Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1725
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
Peran Keterlibatan Siswa dalam Implementasi
Pembelajaran Teaching Factory Terhadap Kesiapan
Kerja Siswa di SMKN 1 Jatibarang
Vivi Silvi Indramayanti
a,1
, Enung Hasanah
b,2
, Bambang Sudarsono
c,3
a,b,c
Magister Managemen Pendidika, Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia
1
2
3
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 25 November 2024
Direvisi: 27 November 2024
Disetujui: 30 November 2024
Tersedia Daring: 1 Desember 2024
Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang
menciptakan lulusan yang siap kerja di pasar kerja sesuai dengan
kompetensi keahlian lulusan. Implementasi teaching factory yang dapat
dijadikan solusi untuk dapat membekali siswa keterampilan dan
pengetahuan masuk ke dalam pasar kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
menganlisis peran keterlibatan siswa dalam implementasi teaching factory
terhadap kesiapan kerja siswa SMK Negeri 1 Jatibarang. Metode yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMK
Negeri 1 Jatibarang dengan teknik pengambilan data melalui wawancara
medalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa terdapat hubungan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
melalui implementasi teaching factory yang memiliki dampak yang erat
terhadap keterampilan siswa baik softskill maupun hardskill. Keterlibatan
siswa secara langsung dapat meningkatkan pengusasaan kompetensi
teknis, seperti penguasaan proses produksi dan layanan, penguasaaan
keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya dan memahami SOP,
adapun pengembangan kemampuan non teknis dapat membekali siswa
dalam penguasaan keterampilan berkomunikasi, kerja sama tim dan
memecahkan masalah.
Kata Kunci:
Keterlibatan Siswa
Pembelajaran Teaching
Factory
Kesiapan kerja
ABSTRACT
Keywords:
Student Involvement
Teaching Factory Learning
Work Readiness
Vocational secondary education is a vocational education that creates
graduates who are ready to work in the job market in accordance with the
competencies of graduates' skills. The implementation of a teaching factory
can be used as a solution to be able to equip students with skills and
knowledge to enter the job market. This study aims to analyze the role of
student involvement in the implementation of teaching factories on the work
readiness of SMK Negeri 1 Jatibarang. The method used is qualitative
descriptive. This research was carried out at SMK Negeri 1 Jatibarang with
data collection techniques through in-depth interviews, observation and
documentation. The results of the study revealed that there is a relationship
of student involvement in the learning process through the implementation of
teaching factories which has a close impact on students' skills, both soft and
hard skills. Student involvement can directly increase the mastery of technical
competencies, such as mastery of production and service processes, mastery
of skills in accordance with their field of expertise and understanding SOPs,
while the development of non-technical skills can equip students in mastering
communication skills, teamwork and problem-solving.
©2024, Vivi Silvi Indramayanti, Enung Hasanah, Bambang Sudarsono
This is an open access article under CC BY-SA license
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1726
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
1. Pendahuluan
Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang menciptakan lulusan
yang siap kerja di pasar kerja sesuai dengan kompetensi keahlian lulusan yang dihasilkan
dengan kualifikasi kebutuhan industri. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat
pengangguaran terbuka lulusan SMK di provinsi Jawa Barat tahun 2023 masih menyumbang
angka pengangguran tertinggi sebesar 12,75 % per-Februari dan pada bulan Februari 2024
turun tipis menjadi 12,33 % berdasarkan tamatan (BPS, 2024). Data tersebut menunjukan
bahwa keberadaan lulusan SMK belum sepenuhnya sejalan dengan tujuan pendidikan vokasi.
Oleh karena itu, pembekalan keterampilan teknis dan praktis harus dimiliki oleh lulusan
pendidikan vokasi. Namun pada kenyataannya sebagian besar lulusan SMK kurang memiliki
keterampilan yang matang, baik hardskill dan softskill. Kecakapan, pengetahuan dan
keahliannya belum selaras dengan kualifikasi yang di tetapkan industri (Prianto et al., 2019).
Dari pemaparan data statistik tersebut menimbulkan pertanyaan apakah proses pembelajaran
sudah sesuai dan selaras dengan kebutuhan pasar kerja.
