Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1156
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam
Program Studi: Studi Kasus Universitas Swasta di
Samarinda
Mahkamah Brantasari
a,1
, Aris Ananta
b,2
, Ayu Anggraeni
c,3
, Warman
d,4
a
Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, Jl. Wahid Hasyim, Samarinda dan 75117, Indonesia
b
BKKBN Kota Samarinda, Samarinda dan 75117, Indonesia
c
SMP Al Azhar Kota Samarinda, Samarinda dan 75117, Indonesia
d
Universitas Mulawarman, Samarinda dan 75117, Indonesia
1
2
aris.ananta58@gmail.com;
3
ayuanggraeni9226@gmail.com;
4
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 7 Maret 2024
Direvisi: 27 April 2024
Disetujui: 15 Juni 2024
Tersedia Daring: 1 Juli 2024
Kepemimpinan perempuan dalam program studi juga dapat memberikan
inspirasi dan motivasi bagi perempuan lainnya untuk mengejar karier
akademik dan kepemimpinan. Ini dapat membantu meningkatkan aksesibilitas
terhadap kesempatan pendidikan dan profesional bagi perempuan. Metode ini
melibatkan analisa mendalam tentang delapan program studi yang dipimpin
oleh perempuan yang ada pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di
kota Samarinda. Peneliti dapat memeriksa bagaimana kepemimpinan
perempuan mempengaruhi budaya organisasi, kebijakan, dan hasil program
studi tersebut. Sehingga studi kasus dilakukan dalam upaya mendapatkan data
terkait dengan kepemimpinan pada delapan program studi yang dipimpin oleh
perempuan. Model peran yang mendorong inspirasi, kepemimpinan
perempuan dapat menjadi model peran yang kuat bagi mahasiswa dan staf,
terutama bagi perempuan, dalam menunjukkan bahwa karier akademik yang
sukses dapat dicapai oleh semua orang tanpa memandang gender. Dengan
menginspirasi dan memberikan dukungan, kepemimpinan perempuan
memotivasi anggota program studi untuk meraih potensi terbaik mereka dan
berkontribusi pada kesuksesan bersama. kepemimpinan perempuan
mempengaruhi budaya organisasi, kebijakan, dan hasil program studi.
Kepemimpinan perempuan pada PTS di kota Samarinda tidak hanya membawa
dampak positif bagi kemajuan dan pengembangan program studi, tetapi juga
memperkuat nilai-nilai inklusifitas, empati, dan kesetaraan dalam lingkungan
akademik, menciptakan peluang yang lebih luas bagi pertumbuhan dan
keberhasilan bersama.
Kata Kunci:
Kepemimpinan perempuan
Pemimpin program studi
ABSTRACT
Keywords:
Female leadership
Study program leaders
Women's leadership in study programs can also provide inspiration and
motivation for other women to pursue academic and leadership careers. This can
help increase accessibility to educational and professional opportunities for
women. This method involves an in-depth analysis of eight study programs led by
women at one of the Private Universities (PTS) in the city of Samarinda.
Researchers can examine how women's leadership influences organizational
culture, policies, and study program outcomes. So a case study was carried out in
an effort to obtain data related to leadership in eight study programs led by
women. Role models that encourage inspiration, female leadership can be
powerful role models for students and staff, especially for women, in
demonstrating that a successful academic career is achievable for everyone
regardless of gender. By inspiring and providing support, female leadership
motivates study program members to reach their best potential and contribute to
collective success. Women's leadership influences organizational culture, policies
and study program outcomes. Women's leadership at private universities in the
city of Samarinda not only has a positive impact on the progress and development
of study programs, but also strengthens the values of inclusivity, empathy and
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1157
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
equality in the academic environment, creating wider opportunities for mutual
growth and success.
©2024, Mahkamah Brantasari, Aris Ananta, Ayu Anggraeni, Warman Warman
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Kepemimpinan dalam program studi yang dipimpin oleh perempuan mencakup sejumlah
temuan dan diskusi dalam literatur akademik, serta pengalaman praktis di berbagai institusi
pendidikan. Kepemimpinan perempuan di program studi merupakan bagian dari upaya untuk
meningkatkan keragaman dan inklusi dalam pendidikan tinggi. Memiliki perempuan dalam
posisi kepemimpinan dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih representatif bagi
mahasiswa dan staf dari berbagai latar belakang.
Kepemimpinan perempuan dalam program studi juga dapat memberikan inspirasi dan
motivasi bagi perempuan lainnya untuk mengejar karier akademik dan kepemimpinan. Ini dapat
membantu meningkatkan aksesibilitas terhadap kesempatan pendidikan dan profesional bagi
perempuan. Fred E. Fielder, menyatakan pentingnya fleksibilitas dalam gaya kepemimpinan.
Ini sesuai dengan prinsip dasar teori kepemimpinan situasional yang menyatakan bahwa tidak
ada satu gaya kepemimpinan tunggal yang efektif untuk semua situasi (Erlangga, 2018).
