Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
187
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Hubungan Perubahan Iklim dengan Ketahanan
Petani Tembakau Di Kabupaten Bojonegoro,
Indonesia
Zaenul Maa’rif
a,1
, Falih Sueadi
b,2
, Moses Glorino Rumambo Pandin
c,3*
a
Master of Disaster Management Program, Postgraduate School, Universitas Airlangga, Jl. Airlangga No:4-6,
Surabaya, 60286, Indonesia
b
Postgraduate School, Universitas Airlangga, Jl. Airlangga No:4-6, Surabaya, 60286, Indonesia
c
Doctoral Program in Human Resource Management, Postgraduate School, Universitas Airlangga, Jl.
Airlangga No:4-6, Surabaya, 60286, Indonesia
1
zaenul-maarif@pasca.unair.ac.id;
2
3*
*
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 23 Februari 2025
Direvisi: 8 Mei 2025
Disetujui: 19 Juni 2025
Tersedia Daring: 19 Juli 2025
Perubahan iklim merupakan isu global yang berdampak signifikan pada sektor
pertanian, termasuk komoditas tembakau di Kabupaten Bojonegoro sebagai
penghasil utama tembakau Virginia di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan
menganalisis hubungan risiko perubahan iklim terhadap indeks ketahanan petani
tembakau, dengan fokus pada identifikasi bentuk risiko, pengukuran ketahanan
berbasis lima modal (alam, manusia, fisik, finansial, sosial), serta faktor dominan
yang memengaruhi ketahanan. Metode penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif eksplanatori melalui kuesioner terhadap 436 petani tembakau di lima
kecamatan sentra produksi (Kepohbaru, Baureno, Kedungadem, Sumberrejo, Kanor),
dipilih secara stratified random sampling. Analisis data dilakukan dengan Structural
Equation Modeling-Partial Least Squares (SEM-PLS) dan uji mediasi. Hasil penelitian
menunjukkan: risiko perubahan iklim (dikelola dengan pendekatan SHARP/FAO)
berpengaruh signifikan terhadap ketahanan petani; Faktor produktif (efisiensi
usaha), resilience (kemampuan bertahan), dan manusia (kapasitas adaptif)
berhubungan positif dengan ketahanan; Faktor sosial (jejaring, dukungan komunitas)
memiliki hubungan negatif, mengindikasikan lemahnya jejaring sosial berpotensi
menurunkan ketahanan dan Faktor adaptif tidak berpengaruh langsung, tetapi
signifikan melalui mediasi strategi adaptasi dan akses informasi. Penelitian ini
menemukan bahwa peningkatan ketahanan petani tembakau memerlukan intervensi
terstruktur pada akses informasi iklim, pelatihan adaptasi, serta penguatan modal
manusia dan produktivitas. Implikasi kebijakan mencakup pengembangan sistem
peringatan dini iklim, diversifikasi usaha, dan pendampingan berbasis kelompok tani
untuk mengurangi kerentanan sosial.
Kata Kunci:
Perubahan Iklim
Ketahanan Petani
Tembakau,
SHARP
CRI
ABSTRACT
Keywords:
Climate change
Farmer Resilience
Tobacco
SHARP
CRI
Climate change is a global issue that has a significant impact on the agricultural
sector, including tobacco commodities in Bojonegoro Regency as the main producer
of Virginia tobacco in East Java. This study aims to analyze the relationship between
climate change risks and the resilience index of tobacco farmers, with a focus on
identifying risk forms, measuring resilience based on five capitals (natural, human,
physical, financial, social), and the dominant factors that influence resilience. The
research method uses a quantitative explanatory approach through a questionnaire
to 436 tobacco farmers in five production center districts (Kepohbaru, Baureno,
Kedungadem, Sumberrejo, Kanor), selected by stratified random sampling. Data
analysis was carried out using Structural Equation Modeling-Partial Least Squares
(SEM-PLS) and mediation tests. The results of the study indicate: climate change
risks (managed with the SHARP/FAO approach) have a significant effect on farmer
resilience; Productive factors (business efficiency), resilience (ability to survive), and
human (adaptive capacity) are positively related to resilience; Social factors
(networks, community support) have a negative relationship, indicating that weak
social networks have the potential to reduce resilience. The study found that
increasing tobacco farmer resilience requires structured interventions that address
access to climate information, adaptation training, and strengthening human capital
and productivity. Policy implications include the development of a climate early
warning system, business diversification, and farmer group-based mentoring to
reduce social vulnerability.
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
188
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
©2025, Zaenul Ma’arif, Falih Sueadi, Moses Glorino Rumambo Pandin
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Perubahan Iklim merupakan salah satu isu global paling mendesak saat ini. Dampaknya
sudah terasa di berbagai sektor, baik pada peningkatan suhu rerata global, frekuensi suhu
harian dan musiman ekstrem tinggi dan ekstrem rendah juga peningkatan di beberapa wilayah
(Ulfa, 2018; Nadia Naja, 2024). Penelitian Sulkan menemukan bahwa terjadi peningkatan
frekuensi dan durasi kejadian gelombang panas dan peningkatan suhu permukaan global
direspon oleh siklus global melalui perubahan pola curah hujan pada musim basah dan musim
kering yang berbeda-beda antar wilayah (Mohammad Sulkan, 2020). Hasil simulasi
menujukkan adanya peningkatan curah hujan di daerah ekuator, terutama di Samudra Pasifik
mengakibatkan perubahan parameter iklim jangka panjang yang berpengaruh pada variabilitas
iklim, seperti El Nino-Southhern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD) dan
monsoon (Trade, et al., 2013).