Proses pembelajaran merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan pendidikan,
didalamnya terdapat aktivitas penyaluran pesan atau informasi dari guru kepada siswa (Syafrin
et al., 2023). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, proses belajar mengajar
yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan sumber belajar dalam
suatu lingkungan sesuai dengan capaian dan tujuan pembelajaran yang telah di rencanakan.
Pada pendidikan vokasi, proses pembelajaran bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang
memiliki keahlian dan keterampilan yang siap kerja di pasar kerja (Priyono et al., 2023).
Namun, proses pembelajaran yang masih sering dilaksanakan secara konvensional di sekolah,
sehingga belum mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa, terlebih
lagi penyampaian keterampilan praktik belum sesuai dengan tuntutan industri (Wahyuni et al.,
2021). Nurmalasari (2024), mengungkapkan bahwa pembelajaran konvensional masih
mendominasi pendidikan vokasi, dimana belum memanfaatkan perkembangan teknologi pada
proses pembelajaran yang relevan dengan program keahlian yang dapat meningkatkan kualitas
lulusan yang di hasilkan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawan
et al., (2024) dalam penelitiannya yang memaparkan bahwa proses pembelajaran konvensional
belum dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, oleh karena masih bersifat teacher
center yang mana dalam aktivitasnya masih berpusat pada guru sebagai pemberi informasi,
sehingga aktivitas keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih teratas.
Sani, (2020) dalam bukunya mengungkapkan bahwa bahwa proses belajar tidak akan
berjalan optimal jika perencanaan yang dibuat belum matang, hal ini dikarenakan individu
tidak belajar dari pengalaman, namun hanya merefleksikan kegiatan belajar saja, oleh karena
itu perlunya menerapkan teori belajar yang mendasari kegiatan belajar mengajar di kelas.
Teori belajar eksperiensial (experiential lerning) oleh david Kolb (1984) merupakan teori
belajar yang melibatkan siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya melalui
pengalamannya secara langsung, yang kemudian dikembangkan oleh John Dewey (1938).
John Dewey memperkenalkan istilah Learning by doing”, istilah ini mengungkapkan bahwa
proses belajar akan terjadi apabila individu secara langsung terlibat dalam aktivitas berupa
pengalaman pribadinya dan mampu mentransformasi pengalaman tersebut menjadi perubahan
perilaku dan menciptakan konsepnya sendiri (Ord, 2012). Oleh karena itu perlunya
menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas keterlibatan siswa
dalam pembelajaran, seperti bagimana mereka bisa berfikir kritis dalam menyelesaikan
masalah, serta membuat keputusan selama proses pembelajaran, serta membangkitkan
motivasi dalam menyelesaikan tugas projek mereka, sehingga tidak hanya memahami teori,
tetapi juga dapat menguasai keterampilan (psikomotor) dan membangun sikap (afektif) secara
holistik.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1727
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
Fredricks & McColskey, (2012) mengungkapkan bahwa keterlibatan siswa dalam belajar
yaitu usaha siswa untuk belajar melalui perubahan perilaku, kemampuan kognitif dan juga
emosi di tujukan siswa di dalam kelas. Menurut Bandura, 1986 dalam Widhiastuti, (2024)
dengan teori belajar sosial dimana perilaku seorang individu di pengaruhi oleh tiga komponen
yaitu personal (kognitif, afektif dan biologis), perilaku dan lingkungan yang masing-masing
memiliki timbal balik. Sedangkan menurut Nababan et al., (2021) keterlibatan siswa dalam
pembelajaran adalah tentang bagaimana siswa dalam menggunakan waktu, energi, fikiran,
usaha dan perasaaan mereka dalam pembelajaran. Adapun hasil survey dari NSSE (National
Survey of Student Engangement), menyebutkan 4 kategori terkait keterlibatan siswa dalam
pembelajaran yaitu, 1) keterlibatan siswa dalam tingkat akademik (academic challenge); 2)
bekerja sama dan belajar dengan teman sebaya (learning with peers); 3) pengelaman dengan
fakultas/sekolah (experiences with faculty); 4) Lingkungan sekolah (campus environment).