Sebaliknya, kepemimpinan yang sukses melibatkan kemampuan untuk menyesuaikan gaya
kepemimpinan dengan konteks dan kebutuhan situasional yang berbeda. (Afriani., 2021)
Pemimpin perempuan sering kali membawa perspektif yang unik dalam menghadapi
isu-isu yang dihadapi oleh program studi, termasuk isu-isu seperti kesetaraan gender,
keseimbangan kehidupan kerja, dan kebutuhan mahasiswa yang beragam. Meskipun ada banyak
manfaat dari kepemimpinan perempuan dalam program studi, perempuan pemimpin sering
menghadapi tantangan yang unik, termasuk stereotip gender, bias, dan ekspektasi yang berbeda
dalam kepemimpinan. Kepemimpinan transaksional umumnya melibatkan pertukaran antara
pemimpin dan pengikut, di mana pemimpin memberikan imbalan atau penghargaan kepada
pengikut yang mencapai tujuan tertentu atau memenuhi harapan yang telah ditetapkan. Temuan
tersebut menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung menggunakan gaya kepemimpinan
transaksional, sementara perempuan lebih cenderung menonjolkan kepemimpinan
transformasional. Kepemimpinan transformasional, di sisi lain, melibatkan inspirasi, motivasi,
dan pengembangan visi bersama, yang bertujuan untuk mendorong pengikut mencapai potensi
terbaik mereka dan mencapai tujuan bersama yang lebih tinggi. Temuan tersebut menunjukkan
bahwa perempuan lebih cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional
dibandingkan dengan laki-laki. (Bass, 1994).
Gibson (2005:125) menyatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain, baik itu anggota tim, rekan kerja, atau masyarakat, untuk
melakukan tindakan tertentu atau mengadopsi pandangan tertentu. (Sumartini, 2021). Pemimpin
harus mampu mendorong dan menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Ini
melibatkan membangkitkan semangat, memotivasi, dan membimbing orang lain menuju
kesuksesan. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada anggota tim atau kelompok, sehingga mereka dapat bekerja secara efektif menuju tujuan
yang ditetapkan.
Menurut Thariq (2015), perempuan juga dapat berpartisipasi dalam musyawarah
memungkinkan perempuan untuk membawa perspektif yang berbeda dan unik ke dalam proses
pengambilan keputusan. Mereka cenderung memperhatikan aspek-aspek sosial dan emosional
dalam pengambilan keputusan, serta memperhitungkan dampaknya terhadap berbagai pihak
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1158
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
yang terlibat (Halimatuzzahro., 2020). Pakar manajemen sering menganjurkan kepada semua
pemimpin, termasuk pemimpin perempuan, untuk mendorong budaya kerja yang inklusif di
mana musyawarah dan kolaborasi didorong. Dengan melibatkan semua anggota tim dalam
proses pengambilan keputusan, pemimpin perempuan dapat menciptakan lingkungan kerja yang
lebih demokratis, responsif, dan memotivasi.
Pemikiran (Robbins, 1998) terkait dengan isu gender adalah bahwa pertama
menyamakan laki-laki dan perempuan dalam konteks kepemimpinan cenderung mengabaikan
perbedaan yang ada di antara keduanya. Ini berarti bahwa pendekatan yang melihat laki-laki dan
perempuan sebagai sama persis dalam hal gaya kepemimpinan dan kemampuan manajerial
dapat mengabaikan realitas bahwa terdapat perbedaan individu dan kontekstual yang penting
antara kedua jenis kelamin tersebut. Kedua adalah bahwa perbedaan utama antara laki-laki dan
perempuan dalam konteks kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan yang digunakan. Robbins
juga menyoroti bahwa perempuan cenderung menggunakan gaya kepemimpinan yang lebih
demokratis, sementara laki-laki cenderung merasa lebih nyaman dengan gaya yang bersifat
direktif, yang menekankan pada cara-cara yang bersifat perintah. Pemikiran ini menyoroti
pentingnya memahami dan menghargai perbedaan individual dan preferensi gaya
kepemimpinan antara laki-laki dan perempuan dalam konteks organisasi. Hal ini juga
menekankan pentingnya pendekatan kepemimpinan yang inklusif, yang memungkinkan setiap
individu untuk membawa kontribusi yang berharga sesuai dengan gaya kepemimpinan dan
kekuatan mereka masing-masing.
Kadang-kadang, dalam situasi tertentu, pemimpin perlu menggunakan otoritas atau
kekuatan untuk memaksa orang atau kelompok untuk mengikuti arahan atau keputusan tertentu.
Namun, ini harus dilakukan dengan bijaksana dan hanya jika benar-benar diperlukan. Setiap
tindakan kepemimpinan harus diarahkan menuju pencapaian tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai
dan berusaha untuk membawa orang lain ke arah itu. (Makawimbang, 2012)
Penting bagi institusi pendidikan untuk memberikan dukungan yang kuat bagi
perempuan pemimpin, termasuk melalui kebijakan yang mendukung keseimbangan kehidupan
kerja, peluang pengembangan profesional, dan jaringan dukungan. Budaya organisasi di
lembaga pendidikan sering kali menempatkan nilai pada keterlibatan sosial, empati, dan
perhatian terhadap kebutuhan individu. Oleh karena itu, pemimpin perempuan cenderung lebih
diidentifikasi dengan aspek-aspek manajemen yang menekankan pada hubungan interpersonal
dan kesejahteraan individu, seperti kegiatan-kegiatan spiritual.
