difokuskan pada penerapan metode pembelajaran berbasis
proyek serta penggunaan media yang kreatif dan kontekstual. Secara umum, berdasarkan
wawancara dan observasi di MTs Walisongo, MTs Almadani, dan MTs Negeri 1 Pontianak,
terlihat bahwa perencanaan implementasi P5RA dirancang secara sistematis melalui
pembentukan tim fasilitator dan pelatihan guru, serta adanya kepemimpinan kepala sekolah
yang aktif mengarahkan keterlibatan seluruh guru dalam mewujudkan nilai-nilai Islam
moderat dalam proses pendidikan.
Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil Alamin (P5RA)
di MTs Walisongo, MTs Almadani, dan MTs Negeri 1 Pontianak dilakukan melalui
pendekatan kontekstual yang disesuaikan dengan lingkungan sekolah masing-masing. Di MTs
Walisongo Pontianak, berdasarkan wawancara dan observasi, kegiatan P5RA diwujudkan
melalui Pameran Karya Siswa, seperti poster, cerpen, puisi, dan video pendek bertema Islam
Rahmatan lil Alamin. Kegiatan ini dirancang untuk menanamkan nilai-nilai gotong royong,
toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman di kalangan siswa (Waka Kurikulum MTs
Walisongo, wawancara). Observasi menunjukkan bahwa siswa mengikuti kegiatan ini dengan
antusias dan memahami pesan nilai-nilai tersebut melalui karya mereka. Di MTs Almadani
Pontianak, pelaksanaan P5RA menitikberatkan pada kegiatan bakti sosial dan kunjungan ke
rumah ibadah, yang bertujuan menanamkan rasa peduli, kerja sama, dan penghargaan terhadap
keberagaman agama dan sosial (Waka Kurikulum MTs Almadani, wawancara). Kegiatan ini,
menurut observasi, memberikan pengalaman langsung yang memperkuat pembelajaran nilai-
nilai tersebut.
Sementara itu, MTs Negeri 1 Pontianak mengimplementasikan P5RA melalui kegiatan
wirausaha yang mengangkat kuliner daerah sebagai tema utama. Berdasarkan wawancara
dengan Waka Kurikulum, proyek ini dirancang untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan
sekaligus mengenalkan budaya lokal kepada siswa. Kegiatan ini melibatkan siswa dalam
proses kolaboratif dan kreatif yang dikaitkan secara langsung dengan nilai-nilai Pancasila dan
ajaran Islam Rahmatan lil Alamin, seperti toleransi (melalui diskusi lintas agama), gotong
royong (dalam kerja kelompok dan kegiatan sosial), serta keadilan sosial (melalui aksi peduli
sesama). Hasil observasi menunjukkan bahwa proyek ini tidak hanya menumbuhkan
keterampilan praktis, tetapi juga membentuk karakter siswa secara nyata. Secara keseluruhan,
pelaksanaan P5RA di ketiga madrasah menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan variatif,
partisipatif, dan kontekstual efektif dalam menanamkan nilai-nilai karakter pelajar Pancasila
berbasis Islam yang moderat (Rahmatan lil Alamin).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap guru wali kelas di MTs Walisongo,
MTs Almadani, dan MTs Negeri 1 Pontianak, implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila Rahmatan lil Alamin (P5RA) telah menunjukkan pengaruh positif terhadap
pembentukan karakter siswa. Guru-guru menyampaikan bahwa program ini mendorong siswa
untuk lebih menunjukkan sikap kerja sama, toleransi, tanggung jawab, serta membangun
semangat guru dalam mendampingi peserta didik karena mereka terlibat langsung dalam
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
178
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
proses pelaksanaan. Di MTs Negeri 1, guru bahkan telah menyusun modul proyek kreatif yang
disesuaikan dengan karakteristik kelas masing-masing. Selain itu, evaluasi proyek dilakukan
secara berkala dengan melibatkan masukan langsung dari guru yang terlibat di lapangan.