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), anomali suhu udara
tahunan sebagai nilai selisih antara suhu udara pada tahun tertentu terhadap suhu udara rata-
rata tahunan selama 30 tahun (periode normal tahun 19991-2020), menujukkan bahwa dari
117 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata periode 1991-2020 di Indonesia sebesar
26.7℃ dan suhu udara rata-rata tahuan 2024 sebesar 27.5℃, sehingga anomali rata-rata
tahunan pada tahun 2024 sebesar 0.8℃. Kondisi ini menunjukkan bahwa sepanjang periode
pengamatan tahun 1981 hingga 2024 di Indonesia menunjukkan bahwa tahun 2024 menempati
urutan pertama tahun terpanas di Indonesia dengan anomali 0.8℃ (BMKG, 2025). Kondisi ini
menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim nyata terjadi dan akan berdampak pada sektor
pertanian. Dampak ini adalah terjadi degradasi dan penurunan kualitas sumberdaya lahan dan
air, infrastruktur pertanian, penurunan produksi dan produktivitas tanaman pangan yang akan
menghasilkan ancaman kerentanan terhadap ketahanan pangan dan efek ini mengakibatkan
penamban jumlah kemiskinan. Kondisi perubahan ini juga dapat meningkatkan risiko usaha
tani, baik pangan, perkebunan, peternakan, maupun hortikultura. Para petani akan bingung
menghadapi perubahan iklim karena hujan tidak kunjung berhenti, serangan hama meningkat
yang mengakibatkan penurunan produksi panen.
Salah satu dampak yang dirasakan adalah pelaku agribisnis khususnya komoditas
tembakau. Secara lokal tembakau merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi
(Murdiyati & Basuki, 2011). Usaha tani tembakau dapat menyumbang pendapatan sekitar 40-
80% dari total pendapatan petani (Purba et al., 2021), sedangkan pada tingkat nasional, usaha
tembakau sebagai sumber pendapatan negara melalui cukai rokok, devisa negara, dan pajak.
Tidak dapat disangkal bahwa ssaha tembakau berperan menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat kecil (Rachmat, 2010).
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statstik (BPS) menunjukkan bahwa sebagian besar
tembakau Indonesia dihasilkan di Pulau Jawa. Salah satu Provinsi penghasil tembakau
tertinggi adalah Jawa Timur dengan total produksi 173.952 ton (BPS, 2024). Di Provinsi ini,
Kabupaten Bojonegoro menjadi salah satu kabupaten sentra produksi tembakau (Purba et al.,
2021). Produksi tembakau yang dihasilkan adalah jenis Virginia dengan luas tanam 15,9 ribu
hektare yang tersebar di 26 Kecamatan (Redaksi Bhirawa, 2024).
Ketangguhan (resilience) adalah kemampuan individu, rumah tangga, komunitas, atau
sistem untuk bertahan seperti perubahan iklim. Adanya perubahan iklim yang tidak menentu
ketangguhan sangat diperlukan sebagai bentuk antisipasi, adaptasi, bertahan dan pulih (Putri &
Danastri, 2024). Secara sederhana ketangguhan tidak hanya soal bertahan,namun juga
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
189
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
kemampuan berubah dan berkembang meskipun dalam kondisi tekanan(Rifky Setya Anugrah,
2024). Oleh sebab itu, pentingnya pengukuran index ketangguhan penting dilakukan sebagai
upaya menilai, monitoring dan evaluasi dampak dan risiko adanya perubahan iklim. Dimensi
yang biasa digunakan dalam pengukuran ketangguhan (resilince) yakni Climate Resilience
Index (CRI) dikembangkan oleh International Livestock Research Institute (ILRI), FAO,
USAID CGIAR yang terdiri dari 5 dimensi framework seperti: natural capital, physical capital,
financial capital, social kapital, dan human capital (MSC, 2023).
Penelitian terkait risiko perubahan iklim terhadap petani tembakau jarang dilakukan
penelitian. Selain itu, terdapat perbedaan atau gap pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu lokasi penelitian dan variabel yang diteliti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Alkalah, 2016) yang berjudul “Analisis Pengaruh Cuaca Terhadap Kualitas Berbagai Jenis
Tembakau” memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu lokasi
penelitian yang berada di wilayah Kabupaten Jember. Penelitian lain yang dilakukan oleh
(Putri, 2012) yang berjudul “Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor
Pertanian Tembakau (Studi Kasus: Kecamatan Bulu, Temanggung)” memiliki perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu variabel dampak perubahan iklim dan
lokasi penelitian yang dilakukan di Temanggung. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi
yang berjudul “Hubungan perubahan iklim dengan produksi tembakau dan tingkat kerentanan
penghidupan petani di kabupaten Klaten” memiliki perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu tambahan variabel terkait tingkat kerentanan penghidupan petani
dan lokasi penelitian yang dilakukan diwilayah kabupaten Klaten (Dewi, 2017).
Berdasarkan pemaparan data dan kondisi perubahan iklim memberikan dampak yang
signifikan terhadap produksi tembakau di Jawa Timur. Berbagai faktor seperti curah hujan,
suhu, dan lokasi lahan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas tembakau. Oleh karena itu,
petani tembakau perlu mengubah praktik dan beradaptasi dengan menyesuaikan waktu tanam
untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan ekonomi para petani, penelitian serta
pemantauan yang berkelanjutan. Namun, kebijakan adaptasi iklim di sektor pertanian,
khususnya untuk komoditas selain padi sawah seperti tembakau, masih minim. Hal ini
menunjukkan perlunya data dan penelitian lokal untuk mendukung perumusan kebijakan yang
tepat sasaran. Berdasarkan gambaran masalah tersebut, penelitian ini berfokus terhadap
analisis hubungan risiko perubahan iklim terhadap petani tembakau di Kabupaten Bojonegoro.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pertanyaan penelitian adalah
bagaimana hubungan antara risiko perubahan iklim dengan indeks ketahanan petani tembakau
di Kabupaten Bojonegoro?
