Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1347
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami
Kesulitan Belajar Matematika di SMP Negeri 10
Pontianak Tahun Ajaran 2022/2023
Putri Vara Diba
a,1
, Yuline
b,2
, Amallia Putri
c,3
a, b, c
FKIP Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. H. Nawawi, Kota Pontianak, Indonesia
*
Corresponding Author: putrivarad[email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 25 Maret 2024
Direvisi: 29 April 2024
Disetujui: 28 Juni 2024
Tersedia Daring: 13 Juli 2024
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji secara mendalam mengenai
kesulitan belajar matematika pada siswa kelas VII di SMP Negeri 10 Pontianak. Subjek kasus
dalam penelitian ini terdiri dari dua orang siswa kelas VII yang mengalami kesulitan belajar
matematika. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif
dalam bentuk studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes berupa
tes prestasi belajar dan teknik non-tes berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Sedangkan teknik analisis data menggunakan langkah-langkah studi kasus yang meliputi
identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, evaluasi dan tindak lanjut. Dalam
pemberian treatment, peneliti menggunakan model konseling Rational Emotive Behaviour
Therapy (REBT) dengan teknik yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat
perubahan positif yang tampak pada subjek kasus I dan subjek kasus II setelah diberikan
treatment sebanyak empat kali pertemuan. Perubahan yang tampak pada subjek kasus I yaitu
memperhatikan guru, mengerjakan tugas/PR, menunjukkan rasa tanggung jawab, dapat
mengatur waktu, mampu bersikap asertif adaptif untuk melatih dan membiasakan diri
sehingga dapat menyesuaikan dirinya secara positif serta hasil belajar meningkat. Sedangkan
perubahan yang tampak pada subjek kasus II yaitu memperhatikan guru, mengerjakan
tugas/PR yang diberikan, mampu bersikap asertif untuk mengontrol emosi, memiliki
tanggung jawab dan hasil belajar meningkat.
Kata Kunci:
Studi Kasus
Siswa
Kesulitan Belajar
Matematika
ABSTRACT
Keywords:
Case Study
Students
Difficulty in Learning Math
The aim of this research is to know and deeply analyze the difficulties in learning math for
students in SMP Negeri 10 Pontianak. The case subject of this research contains two students
from grade VII who find it difficult to learn math. This research uses the descriptive method with
a qualitative approach in case study form. The data collecting technique used in this research is
the test technique which contains academic achievement tests and non-test techniques which are
observation, interview, and documentation. The data analysis technique used study case steps
including problem identification, diagnosis, prognosis, treatment, evaluation, and follow-up. In
giving treatment, the researcher used the Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
counseling model with different techniques. According to the result of the research, there is a
positive change that shows in the subject of case I and the subject of case II after receiving
treatment four times. The changes in the subject of the case are paying attention to the teacher,
doing tasks or homework, showing a sense of responsibility, being able to manage time, being
able to do assertive adaptive to train and familiarize to adapt positively and there is an
improvement on academic achievement. The change in the subject of case II shows paying
attention to the teacher, doing tasks or homework that was given, being assertive to control
emotions, having a sense of responsibility, and the improvement of academic achievement.
©2024, Putri Vara Diba, Yuline Yuline, Amallia Putri
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Setiap individu memiliki karakter yang berbeda, begitu juga dalam hal kemampuan akademis.
Yuli, Asrori dan Astuti (2019) menyatakan bahwa, belajar merupakan proses internal (dalam diri
individu) yang memiliki keterkaitan seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Dalam proses belajar dan pembelajaran di sekolah tidak selamanya dapat
berjalan dengan baik karena terdapat berbagai masalah yang terjadi terutama masalah kesulitan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1348
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
belajar yang sering dialami siswa. Hal ini sesuai dengan Jamaris (2015) bahwa, kesulitan belajar
tidak hanya dapat dialami bagi siswa yang berkemampuan rendah tapi dapat dialami pula bagi
siswa yang berkemampuan tinggi.
