Fredricks & McColskey, (2012) mengungkapkan bahwa keterlibatan siswa dalam belajar
yaitu usaha siswa untuk belajar melalui perubahan perilaku, kemampuan kognitif dan juga
emosi di tujukan siswa di dalam kelas. Menurut Bandura, 1986 dalam Widhiastuti, (2024)
dengan teori belajar sosial dimana perilaku seorang individu di pengaruhi oleh tiga komponen
yaitu personal (kognitif, afektif dan biologis), perilaku dan lingkungan yang masing-masing
memiliki timbal balik. Sedangkan menurut Nababan et al., (2021) keterlibatan siswa dalam
pembelajaran adalah tentang bagaimana siswa dalam menggunakan waktu, energi, fikiran,
usaha dan perasaaan mereka dalam pembelajaran. Adapun hasil survey dari NSSE (National
Survey of Student Engangement), menyebutkan 4 kategori terkait keterlibatan siswa dalam
pembelajaran yaitu, 1) keterlibatan siswa dalam tingkat akademik (academic challenge); 2)
bekerja sama dan belajar dengan teman sebaya (learning with peers); 3) pengelaman dengan
fakultas/sekolah (experiences with faculty); 4) Lingkungan sekolah (campus environment).
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat menumbuhkan kreatifitas siswa, melalui
learning by doing siswa dapat memahami lebih dalam terhadap materi yang dipelajarinya,
serta menungkan peningkatan keterampilan teknis yang relevan dengan dunia kerja (Fadlilah,
2024). Hal ini sejalan dengan teori Jean Pieget (1896-1980), cognitive constructivist theory
yang menekankan bahwa pembelajaran adalah proses aktif yang terjadi melalui interaksi
langsung dengan lingkungan, dengan menekankan pentingnya skema, asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi dalam proses pembelajaran. Teori ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh
John Dewey (1859-1952) mendefiniskan bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan
minat dalam diri, dimana belajar bersifat aktif, berinteraksi dan terlibat secara langsung dalam
kontes pengalaman sosial. Pembelajaran aktif disini, artinya ada keretlibatan siswa dalam
pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya menerima informasi, namun mengonstruksi sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang di dapat, dengan cara berpartisipasi aktif,
mencari, memilah, menginterpretasikan dan mengorganisasikan informasi (Ültanir : 2012).
Pemaparan konsep dari beberapa ahli tersebut yang mendasari pendekatan pembelajaran
teaching factory yang menjadi salah satu pendekatan yang dapat memberikan pengalaman
langsung siswa dalam aktivitas keterlibatan pada proses pembelajaran.
Pembelajaran Teaching Factory (Tefa) merupakan salah satu pembelajaran yang
memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran Tefa mengusung konsep pembelajaran pabrik bertujuan agar
siswa lebih dekat dengan dunia kerja dan industry, yang bertujuan menggabungkan lingkungan
belajar dan budaya kerja sehingga memberikan pengalaman belajar yang realisitis dan relevan
kepada siswa (Mavrikios et al., 2019). Pendekatan ini dapat dijadikan sebagai strategi untuk
dapat memfasilitasi keterlibtan siswa dalam proses pembelajaran. Al Hidayat (2021), dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran melalui pendekatan teaching factory dan berdampak signifkan terhadap kesiapan
kerja siswa. Adapun keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat melatih siswa dalam
memecahkan masalah, keterampilan manajemen dan juga siswa memahami serta menjalankan
SOP dengan baik. Hal yang sama dikemukakan oleh Suhendra (2024), dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas keterlibatan siswa dalam penerapan
teaching factory, dimana proses pembelajaran dilakukan dengan praktik langsung dengan
prosesur kerja yang sesuai SOP industri (real Job), sehingga terdapat keterlibatan siswa secara
langsung dalam proses pembelajran (learning by doaing) dan menciptakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student active Learning). Penelitan lebih lanjut menyebutkan bahwa
pembelajaran teaching factory dapat meningkatkan motivasi dan berpengaruh terhadap
pembelajaran praktik serta kesiapan kerja secara signifikan sebesar 28,5 %, dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa pembentukan kesiapan kerja siswa dipengaruhi oleh
pembiasaan praktik kerja lapangan yang di kolaborasikan dengan pendekatan pembelajaran