Namun demikian, para guru juga mengungkapkan beberapa tantangan dalam pelaksanaan
P5RA yang perlu menjadi perhatian. Salah satu kendala utama adalah keterbatasan waktu
karena padatnya jadwal akademik, yang berdampak pada alokasi waktu proyek. Di samping
itu, belum semua guru terbiasa dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek, sehingga
membutuhkan waktu adaptasi. Beberapa siswa juga mengalami hambatan dalam hal dukungan
keluarga atau logistik, terutama dalam proyek yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah.
Oleh karena itu, meskipun P5RA memberikan dampak positif, pelaksanaannya masih
memerlukan dukungan lebih lanjut dan penyesuaian dari berbagai pihak agar tujuan
pembentukan karakter pelajar Pancasila Rahmatan lil Alamin dapat tercapai secara optimal.
Pembahasan
Perencanaan merupakan tahap fundamental dalam implementasi Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila Rahmatan lil Alamin (P5RA), sebagaimana ditekankan oleh Kementerian
Agama RI (2022) yang menyatakan pentingnya keterlibatan seluruh elemen madrasah, seperti
kepala sekolah, guru, dan siswa, agar pelaksanaan program dapat kontekstual dan partisipatif.
Sejalan dengan panduan ini, Bruggink dan Harinck (2021:50) menyebut bahwa keberhasilan
pembelajaran berbasis proyek sangat bergantung pada perencanaan yang matang, karena akan
mempengaruhi kualitas pengalaman belajar siswa yang aktif, reflektif, dan bermakna. Dalam
konteks tersebut, guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator dan
pendamping siswa dalam proses pembentukan karakter. Sallis (2022) menambahkan bahwa
perencanaan pendidikan mencakup tujuan, strategi, penjadwalan, dan alokasi sumber daya.
Hal ini telah diadopsi dalam pelaksanaan P5RA melalui pembentukan tim fasilitator,
penyusunan modul, dan penyesuaian jadwal kegiatan agar selaras dengan kalender akademik
serta integrasi nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dan prinsip Islam Rahmatan lil Alamin.
Implementasi perencanaan P5RA di berbagai madrasah di Pontianak menunjukkan praktik
yang cukup terstruktur. MTs Walisongo memulai dengan membentuk tim fasilitator dari guru
yang memahami nilai-nilai Islam moderat dan Pancasila, melakukan pelatihan, serta menyusun
modul yang mencerminkan nilai religius, adil, dan toleran. Guru dan siswa terlibat aktif, dan
kegiatan proyek terbukti mendorong semangat serta kebersamaan siswa. Hal serupa juga
dilakukan di MTs Almadani, di mana madrasah membentuk tim lintas mata pelajaran dan
menyelenggarakan sosialisasi serta pelatihan yang menekankan relevansi pembelajaran dengan
kehidupan nyata siswa. Proyek berbasis komunitas, diskusi, dan kunjungan lintas agama
menjadi pendekatan utama yang mendukung pembentukan karakter. Sementara itu, MTs
Negeri 1 Pontianak merancang perencanaan P5RA dengan pendekatan yang sistematis melalui
pembentukan tim fasilitator, pelatihan guru, serta penyusunan kegiatan tematik lintas bidang
seperti seni, budaya, dan olahraga untuk menanamkan semangat gotong royong dan berpikir
kritis. Ketiga madrasah ini juga melibatkan siswa secara aktif dalam memilih tema proyek, dan
modul pembelajaran selalu dievaluasi secara berkala untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi lokal.
Seluruh proses perencanaan P5RA tersebut mencerminkan penerapan teori
Konstruktivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky, yang menjadi dasar
penting dalam Kurikulum Merdeka. Menurut Piaget, siswa membangun pengetahuan melalui
pengalaman langsung, sedangkan Vygotsky menekankan peran interaksi sosial dan budaya
dalam proses pembelajaran melalui konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) (Yaumi &
Hum, 2017:42). Dalam konteks P5RA, kegiatan pembelajaran berbasis proyek memungkinkan
siswa untuk secara aktif mengeksplorasi nilai-nilai Pancasila dan Islam Rahmatan lil Alamin
melalui kerja sama tim dan diskusi kritis. Guru berperan sebagai fasilitator yang memberi
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
179
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
scaffolding atau pendampingan sesuai kebutuhan siswa, mendorong mereka berpikir reflektif,
dan memastikan proses belajar berjalan dalam suasana yang kolaboratif dan bermakna.