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat menumbuhkan kreatifitas siswa, melalui
learning by doing siswa dapat memahami lebih dalam terhadap materi yang dipelajarinya,
serta menungkan peningkatan keterampilan teknis yang relevan dengan dunia kerja (Fadlilah,
2024). Hal ini sejalan dengan teori Jean Pieget (1896-1980), cognitive constructivist theory
yang menekankan bahwa pembelajaran adalah proses aktif yang terjadi melalui interaksi
langsung dengan lingkungan, dengan menekankan pentingnya skema, asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi dalam proses pembelajaran. Teori ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh
John Dewey (1859-1952) mendefiniskan bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan
minat dalam diri, dimana belajar bersifat aktif, berinteraksi dan terlibat secara langsung dalam
kontes pengalaman sosial. Pembelajaran aktif disini, artinya ada keretlibatan siswa dalam
pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya menerima informasi, namun mengonstruksi sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang di dapat, dengan cara berpartisipasi aktif,
mencari, memilah, menginterpretasikan dan mengorganisasikan informasi (Ültanir : 2012).
Pemaparan konsep dari beberapa ahli tersebut yang mendasari pendekatan pembelajaran
teaching factory yang menjadi salah satu pendekatan yang dapat memberikan pengalaman
langsung siswa dalam aktivitas keterlibatan pada proses pembelajaran.
Pembelajaran Teaching Factory (Tefa) merupakan salah satu pembelajaran yang
memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran Tefa mengusung konsep pembelajaran pabrik bertujuan agar
siswa lebih dekat dengan dunia kerja dan industry, yang bertujuan menggabungkan lingkungan
belajar dan budaya kerja sehingga memberikan pengalaman belajar yang realisitis dan relevan
kepada siswa (Mavrikios et al., 2019). Pendekatan ini dapat dijadikan sebagai strategi untuk
dapat memfasilitasi keterlibtan siswa dalam proses pembelajaran. Al Hidayat (2021), dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran melalui pendekatan teaching factory dan berdampak signifkan terhadap kesiapan
kerja siswa. Adapun keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat melatih siswa dalam
memecahkan masalah, keterampilan manajemen dan juga siswa memahami serta menjalankan
SOP dengan baik. Hal yang sama dikemukakan oleh Suhendra (2024), dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas keterlibatan siswa dalam penerapan
teaching factory, dimana proses pembelajaran dilakukan dengan praktik langsung dengan
prosesur kerja yang sesuai SOP industri (real Job), sehingga terdapat keterlibatan siswa secara
langsung dalam proses pembelajran (learning by doaing) dan menciptakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student active Learning). Penelitan lebih lanjut menyebutkan bahwa
pembelajaran teaching factory dapat meningkatkan motivasi dan berpengaruh terhadap
pembelajaran praktik serta kesiapan kerja secara signifikan sebesar 28,5 %, dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa pembentukan kesiapan kerja siswa dipengaruhi oleh
pembiasaan praktik kerja lapangan yang di kolaborasikan dengan pendekatan pembelajaran
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1728
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
teaching factory sehingga mempengaruhi aktivitas keterlibatan siswa dalam mengembangkan
pemahaman dan kompetensinya. (Endrastiti & Sholikhah, 2024). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Implementasi teaching factory merupakan salah satu pendekatan dalam
proses pembelajaran yang berdampak positif dalam pengembangan aktivitas keterlibatan siswa
dalam pembelajaran.
Selanjutnya penelitian ini akan menganalisis adanya peningkatan keterlibatan siswa dalam
implementasi teaching factory dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Jatibarang
terhadap kesiapan kerja siswa, sehingga akan diketahui bgaimana intensitas keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran sehingga dapat diidentifikasi bahwa penerapan pendekatan
teaching factory dinilai efektif dalam meningkatkan aktiviatas praktik pembelajaran yang
dapat memperkuat kesiapan siswa dalam terjun kepasar kerja. Oleh karena itu berdasarkan
pemaparan tersebut akan di lakukan penelitian yang berjudul Keterlibatan Siswa dalam
Implementasi Pembelajaran Teaching Factory terhadap Kesiapan Kerja Siswa di SMK”.
2. Metode
Penelitian ini merupakan analisis keterlibatan siswa dalam pembelejaran teaching dactory.
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, sumber data yang diambil dari
beberapa informan melalui instrumen wawancara yang mendalam. Adapun tujuan penelitian
ini adalah memberikan informasi mendalam adanya peningkatan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran teaching factory sehingga memberikan dampak terhadap kesiapan kerja siswa.