Kerangka Teori
Para ilmuwan telah membahas mengenai isu perubahan iklim berfokus pada pemanasan
global yang dipicu oleh aktivitas manusia. Tindakan manusia yang meningkatkan emisi gas
rumah kaca ke atmosfer membuat bumi semakin panas. Peningkatan suhu permukan bumi
akibat pemanasan global diperkirakan sekitar 5 derajat celcius setiap tahunnya yang dapat
memicu perubahan iklim secara global (Samidjo & Suharso, 2017). Perubahan iklim tentunya
memberikan efek atau dampak terhadap kehidupan, seperti meningkatnya suhu, meningkatnya
temperature global yang akan menyebabkan melelehnya kutub, meningkatnya permukaan air
laut, dan meningkatnya frekuensi terhjadinya bencana seperti banjir, tsunami, badai, dan
lainnya. Perubahan iklim juga akan mengakibatkan perubahan cuaca yang sulit diprediksi,
penyebaran penyaki, dan meningkatkan keasamaan air laut yang pada akhirnya juga akan
merusak ekosistem bawah laut (Rizky et al., 2022).
Dalam sektor pertanian, perubahan iklim membawa dampak yang signifikan sehingga
perlu pengelolaan risiko iklim secara berkelanjutan. Pengelolaan risiko iklim dalam sektor
pertanian adalah suatu pendekatan yang penting dalam menghadapi dampak perubahan iklim
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
190
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
terhadap keberlanjutan sistem pertanian. Menurut (IPCC., 2019), perubahan iklim telah
meningkatkan ketidakpastian dalam pola cuaca, sehingga mempengaruhi produktivitas
pertanian. Sehingga, untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim, perlu adanya strategi
dan implementasi pengelolaan perubahan iklim dalam sektor pertanian memerlukan
pendekatan yang komprehensif dan berkelanjut untuk dapat mengurangi dampak perubahan
iklim terhadap produksi pangan (Harahap et al., 2024).
Risiko Perubahan Iklim
Risiko dalam konteks perubahan iklim merujuk pada potensi terjadinya dampak
merugikan terhadap sistem pada manusia maupun ekologi dengan mempertimbangkan
keberagaman nilai dan tujuan yang terkait dengan sistem tersebut. Risiko perubahan iklim
dapat berasal dari dua sumber utama yaitu risiko yang timbul akibat dampak langsung
perubahan iklim dan risiko yang muncul dari respons manusia terhadap perubahan iklim
(IPCC, 2021).
Risiko yang timbul akibat dampak langsung dari perubahan iklim yaitu hasil dari interaksi
dinamis antara bahaya iklim (seperti kekeringan, banjir, dan badai), tingkat keterpaparan
manusia atau ekosistem terhadap bahaya (eksposur), dan tingkat kerentanan sistem terhadap
dampak tersebut. Ketiga elemen ini dipengaruhi oleh ketidakpastian dalam hal besaran,
frekuensi, serta perubahan yang terjadi akibat faktor sosial- ekonomi dan keputusan manusia
dari waktu ke waktu. Sektor pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan
iklim. Perubahan iklim berdampak negatif terhadap beberapa aspek kehidupan. Dampak dari
perubahan iklim cenderung merugikan karena menyebabkan perubahan terhadap agroekologi
dan penghidupan masyarakat (Kurniawan & Arisurya, 2021). Berikut beberapa dampak
perubahan iklim pada aspek pertanian, diantaranya.
Dalam sektor pertanian, konsep risiko dapat merujuk pasa suatu kemungkinan yang dapat
menyebabkan kerugian, salah satunya penurunan produksi tanaman pangan (Nuraisah &
Kusumo, 2019). Fenomena iklim ekstrem seperti El Nino dan La Nina juga berperan besar
dalam menurunkan produksi tanaman pangan. Selain itu, perubahan iklim yang memicu
peningkatan frekuensi bencana alam, seperti banjir, kekeringan, serta serangan hama dan
penyakit tanaman lainnya yang secara langsung dan tidak langsung dapat berdampak pada
penurunan produktivitas pertanian dan meningkatkan risiko terjadinya gagal panen. Pola cuaca
yang tidak stabil seperti curah hujan yang tidak menentu dan kekeringan dapat mengganggu
siklus tanaman dan panen, sehingga menurunkan hasil produksi (Rozci, 2023). Perubahan
iklim juga dapat mempengaruhi distribusi dan ketersediaan sumber daya alam yang menjadi
dasar produksi pangan, seperti air dan lahan. Penurunan kualitas tanah akibat dari erosi dan
degradasi tanah jga dapat mengurangi produktivitas pertanian (Anjani et al., 2024). Perubahan
iklim yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya gagal panen akibat kekeringan yang panjang
dan banjir yang terjadi dapat merusak tanaman pangan. Jika tanaman masih dapat bertahan
hidup maka panen yang dihasilkan juga tidak akan maksimal dan mengalami kecacatan dalam
kualitasnya (Rozci, 2023).
Perubahan kondisi iklim yang ekstrem, dapat menyebabkan penurunan hasil panen dan
dapat mengurangi pendapatan petani. Selain itu, perubahan iklim juga dapat meningkatkan
biaya produksi karena menghadapi beberapa tantangan seperti peningkatan penggunaan
pestisida, pupuk, dan air irigasi (Sinaga et al., 2024). Risiko terbesar petani saat menghadapi
perujbahan iklim adalah gagal panen. Ketika mengalami gagal panen, secara otomatis petani
juga akan mengalami penurunan pendapatan (Nuraisah & Kusumo, 2019).