Stereotip gender tentang perempuan yang lebih "lembut", penuh perhatian, dan peduli
dapat mempengaruhi persepsi terhadap perempuan dalam peran pemimpin. Ini dapat
menyebabkan persepsi bahwa perempuan lebih cocok untuk peran manajemen yang melibatkan
aspek-aspek emosional dan interpersonal (Umar Sidiq., 2021). Kepemimpinan perempuan
dalam program studi juga dapat memiliki dampak yang positif pada pengalaman belajar
mahasiswa, memperkaya pengajaran dengan berbagai perspektif, dan menciptakan lingkungan
yang inklusif bagi semua mahasiswa.
Pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai dan berusaha
untuk membawa orang lain ke arah itu. Definisi tersebut mencerminkan kompleksitas peran
seorang pemimpin dan menekankan bahwa kepemimpinan tidak hanya tentang memiliki otoritas
atau kekuatan, tetapi juga tentang kemampuan untuk mempengaruhi, menginspirasi, dan
membimbing orang lain menuju tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan menurut Miftah Thoha
(2003:9) melibatkan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku
sesuai dengan tujuan atau arah yang diinginkan. Proses ini dapat meliputi berbagai cara
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1159
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
pengaruh, mulai dari memberikan motivasi, memberikan instruksi, memberikan contoh, hingga
membangun hubungan interpersonal yang kuat. Dari ulasan tersebut maka beberapa hal yang
ingin diketahui terkait dengan kepemimpin perempuan pada program studi di salah satu
perguruan tinggi swasta (PTS) kota Samarinda.
2. Metode
Metode ini melibatkan analisa mendalam tentang delapan program studi yang dipimpin oleh
perempuan yang ada pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di kota Samarinda. Peneliti
dapat memeriksa bagaimana kepemimpinan perempuan mempengaruhi budaya organisasi,
kebijakan, dan hasil program studi tersebut. Sehingga studi kasus dilakukan dalam upaya
mendapatkan data terkait dengan kepemimpinan pada delapan program studi yang dipimpin oleh
perempuan. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif, peneliti berusaha untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang diteliti. Ini dilakukan dengan
mengumpulkan data yang bersifat deskriptif, mendalam, dan kontekstual, seperti wawancara,
observasi, atau analisis dokumen. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menjelajahi
berbagai dimensi dari fenomena yang diteliti dan memahami konteksnya dengan baik.
(Herdiansya, 2010).
3. Hasil dan Pembahasan
Perolehan informasi, pengamatan, observasi, dokumentasi yang dilakukan secara langsung
dan juga wawancara diperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman dalam kaitannya dengan
budaya organisasi, kebijakan dan hasil dari program studi tersebut. Definisi kepemimpinan
merangkum berbagai aspek penting dari peran seorang pemimpin, yaitu a). Kemampuan
mempengaruhi, dimana seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain, baik itu anggota tim, rekan kerja, atau masyarakat, untuk melakukan tindakan
tertentu atau mengadopsi pandangan tertentu. b). Mendorong dan mengajak, dimana pemimpin
harus mampu mendorong dan menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Ini
melibatkan membangkitkan semangat, memotivasi, dan membimbing orang lain menuju
kesuksesan. c). Menuntun dan mengarahkan, yaitu seorang pemimpin bertanggung jawab untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada anggota tim atau kelompok, sehingga mereka dapat
bekerja secara efektif menuju tujuan yang ditetapkan. d). Menggerakkan dan memaksa, kadang-
kadang dalam situasi tertentu, pemimpin perlu menggunakan otoritas atau kekuatan untuk
memaksa orang atau kelompok untuk mengikuti arahan atau keputusan tertentu. Namun, ini
harus dilakukan dengan bijaksana dan hanya jika benar-benar diperlukan. e). Memiliki tujuan
tertentu, setiap tindakan kepemimpinan harus diarahkan menuju pencapaian tujuan tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya.
a. Budaya Organisasi
Menurut Jones, kultur organisasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan nilai dan hasil
berbagi yang mengendalikan interaksi anggota organisasi satu sama lain dengan orang di luar
organisasi (Fahmi, 2013). Kultur organisasi terdiri dari nilai-nilai yang dianut dan dipertahankan
oleh anggota organisasi. Nilai-nilai ini mencakup keyakinan, prinsip, dan norma-norma yang
menjadi pedoman bagi perilaku dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
Budaya organisasi yang ada di PTS ini mencakup hasil berbagi, yang mengacu pada
pengalaman, cerita, tradisi, dan pengetahuan yang dibagikan oleh anggota organisasi. Ini
mencerminkan cara anggota organisasi memahami dan memberikan makna terhadap
pengalaman mereka dalam konteks organisasi. Budaya organisasi memiliki pengaruh yang kuat
dalam mengendalikan interaksi antara anggota organisasi satu sama lain dan dengan orang di
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1160
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
luar organisasi. Budaya ini membentuk cara orang berkomunikasi, bekerja sama, dan
berinteraksi dalam konteks organisasi.
Budaya organisasi tidak hanya mempengaruhi perilaku individu, tetapi juga mengatur
interaksi antara anggota organisasi secara keseluruhan. Hal ini mencakup bagaimana anggota
organisasi saling berinteraksi, berkolaborasi, dan membangun hubungan di dalam dan di luar
organisasi. Budaya organisasi juga mempengaruhi interaksi antara anggota organisasi dengan
orang di luar organisasi, termasuk pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat luas. Nilai-nilai dan
norma-norma organisasi dapat tercermin dalam hubungan organisasi dengan pihak eksternal.