Dengan demikian, keberhasilan perencanaan P5RA di madrasah sangat ditentukan oleh sejauh
mana penerapan pendekatan konstruktivistik ini diintegrasikan dalam setiap tahapan
pelaksanaan.
Pelaksanaan proyek dalam pendidikan, khususnya melalui pendekatan Project-Based
Learning (PjBL), bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan akademik peserta
didik, tetapi juga untuk menumbuhkan karakter melalui pengalaman nyata dan kontekstual.
Menurut Suryana dan Fauziah (2023:90), PjBL mendorong peserta didik untuk bekerja sama,
bertanggung jawab, dan berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Hal ini
sesuai dengan tujuan Profil Pelajar Pancasila yang ingin membentuk generasi religius,
mandiri, gotong royong, bernalar kritis, kreatif, dan berkebinekaan global. Arifin dan Wahyuni
(2022:160) menambahkan bahwa kegiatan proyek yang dirancang dengan baik mampu
menanamkan nilai-nilai Pancasila karena siswa tidak hanya mendengarkan teori, tetapi juga
mempraktikkannya secara langsung. Sementara itu, Ningsih et al. (2023:48) menekankan
bahwa proyek berbasis nilai keagamaan dan sosial dapat meningkatkan empati, kerja sama,
dan tanggung jawab sosial siswa, menjadikan proyek P5RA sebagai media efektif dalam
membentuk karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan lil Alamin (P5RA) di
madrasah-madrasah di Pontianak, seperti MTs Walisongo, MTs Almadani, dan MTs Negeri 1
Pontianak, dilakukan dengan pendekatan kontekstual dan melibatkan siswa secara aktif. Di
MTs Walisongo, kegiatan seperti pameran karya siswa bertema Rahmatan lil Alamin,
termasuk poster dan puisi, berhasil menanamkan nilai gotong royong dan toleransi. Di MTs
Almadani, kegiatan bakti sosial dan kunjungan ke tempat ibadah lain memperkuat rasa empati
dan penghargaan terhadap keberagaman. Sedangkan di MTs Negeri 1 Pontianak, siswa diajak
mengikuti proyek kewirausahaan kuliner lokal dan diskusi lintas budaya, yang menumbuhkan
kemandirian, tanggung jawab, dan sikap terbuka terhadap perbedaan. Ketiga madrasah
tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan proyek sangat ditunjang oleh peran guru sebagai
fasilitator, dukungan kepala madrasah, antusiasme siswa, serta keterlibatan orang tua. Meski
demikian, tantangan seperti keterbatasan waktu, logistik, dan variasi kompetensi guru tetap
menjadi kendala yang harus diatasi.
Secara teoritis, pelaksanaan P5RA di madrasah selaras dengan teori Konstruktivisme dan
Teori Keadilan Sosial. Menurut Sayfullooh (2023), teori Konstruktivisme menekankan
pentingnya pembelajaran melalui pengalaman langsung dan interaksi sosial, sebagaimana
terlihat pada kegiatan proyek seperti pameran dan aksi sosial yang dilakukan siswa. Sementara
itu, Piaget (2021) melalui Teori Keadilan Sosial menyatakan bahwa pembelajaran yang adil
harus melibatkan pengakuan terhadap keberagaman dan distribusi peran secara aktif dalam
kehidupan sosial yang terlihat dalam proyek-proyek yang mengajarkan toleransi, gotong
royong, dan keadilan sosial. Dukungan terhadap pendekatan ini juga datang dari penelitian
Rahayu (2024) dan Maulida (2024), yang menunjukkan bahwa integrasi P5 dan PPRA dalam
kurikulum mampu membentuk siswa yang religius, kreatif, dan peduli lingkungan. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan P5RA secara kontekstual di madrasah
memberikan kontribusi positif dalam pembentukan karakter siswa, meskipun tetap
memerlukan perbaikan dalam hal pelatihan guru dan manajemen waktu pelaksanaan.