Data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam, dan observasi
lapangan. Wawancara dilakukan kepada guru produktif, pada 3 konsentrasi keahlian SMK N 1
Jatibarang, dan data observasi yang dilakuakan dengan mengamati dan mencatat proses
pembelajaran di kelas (Fajaryati, 2012). Dari pengumpulan data yang telah dikumpukan
tersebut, kemudian peneliti melakukan analisis dengan teknik triangulasi, untuk melihat
kredibilitas data yang didapat serta meningkatkan kekuatan data dari berbagai sudut pandang
(Sugiyono, 2022). Dengan demikian didapatkan kesimpulan adanya hubungan antara
implementasi pembelajaran teaching factory dengan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
yang berdampak pada kesiapan kerja lulusan SMK. Adapun tahapan analisis data penelitian ini
terdiri dari pengumpulan data, penyajian data, reduksi data dan penarikan
kesimpulan/verifikasi (Huberman & Miles, 1992). Miles dan Huberman menggambarkan
proses analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut:
Gambar 1 Proses Analisis Data
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1729
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian berdasarkan pengumpulan data dari wawancara guru diperoleh bahwa
implementasi pembelajaran teaching factory memiliki peran penting dalam keterlibatan siswa
dalam pembelajaran, pernyataan ini di dapat dari hasil wawancara wakil Kepala sekolah
bidang kurikulum MS yang mengatakan bahwa, dalam penerapan pembelajaran teaching
factory, keterserapan konsep materi oleh siswa lebih mudah dipahami karena mereka langsung
praktek, sehingga dapat mengembbangkan keterampilan softskill maupun hardskill, bagaimana
siswa menghadapi konsumen, melayani konsumen, dari awal konsumen datang dan lain
sebagainya, sehingga tidak hanya memahami teori namun juga bagaimana mereka bisa
memahami fenomena yang ada dilapangan, sehingga akan mempengaruhi kesiapan kerja
mereka nantinya ketika lulus” (MS, Waka Kurikulum).
Pernyataan tersebut sejalan dengan guru produktif WS yang menyampaikan bahwa: pada
pembelajaran yang saya lakukan dengan pendekatan teaching factory, anak-anak merasa
tertantang ketika saya memberikan pesanan pelanggan pada materi design brief, dimana
mereka membuat desain sesuai dengan keinginan pelanggan. Adanya interaksi langsung dua
arah antara pelanggan dan siswa, dapat mengembangkan kompetensi yang mereka miliki
sehingga terpakai, dan setelah mereka menyelesaikan pesanan tersebut, mereka mendapatkan
reward berupa upah sebagai bayaran. Oleh karena itu dengan cara seperti itu saya merasa
siswa terlibat langsung dalam praktik kerja secara nyata (WS, Ketua konsentrasi keahlian
DKV). Guru RS pun mengungkapkan hal yang serupa, bahwa menurut saya, dengan adanya
praktik secara langsung dalam penerapan pembelajaran teaching factory ini, siswa dapat
terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan keterampilan secara
lebih mendalam, dengan mereka berkomunikasi dan memecahkan masalah serta mencari
Solusi secara langsung, misalnya ketika mereka membuat desain kemasan lemon grass,
packing produk lemon grass serta bagaimana mereka bisa memasarkan produk mereka di
lingkungan masyarakat, hal ini saya sudah lakukan dalam uni produksi program keahlian
TKKR” (RS, Ketua konsentrasi keahlian TKKR). Proses pembelajaran dalam pendidikan
vokasi memiliki peranan sangat penting dalam membangun konsep siswa dalam memahami
materi yang diajarkan, sehingga implementasi pembelajaran teaching factory memiliki
pengaruh terhadap motivasi siswa dalam melakukan praktik langsung, yang tentunya pengaruh
keterlibatan dalam teaching factory lebih berkembang daripada dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual (Al Hidayat et al., 2024).