(Mangkunegara, 2005) sendiri mendifinisikan budaya organisasi adalah sebagai seperangkat
asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi.
Keyakinan, nilai-nilai, dan norma tersebut dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-
anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal
Pemimpin perempuan pada delapan program studi pada salah satu PTS di kota Samarinda
ini, harus memiliki pemahaman yang luas, perempuan sering kali membawa pemahaman yang
mendalam tentang isu-isu yang relevan bagi perempuan dan orang-orang dari latar belakang
yang beragam. Sehingga didapatkan pengalaman hidup yang unik dan beragam. Perempuan
sering memiliki pengalaman hidup yang unik, termasuk pengalaman menjadi ibu, anak,
pasangan, dan anggota masyarakat. Pengalaman menjadi ibu, menjadi seorang ibu membawa
tanggung jawab besar dalam merawat, mendidik, dan mendukung perkembangan anak-anak. Ini
melibatkan pengalaman emosional yang mendalam dan membutuhkan keterampilan dalam
manajemen waktu, multitasking, dan membangun hubungan yang kuat dengan anak-anak.
Pengalaman menjadi anak, sebagai anak, perempuan mungkin mengalami berbagai
pengalaman yang membentuk identitas dan nilai-nilai mereka, termasuk hubungan dengan
orang tua, saudara kandung, dan keluarga luas. Pengalaman ini dapat memengaruhi pola pikir,
emosi, dan perilaku mereka sebagai individu dewasa. Pengalaman menjadi pasangan, menjadi
pasangan atau mitra hidup membawa dinamika hubungan yang unik, termasuk komunikasi,
kolaborasi, dan konflik penyelesaian. Perempuan mungkin memiliki tanggung jawab dalam
membangun dan memelihara hubungan yang sehat, serta berbagi peran dalam mengelola
kehidupan sehari-hari dan membuat keputusan bersama.
Pengalaman menjadi anggota masyarakat, sebagai anggota masyarakat, perempuan dapat
terlibat dalam berbagai aktivitas sosial, ekonomi, dan politik yang berkontribusi pada
pembangunan komunitas mereka. Ini mungkin melibatkan partisipasi dalam organisasi sukarela,
kampanye advokasi, atau inisiatif kemanusiaan untuk memperbaiki kondisi sosial dan
lingkungan di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman ini dapat memberikan pemahaman
mendalam tentang berbagai isu yang dihadapi oleh perempuan dalam berbagai konteks
kehidupan. Dalam artikelnya Putra dan Zulfikar menyatakan bahwa seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya membutuhkan berbagai kemampuan atau life skills yang dapat
membantu mereka membangun nilai-nilai yang penting dalam organisasi atau komunitas (Farid
Wajdi., 2021).
Peran sosial, Perempuan sering kali bertanggung jawab atas berbagai aspek kehidupan
sehari-hari, termasuk pendidikan anak-anak, kesehatan keluarga, dan dukungan sosial bagi
anggota keluarga yang lebih tua. Peran-peran ini memberi mereka wawasan yang mendalam
tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh kelompok-kelompok yang berbeda.
Perempuan sering bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak di rumah, termasuk
membantu dengan pekerjaan rumah, membimbing belajar, dan memberikan dukungan
emosional. Pengalaman ini memberi mereka wawasan tentang kebutuhan pendidikan anak-
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1161
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
anak, tantangan dalam proses belajar-mengajar, dan cara terbaik untuk mendukung
perkembangan dan pertumbuhan anak-anak.
Perempuan sering menjadi manajer kesehatan keluarga, yang melibatkan memantau
kesehatan anggota keluarga, merawat mereka ketika sakit, dan mengelola jadwal perawatan
kesehatan. Hal ini memberi mereka pemahaman yang mendalam tentang perawatan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan akses terhadap layanan kesehatan bagi keluarga mereka. Banyak
perempuan juga mengambil peran sebagai pengurus bagi anggota keluarga yang lebih tua,
seperti orang tua atau anggota keluarga lain yang membutuhkan perawatan dan dukungan
khusus. Ini bisa meliputi membantu dengan aktivitas sehari-hari, merawat kesehatan, dan
memberikan dukungan emosional. Pengalaman ini memberi mereka pemahaman tentang
kebutuhan dan tantangan orang lanjut usia, serta pelayanan yang tersedia untuk mereka.
Teori Peran dalam buku G.H.Mead dan C. Schubert dikatakan sebagai sebagian besar
aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang diterapkan oleh konstruksi sosial
mencerminkan pendekatan konstruktivis terhadap pemahaman tentang perilaku manusia. Dalam
perspektif ini, individu tidak hanya bertindak berdasarkan dorongan internal atau faktor
biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh konstruksi sosial, yaitu norma, kewajiban, harapan, dan
aturan yang ditetapkan oleh masyarakat. (Salfa, 2022).
b. Kebijakan dan Hasil Dari Program Studi
Kebijakan dan hasil dari program studi dapat bervariasi tergantung pada konteks dan
tujuan program studi tersebut. Menurut (Muhadjir, 2000) kebijakan merupakan upaya untuk
memecahkan masalah sosial demi kepentingan masyarakat dengan dasar pada prinsip keadilan
dan kesejahteraan sosial. Dalam konsep ini, kebijakan tidak hanya dilihat sebagai instrumen
administratif, tetapi juga sebagai alat untuk mencapai kemajuan sosial dan keadilan.