Evaluasi terhadap pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil
Alamin (P5RA) menjadi aspek krusial untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila dan
prinsip Islam Rahmatan lil Alamin benar-benar tertanam dalam karakter siswa. Evaluasi ini
mencakup penilaian terhadap tahap perencanaan, pelaksanaan, serta dampak dari proyek,
termasuk identifikasi faktor pendukung dan penghambat. Kohar et al. (2024) menegaskan
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
180
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
pentingnya evaluasi berkelanjutan agar perubahan karakter siswa dapat terpantau dan strategi
pembelajaran terus disesuaikan dengan kebutuhan. Temuan di MTs Walisongo Pontianak
menunjukkan bahwa kegiatan seperti pameran karya siswa mampu menumbuhkan nilai gotong
royong dan toleransi. Guru berperan aktif sebagai pendamping dan siswa menunjukkan
perubahan positif dalam hal keberanian menyampaikan pendapat serta kerja sama. Kendati
demikian, keterbatasan waktu dan adaptasi guru terhadap pembelajaran berbasis proyek
menjadi tantangan utama yang harus dihadapi.
Di MTs Almadani Pontianak, evaluasi P5RA memperlihatkan perubahan karakter yang
signifikan pada siswa, terutama dalam hal kepedulian sosial, toleransi, dan semangat
kolaborasi. Guru merasa dilibatkan sejak awal melalui pelatihan dan diskusi rutin yang
memperkuat pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila dan Islam yang damai. Kegiatan nyata
seperti bakti sosial dan kunjungan ke rumah ibadah menjadikan siswa belajar dari pengalaman
langsung, sebagaimana diungkap para guru. Meski demikian, waktu pelaksanaan yang terbatas
dan belum meratanya kompetensi guru dalam metode pembelajaran berbasis proyek tetap
menjadi kendala (Tiffani et al., 2024). Evaluasi ini menunjukkan bahwa keterlibatan guru yang
aktif serta pelatihan yang memadai sangat membantu keberhasilan proyek, dan diperlukan
dukungan lebih lanjut agar program terus berkelanjutan.
Pelaksanaan P5RA di MTs Negeri 1 Pontianak juga menunjukkan hasil yang positif. Guru
aktif terlibat sejak tahap sosialisasi hingga pendampingan proyek, dengan kegiatan utama
seperti diskusi lintas budaya dan kunjungan ke tempat ibadah yang memperkuat nilai toleransi
dan gotong royong. Modul proyek disesuaikan dengan kebutuhan kelas, dan evaluasi
dilakukan secara berkala dengan masukan dari guru. Hambatan yang dihadapi meliputi
keterbatasan waktu, kemampuan guru yang belum merata, serta kendala logistik. Dukungan
kepala madrasah dan antusiasme siswa menjadi faktor penting yang menjaga keberlangsungan
program. Temuan ini diperkuat oleh teori Konstruktivisme (Slavin, 2022), yang menekankan
pembelajaran melalui pengalaman dan interaksi sosial, serta teori Belajar Sosial dari Bandura
(Ormrod, 2023), yang menyoroti pentingnya peran model dalam proses pembentukan karakter.
Penelitian lain oleh Azahra & Kosim (2024) juga mendukung bahwa kegiatan proyek efektif
meningkatkan kreativitas dan nilai karakter siswa. Dengan demikian, pelaksanaan P5RA di
ketiga madrasah tersebut dinilai cukup berhasil, meski tetap memerlukan penguatan dari segi
pelatihan guru dan manajemen waktu agar program dapat berjalan lebih optimal ke depannya.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di MTs Walisongo, MTs Almadani, dan MTs Negeri 1
Pontianak, implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil Alamin
(P5RA) diawali dengan perencanaan yang sistematis melalui pembentukan tim fasilitator guru.