Risiko Perubahan Iklim
Self-evaluation and Holistic Assessment of Climate Resilience of Farmers and Pastoralists
(SHARP) merupakan sebuah alat partisipasi yang dikembangkan oleh Food and Agriculture
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
191
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Organization (FAO) yang berperan dalam membantu petani kecil dan penggembala dalam
menilai (memperkuat dan mengevaluasi) ketahanan terhadap dampak adanya perubahan iklim.
SHARP dapat digunakan untuk menilai sendiri kapasitas, adaptasi, kelemahan dan
merencanakan tindakan perbaikan (FAO, 2015).
Konsep utama SHARP yaitu Penilaian Partisipatif: petani dan penggembala secara aktif
yang terlibat dalam menilai ketahanan mereka; Pendekatan Holistik: evaluasi mencakup aspek
lingkungan, sosial, ekonomi, dan implementasi atau praktik pertanian, dan Identifikasi
indikator ketahanan: menggunakan indikator yang relevan guna menilai kapasitas adaptasi
terhadap adanya perubahan iklim (Michael et al., 2015). Pada sektor pertaninan SHARP
bertujuan sebagai berikut: Meningkatan awareness: meningkatkan pemahaman petani tentang
hubungan antara aktivitas dengan kerentanan iklim, Menilai Ketahanan Iklim: mengukur
tingkat ketahanan kelompok pertanian adanya perubahan iklim (banjir, kekeringan, suhu
extrem), Merencanakan kegiatan adaptasi: pemangku kebijakan dapat membantu petani untuk
beradaptasi seperti diversifikasi tanaman dan konservasi pengairan, dan Monitoring dampak
intervensi: memantau sebelum dan sesudah program untuk menilai efektivitasnya.
Ketahanan Petani
Ketahanan petani didefinisikan sebagai seorang petani memiliki kapasitas atau
kemampuan untuk beradaptasi, bertahan dan pulih dari berbagai guncangan dan tekanan
seperti perubahan iklim, fluktuasi harga atau krisis sosial ekonomi (Tiwari et al., 2018). Dalam
hal ini ketahanan mencakup tidak hanya ruang lingkup ketahanan ekonomi tapi juga aspek
sosial, ekologis dan kelembagaan yang saling berhubungan (Darnhofer, 2020). Menurut
Tendall et al (2015), ketahanan petani dibangun melalui tiga dimensi utama (Tendall et al.,
2015): (a) Ketahanan produksi - kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
produktivitas pertanian di dalam menghadapi gangguan; (b) Ketahanan penghidupan - sumber
pendapatan yang berkaitan dengan akses ke pendapatan serta sumber daya lainnya; dan (c)
Ketahanan kelembagaan dukungan yang ada dari kebijakan atau jaringan sosial yang dapat
memperkuat adaptasi.
Menurut Speranza et al. (2020) menekankan bahwa ketahanan petani bersifat dinamis dan
kontekstual dengan mengacu pada faktor lokal seperti ketersediaan lahan, akses ke pasar dan
wawasan lokal atau masyarakat setempat. Penelitian ini, menemukan bahwa petani kecil
sering kali menggunakan strategi seperti diversifikasi tanaman, spinning group, serta migrasi
musiman untuk memperkuat ketahanan. Dalam satu sudut pandang, hal ini juga berkaitan
dengan perubahan sistem pertanian ke arah berkelanjutan. Menurut Darnhofer (2020)
berargumentasi bahwa dalam hal ini, bersifat “bertahan hidup” berarti masih mampu bertahan
inilah ketahanan (Darnhofer, 2020).
Ketahanan petani terkait dengan kemampuan keseluruhan seorang petani untuk
beradaptasi, bertahan, dan pulih dari guncangan ekonomi, lingkungan, atau sosial yang parah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan petani telah diteliti dalam beberapa tahun
terakhir dengan fokus pada faktor ekonomi, ekologi, institusional, dan sosial (Scoones, et al.
(2020; Barrett et al. 2022; PCCI, 2021).
Startegi meningkatkan Ketahanan Petani melalui diversifikasi sistem pangan, peningkatan
produktivitas yang berkelanjutan, dan penguatan rantai pasokan (Khatri-Chhetri et al., 2017;
Zimmerer et al., 2021; Wheeler & von Braun, 2020; Campbell et al, 2023) dan penguatan
Infrastruktur Rantai Pasokan Global (Béné et al., 2021).
2. Metode
Bagian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe explanatory
research. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner. Pelaksanaan penelitian
dilaksanakan selama bulan April hingga Juni 2025. Lokasi penelitian di Kabupaten
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
192
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Bojonegoro. Populasi penelitian adalah seluruh petani tembakau di Wilayah Kabupaten
Bojonegoro.
Kriteria inklusi: a) warga Kabupaten Bojonegoro di 5 kecamatan yakni Kepohbaru,
Baureno, Kedungadem, Sumberrejo, dan Kanor; b) Bersedia menjadi responden; dan mengisi
kuesioner secara lengkap. Penelitian ini mengaplikasikan teknik stratified random sampling
berdasarkan kecamatan penghasil tembakau terbesar. Teknik ini memungkinkan setiap
anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel, sehingga
menghasilkan sampel yang representatif dari populasi (sugiyono, 2018).
