di sekitar atau dalam wilayah tertentu. Oleh karena itu, upaya promosi tidak cukup, lembaga
pendidikan juga perlu membentuk citra sekolah yang positif di mata masyarakat.
b. School Branding melalui Digital Marketing menarik animo masyarakat
Brand image sekolah melibatkan usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan untuk
meningkatkan daya tarik atau mempromosikan sekolah, sambil tetap mempertahankan daya
saing positif dan penerimaan dalam masyarakat. Dalam membangun reputasi positif sekolah,
penerapan strategi yang sesuai menjadi suatu keharusan. Hal ini disebabkan karena, melalui
strategi yang tepat, akan terbentuk hubungan yang seimbang dan positif antara sekolah dan
komunitas (Hasim, 2020).
Branding sekolah yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam menarik animo masyarakat
antara lain:
1. Menyelenggarakan kegiatan terkait penerimaan peserta didik baru sebagai ajang promosi
misalnya mengadakan Try Out Ujian untuk siswa SD/ MI seperti yang dilakukan MTsN
2 Purbalingga (Karsono et al., 2021).
2. Membuat program unggulan sekolah yang menjadi cirikhas sekolah(Rizkiyah,
2020)seperti sekolah alam (Kusrini, 2021), sekolah tahfidzul Quran (Arifin, 2019)dan
Setiawati 2021, Hasim 2020), sekolah Adiwiyata. Damsar, Miko, 2020).
3. Menerapkan manajemen mutu dengan standar baik melalui akreditasi sekolah (Rizkiyah,
2020). Hal ini juga dilkukan ole SDI Masyitoh Kroya Cilacap (Jamaluddin, 2021).
Menerapkan juga standar baik untuk akreditasi program keahlian standar ISO 9001
seperti yang dilakukan oleh SMK Dr. Soetomo Surabaya (Mustika, 2020).
4. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik (Rizkiyah, 2020) dan dipublikasikan
ke media cetak dan media sosial seperti yang dilakukan di MTsN 1 Purbalingga (Karsono
et al., 2021), SMP Ar Rahmah Putri Malang (Qibtiyah, 2018).
5. Menerapkan strategi komunikasi WOM (Word of Mouth) atau dalam bahasa Indonesia
diartikan dari mulut ke mulut seperti diprogramkan di SDIT Alam Biruni. Program ini
melibatkan semua stakeholder internal sekolah mulai guru, karyawan serta orang tua
murid (Kusrini, 2021).
6. Melakukan penerapan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) atau
Evaluasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman dalam strategi branding sekolah,
kemudian menggembangkan upaya pemasaran melalui berbagai platform media massa
(seperti videotron, situs web sekolah, radio, dan media cetak) yang mampu menarik
perhatian masyarakat dari berbagai wilayah secara efektif dan efisien, seperti yang telah
dilakukan oleh SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Sholicha, 2018).
7. Membuat “tagline”, jargon ataupun slogan sekolah sebagai identitas sekolah kemudian
direalsasikan dengan program-program sekolah misalnyaslogan SDIT Alam Biruni
“Pribadi Cerdas, Soleh dan Menyanyangi” (Kusrini, 2021).
8. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia/guru serta menempatkan posisi guru
sesuai kehliannya seperti yang dilaksanakan di SMK Dr. Soetomo Surabaya (Mustika,
2020), (Rizkiyah, 2020). Demikian pula yang dilakukan oleh Sekolah Aluna Montessori
Jakarta (Purnamasari et al., n.d.).
9. Mewujudkan mutu karakter siswa serta lulusan dengan kompetensi di bidang agama
misalnya mengaji, ceramah agama di kampungnya seperti yang diprogramkan oleh
MTsN 2 Purbalingga (Karsono et al., 2021).
10. Mengembangkan sekolah melalui brandingpersonality yaitu branding dengan
memanfaatkan tokoh terkenal seperti yang dilakukan oleh TK Khalifah Sewon
Yogyakarta menggunakan tokoh terkenal ippo Santoso (Mushlih, 2019).