Tim ini berperan dalam menyusun perencanaan, menyosialisasikan, serta mendampingi
pelaksanaan proyek secara menyeluruh. Kepala madrasah juga mengambil peran strategis
dalam memastikan seluruh guru berkontribusi aktif mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dan
Islam rahmatan lil alamin ke dalam proses pembelajaran. Sosialisasi serta pelatihan guru
menjadi langkah awal yang krusial untuk membangun pemahaman bersama terhadap tujuan
proyek, agar implementasinya tidak hanya bersifat administratif, melainkan juga berdampak
nyata dalam membentuk karakter siswa.
Dalam pelaksanaannya, setiap madrasah mengembangkan pendekatan yang sesuai dengan
konteks masing-masing. MTs Walisongo mengangkat pameran karya siswa sebagai sarana
menanamkan nilai gotong royong dan toleransi terhadap keberagaman, sedangkan MTs
Almadani menekankan kegiatan sosial seperti bakti sosial dan kunjungan ke tempat ibadah
lain untuk menumbuhkan rasa empati. Sementara itu, MTs Negeri 1 Pontianak
mengembangkan proyek wirausaha kuliner daerah untuk menanamkan jiwa kewirausahaan
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
181
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
sekaligus nilai-nilai luhur Pancasila dan Islam. Evaluasi dari ketiga madrasah menunjukkan
dampak positif terhadap pembentukan karakter siswa dan partisipasi aktif guru. Namun,
sejumlah tantangan tetap dihadapi, seperti keterbatasan waktu, kemampuan guru yang belum
merata dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek, serta dukungan keluarga dan logistik
yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian, keberlanjutan dan efektivitas program
sangat bergantung pada dukungan lebih lanjut dari seluruh pemangku kepentingan
5. Daftar Pustaka
Ainia, D.K., dkk. 2020. Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hajar Dewantara dan
Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, ISSN:
E-ISSN 2620-7982. P-ISSN :2620-7990, Vol 3 No 3.
Arifin, Z., & Wahyuni, S. (2022). Penerapan Project-Based Learning dalam Penguatan Profil
Pelajar Pancasila di Sekolah Menengah. Jurnal Pendidikan Karakter, 12(3), 155166.
Amri, Sofan, Ahmad Jauhari, Tatik Elisa. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Ariga, S. 2022. Implementasi Kurikulum Merdeka Pasca Pandemi Covid-19. Edu Society:
Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol 2 No 2 2022,
hal. 662-670.
Badawi. (2019). Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Akhlaq Mulia di Sekolah. Ilmu
Pendidikan, Prosiding SEMNASFIP.
Bruggink, M., & Harinck, F. (2021). Project-based learning in education: A practical guide for
effective classroom implementation. Journal of Educational Practice, 12(3), 45-56.
Baidowi, Ach. (2020). Penanaman Karakter Pada Siswa Melalui Kegiatan Intrakurikuler dan
Ekstrakurikuler Di Sekolah Dasar Terpadu Islam. EDUCARE: Journal of Primary
Education, Vol 1, No 3.
Damayanti, I. &. (2023). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Sebagai Program
Kokurikuler Di Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia, 6(2), 789-799.
Fauziah, G. E. (2023). Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Dan
Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P2RA) Pada Siswa Mi : Sebuah Upaya
Membangun Karakter Disiplin Dan Bertanggung Jawab Pada Siswa. Jurnal STITAF,
04(02), 214-225.
Fitrah, M., & Luthfiyah. (2017). Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas
& Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Hamzah, M. R. (2022). Proyek Profil Pelajar Pancasila sebagai Penguatan Pendidikan
Karakter pada Peserta Didik. Jurnal Jendela Pendidikan, 2(04), 553559.
Haryati, Sri. (2017). Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. FKIP-UTM, vol. 19, no. 2,
pp. 259268.
Ismail, Shalahudin, Suhana Suhana, and Qiqi Yuliati Zakiah. (2021). Analisis Kebijakan
Pengautan Pendidikan Karakater Dalam Mewujudkan Pelajar Pancasila. Jurnal
Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial, 2 (1): 76 84.