Sampel Penelitian
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus solvin =
n = 395,5 = 396
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
E = batas kesalahan maksimal yang ditolerir 0,05 (5%)
Untuk mengantisipasi terjadinya responden yang tidak patuh atau drop out, jumlah sampel
ditambah menjadi: N = 396 + (10% x 396) = 396 + 40 n = 436, sehingga sampel minimal yang
harus didapatkan dalam penelitian ini adalah 436 responden.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel independent: Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah risiko
perubahan iklim yang diukur dengan pendekatan SHARP (social, human, adaptive, resiliance,
productive) yang dikeluarkan oleh FAO. Variabel dependen: Variabel dependen (terikat)
dalam penelitian ini adalah tingkat ketahanan petani tembakau yang diukur melalui
pendekatan CRI dengan 5 indikator alam, manusia, fisik, sosial, dan finansial.
Kuesioner risiko perubahan iklim terdiri dari 5 aspek yaitu a) Hubungan sosial, jejering,
akses informasi; b) Kapasitas, keterampilan, akses layanan; c) Adaptasi dengan kondisi; d)
Ketahanan terhadap ancaman; dan e) Efisinesi, keberlanjtan, dan hasil tani. Kusioner
Ketahanan terdiri dari 5 aspek yaitu a) aspek alam (akses irigasi, kaulitas tanah, lokasi); b)
aspek manusia (kemampuan dan keterampilan); c) aspek fisik (alat, akses, fasilitas); d) aspek
finansial (tabungan, pinjaman, sumber pendapatan lain); dan e) Aspek sosial (partisipasi,
diskusi, dukungan sosial).
Pengumpulan data pimer dilakukan langsung secara observasi dan wawancara
menggunakan kuesioner untuk mendapatkan beberapa item kuesioner pada petani tembakau di
Kabupaten Bojonegoro. Selain itu, untuk manajemen risiko dan ketahanan petani dilakukan
dengan metode Focus Discussion Group dengan beberapa tokoh kunci yang berperan sebagai
indept interview dalam menguatkan hasil penelitian.
Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan
tahapan sebagai berikut: a) Editing: peneliti telah memeriksa kembali kelengkapan data yang
diisi agar meminimalkan data yang hilang atau jawaban yang tidak sesuai; b) Cleaning:
peneliti memeriksa untuk mengetahui adanya kesalahan pada data seperti kelengkapan data
konsistensi dan validitas jawaban; c) Coding: peneliti mengubah data berbentuk huruf yang
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
193
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
ada dalam kuesioner menjadi bentuk angka atau bilangan agar mudah dianalisa; dan d)
Tabulating: cara untuk mengelolah data dengan memasukkan data ke dalam program SPSS
untuk dilakukan analisis data.
Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dilakukan dengan metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
merupakan metode untuk menguji data dalam bentuk numerik dan dianalis secara statistik,
menggunakan statistik deskriptif. Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan secara
spesifik karakteristik setiap variabel baik bebas, antara, maupun terikat yang akan disajikan
dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. Analisis data kuantitatif yang digunakan dalam
menganalisis hubungan antara pengaruh risiko perubahan iklim dengan ketahanan petani
dengan tujuan untuk melihat hubungan antar variabel.
3. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Distribusi Umur Responden Petani Tembakau Kabupaten Bojonegoro
Umur
Persentase (%)
10-19 tahun (Remaja)
0,2%
20-44 Tahun (Dewasa)
94,3%
45-60 Tahun (Lansia)
5,5%
Total
100%
Sumber: Data Primer 2025
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 20-44 tahun
yaitu sebanyak 415 responden (94,3%). Sementara itu, kelompok usia dengan jumlah paling
sedikit adalah berusia 10-19 tahun sebanyak 1 responden (0,2%).
Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin Responden Petani Tembakau Kabupaten Bojonegoro
Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Persentase (%)
Laki-laki
360
81,8%
Perempuan
80
18,2%
Total
440
100%
Sumber: Data Primer 2025
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 360 responden (81,8%) dan responden dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 80 responden (18,2%).
Tabel 3 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Petani Tembakau Kabupaten Bojonegoro
Tingkat Pendidikan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Tidak Sekolah
6
1,4%
SD/MI/Sederajat
4
0,9%
SMP/MTS/Sederajat
53
12%
SMA/MA/Sederajat
164
37,3%
Diploma I
0
0%
Diploma II
1
0,2%
Diploma III
20
4,5%
D4/S1
187
42,5%
S2/Magister
5
1,1%
Total
440
100%
Sumber: Data Primer 2025
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
194
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki jenjang
pendidikan D4/S1 sebanyak 187 responden (42,5%). Sementara itu, tingkat pendidikan yang
paling sedikit adalah pendidikan SD/MI/Sederajat yaitu sebanyak 4 responden (0,9%).
Tabel 4 Distribusi Lama Bekerja Responden Petani Tembakau Kabupaten Bojonegoro
Lama Bekerja
Jumlah (n)
Persentase (%)
< 1 Tahun
53
12%
1-3 Tahun
56
12,7%
4-6 Tahun
63
14,3%
7-9 Tahun
38
8,6%
≥ 10 Tahun
230
52,3%
Total
440
100%
Sumber: Data Primer 2025
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki durasi lama
bekerja 10 tahun sebagai petani sebanyak 230 responden (52,3%). Sementara itu, jumlah
responden paling sedikit berada pada kelompok dengan durasi lama bekerja 7-9 tahun yakni
sebanyak 38 responden (8,6%).