Seorang pemimpin perlu mampu memimpin dengan contoh, mengambil keputusan yang
tepat, dan memberikan arahan yang jelas kepada tim. Menumbuhkan memampuan manajemen
konflik, dalam situasi di mana konflik muncul, seorang pemimpin perlu memiliki kemampuan
untuk mengelola konflik dengan bijaksana dan adil. Ini termasuk kemampuan untuk
mendengarkan dengan empati, menemukan solusi yang memuaskan bagi semua pihak, dan
memfasilitasi dialog yang konstruktif. Dan juga menumbuhkan keterampilan kolaborasi,
kolaborasi adalah kunci untuk kesuksesan tim dan organisasi. Pemimpin program studi tentu
saja membawahi dosen-dosen dan staff serta mahasiswa secara keseluruhan dan mahasiswa
yang terhimpun pada HIMA Program Studi. Kebijakan-kebijakan yang dibuat tentu saja harus
berorientasi pada azas kebermanfaatan, kemaslahatan, keadilan, kebenaran dan suasana positif.
Dengan adanya pemahaman yang luas yang dimiliki oleh perempuan menyebabkan
perempuan memiliki kemampuan komunikasi, Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas,
efektif, dan empatik sangat penting bagi seorang pemimpin. Komunikasi yang baik membantu
memperkuat hubungan, memotivasi tim, dan memfasilitasi pemahaman yang baik antara semua
pihak yang terlibat. Memiliki keterampilan kepemimpinan, ini mencakup kemampuan untuk
menginspirasi, memotivasi, dan memandu orang lain menuju tujuan bersama. Pemimpin
program studi memanfaatkan situasi rapat yang dilaksanakan minimal tiga kali dalam satu
semester untuk memberikan arahan dan juga meminta masukkan serta pendapat dari dosen yang
yang hadir terkait dengan pelaksanaan program kerja yang dirancang, pelaksanaan tridarma
perguruan tinggi hingga masalah yang muncul di kalangan mahasiswa.
Kemampuan manajemen waktu, Menurut (Covay, 1994), manajemen waktu tidak dapat
dipisahkan dari manajemen diri. Manajemen diri dapat diartikan sebagai cara individu
mengorganisasi kehidupannya dengan prinsip mendahulukan apa yang harus dilakukan
berdasarkan skala prioritas.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1162
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
Manajemen waktu yang efektif membantu seorang pemimpin perempuan untuk
mengoptimalkan produktivitas dan efisiensi, serta menetapkan prioritas yang tepat dalam
menjalankan tanggung jawabnya. Serta menumbuhkan etika dan integritas, dimana seorang
pemimpin harus bertindak dengan integritas dan bertanggung jawab dalam semua aspek
kehidupan dan pekerjaannya. Ini termasuk berpegang pada nilai-nilai moral yang tinggi,
menghormati keberagaman, dan membuat keputusan yang benar bahkan dalam situasi yang
sulit. Dan kemampuan adaptasi, dimana dalam situasi lingkungan yang terus berubah, seorang
pemimpin perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan fleksibel terhadap
perubahan, serta mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi tantangan yang muncul,
ini bisa terlihat pada kemampuan meningkatkan penilaian akreditasi pada dua program studi
yang semula terakreditasi Cukup menjadi terakreditasi Baik (Baik Sekali). Lima program studi
sudah terakreditasi Baik Sekali tetap bertahan dengan akreditasi Baik Sekali, dan tersisakan satu
program studi yang masih terakreditasi Cukup.
Kesadaran Gender, definisi gender adalah karakteristik yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan dan peran sosial antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Konsep gender mencakup aspek-aspek sosial, budaya, dan psikologis yang membedakan peran,
perilaku, dan ekspektasi antara kedua jenis kelamin. (Azizah, 2021). Banyak perempuan
memiliki kesadaran yang lebih besar tentang isu-isu gender dan diskriminasi, karena mereka
mungkin telah mengalami diskriminasi atau ketidaksetaraan dalam kehidupan mereka sendiri.
Hal ini dapat membuat mereka lebih peka terhadap isu-isu seperti kesetaraan gender, kekerasan
terhadap perempuan, dan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Perempuan yang telah
mengalami diskriminasi atau ketidaksetaraan dalam kehidupan mereka mungkin lebih peka
terhadap perlunya kesetaraan gender dan pentingnya memerangi kekerasan terhadap
perempuan.
Pengalaman pribadi juga membantu pemimpin salah satu program studi perempuan di PTS
ini, memahami secara lebih mendalam tantangan yang dihadapi oleh sesama perempuan dalam
hal akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kesadaran yang lebih besar mendorong pemimpin
salah satu program studi perempuan di PTS ini untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa
di lingkungannya dan masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender, hak-hak perempuan,
dan cara-cara untuk mengatasi diskriminasi gender, memberikan pelatihan atau bimbingan
kepada mahasiswa perempuan khususnya dan masyarakat untuk meningkatkan keterampilan
dan kapasitas mereka dalam berbagai bidang, sehingga mereka dapat lebih mandiri secara
ekonomi dan sosial. Bagi perubahan sosial yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu,
tidak hanya dalam konteks gender, tetapi juga dalam konteks kesetaraan dan keadilan secara
lebih luas.