Juliani, A. J., & Bastian, A. (2021). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Wujudkan Pelajar
Pancasila. Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial,257265.
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
182
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
Kohar, D. A., Fathurahman, A., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2024). Implementasi Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5-PPRA)
Sebagai Internalisasi Karakter dan Kreativitas Siswa. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 9(2).
Kriyantono, R. (2020). Teknik praktisriset komunikasi kuantitatif dan kualitatif disertai contoh
praktis Skripsi, Tesis, dan Disertai Riset Media, Public Relations, Advertising,
Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Rawamangun: Prenadamedia Group.
Kemdikbud.go.id. (2021). Membangun Potensi Dan Karakter Peserta Didik Untuk
Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Kementerian Agama RI. (2022). Panduan Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila Rahmatan Lil Alamin. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah.
Kurniawan, Syamsul. (2017). Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implementasinya secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Khoirurrijal, dkk. (2022). Pengembangan Kurikulum Merdeka. Yogyakarta: CV. Literasi
Nusantara Abadi.
Lestari, Jenni. (2024). Pancasila Rahmatan Lil Alamin Student Profile Strengthening Project
At Mts Walisongo Pontianak City. Journal Enhancing The Role Of AI In The Social
Studies Education. Vol. 01, No. 01
Lestari, E.T, Bahri, S & Rivasintha, E. (2022). Teaching Campus Project Batch 3 in
Strengthening the Profile of Pancasila Students (Case Study at State Elementary School
14 Pontianak Kota). International Journal of Social Science And Human Research. Vol
05.
Maunah, Binti. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian
Holistik Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter, Vol. V, No. 1.
Maryam, E.W. (2018). Psikologi sosial. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Melati, R. S. (2023). Analisis Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa Sekolah Dasar
pada Masa Pembelajaran Daring. Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 3062 - 3071.
Mudlofir, Ali & Fatimatur, Evi. (2017). Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Praktik.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muhroji. (2014). Manajemen Pendidikan: Pedoman bagi Kepala Sekolah dan Guru. Surakarta:
University Muhammadiyah Press.
Munawar, M. 2022. Penguatan Komite Pembelajaran dalam Pembelajaran Kurikulum
Merdeka pada Pendidikan Anak Usia Dini. Tinta Emas: Jurnal Pendidikan Islam Anak
Usia Dini, e-ISSN: 2830-005X Volume 1 Nomor 1.
Munif, M. Q. (2023). Kebijakan Moderasi Beragama di Indonesia. Jurnal Studi Ilmu, 6(2),
417430.
Ningsih, L. S., Hartati, D., & Ramadhani, F. (2023). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Peningkatan Nilai Karakter Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi
Pendidikan dan Pembelajaran, 9(1), 4553.
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 172-183
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
183
Nurhadianto et.al (Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar.)
Oktapiani, M. (2019). Perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Indonesia.
Tahdzib Al-Akhlaq. Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 7196.
Rohmawan, D. (2023). Peran Guru PAI sebagai Pembimbing dalam Pembinaan Sopan Santun
Peserta Didik di Madrasah Aliyah Sunan Ampel Pare Kediri. Jurnal Jendela Pendidikan,
6(1), 338345.
Saleh, A.A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.
Sallis, E. (2022). Total Quality Management in Education (4th ed.). London: Routledge.
Suryana, A., & Fauziah, R. (2023). Strategi Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila Berbasis Pendidikan Karakter. Jurnal Edukasi Nusantara, 6(2), 8897.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sujana, I. W. C. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia. J Adi Widya: Jurnal
Pendidikan Dasar, 4 (1), 29-39.
Sukadari, (2020). Peranan Budaya Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal
Exponental.
Sukiyat, H. (2020). Strategi Implementasi Pendidikan Karakter. Jakarta: Jakad Media
Publishing.
Wijaya, Hengki, Helaluddin. (2018). Hakikat Pendidikan Karakter. Samani Dan Over Rim,
pp. 191199
Yaumi, M. & Hum, M. (2017). Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan
Kurikulum 2013 Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group