Kesulitan belajar merupakan suatu permasalahan dan hambatan dalam proses belajar yang
dialami siswa, sehingga siswa sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara optimal. Parnawi
(2019) berpendapat bahwa, kesulitan belajar adalah suatu kondisi apabila siswa tidak dapat belajar
secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan dalam belajar. Definisi serupa
diungkapkan oleh Idrus (2018) bahwa, kesulitan belajar adalah hambatan yang dialami sehingga
tidak tercapainya tujuan belajar secara sempurna, serta pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan
rencana. Selanjutnya menurut Sumarsono, dkk (2020) kesulitan belajar merupakan suatu keadaan
jika siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh hambatan atau
gangguan tertentu dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak dapat mencapai hasil belajar
yang diharapkan.
Kesulitan belajar yang sering dialami siswa adalah kesulitan belajar dalam operasi hitung
dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang harus dikuasai oleh siswa.
Prinsip belajar dalam matematika yaitu tentang prasyarat pembelajaran. Jika siswa belum
memahami penjumlahan maka perkalian akan terhambat, kemudian jika siswa belum memahami
pengurangan dan perkalian maka pembagian akan terhambat pula. Faktanya masih banyak siswa
yang memiliki nilai rendah pada materi ini yang diduga karena memiliki kesulitan dan kelambanan
dalam menguasai dasar berhitung dan menyelesaikan soal pada materi tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kumalasari & Sugiman (2015) bahwa, kesulitan belajar yang mayoritas dialami
siswa adalah mata pelajaran matematika. Hampir dalam setiap materi matematika selalu
menggunakan operasi hitung dalam pembelajarannya, hal tersebut berarti keterampilan operasi
hitung menjadi bagian yang sangat penting dalam pelajaran matematika dan tentunya diperlukan
agar siswa dapat belajar matematika dengan baik bagi siswa. Seseorang yang tidak dapat
menghitung dengan benar, artinya tidak memiliki keterampilan operasi hitung. Oleh karena itu,
apabila tingkat penguasaan materi prasyarat siswa tinggi, maka materi tertentu akan lebih mudah
di pahami. Sebaliknya, apabila tingkat penguasaan materi prasyarat siswa rendah, maka siswa
akan kesulitan dalam memahami materi tertentu sehingga akan berdampak pada hasil yang kurang
optimal serta akan menghambat proses pembelajaran. Siswa yang memiliki kemampuan rendah
tentunya akan mengalami kesulitan dalam kegiatan belajarnya. Menurut pendapat Yeni (2015)
bahwa, kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Banyak siswa yang memiliki pandangan negatif terhadap matematika sehingga cukup sulit
untuk menerapkan kemampuan-kemampuan akademik matematika seperti yang telah dituturkan
Abdurrahman (2013), bahwa dari banyaknya bidang studi yang diajarkan di sekolah, bidang
pelajaran yang paling sulit dipelajari siswa ialah matematika, baik bagi siswa yang tidak
mengalami kesulitan belajar maupun bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sependapat
dengan Kurnia, Fadillah dan Halida (2017) bahwa, matematika selalu dianggap sulit dan rumit
untuk diterapkan dan dipahami bagi siswa karena memiliki keterkaitan dengan ide-ide atau konsep
abstrak yang tersusun secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif dan menggunakan
banyak rumus. Dimulai dari usia pendidikan dini sampai perguruan tinggi, tetap diperlukannya
pembelajaran matematika karena merupakan ilmu dasar dari segala bidang ilmu pengetahuan yang
penting untuk diketahui. Hal tersebut senada dengan pendapat yang dikemukan oleh Anggraeni
S.T., dkk (2020) bahwa matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Oleh sebab itu, pemberian mata pelajaran
matematika harus dimulai sejak awal dengan tetap memperhatikan metode pengajaran yang efektif
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1349
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
dan efisien. Sehingga permasalahan-permasalahan pembelajaran matematika dapat teratasi karena
matematika menjadi suatu mata pelajaran yang melatih penalaran, berpikir logis, konsisten dan
sistematis.
Kesulitan belajar matematika dapat pula disebabkan oleh faktor biologis, psikologis dan
sosiologis yang dapat mengakibatkan hasil belajar maupun prestasi belajar siswa berada dibawah
rata-rata atau rendah. Menurut penelitian dari Ajengprabandari Kun (2019), faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar matematika bisa berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang berasal dari diri siswa meliputi kurangnya siswa dalam kemampuan dasar
(intelegensi), motivasi belajar dan kesehatan tubuh. Faktor eksternal meliputi penggunaan media
atau alat peraga pembelajaran yang monoton atau tidak sesuai dan situasi/hubungan keluarga.