Kepekaan terhadap keadilan sosial, Banyak perempuan memiliki kepekaan terhadap isu-isu
keadilan sosial yang melampaui isu-isu gender, termasuk isu-isu seperti keadilan rasial,
ekonomi, dan lingkungan. Mereka sering kali berkontribusi pada upaya-upaya untuk
menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif bagi semua orang. Perempuan yang terlibat
dalam perjuangan untuk keadilan sosial seringkali membawa perspektif yang beragam dan unik,
serta pengalaman hidup yang dapat memperkaya gerakan-gerakan sosial tersebut. Mereka
memahami bahwa isu-isu seperti ketidaksetaraan ekonomi, diskriminasi rasial, dan kerusakan
lingkungan merupakan bagian dari jaringan kompleks masalah yang saling terkait dalam
menciptakan ketidakadilan sosial. Kepekaan ini bisa terlihat pada wacana-wacana yang diadopsi
oleh HIMA prodi dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Empati dan komunikasi yang baik, Perempuan sering kali dipandang memiliki kemampuan
yang kuat dalam membangun hubungan, berempati, dan berkomunikasi dengan baik, yang
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1163
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
penting dalam memimpin tim akademik dan mengelola hubungan antara fakultas, staf, dan
mahasiswa. Dalam konteks perguruan tinggi dan institusi akademik, kemampuan membangun
hubungan yang baik, berempati, dan berkomunikasi dengan baik sangat penting dalam
memimpin tim akademik dan mengelola hubungan antara program studi dalam satu fakultas dan
antar fakultas, staf, dan mahasiswa. Peran seorang pemimpin akademik tidak hanya mencakup
aspek manajemen administratif, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk memahami dan
menanggapi kebutuhan dan aspirasi berbagai pihak yang terlibat dalam proses akademik
misalnya saja dengan memberikan layanan administratif yang jelas, mudah, benar dan cepat
sehingga banyak waktu yang bisa di hemat untuk bisa melaksanakan kegiatan selanjutnya.
Perempuan sering kali membawa gaya kepemimpinan yang inklusif, kolaboratif, dan
memperhatikan perasaan serta pandangan orang lain. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap
pendekatan yang melibatkan partisipasi aktif dan kerja sama tim, sehingga menciptakan
lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif.
Pendekatan kolaboratif, Perempuan pemimpin cenderung mendorong kolaborasi dan
partisipasi yang lebih besar, menciptakan lingkungan di mana semua orang merasa didengar dan
dihargai. Karakteristik kepemimpinan perempuan yang lebih inklusif dan kolaboratif seringkali
menghasilkan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif. Dengan mendorong
partisipasi dari berbagai anggota tim dosen dan staff dan memperhatikan beragam pandangan,
pemimpin perempuan dapat menciptakan keputusan yang lebih baik dan solusi yang lebih
inovatif untuk tantangan yang dihadapi oleh organisasi mereka. Selain itu, pemimpin perempuan
cenderung lebih memperhatikan aspek-aspek sosial dan emosional dari anggota tim mereka.
Mereka berupaya untuk menciptakan hubungan yang kuat dan saling mendukung di antara
anggota tim, yang dapat meningkatkan kepuasan kerja dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Mentorship yang kuat, Perempuan pemimpin sering menjadi peran model yang kuat bagi
mahasiswa, khususnya bagi mahasiswi, dalam menunjukkan bahwa karier akademik yang
sukses dapat dicapai oleh semua orang. Ketika mahasiswa, khususnya mahasiswi, melihat
perempuan yang memegang peran kepemimpinan dalam institusi akademik dan juga
kepemimpinan bidang lainnya, mereka dapat merasa terinspirasi dan termotivasi untuk
mengejar ambisi mereka dalam bidang akademik.
Perempuan pemimpin ini tidak hanya menunjukkan bahwa mereka mampu mengatasi
tantangan dan meraih kesuksesan dalam karier akademik, tetapi juga membuka jalan bagi
generasi berikutnya untuk mengejar impian mereka. Selain itu, perempuan pemimpin juga dapat
memberikan dukungan, mentorship, dan bimbingan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswi,
dalam mengembangkan potensi akademik dan profesional mereka. Mereka dapat berbagi
pengalaman, memberikan nasihat, dan membantu mahasiswa memperluas jaringan profesional
mereka, sehingga memperkuat pondasi bagi kesuksesan masa depan.
Kepemimpinan perempuan dalam program studi adalah konsep yang penting dalam konteks
pendidikan tinggi. Ini mengacu pada peran dan kontribusi perempuan dalam memimpin dan
mengelola program-program akademik di lembaga-lembaga pendidikan tinggi, terkait dengan
kebijakan, dan hasil program studi:
Kebijakan Program Studi
1) Penetapan struktur kurikulum termasuk mata kuliah yang diajarkan, urutan
pembelajarannya, dan persyaratan kelulusan.
2) Penetapan metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran,
seperti kuliah, diskusi, proyek, atau magang.
3) Penetapan metode evaluasi dan penilaian prestasi mahasiswa, seperti ujian, tugas, proyek,
atau portofolio.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1164
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
4) Penetapan kualifikasi dan standar untuk dosen pengajar, termasuk pendidikan,
pengalaman, dan keahlian bidang studi tertentu.