Hasil Analisis Hubungan Risiko Perubahan Iklim dengan Ketahanan Petani
Outer model adalah bagian dari model analisis SEM-PLS yang digunakan untuk
mengevaluasi validitas dan reliabilitas indikator dalam mempresentasikan variabel laten. Outer
model menjelaskan hubungan antara indikator yang dapat diukur dengan konstruk laten, baik
melalui model reflektif maupun formatif. Evaluasi pada analisis ini mencakup uji validitas
konvergen, diskriminan, dan reliabilitas konstruk. Berikut gambar hasil analisis outer model
dari setiap indikator:
Gambar 1 Hasil Analisis hubungan Risiko Perubahan Iklim dan Ketahanan Petani
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
195
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Analisis hasil ditemukan bahwa terdapat beberapa aspek risiko perubahan iklim yang
secara signifikan memengaruhi ketahanan petani tembakau. Variabel sosial memiliki pengaruh
langsung yang signifikan terhadap ketahanan petani meskipun koefisiennya negatif, yang
menunjukkan bahwa peningkatan persepsi risiko sosial (seperti kurangnya dukungan
komunitas atau jejaring sosial) cenderung menurunkan tingkat ketahanan petani. Sementara itu,
variabel resilience dan produktif menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap
ketahanan petani.
Hal ini menunjukkan bahwa aspek ketahanan pribadi dan efisiensi produksi memainkan
peran utama dalam mempertahankan keberlanjutan petani tembakau saat menghadapi
perubahan iklim. Selain itu, variabel manusia (kapasitas dan keterampilan) juga berpengaruh
positif dan signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas individu dalam
memahami risiko iklim dan mengelola sumber daya dapat meningkatkan kemampuan bertahan
dalam jangka panjang. Di Indonesia, (Pramudia et al., 2021) juga melaporkan hal serupa pada
petani hortikultura di Jawa Tengah, di mana adaptasi teknologi dan diversifikasi usaha adalah
kunci ketahanan petani terhadap anomali iklim.
Temuan ini sejalan dengan studi oleh Etwire dalam (Alidu et al., 2022), dalam Climate
and Development, yang menyatakan bahwa ketahanan petani terhadap perubahan iklim sangat
dipengaruhi oleh kapasitas sosial, pengalaman adaptasi, serta akses terhadap teknologi dan
informasi. Menurut (Adzawla et al., 2024) di Ghana, variabel sosial seperti keanggotaan dalam
kelompok tani, serta variabel manusia seperti pelatihan dan pengetahuan iklim, berkontribusi
signifikan terhadap ketahanan terhadap kekeringan. Selain itu, mereka juga menegaskan bahwa
persepsi risiko iklim yang tinggi dapat menurunkan motivasi adopsi inovasi jika tidak disertai
dukungan institusional. Di Indonesia, (Pramudia et al., 2021) juga melaporkan hal serupa pada
petani hortikultura di Jawa Tengah, di mana adaptasi teknologi dan diversifikasi usaha adalah
kunci ketahanan petani terhadap anomali iklim.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor sosial, produktif, dan resilience berpengaruh
signifikan terhadap ketahanan petani melalui mediasi akses informasi dan strategi adaptasi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa efek negatif faktor sosial terhadap ketahanan dapat ditekan jika
petani memiliki akses informasi dan mampu melakukan adaptasi yang tepat. Ini memperkuat
pentingnya intervensi berbasis informasi cuaca dan pelatihan iklim untuk menjembatani
kelemahan struktural sosial. Studi oleh (Harvey et al., 2021) di Agricultural Systems
menunjukkan bahwa penyampaian informasi yang tepat waktu, terutama melalui saluran digital
dan penyuluh lokal, dapat mengubah persepsi risiko dan mendorong ketahanan secara sistemik.
Risiko perubahan iklim memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketahanan petani
tembakau di Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan model dan nilai F Square, faktor strategi
adaptasi dan akses informasi memiliki kontribusi besar dalam memperkuat hubungan antara
risiko iklim dan ketahanan. Namun demikian, perlu diketahui bahwa tidak semua dimensi
risiko memberikan pengaruh positif; misalnya, dimensi adaptif justru menunjukkan pengaruh
negatif yang tidak signifikan secara langsung terhadap ketahanan, meskipun pengaruh tidak
langsungnya melalui strategi adaptasi signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa strategi
yang terstruktur, kapasitas adaptif petani tidak otomatis berdampak pada ketahanan.
4. Kesimpulan
Faktor risiko perubahan iklim memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketahanan
petani tembakau di Kabupaten Bojonegoro. Faktor manusia, produktif, dan resilience
berhubungan secara positif. Namun, faktor sosial memiliki hubungan yang negatif dan faktor
adaptif tidak memiliki hubungan secara langsung kecuali melalui strategi adaptasi. Temuan
ini menegaskan bahwa kapasitas adaptif yang tidak didukung oleh strategi yang terstruktur
tidak cukup untuk meningkatkan ketahanan petani secara efektif.
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
196
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Selain itu, peningkatan ketahanan petani tembakau memerlukan intervensi terstruktur
pada akses informasi iklim, pelatihan adaptasi, serta penguatan modal manusia dan
produktivitas. Implikasi kebijakan mencakup pengembangan sistem peringatan dini iklim,
diversifikasi usaha, dan pendampingan berbasis kelompok tani untuk mengurangi kerentanan
sosial.
5. Ucapan Terima Kasih
Para penulis berterimakasih kepada Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga atas
dukungan hingga penelitian ini dapat diselenggarakan dengan baik.
6. Daftar Pustaka
Pustaka Alkalah, C. (2016). Analisis Pengaruh Cuaca terhadap Kualitas Berbagai Jenis
Tembakau. 19(5), 123. https://doi.org/https://doi.org/10.5281/zenodo.12742154
Anindya Novianti Putri, Hardhana Dinaring Danastri, J. T. (2024). Menghadapi Ancaman
Kehilangan dan Kerusakan akibat Perubahan Iklim pada Sektor Pangan di Indonesia.