Dari hasil wawancara tersebut, jelas bahwa terdapat hubungan antara keterlibatan siswa
dalam pembelajaran teaching factory. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu keberhasilan implementasi teaching factory, melalui keterlibatan aktif
siswa baik secara kognitif, psikomotor (hardskill) dan juga afektif (softskill), siswa
mendapatkan pengalaman yang mendalam, sehingga dapat mengkonstruksi kompetensinya
sesuai dengan program keahlian dan relevan dengan dunia kerja, sehingga lebih siap dalam
menghadapi perkembangan di pasar kerja. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran juga
tentunya tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran teaching factory, namun
membentuk karakter professional siswa dalam menjalankan SOP yang di tetapkan.
SMK Negeri 1 Jatibarang merupakan sekolah yang menyandang predikat sekolah PK,
yaitu sekolah pusat keunggulan yang tentunya dalam proses pembelajaran sudah terbiasa
untuk mengimplementasikan teaching factory, hampir semua guru produktif maupun adaptif
melakukan penyesuaian capaian pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pasar industry dan
dunia kerja (SKKNI), sehingga kompetensi keahlian yang diajarkan di kelas relevan dengan
kebutuhan IDUKA. Dalam praktek pembelajarannya para guru sudah membiasakan siswa
terlibat dalam tahapan-tahapan pelayanan seperti yang di terapkan di industry, budaya kerja
dan SOP sudah menjadi konsep yang sudah dipahami oleh siswa. Adapun tahapan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1730
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
pembelajaran teaching factory yang dapat memotivasi keterlibatan siswa dalam pembelajaran,
dilakukan pada tahapan awal penerimaan order atau pesanan, pada tahapan ini siswa di tuntut
mengembangkan kemampuannya dalam komunikasi dengan pelanggan sesuai dengan SOP
yang ada, yang tentunya diakhiri dengan kesepakatan antara siswa (pekerja) dan pelanggan.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dipaparkan oleh WS, yang mana siswa sudah
terbiasa dalam menerima order dan berkomunikasi secara langsung dengan pelanggan.
Selanjutnya akan di lanjutkan pada tahapan menganalisis pesanan yang akan dikerjakan,
dimana siswa terlibat langsung dalam kegiatan menganalisis jenis, bentuk, waktu dan
spesifikasi barang/ jasa yang di pesan oleh pelanggan. Dalam tahapan ini guru tidak lepas
tanggan, guru tetap membimbing dan memfasilitasi ketika siswa bingung atau ragu terkait
dengan spesifikasi barang/ jasa. Guru hanya perlu menguatkan dan meyakinkan bahwa hasil
analisis sesuai kesepakatan antara pelanggan dan siswa, sehingga sesuai dengan keinginan
pelanggan. Kemudian siswa dapat langsung mengerjakan orderan tersebut sesuai dengan
waktu pengerjaan yang di sepakati, dalam hal ini keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat
terlihat dari bagaimana mereka termotivasi, bertanggung jawab serta kemampuan etos
kerjannya dalam mengerjakan pesanan tersebut. Selain itu dalam tahapan ini juga siswa perlu
teliti dalam mengerjakan pesanan barang/jasa tersebut sesuai dengan tahapan-tahapan dan
mentaati prosedur (SOP) pengerjaan barang/jasa, sehingga mendapatkan hasil yang maksinal.
Setelah itu selanjutnya keterlibatan siswa akan terlihat dari bagaimana mereka memastikan
kualitas produk yang dihasilkannya sesuai dengan standar produksi/parameter spesifikasi order
pesanan, dalam hal ini mereka melakukan quality control.
Pada tahapan ini siswa akan mengembangkan kemampuan softskillnya, baik itu kejujuran,
etika kerja dan pengambilan keputusan agar tidak menciderai kepercayaan pelanggan. Siswa
juga dapat berkonsultasi langsung kepada guru, untuk memperkuat keyakinan mereka terhadap
produk yang dihasilkannya sudah memenuhi spesifikasi, sehingga dapat langsung di serahkan
kepada pelanggan. Di akhir tahapan penyerahan produk pesanan kepada pelanggan, siswa juga
perlu memiliki kemampuan komunaksi yang efektif, sehingga menghasilkan komunikasi yang
produktif antara pelanggan dan siswa (pekerja), komunikasi yang baik akan membawa
pelanggan kembali untuk memesan produknya kembali. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa keterlibatan siswa merupakan indikator keberhasilan implementasi teaching factory,
dimana siswa terlibat secara langsung dalam tahapan-tahapan budaya kerja secara nyata di
dalam perusahaan.