5) Penetapan fasilitas, sumber daya, dan dukungan lainnya yang tersedia untuk mendukung
pembelajaran, seperti perpustakaan, laboratorium, dan akses teknologi.
Hasil Program Studi:
1) Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam bidang studi tertentu.
2) Pencapaian kualifikasi atau sertifikasi yang diberikan oleh program studi, seperti gelar
sarjana, diploma, atau sertifikat.
3) Pengalaman praktis atau kerja lapangan yang diperoleh melalui magang, proyek, atau
kegiatan ekstrakurikuler terkait.
4) Peningkatan peluang karier atau lanjutan pendidikan setelah menyelesaikan program studi.
5) Peningkatan kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan kolaborasi, serta
pengembangan sikap profesional dan etika kerja.
Kebijakan dan hasil dari program studi ini merupakan bagian integral dari proses
pendidikan tinggi dan berkontribusi pada pembentukan individu yang kompeten dan siap untuk
menghadapi tantangan dalam dunia kerja dan masyarakat. Terkait dengan beberapa poin penting
tentang kepemimpinan perempuan pada program studi di PTS yang berhubungan dengan
kebijakan, dan hasil program studi, yaitu: a). kepemimpinan perempuan membawa
keanekaragaman dan representasi yang lebih besar dalam struktur kepemimpinan akademik. Ini
penting untuk menciptakan lingkungan inklusif dan merangsang berbagai perspektif dalam
pengambilan keputusan. b). Inspirasi dan peran model yang dimiliki perempuan pemimpin
dalam program studi sering menjadi sumber inspirasi dan peran model bagi mahasiswa,
khususnya mahasiswi, dalam mengejar karier akademik dan kepemimpinan. c). Kepemimpinan
perempuan membawa perspektif yang unik tentang isu-isu yang relevan bagi perempuan dan
kelompok-kelompok lain dalam komunitas akademik. d). Pemimpin perempuan dapat
membawa pemahaman mendalam tentang tantangan dan peluang yang dihadapi oleh beragam
populasi mahasiswa dan staf. e). Pemimpin perempuan sering dikenal karena gaya
kepemimpinan yang kolaboratif dan inklusif, sehingga mendorong keterlibatan dan partisipasi
yang lebih besar dari seluruh anggota komunitas akademik dalam proses pengambilan
keputusan dan perencanaan program studi. f). Kepemimpinan perempuan dalam program studi
juga dapat menjadi bentuk advokasi untuk kesetaraan gender dalam pendidikan tinggi, dengan
mendorong keterwakilan yang lebih besar dari perempuan dalam posisi kepemimpinan dan
memperjuangkan kebijakan yang mendukung kesetaraan dan keadilan. g). Pemimpin
perempuan sering kali membawa inovasi dan perubahan positif dalam program-program studi
yang mereka pimpin, dengan memperkenalkan strategi baru, menggalang dukungan, dan
menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan.
Kepemimpinan perempuan dalam program studi bukan hanya tentang menciptakan
kesetaraan gender dalam struktur kepemimpinan, tetapi juga tentang memperkaya pengalaman
pendidikan tinggi melalui beragam perspektif, keterlibatan, dan inovasi. Ini merupakan aspek
penting dalam upaya untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, menstimulasi,
dan relevan bagi semua anggota komunitas akademik. Sehingga kepemimpinan perempuan
membawa dampak positif bagi kemajuan dan pengembangan program studi pada PTS di kota
Samarinda.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1165
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
4. Kesimpulan
Kepemimpinan perempuan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kemajuan
dan pengembangan program studi pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di kota Samarinda.
Berbagai faktor mendukung hal ini, ada gaya kepemimpinan yang inklusif, dimana
kepemimpinan perempuan cenderung lebih inklusif dan kolaboratif, memperhatikan pandangan
dari berbagai pihak. Dengan pendekatan yang melibatkan partisipasi aktif dan mendengarkan
suara-suara yang beragam, kepemimpinan perempuan memungkinkan tim dalam program studi
untuk merasa didengar dan dihargai, sehingga mendorong kerjasama dan kreativitas dalam
mencapai tujuan bersama.
Model peran yang mendorong inspirasi, kepemimpinan perempuan dapat menjadi model
peran yang kuat bagi mahasiswa dan staf, terutama bagi perempuan, dalam menunjukkan bahwa
karier akademik yang sukses dapat dicapai oleh semua orang tanpa memandang gender. Dengan
menginspirasi dan memberikan dukungan, kepemimpinan perempuan memotivasi anggota
program studi untuk meraih potensi terbaik mereka dan berkontribusi pada kesuksesan bersama.
kepemimpinan perempuan mempengaruhi budaya organisasi, kebijakan, dan hasil program
studi. Kepemimpinan perempuan pada PTS di kota Samarinda tidak hanya membawa dampak
positif bagi kemajuan dan pengembangan program studi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai
inklusifitas, empati, dan kesetaraan dalam lingkungan akademik, menciptakan peluang yang
lebih luas bagi pertumbuhan dan keberhasilan bersama.
5. Daftar Pustaka
Afriani., I. M. (2021). Kepemimpinan Perempuan Dalam Jabatan Publik (Studi Kasus Pada Kantor
Kecamatan Pangkajene Dan Kepulauan). Pujia Unismuh Makassar, 2153-2166
Azizah, N. (2021). Aliran Feminis dan Teori Kesetaraan Gender dalam Hukum. SPECTRUM:
Journal of Gender and Children Studies, 1-10.