Akibat dari siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika diantaranya siswa menjadi
tidak semangat dan malas dalam belajar, tidak paham dengan materi yang disampaikan, kesulitan
dalam menjawab soal atau pertanyaan, terbiasa sikap tidak disiplin dikarenakan jarang
mengerjakan tugas atau PR yang diberikan, mempunyai sikap yang tidak bertanggung jawab atas
dirinya sendiri hingga prestasi belajar siswa rendah atau menurun, emosi kurang stabil dan masih
banyak lagi dampak yang ditimbulkan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika.
Berdasarkan hasil penelitian Muhaiba, Rizma., dkk (2020) bahwa dampak dari siswa yang
mengalami kesulitan belajar yaitu siswa mengalami prestasi belajar yang rendah dan bisa saja
ketinggalan (tidak naik) kelas karena siswa tidak dapat memahami pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Demikian pula yang terjadi pada siswa kelas VII di SMP Negeri 10 Pontianak. Berdasarkan
data yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika melalui wawancara dengan guru BK
terdapat dua orang siswa berinisal A dan Z yang mengalami kesulitan belajar matematika.
Sedangkan berdasarkan hasil dokumentasi yang diperoleh melalui nilai raport bahwa nilai mata
pelajaran matematika A dan Z paling rendah dari mata pelajaran lainnya. Dari hasil data yang
diperoleh tersebut, peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian untuk mengkaji
secara lebih mendalam, keseluruhan dan terperinci mengenai kesulitan belajar matematika di SMP
Negeri 10 Pontianak. Maka dari itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian untuk membantu
siswa mengatasi kesulitan belajar matematika. Pentingnya penelitian ini dilakukan yaitu karena
mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari siswa
karena pada pendidikan jenjang selanjutnya, mata pelajaran matematika berhubungan erat dengan
mata pelajaran lain seperti fisika, kimia, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan perhitungan
atau angka. Sehingga jika mata pelajaran matematikan tidak dapat dipahami oleh siswa maka pada
jenjang pendidikan selanjutnya siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar matematika dan
mata pelajaran lain yang berkaitan erat dengan mata pelajaran matematika.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif jenis deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas yang menjadi objek penelitian, dan
realitas tersebut sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi,
situasi, ataupun fenomena tertentu. Sanjaya (2013) mengatakan bahwa, penelitian deskriptif
(descriptive research) ialah peneltian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat dari suatu fenomena yang terjadi.
Menurut Sugiyono (2017), dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Selain peneliti sendiri, terdapat instrumen lain yang mendukung dalam
penelitian ini yaitu pedoman wawancara yang digunakan sebagi panduan peneliti dalam
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1350
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
mewawancarai narasumber, pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati narasumber
pada melakukan kegiatan belajar, dan pedoman dokumentasi berupa foto-foto, hasil raport, dan
rekaman wawancara.
Bentuk penelitian ini ialah penelitian studi kasus (case study) yang dilakukan untuk memahami
secara menyeluruh suatu kasus permasalahan (pribadi, sosial, karir dan belajar). Winkel dan
Hastuti yang dikutip oleh Khasanah (2019) menyatakan bahwa, studi kasus dalam pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa
secara rinci, lengkap dan mendalam dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan baik
dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya. Dalam penelitian ini, terdapat dua orang
subjek kasus kelas VII yang berinisial A (laki-laki) dan Z (perempuan). Berdasarkan hasil
wawancara dan rekomendasi dari guru BK yang berkerjasama dengan guru mata pelajaran
matematika yang menunjukkan gejala atau karakterisitik yang mengarah pada kesulitan belajar
matematika untuk mengetahui secara mendalam mengenai faktor, dampak serta upaya bantuan
untuk subjek kasus tersebut.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama penelitian adalah memperoleh data. Adapun teknik untuk memperoleh data dan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa
teknik tes dan teknik non-tes. Adapun teknik tes yang digunakan berupa tes prestasi belajar yang
dapat diperoleh dengan menggunakan hasil nilai tugas/ulangan/raport siswa. Sedangkan teknik
non-tes tersebut yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hal tersebut melibatkan berbagai
sumber data berupa data primer (data utama) yaitu subjek kasus itu sendiri dan data sekunder (data
pendukung) yaitu guru BK, guru mata pelajaran matematika, teman dekat subjek kasus, dan orang
tua/keluarga subjek kasus.
