mereka merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan dan pemulihan. Guru bk
memulai dengan memberikan penjelasan yang jelas dan faktual tentang bagaimana otak
bereaksi terhadap pornografi. Kemudian membahas tentang pelepasan dopamin,
neurotransmitter yang terlibat dalam perasaan kenikmatan, dan bagaimana paparan berulang
terhadap pornografi dapat menyebabkan desensitisasi dopamin dan perubahan neurobiologis
dalam otak (Corey, G. 2015).
Kemudian guru bk mengembangkan strategi pengendalian diri untuk mengurangi atau
menghentikan konsumsi pornografi yakni dengan kesadaran diri, identifikasi pemicu,
mengelola emosi, meningkatkan perhatian, membuat lingkungan yang mendukung,
menetapkan tujuan dan merencakan tindakan dan trakhir membangun dukungan sosial dan
saling pengertian antara anggota kelompok. Sesuai dengan hasil penelitian penilit
menyimpulkan bahwa sebelum melaksanakan layanan kelompok terhadap penderita pornografi
dengan teknik attending, guru bk benar-benar menyusun strategi untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam pelayanan konseling kelompok, tidak hanya guru bk melainkan juga
masyarakat sekitar juga ikut berpartisipasi dalam strategi guru bk tersebut.
Perencanaan yang telah direncakan guru bk tersebut sesuai dengan teori terdahulu yakni
Memahami alasan di balik keinginan untuk mengonsumsi pornografi merupakan langkah
pertama yang penting. Penelitian telah menunjukkan bahwa memiliki kesadaran diri yang
tinggi tentang pemicu dan motivasi untuk melihat pornografi dapat membantu individu dalam
mengendalikan perilaku tersebut (Laier & Brand, 2014). Juga mendapat dukungan social dari
masyarakat dan juga teman sebaya, keluarga, atau profesional kesehatan mental juga terbukti
efektif dalam membantu individu dalam mengatasi masalah konsumsi pornografi (Hald, 2014).
Adapun strategi yang di rancang oleh guru bk di desa medan krio untuk pelayanan
bimbingan kelompok terhadap pornografi pada remaja yakni; Meningkatkan kesaran diri
terhadap masyarakat dan remaja yang ada di desa medan krio (Jacobs, E. E., Schimmel, C. J.,
& Masson, R. L. 2015). Seleksi Peserta yakni memilih remaja yang mengalami masalah
dengan konsumsi pornografi, tetapi juga memperhatikan kelompok yang heterogen untuk
memungkinkan beragam pengalaman dan pandangan, memastikan anggota kelompok merasa
nyaman untuk berbagi pengalaman mereka. Kemudian fasilitator, guru bk memiliki keahlian
dalam mengelola kelompok, memfasilitasi diskusi terbuka, guru bk juga memiliki pengetahuan
yang memadai tentang pornografi dan masalah terkait Jacobs, E. E., Schimmel (C. J., &
Masson, R. L. 2015). Jadwal dan Durasi Sesi, kemudian guru bk mengatur jadwal rutin untuk
pertemuan kelompok, seminggu sekali selama dua jam. Kemudian konselor juga menetapkan
jumlah sesi yang memadai untuk mencakup topik yang relevan dan memberikan waktu untuk
intervensi yang efektif (Gladding, S. T. 2019). Struktur Sesi, guru bk juga mnetapkan setiap
sesi dimulai dengan pemeriksaan kehadiran dan pembahasan aturan dan norma kelompok,
kemudian Sesi berlanjut dengan presentasi topik terkait pornografi, diskusi kelompok, latihan
keterampilan, dan refleksi (Yalom, I. D., & Leszcz, M. 2005).
Kemudian guru menggunakan beberapa cara, seperti kontak mata, bahasa tubuh terbuka,
mendengarkan aktif, dan refleksi perasaan, diterapkan secara konsisten dalam interaksi dengan
anggota kelompok, dan guru bk juga memberikan umpan balik positif dan dorongan kepada
anggota kelompok untuk menerapkan teknik tersebut dalam interaksi mereka (American
Counseling Association. 2014). Tahap akhir guru bk melaksanakan Evaluasi dan Tindak
Lanjut, guru bk melaksanakan evaluasi teratur dilakukan untuk memantau kemajuan anggota
kelompok dalam mencapai tujuan konseling, dan menyesuaikan rencana tindak lanjut
berdasarkan kebutuhan individu dan dinamika kelompok (American Psychological
Association. 2014).