Anjani, S. Y., Setiawan, B., & Martasari, S. A. N. (2024). Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial
(Jupendis), 2(3), 4655. https://doi.org/10.54066/jupendis.v2i3.1850
Asmamaw, M., Ambelu, A., & Mereta, S. T. (2018). Climate Resilience Index as a tool to
explore households’ resilience to climate change-induced shocks in Dinki watershed,
central highlands of Ethiopia Households’ resilience to climate change impacts.
BioRxiv. https://doi.org/10.1101/382358
Badan Pusat Statistik. (2022). Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Mei 2022, Juni 2022, dan
Juli. 16.
Badan Pusat Statistik. (2024). Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di
Provinsi Jawa Timur (ribu ton) 2024.
https://jatim.bps.go.id/id/statisticstable/3/Y0hOWWFGZHpPVkpUVjFKUlowVjBhM
UI1Wm1aWFp6MDkjMw %3D%3D/produksi-perkebunan-rakyat-menurut-jenis-
tanaman-di-provinsi- jawa-timur--ribu-ton---2024.html?year=2024&utm
Barrett, C.B. et al. (2022) ‘Smallholder resilience and agricultural commercialization’, World
Development, 150, p. 105713
Béné, C., Bakker, D., Chavarro, M. J., Even, B., Melo, J., & Sonneveld, A. (2021). Global
assessment of the impacts of COVID-19 on food security. Global Food Security, 31.
https://doi.org/10.1016/j.gfs.2021.100575
BMKG. (2025). Anomali Perubahan Suhu Udara Rata-Rata Tahun 2024 (p. 1). BMKG.
Darnhofer, I. (2020). Farm resilience in the face of the unexpected: lessons from the COVID-
19 pandemic. Agriculture and Human Values, 37(3), 605606.
https://doi.org/10.1007/s10460-020-10053-5
Dewi, C. K. (2017). Hubungan perubahan iklim dengan produksi tembakau dan tingkat
kerentanan penghidupan petani di kabupaten Klaten. Universitas Sebelas Maret.
Durroh, B., Fitriyani, H., Studi, P., Agribisnis, M., Pertanian, F., & Bojonegoro, U. (1816).
Analysis of Tobacco Production and Prices Trends in Bojonegoro. 24, 113120.
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
197
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Fadhillah, A., Pandin, M. G. R., & Koesbardiati, T. (2023). Analyzing Forest and Land Fire
Disaster Prevention Programs in Riau, Indonesia. Qubahan Academic Journal, 3(4),
198205. https://doi.org/10.58429/qaj.v3n4a173
FAO. (2015). SHARP: A participatory tool to assess climate resilience. 1213.
Harahap, L. M., Muda Harahap, L., Indriani Br Manurung, Y., Br Situngkir, J., & Amalyiah
Simanungkalit, N. (2024). Pengelolaan Risiko Iklim dalam Sektor Pertanian: Strategi
dan Implementasi. Jimbe: Jurnal Ilmu Manajemen, Bisnis dan Ekonomi, 1(5), 117
125.
Harianto, T., June, T., & Perdinan. (2019). Evaluation of Climate Risk of Tobacco Region in
Temanggung District. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 24(3), 215 226.
https://doi.org/10.18343/jipi.24.3.215
IPCC. (2021). Framing, Context, and Methods in Climate Change. In Sustainability
(Switzerland) (Vol. 11, Issue 1).
Isnaini, R., Pandin, M. G. R., Waloejo, C. S., & Sunyowati, D. (2022). Landslide and
Moving Ground Disasters in Sumurup Village, Trenggalek District, East Java,
Indonesia: A Case Study. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
995(1), 07. https://doi.org/10.1088/1755-1315/995/1/012005
Khatri-Chhetri, A., Aggarwal, P. K., Joshi, P. K., & Vyas, S. (2017). Farmers’ prioritization
of climate-smart agriculture (CSA) technologies. Agricultural Systems, 151, 184191.
https://doi.org/10.1016/j.agsy.2016.10.005
Kurniawan, R. E., & Arisurya, R. E. (2021). Kerentanan dan Adaptasi Rumah Tangga Petani
terhadap Perubahan Iklim di Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Agro Ekonomi, 38(2),
127141. https://doi.org/10.21082/jae.v38n2.2020.127-141
Mardiana, A., Widayanti, S., Soedarto, T., & Atasa, D. (2022). Kabupaten Sumenep Risk
Management Analysis of Tobacco Farming in Prancak Village Pasongsongan District
Sumenep Regency. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 9(2), 680698.
Michael, J., Choptiany, H., Graeub, B. E., & Phillips, S. (2015). SHARP lessons from
developing a holistic and participatory self- assessment of climate resilience for
farmers and pastoralists. November.
Misa, Z., Rakotoarimanana, H., Rakotoarimanana, Z. H., Pandin, M.G.R. (2022). Analysis of
tropical cyclones 2000-2020 in Madagascar. Disaster Advances, 15(3), 1320.
Mohammad Sulkan. (2020). Pemanasan Global dan Masa Depan Bumi (T. E. Umum (ed.);
2019th ed.). ALPRIN.
MSC. (2023). Smallholder farmers’ climate-resilience index. November.
Mulyadi, M. (2013). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 15(1), 128.
https://doi.org/10.31445/jskm.2011.150106
Murdiyati, A. S., & Basuki, T. (2011). Agribisnis tembakau virginia. Monograf Balittas:
Tembakau Virginia. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.