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan langkah-langkah studi kasus
yang telah disebutkan oleh Tohirin (2011) meliputi identifikasi masalah, diagnosis, prognosis,
treatment, evaluasi dan tindak lanjut. Pada tahap identifikasi masalah, maka tahap ini dilakukan
untuk mengetahui gejala-gejala yang tampak pada siswa yang mengalami kesulitan belajar
matematika. Pada tahap diagnosis dilakukan upaya untuk menetapkan faktor penyebab dan
dampak yang terjadi pada siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Pada tahap
prognosis dilakukan upaya menentukan jenis bantuan yang akan digunakan untuk mengatasi
kesulitan belajar matematika yang dialami siswa. Sedangkan pada tahap treatment, maka
dilakukan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika dengan
menggunakan model konseling Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) untuk subjek kasus
I dan II dengan teknik yang disesuaikan dengan keadaan, kondisi, dan kepribadian siswa. Subjek
kasus I menggunakan teknik pekerjaan rumah (home work assignment), assertive adaptive, dan
pemberian penguatan (reinforcement). Sedangkan subjek kasus II menggunakan teknik pekerjaan
rumah (home work assignment), assertive, dan pemberian penguatan (reinforcement). Tahap
berikutnya adalah tahap evaluasi yang dilakukan dengan tujuan untuk memastikan keberhasilan
dari treatment yang telah diberikan dan untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Seteleh
dilakukan evaluasi, maka tahap yang terakhir adalah tahap tindak lanjut. Tahap tindak lanjut
dilakukan dengan tujuan untuk memantau perkembangan subjek kasus setelah diberikan treatment
dan menentukan langkah yang akan dilakukan untuk membantu subjek kasus dalam
mempertahankan perubahan yang telah dirasakan oleh subjek kasus.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1351
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh berdasarkan identifikasi masalah dengan menggunakan alat
pengumpul data berupa panduan wawancara dan observasi, maka diperoleh masalah khusus bagi
subjek kasus yang mengalami kesulitan belajar matematika. Subjek kasus I dan II memiliki gejala
dan latar belakang yang berbeda terkait permasalahan yang dialami. Subjek kasus I (A) memiliki
gejala-gejala kesulitan belajar matematika yaitu kesulitan dalam menghitung, mengingat rumus,
membedakan bentuk-bentuk geometri dan memecahkan soal cerita. Sedangkan subjek kasus II
memiliki gejala-gejala kesulitan belajar matematika yaitu kesulitan dalam menghitung, mengingat
rumus, dan menentukan jarak dan waktu.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai narasumber terkait subjek kasus I
(A), diketahui bahwa A merupakan siswa yang cukup terbuka dan memiliki banyak relasi
pertemanan, hanya saja saat di kelas A termasuk siswa yang pasif, jarang mengerjakan tugas/PR,
suka mengajak bercanda/ngobrol dengan temannya saat pembelajaran berlangsung sehingga tidak
bisa memahami atau mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Saat di sekolah, A mengikuti
program ekstrakulikuler voli dan aktif mengikuti program tersebut. Saat di rumah, A merupakan
anak kedua dari dua bersaudara yang tinggal bersama kedua orang tuan dan kakak perempuannya.
Orang tuanya sibuk berkerja di toko agen sembako sedangkan kakak perempuannya berkuliah
disalah satu kampus di Pontianak. Hubungan A dengan kedua orang tua dan kakak perempuannya
kurang harmonis karena jarang berkomunikasi dan memiliki kesibukan masing-masing. Diketahui
bahwa A memiliki beberapa kegiatan saat di rumah seperti mengikuti kegiatan club voli dan
menjadi panitia agenda-agenda besar yang akan diadakan. Hanya saja sepulang dari kegiatan
tersebut, A seringkali langsung bermain dengan teman-temannya untuk nongkrong di caffe atau
bermain game sehingga A lupa waktu untuk belajar. Hal ini disebabkan pula karena A merasa
kesepian saat berada di rumah.
