wisata bahari yang berada di Desa Bone Oge Sebagai warisan sejarah Menara Sauar
(mercusuar) merupakan saksi bisu sejarah yang menandakan kejayaan pelabuhan Donggala
pada masa kolonial belanda, bangunan yang di bangun sejak tahun 1902 dengan ketingian
menara 25 Meter berfungsi sebagai menara kontrol arus pelayaran dan arus keluar masuknya
kapal dari dan ke Selat Malaka.
f) Gedung Bea Cukai atau Kantor Douane
Di masa kolonial, perdagangan selalu dikenakan pajak atas hasil dagangannya, termasuk
di Donggala. Oleh sebab itulah kantor ini didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Bangunan ini terdiri atas tiga lantai, 6 buah jendela masing-masing di sebelah kiri dan kanan,
pintu masuk yang besar, serta pagar kawat yang dipasang sebagai pengaman. Gedung ini
juga menjadi saksi atas sejarah ramainya aktivitas bongkar muat atau peti kemas di
pelabuhan Donggala pada awal abad ke-20. Selain itu, gedung ini juga menjadi saksi atas
kejadian yang persis sama dengan peristiwa heroik di Hotel Yamato Surabaya. Setelah
proklamasi dikumandangkan dan kabar kemerdekaan sampai di Sulawesi Tengah, aktivis
Laskar Merah Putih melakukan aksi perobekan bendera Belanda di kantor ini dengan
merobek bagian biru bendera Belanda dan menyisakan bagian Merah-Putih sebagai tanda
kesetiaan kepada republik (Nainggolan, 1982). Akibatnya, para aktivis Laskar Merah Putih
tersebut menjadi buron. Gedung Bea Cukai ini terletak di dalam areal pelabuahan yang
posisinya di arah utara sudut pelabuhan, dari sejumlah gedung yang berada di lekoasi
pelabuhan hanya gedung Bea Cukai ini yang berlantai tiga. Banguan Bea Cukai ini sangat
kokoh berdiri dengan penampakan bangunan yang secara fisik sangat baik, dari hasil
observasi secara langsung bangunan Bea Cukai ini memiliki gaya tersendiri dari sejumlah
gedung yang ada di kota tua.
Bangunan yang terdiri tiga lantai dengan jumlah jendelah kiri dan kanan 6 buah dai
lantai satu sampai lantai tiga, dengan jumlah pintu pada pintu depan yang berukuran bersar
serta dua jendela, hal demikian juga terdapat pada bagian belakang gedung, pada lantai dua
terdapat pagar gawat besi sebagai sebagai pengaman. Adanya gedung ini terlepas dari
ramainya aktifitas bongkar muat di pelabuahan Donggala di awal dekade 20an sebagaimana
diungkapkan oleh Lukman Nadjemuddin dkk (2016:93) adalah: “Donggala merupakan
pelabuhan yang sangat penting artinya pada dekade kedua abad ke-20, terutama pasca perang
Dunia ke-2. Berdasarkan volume kedatangan dan keberangkatan, tampak bahwa perabuhan
Donggala merupakan pelabuhan terbanyak disinggahibaik oleh Kapal Uap maupun Kapal
Layar bahkan jauh di atas Pelabuhan Manado dan Gorontalo.Hal ini menunjukkan bahwa
Pelabuhan Donggala pada periode seberum perang Dunia merupakan urat nadi
perekonomian.” Dengan adanya pandangan tersebut sangat beralasan jika Gedung Bea Cukai
(Douane) milik Direktorat Jendral Bea dan Cukai dibangun sejak 11 desember 1967 dan
dioprasikan pada tanggal 21 maret 1969. Bangunan bea cukai ini dikelilingi beberapa
bangunan tua lainya seperti gedung penyimpanan barang bea cukai sekarang di jadikan
museum bahari, diantara bangunan tua tersebut ada satu bangunan yang pada tahun 2014 di
renovasi menjadi banguan ruang tunggu penumpang atau terminal pelabuhan yang
sebelumnya merupakan banguan gedung pada kejayaan pelabuhan, namun hingga kini
banguan berlantai tiga tersebut koko berdiri dan memiliki daya tarik tersendiri dalam
pengembangan kota wisata.
g) Gedung Bioskop Megaria
Megaria merupakan bioskop tertua yang ada di Donggala yang terletak di antara
Kelurahan Labuan Bajo dan Kelurahan Boya, Kecamatan Banawa. Awalnya, sekitar tahun
1950, bioskop ini bernama bioskop Express. Beberapa kesaksian menyebutkan bahwa
bioskop ini banyak menyediakan tontonan Malaya, terutama yang dibintangi oleh P. Ramlee.
Meski bangunannya sudah hampir roboh secara keseluruhan, masyarakat setempat menamai