Nadia Naja. (2024). Climate Change and Food Security in Central Java. BALANGA: Jurnal
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 12(1), 3040.
https://doi.org/10.37304/balanga.v12i1.15468
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
198
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Nuraisah, G., & Kusumo, R. A. B. (2019). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usahatani
Padi di Desa Wanguk Kecamatan An jatan Kabupaten Indramayu. Jurnal Pemikiran
Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 5(1), 6071.
Nurjani, E., Harini, R., Sekaranom, A. B., & Mutaqqin, A. S. (2020). Tobacco farmers
Perspective towards increasing climate change risk on agriculture sector: A case study
of Temanggung- Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
451(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/451/1/012101
Pandin, M. G. R., & Waloejo, C. S. (2024). Development of Disaster Management
Mitigation Model Based on Local Food Sources: Modified Casava Flour in Indonesia.
Pakistan Journal of Life and Social Sciences, 22(2), 4397-4408.
https://doi.org/10.57239/PJLSS-2024-22.2.00327
Pandin, M. G. R., Waloejo, C. S., Sunyowati, D., & Rizkyah, I. (2022). The Potential of
Mocaf (Modified Cassava Flour) as Disaster Emergency Food. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 995(1), 18. https://doi.org/10.1088/1755-
1315/995/1/012006
PCCI. (2021). Climate Change 2021 WGI The Physical Science Basis Summary for
Policymakers, Technical Summary, Frequently Asked Questions and Glossary.
Purba, M. L., Nainggolan, Z., & Sihotang, J. (2021). Analisis Pengaruh Jumlah Produksi,
Nilai Tukar dan Harga Internasional Terhadap Ekspor Tembakau Indonesia Tahun
1990 2019. Journal of Economics and Business, 2(2), 1828.
https://doi.org/10.36655/jeb.v2i2.551
Putri, F. A. (2012). Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim (Climate Change) Terhadap
Sektor Pertanian Tembakau (Studi Kasus : Kecamatan Bulu, Temanggung).
Universitas Sebelas Maret.
Rachmat, M. (2010). Development of National Tobacco Economy: Developed Country
Policy and Lesson Learned for Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(1), 67.
Redaksi Bhirawa. (2024). Kabupaten Bojonegoro Penghasil Tembakau Jenis Virgina Kedua
se-Provinsi Jawa Timur.
Rifky Setya Anugrah, A. (2024). Resilience Building in BIMP-EAGA Region: Memahami
Dampak Perubahan Iklim dan Strategi Adaptasi. Jurnal Ilmiah Muqoddimah : Jurnal
Ilmu Sosial, Politik, Dan Humaniora, 8(3), 1413.
https://doi.org/10.31604/jim.v8i3.2024.1422-1435
Rizky, F. K., Laksamana, B., Al Fajar, M. D., & Aisyah. (2022). Diseminasi Hukum
Penanganan Perubahan Iklim dan Pemanasan Global ditinjau Berdasarkan Perspektif
Hukum Lingkungan Internasional Di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan
Medan Selayang. Community Development Journal:Jurnal Pengabdian Masyarakat,
3(3), 14011411. https://doi.org/10.31004/cdj.v3i3.7736
Rozci, F. (2023). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian Padi. Jurnal Ilmiah
Sosio Agribis, 23(2), 108116. https://doi.org/10.30742/jisa23220233476
Salim, W. A., Dev, M. R., & Ph, D. (2020). Climate Resilience Index as Adaptation Metrics.
Climate Policy and Finance Talk Series 2, September, 138.
Samidjo, J., & Suharso, Y. (2017). Memahami Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. IKIP
Veteran, 24(2), 110. https://doi.org/10.15581/022.42490
Academy of Education Journal
Vol. 16, No. 2, Juli 2025, Page: 187-199
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
199
Zaenul Ma’arif et.al (Hubungan Perubahan Iklim dengan....)
Scoones, I. et al. (2020) ‘Sustainable livelihoods and rural resilience’, Journal of Peasant
Studies, 47(3), pp. 521547.
Sinaga, P., Sipayung, A., Fauziah, A., Simanjuntak, P., & Sidauruk, T. (2024). Dampak
Perubahan Iklim terhadap Penurunan Pendapatan Petani. Journal on Education, 6(4),
2209722103. https://doi.org/10.31004/joe.v6i4.6330
Summers, J. K., Smith, L. M., Harwell, L. C., & Buck, K. D. (2017). Conceptualizing
holistic community resilience to climate events: Foundation for a climate resilience
screening index. GeoHealth, 1(4), 151164. https://doi.org/10.1002/2016GH000047
Tendall, D. M., Joerin, J., Kopainsky, B., Edwards, P., Shreck, A., Le, Q. B., Kruetli, P.,
Grant, M., & Six, J. (2015). Food system resilience: Defining the concept. Global Food
Security, 6, 1723. https://doi.org/10.1016/j.gfs.2015.08.00
Trade, D., Trade, F., Trade, I., History, E., Trade, I., Trade, D., Protection, C., Standards, T.,
Trade, D., Trade, D., & Relationship, I. (2013). Buletin ilmiah litbang perdagangan.
7(1).
Ulfa, M. (2018). Persepsi Masyarakat Nelayan dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Ditinjau
dalam Aspek Sosial Ekonomi. Jurnal Pendidikan Geografi, 23(1), 41 49.
https://doi.org/10.17977/um017v23i12018p04
Zimmerer, K. S., Duvall, C. S., Jaenicke, E. C., Minaker, L. M., Reardon, T., & Seto, K. C.
(2021). Urbanization and agrobiodiversity: Leveraging a key nexus for sustainable
development. One Earth, 4(11), 15571568.
https://doi.org/10.1016/j.oneear.2021.10.012