Adapun hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai narasumber terkait subjek kasus II (Z),
diketahui bahwa Z merupakan siswa yang cukup tertutup dan emosinya kurang stabil, tapi jika
dengan temannya Z termasuk siswa yang memiliki relasi pertemanan yang banyak, terlihat ceria,
dan bisa menjadi pendengar yang baik. Hanya saja saat di sekolah memiliki beberapa pelanggaran
yang dilakukan secara berulang seperti menggunakan sepatu berwarna, membawa HP atau motor
ke sekolah, berkelahi, jarang mengerjakan tugas/PR dan beberapa kali ketahuan tidur di kelas
sehingga berdampak pada pemahamannya saat belajar di kelas. Saat di sekolah, Z aktif mengikuti
ekstrakulikuler taekwondo sedangkan saat di rumah, Z tidak mengikuti kegiatan apapun, terlihat
acuh tak acuh, sangat jarang berinteraksi dan lebih mengahbiskan waktu bermain HP untuk
bermian game dan sosial media hingga lupa waktu untuk belajar. diketahui bahwa Z merupakan
anak pertama dari dua bersaudara, memiliki adik perempuan yang berusia 10 tahun. saat ini Z
tinggal bersama ibu dan adik perempuannya, ibu berkerja sebagai pedagang dan adik
perempuannya yaat saat ini kelas 4 SD, sedangkan ayah dari Z sudah tidak pernah ketemu dan
berkomunikasi lagi semenjak Z kelas 5 SD dikarenakan sudah berpisah (cerai) dengan ibunya. Hal
tersebut pula yang menyebabkan subjek kasus memiliki karakter atau kepribadian yang cukup
berbeda saat di sekolah dan di rumah.
Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan penelitian, maka hasil penelitian yang
dikumpulkan peneliti melalui proses observasi, wawancara dan dokumentasi akan melakukan
analisis data untuk menjelaskan lebih lanjut dari hasil penelitian yang mengacu pada rumusan
masalah. Data-data tersebut akan peneliti deskripsikan berdasarkan pada fakta penelitian. Hal
tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1352
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
1) Gejala-gejala Kesulitan Belajar Matematika
Gejala-gejala kesulitan belajar matematika yang dialami oleh subjek kasus yaitu
kesulitan dalam menghitung, mengingat rumus, membedakan bentuk geometri,
memecahkan soal cerita dan menentukan jarak dan waktu. Hal ini akan dibedakan sesuai
dengan gejala-gejala yang dialami subjek kasus berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 1. Gejala-gejala Kesulitan Belajar Matematika
Subjek Kasus
Identifikasi Masalah
I (A)
Kesulitan dalam menghitung
Kesulitan dalam mengingat rumus
Kesulitan dalam membedakan bentuk geometri
Kesulitan dalam memcahkan soal cerita
II (Z)
Kesulitan dalam menghitung
Kesulitan dalam mengingat rumus
Kesulitan dalam menentukan jarak dan waktu
2) Faktor-faktor Kesulitan Belajar Matematika
Terdapat faktor internal (dalam diri) dan eksternal (luar) yang mencakup sosial dan
non-sosial yang menjadi faktor penyebab subjek kasus mengalami kesulitan dalam belajar
matematika. Hal tersebut akan dipaparkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Matematika
Subjek
Kasus
Faktor-faktor Penyebab
I (A)
Faktor fisiologis; kondisi badan lemah
Bakat dan minat lebih ke non-akademik yaitu
bermain voli
Motivasi belajar rendah
Lingkungan keluarga yang kurang harmonis; orang
tua sibuk berkerja
Merasa jenuh dan bosan saat di kelas
Saat di rumah memiliki beberapa kegiatan yaitu
mengikuti club voli dan menjadi panitia perayaan 17
Agustus-an
Lebih sering bermain atau ningkrong ke caffe
bersama teman-temannya setelah selesai latihan dari
club voli
Guru hanya menggunakan media pendidikan berupa
buku sehingga subjek kasus tidak bersemangat,
bosan dan mengantuk
Waktu belajar di sekolah padat dan kurang padahal
terhadap beberapa mata pelajaran tambahan
II (Z)
Faktor fisiologis; kondisi badan lemah
Bakat dan minat lebih ke non-akademik yaitu
taekwondo
Motivasi belajar rendah
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1353