Selain itu keterlibatan siswa dalam implementasi teaching factory dapat memberikan
pengembangan keterampilan terhadap kesiapan kerja siswa. Ramadhani et al., (2015) dalam
penelitiannya mengungkapkan kontribusi keterlibatan siswa dalam pembelajaran teaching
factory terhadap kesiapan siswa berdampak signifikan sebesar 40,9 %, hal ini terbukti bahwa
dengan adanya keterlibatan dalam pembelajaran dapat menambah keterampilan dan
pengetahuan siswa dalam meyiapkan siswa dalam bekerja dan berwirausaha. Selanjutnya, Al
Hidayat et al., (2024) mengungkapkan bahwa terdapat rerata 59, 197 dengan standar deviasi
9,235 yang menyatakan bahwa pembelajaran teaching factory dapat mempengaruhi kesiapan
kerja siswa, dimana terdapat keterlibatan siswa yang terbukti menghasilkan nilai prob. F
hitung (62,715) > F tabel (3,225), nilai signifikansi (Sig.) nilainya 0,000 yaitu < 0,050 dalam
proses pembelajaran.
Adapun hasil wawancara WS mengungkapkan bahwa “terdapat keaktifan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran, dimana siswa membangun atau mengkontruksi pemahaman
teori dan praktik, dimana siswa akan mengkombinasikan antara hardskill dan softskill dalam
membuat pesanan pelanggan berupa desain logo misalnya, sehingga nantinya akan menjadi
bekal kesiapan kerja mereka di pasar kerja”(WS, Ketua konsentrasi keahlian). Pernyataan
yang serupa diungkapan oleh MS menyatakan bahwa “menurut saya adanya pembelajaran
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1731
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
teaching factory dapat mempengaruhi keterserapan lulusan di Perusahaan/DUDI, karena siswa
sering melakukan praktik dan terlibat langsung dalam proses pembelajran, yang tidak hanya
softskill yang sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki namun juga bagaimana anak-anak
menghadapi konsumen, dan memperlakukan konsumen, dari awal costumer masuk, di sambut
dan sampai menyepakati orderan yang di sepakati, intinya learning by doing. Oleh karena itu,
aktivitas keterlibatan siswa ini dapat berdampak besar terhadap kesiapan kerja siswa, terbukti
dengan adanya industry yang langsung merekrut lulusan SMK N 1 Jatibarang, hal ini
merupakan indicator bahwa kesiapan kerja siswa sudah sesuai dengan keahlian mereka”( MS,
Waka Kurikulum). Sedangkan menurut RS saya sudah lama melakukan pembelajaran
teaching factory dikelas, dimana siswa saya dituntut meghasilkan prosuk yang sesuai dengan
tuntutan pasar dan konsumen, oleh karena itu ini merupakan pembiasaan langsung, yang
melibatkan siswa dalam atmosfer layaknya di dunia kerja atau industry, sehingga mereka
mendapatkan bekal pengetahuan untuk siap kerja di industry nantinya” (RS, Ketua
Konsentrasi Keahlian). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keterlibatan siswa secara
langsung dalam pembelajaran teaching factory dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa di
pasar kerja, dimana mereka bertanggung jawab atas pekerjaan dan berdaptasi dengan
lingkungannya serta kemampuan hardskill yang di perolehnya (Yusri & Sulistyowati, 2020).
Penelitian serupa mengungkapkan bahwa model pembelajaran Teaching factory
merupakan pembelajaran di SMK yang membawa suasana bekerja di industri ke dalam
lingkungan sekolah, sehingga siswa terlibat langsung dalam praktik membangun konsep dalam
mengelola hasil pertanian, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan pelaksanaan teaching factory terhadap kesiapan bekerja sebesar 50,1%, dimana
keterlibatan pembelajaran ini, membeli siswa pengetahuan, ketermapilan dan pengalaman agar
mampu bersaing di pasar kerja (Nuramdiani, 2023). Berdasarkan hasil wawancara tersebut
dapat di tarik Kesimpulan bahwa siswa yang terlibat dapat pembelajaran teaching factory
memiliki pengalaman langsung dalam menyelsaikan projek atau memproduksi barang/jasa
sehingga akan meningkatkan kompetensi teknis siswa sesuai dengan kebutuhan pasar kerja,
selain itu keterlibatan siswa dalam pembelajaran teaching factory ini dapat membiasakan
mereka dalam menjalankan budaya kerja yang terlibat langsung dalam proses pelayanan
pelanggan sehingga siswa lebih percaya diri dan memiliki soft skill yang lebih baik, seperti
kerja sama, berkolaborasi, komunikasi dan kemampuan manajemen. Oleh karena itu, terdapat
hubungan antara keterlibatan siswa dalam pembelajaran teaching factory ini dalam kesiapan
bekerja siswa di pasar kerja, sebagai bagian dari indikator keberhasilan implementasi teaching
factory dalam proses pembelajaran.