Bass, B. A. (1994). Improving organizational effectiveness: through transformational
leadership. London: SAGE Publications TO.
Covay. (1994). Tujuan Kebiasaan Manusia yang Efektif Terjemahan. Jakarta : Binarupa.
Erlangga, H. (2018). Kepemimpinan dengan Spirit Teknoprenurship. Bandung: FISIP UNPAS
PRESS.
Farid Wajdi., A. A. (2021). Peran Kepemimpinan dalam Manajemen Organisasi:Studi Kasus
Konflik Internal Partai Demokratdalam Perebutan Kepemimpinan. Jurnal Tanah Pilih, 91-
107.
Halimatuzzahro., L. F. (2020). KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF. UIN
MATARAM, 52-68.
Herdiansya, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.
LFahmi, I. (2013). Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi . Bandung: Alfabeta.
Makawimbang, J. H. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu. Bandung: Alfabeta.
Mangkunegara, A. P. (2005). Perilaku dan Budaya Organisai. Bandung: Refika Adiatama.
Muhadjir, N. (2000). Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori Pendidikan Pelaku Sosial
Kreatif. Yogyakarta: Raka Sarasin.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1166
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
Robbins, .. S. (1998). Organizational Behavior: Concepts, Controversiess, Application. New
Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Salfa, H. N. (2022). Peran Sosial Perempuan dalam Masyarakat dan Implikasinya terhadap
Penempatan Perempuan Anggota Legislatif Pada Komisi-Komisi di DPR RI Periode 2019-
2024. Politica, 162-181.
Sumartini, N. W. (2021). Kepemimpinan Wanita Dalam Kehidupan Sosial Perspektif Hukum
Perkawinan. Prosiding Webinar Nasional IAHN-TP Palangka Raya, 68-77.
Thariq Muhammad As-Suwaidan., F. U. (2005). Melahirkan Pemimpin Masa Depan,. Jakarta:
Gema Insani Press.
Umar Sidiq., K. (2021). KEepemimpinan Pendidikan. Ponorogo: CV. Nata Karya.
Azizah, N. (2021). Aliran Feminis dan Teori Kesetaraan Gender dalam Hukum. SPECTRUM:
Journal of Gender and Children Studies, 1-10.
Bass, B. A. (1994). Improving organizational effectiveness: through transformational
leadership. London: SAGE Publications TO.
Bass, B. M. (1985). Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: Free Press.
Burns, J. M. (1978). Leadership. New York: Harper & Row.
Covay. (1994). Tujuan Kebiasaan Manusia yang Efektif Terjemahan. Jakarta : Binarupa.
Erlangga, H. (2018). Kepemimpinan dengan Spirit Teknoprenurship. Bandung: FISIP UNPAS
PRESS.
Farid Wajdi., A. A. (2021). Peran Kepemimpinan dalam Manajemen Organisasi:Studi Kasus
Konflik Internal Partai Demokratdalam Perebutan Kepemimpinan. Jurnal Tanah Pilih, 91-
107.
Halimatuzzahro., L. F. (2020). KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF. UIN
MATARAM, 52-68.
Herdiansya, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Hersey, P., & Blanchard, K. H. (1982). Management of Organizational Behavior: Utilizing Human
Resources. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Lewin, K., Lippitt, R., & White, R. K. (1939). Patterns of Aggressive Behavior in Experimentally Created
Social Climates. The Journal of Social Psychology, 10(2), 271-301.
LFahmi, I. (2013). Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi . Bandung: Alfabeta.
Makawimbang, J. H. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu. Bandung: Alfabeta.
Mangkunegara, A. P. (2005). Perilaku dan Budaya Organisai. Bandung: Refika Adiatama.
Muhadjir, N. (2000). Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori Pendidikan Pelaku Sosial
Kreatif. Yogyakarta: Raka Sarasin.
Northouse, P. G. (2018). Leadership: Theory and Practice. 8th edition. Thousand Oaks, CA: Sage
Publications.
Pada Kantor Kecamatan Pangkajene Dan Kepulauan). Pujia Unismuh Makassar, 2153-2166
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1156-1167
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1167
Mahkamah Brantasari et.al (Pemberdayaan Kepemimpinan Perempuan dalam….)
Robbins, .. S. (1998). Organizational Behavior: Concepts, Controversiess, Application. New
Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Salfa, H. N. (2022). Peran Sosial Perempuan dalam Masyarakat dan Implikasinya terhadap
Penempatan Perempuan Anggota Legislatif Pada Komisi-Komisi di DPR RI Periode 2019-
2024. Politica, 162-181.
Sumartini, N. W. (2021). Kepemimpinan Wanita Dalam Kehidupan Sosial Perspektif Hukum
Perkawinan. Prosiding Webinar Nasional IAHN-TP Palangka Raya, 68-77.
Thariq Muhammad As-Suwaidan., F. U. (2005). Melahirkan Pemimpin Masa Depan,. Jakarta:
Gema Insani Press.
Umar Sidiq., K. (2021). KEepemimpinan Pendidikan. Ponorogo: CV. Nata Karya.
Weber, M. (1947). The Theory of Social and Economic Organization. Translated by A. M. Henderson &
Talcott Parsons. New York: Free Press.
Yukl, G. A. (2013). Leadership in Organizations. 8th edition. Boston: Pearson.