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
Lingkungan keluarga yang kurang harmonis; orang
tua sudah berpisah (cerai)
Merasa jenuh dan bosan saat di kelas
Saat di rumah menghabiskan waktu dengan bermain
HP dan sosial media hingga lupa waktu untuk belajar
Guru hanya menggunakan media pendidikan berupa
buku sehingga subjek kasus tidak bersemangat,
bosan dan mengantuk
Waktu belajar di sekolah padat dan kurang padahal
terhadap beberapa mata pelajaran tambahan
3) Dampak-dampak Kesulitan Belajar Matematika
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi
maka ditemukan beberapa dampak yang terjadi pada subjek kasus yang mengalami
kesulitan belajar matematika antara lain menurunnya hasil belajar dan nilai raport,
rendahnya motivasi dalam belajar, jarang mengerjakan tugas/PR, merasa kesal atau
mengeluh saat diberikan tugas/PR, emosi tidak stabil, tidak memperhatikan guru saat
mengajar (tidak fokus), kurangnya konsentrasi dan penguasaan subjek kasus terhadap
materi pembelajaran, kurang aktif (pasif) dan tidak bersemangat saat belajar, jarang
mencatat materi pelajaran, malas belajar dan lebih banyak bermain dengan temannya dan
HP saat di rumah, mengantuk dan tertidur di kelas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sugihartono, Nurhayati & Harahap (2007)
menyebutkan beberapa dampak dari siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu prestasi
belajar yang rendah, lambat dalam melakukan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
menunjukkan sikap tidak peduli saat mengikuti pelajaran seperti tidak memperhatikan
penjelasan guru dan mengobrol dengan teman, tertidur di kelas dan emosi tidak stabil.
4) Alternatif Bantuan atau Treatment
Setelah diperoleh hasil gejala, faktor, dan dampak yang dialami oleh subjek kasus I dan
II yang mengalami kesulitan belajar matematika, maka peneliti memilih untuk
menggunakan model konseling Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) guna
merubah pikiran yang irasional menjadi rasional, menjadi pribadi yang dapat bertanggung
jawab dan mengontrol emosinya sehingga siswa dapat mengembangkan diri secara optimal
melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Serupa dengan pendapat Giri (2020)
bahwa, tujuan utama dari model konseling Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
adalah dapat memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan siswa yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar
siswa dapat mengembangkan diri dan meningkatkan kepribadian diri dalam belajar, serta
menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri.
Pendekatan ini dapat dilakukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar matematika yang bermula dari pola pikir yang salah, keraguan-keraguan yang
muncul karena sesuatu hal yang ada pada pikiran siswa tersebut seperti berpikiran tidak
bisa memahami matematika sebelum pembelajaran itu diberikan. Pola pikir yang salah
disini adalah pola pikir negatif yang muncul pada diri individu yang dapat memunculkan
persepsi yang akan merubah sikap atau tingkah laku seseorang.
Dalam hal ini, subjek kasus I menggunakan model konseling Rational Emotive
Behaviour Therapy (REBT) dengan teknik yang digunakan yaitu pekerjaan rumah (home
work assignment), assertive adaptive, dan pemberian penguatan (reinforcement). Dengan
berbagai teknik tersebut, subjek kasus mengetahui permasalahan yang dialami, dibantu
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1354
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
untuk dapat mengembangkan sikap dan rasa tanggung jawab dan diberikan penguatan agar
selalu melakukan hal-hal atau kegiatan yang positif. Selain itu, subjek kasus juga dibantu
untuk merumuskan langkah-langkah perubahan dan berkomitmen dalam menerapkan
langkah-langkah perubahan tersebut.