Implementasi teaching factory memberikan pembiasaan siswa untuk menananmkan nilai-
nilai, keterampilan dan perilaku yang sesuai dengan kebutuhan industri, dalam hal ini
menerapkan budaya industri dalam proses pembelajaran ini bertujuan agar siswa memiliki etos
kerja dan menjalankan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab seperti halnya di dalam
sebuah perusahaan.
Gambar 2 Aktivitas Keterlibatan siswa dalam Implementasi Teaching Factory pada
Konsentrasi Keahlian TKKR ( Teknik Kecantikan Kulit dan rambut)
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1732
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
Gambar 3 Aktivitas Keterlibatan siswa dalam Implementasi Teaching Factory
pada Konsentrasi Keahlian DKV( Desain Komunikasi Visual)
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, dengan demikian penelitian ini telah
berhasil mengungkap adanya hubungan keterlibatan siswa dalam implementasi teaching
factory yang memiliki peran yang besar terhadap terhadap kesiapan kerja siswa. Keterlibatan
siswa yang mencakup partisipasi aktif dalam proses produksi barang/jasa, kolaborasi dan
penerapan standar kerja industry di sekolah berperan penting dalam membangun kompetensi
teknis (hardskill) dan non teknis (softskill) yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Secara
keseluruhan teaching factory memberikan pengalaman praktis secara langsung, dimana
keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat membekali kompetensinya dalam menciptakan
lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia kerja. Penelitian ini merekomendasikan
penguatan kemitraan antara Industri dan sekolah, mengembangkan fasilitas sarana pendukung
dan optimalisasi peran guru sebagai fasilitator untuk dapat memaksimalkan dampak positif
implementasi teaching factori terhadap kesiapan kerja lulusn SMK.
5. Daftar Pustaka
Al Hidayat, R., Sayuti, M., & Santosa, B. (2024). Pengaruh Keterlibatan Siswa dalam Teaching
Factory, Motivasi Belajar dan Praktik Kerja Industri terhadap Kesiapan Bekerja Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Syntax Admiration, 5(3), 956972.
BPS. (2024). Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di
Provinsi Jawa Barat (Persen), 2022-2024. In Badan Pusat Statistik Jawa Barat.
https://jabar.bps.go.id/indicator/6/841/1/tingkat-pengangguran-terbuka-menurut-
pendidikan-tertinggi-yang-ditamatkan-di-provinsi-jawa-barat.html
Endrastiti, A., & Sholikhah, R. (2024). Pengaruh Pembelajaran Teaching Factory dan Praktik
Kerja Lapangan terhadap Kesiapan Kerja Siswa Keahlian Busana SMK Negeri 1 Sragen.
Fashion and Fashion Education Journal, 13(2), 106114.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1733
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
Fadlilah, I. (2024). Strategi Pembelajaran Digital di SMK. Cendikia: Jurnal Pendidikan Dan
Pengajaran, 2(8), 420432.
Fajaryati, N. (2012). Evaluasi pelaksanaan teaching factory SMK di Surakarta. Jurnal
Pendidikan Vokasi, 2(3), 325337.
Fredricks, J. A., & McColskey, W. (2012). The measurement of student engagement: A
comparative analysis of various methods and student self-report instruments. In Handbook
of research on student engagement (pp. 763782). Springer.
Huberman, M., & Miles, M. B. (1992). Analisis data kualitatif. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Irawan, B. P., Ariani, D., & others. (2024). Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self
Confidence Siswa Menggunakan Pendekatan Inkuiri dengan Pembelajaran Konvensional
di SMK Negeri 1 Rejang Lebong. Jurnal Pendidikan Vokasi Raflesia, 4(1), 613.
Mavrikios, D., Georgoulias, K., & Chryssolouris, G. (2019). The Teaching Factory Network: A
new collaborative paradigm for manufacturing education. Procedia Manufacturing, 31,
398403. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.promfg.2019.03.062
Nababan, G., Purba, J. E. L., & Aji, K. A. (2021). Mengukur keterlibatan siswa dalam
pembelajaran online siswa kelas VII di sekolah abc pada pembelajaran matematika. Jurnal
Magister Pendidikan Matematika (Jumadika), 3(2), 100109.
Nuramdiani, P. (2023). Pengaruh Pelaksanaan Teaching Factory Terhadap Kesiapan Kerja
Siswa Program Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian di SMKN PP Lembang.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurmalasari, R., & Elmunsyah, H. (2024). Peran Aplikasi Elemen Mesin sebagai Mobile
Learning Interaktif untuk Optimasi Pembelajaran Digital pada Pendidikan Vokasi.
Didaktika: Jurnal Kependidikan, 13(2), 15831594.
Prianto, A., Qomariyah, O. N., & others. (2019). Pengaruh Penerapan Teaching Factory Dan
Keterlibatan Dalam Pembelajaran Terhadap Kesiapan Bekerja Lulusan SMK. Prosiding
Conference on Research and Community Services, 1(1), 968991.
Priyono, B., Ulya, F. H., Pramono, S. E., Khalid, M., & Mahmud, A. (2023). Pendidikan
Karakter pada Pendidikan Tinggi Vokasi: Studi Literatur. Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana, 6(1), 169173.
Rahmat Al Hidayat. (2021). Pengaruh Keterlibatan Siswa dalam Teaching Factory, Motivasi
Belajar dan Praktik Industri Terhadap Kesiapan Bekerja Siswa SMK Muhammadiyah
Majenang. UAD.
Ramadhani, A. V., Sudjimat, D. A., & Devi, M. (2015). Kontribusi keterlibatan siswa di
teaching factory dan pelayanan bimbingan karier terhadap motivasi berwirausaha serta
dampaknya pada kesiapan berwirausaha. Teknologi Dan Kejuruan, 38(2), 189198.
Sani, R. A. (2020). Teaching Factory. Ridwan Abdullah Sani.
https://www.google.co.id/books/edition/Teaching_Factory/OL3vDwAAQBAJ?hl=id&gbp
v=0
Sugiyono. (2022). Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D (2nd ed.). IKAPI.
Suhendra, I., & others. (2024). Model Pembelajaran Teaching Factory dalam Meningkatan
Kompetensi Keahlian Siswa Pada Konsetrasi Keahlian Teknin KomputerT dan Jaringan di
SMK ACEH SELATAN (Kajian Multi Situs). Universitas Bina Bangsa Getsempena.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, November 2024, Page: 1725-1734
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1734
Vivi Silvi Indramayanti et.al (Peran Keterlibatan Siswa dalam....)
Syafrin, Y., Kamal, M., Arifmiboy, A., & Husni, A. (2023). Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Educativo: Jurnal Pendidikan, 2(1), 7277.
Ültanir, E. (2012). An epistemological glance at the constructivist approach: Constructivist
learning in Dewey, Piaget, and Montessori. International Journal of Instruction, 5(2).
Ültanır, E. (2012). John Dewey and Experiential Learning: Developing the theory of youth
work. Youth & Policy, 108(1), 5572.
Wahyuni, S., Hapsari, F., & Herawati, M. (2021). Pengaruh praktik kerja industri dan minat
kerja terhadap kesiapan kerja pada dunia usaha dan dunia industri siswa smk. Jurnal
Educatio FKIP UNMA, 7(4), 17661772.
Widhiastuti, R. (2024). Peran Keterlibatan Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran. Pradina
Pustaka.
https://www.google.co.id/books/edition/Peran_Keterlibatan_Mahasiswa_dalam_Prose/K-
P4EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Yusri, M., & Sulistyowati, R. (2020). Pengaruh teaching factory six steps pada mata pelajaran
produk kreatif dan kewirausahaan terhadap kesiapan kerja siswa kelas xii di smkn 1
Surabaya. Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN), 8(3), 965971.