Adapun subjek kasus II menggunakan model konseling Rational Emotive Behaviour
Therapy (REBT) dengan teknik yang digunakan yaitu pekerjaan rumah (home work
assignment), assertive, dan pemberian penguatan (reinforcement). Dengan berbagai teknik
tersebut, subjek kasus mengetahui permasalahan yang dialami, dibantu untuk dapat
mengembangkan sikap dan rasa tanggung jawab serta emosi yang ada pada dirinya, dan
diberikan penguatan agar selalu melakukan hal-hal atau kegiatan yang positif. Selain itu,
subjek kasus juga dibantu untuk merumuskan langkah-langkah perubahan dan
berkomitmen dalam menerapkan langkah-langkah perubahan tersebut.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dan mendalam terhadap subjek kasus yang
mengalami kesulitan belajar matematika di SMP Negeri 10 Pontianak, maka dapat disimpulkan
bahwa pemberian bantuan yang diberikan membawa perubahan yang cukup signifikan dan
mengarah ke hal yang positif terhadap masing-masing subjek kasus. Adapun perubahan yang
ditunjukkan oleh subjek kasus I yang berinisial A sudah memperhatikan guru, mengerjakan
tugas/PR yang diberikan walaupun masih terdapat beberapa kali salah dalam menjawab soal,
mampu menunjukkan rasa tanggung jawab saat di sekolah atau di rumah, dan hasil belajar
meningkat. Sedangkan subjek kasus II yang berinisal Z yaitu sudah memperhatikan guru,
mengerjakan tugas/PR yang diberikan walaupun masih terdapat beberapa kali salah dalam
menjawab soal, mampu menunjukkan rasa tanggung jawab saat di sekolah atau di rumah, sudah
mampu mengontrol emosi dan membagi waktu serta hasil belajar meningkat.
5. Ucapan Terima Kasih
Peneliti mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada dosen pembimbing pertama Ibu
Dra. Hj. Yuline, M.Pd dan dosen pembimbing kedua Ibu Amallia Putri, M.Pd yang sudah
membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian serta penulisan dalam pembuatan skripsi dan
artikel. Tak lupa pula, ucapan terima kasih kepada seluruh pihak SMP Negeri 10 Pontianak yang
sudah menerima, membantu, dan membimbing peneliti untuk melakukan penelitian terhadap siswa
yang mengalami kesulitan belajar matematika.
6. Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono. (2013). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ajengprabandari, K. (2019). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Pada Mata
Pelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri 4 Genengadal [Skripsi]. Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. https://eprints.ums.ac.id/77713/
Anggraeni, S. T., Muryaningsih, S., & Ernawati, A. (2020). Analisis faktor penyebab kesulitan
belajar matematika di sekolah dasar. Jurnal Riset Pendidikan Dasar (JRPD), 1(1), 25-37.
Idrus, Enjang. 2018. Membongkar psikologi belajar aplikatif. Depok: Guepedia.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1347-1355
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1355
Putri Vara Diba et.al (Studi Kasus Tentang Siswa yang Mengalami Kesulitan….)
Jamaris, Martini. (2015). Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Khasanah, Malikhatun. (2019). Studi Kasus Dampak Penggunaan Smartphone yang Tidak
Proporsional Terhadap Perilaku Tanturm Anak Usia 2 Tahun-12 Tahun Di Dampyak
Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal [Skripsi].
https://core.ac.uk/download/pdf/322774034.pdf
Kumalasari, A., & Sugiman, S. (2015). Analisis kesulitan belajar mahasiswa pada mata kuliah
kapita selekta matematika sekolah menengah. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2(1),
16-27. DOI: 10.21831/jrpm.v2i1.7147
Kurnia, E., Fadillah., & Halida. (2017). Pengenalan matematika melalui metode hypnoteaching
PAUD Rosella Pontianak Utara. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa
(JPPK), 6(11).
Muhaiba, R., Aisy, R. R., Imaniyah, N., Sari, S. M., & Agustina, S. D. (2020). Faktor penyebab
kesulitan belajar dan dampak terhadap perkembangan prestasi siswa kelas 1-6 SDN Gili
Timur 1. Prosiding Nasional Pendidikan: LPPM IKIP PGRI Bojonegoro, 1(1).
Sanjaya, Wina (2013). Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Bandung: Kencana.
Sugihartono., Nurhayati, S.R., Harahap, F. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumarsono, P., Inganah, S., & Iswatiningsih, D. (2020). Belajar dan pembelajaran di era milenial.
Malang: UMMPress.
Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Raja
Grafindo Persada.
Parnawi, Afi. (2019). Psikologi belajar. Yogyakarta: Deepublish.
Yeni, Ety Mukhlesi. (2015). Kesulitan belajar matematika di sekolah dasar. JUPENDAS (Jurnal
Pendidikan Dasar), 2(2). Diunduh dari www.jfkip.umuslim.ac.id
Yuli, Y., Asrori, M., & Astuti, I. (2019). Studi kasus peserta didik yang motivasi belajarnya rendah
di kelas VII SMP Negeri 10 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa
(JPPK), 8(11).