pendidikan, salah satunya pada penerapan Collaborative Learning sebagai alternatif model
pembelajaran peserta didik dalam meningkatkan keterampilan abad ke-21. Integrasi AI dalam
Collaborative Learning dapat memberi peluang baru dalam meningkatkan kualitas belajar
mengajar di kelas sehingga menciptakan hasil belajar yang maksimal.
ChatGPT menjadi salah satu bentuk kecerdasan buatan yang dapat memberi bantuan bagi
pendidik dalam membuat slide presentasi untuk media pembelajaran. Pendidik hanya perlu
menuliskan detail topik atau konten slide yang ingin dibuat sehingga ChatGPT mpu membuat
contoh slide atau menawarkan panduan dalam penyusunan konten media pembelajaran
(Sudrajat, et al., 2023). Penerapan ChatGPT dalam konteks pembelajaran memberikan
dukungan dalam memahami berbagai topik (Merentek, at al., 2023).
Sorden dan Munene (2013) mengonfirmasi hubungan yang kuat antara persepsi kolaborasi
peserta didik dan kepuasan peserta dididk dengan kehadiran sosial yang dirasakan sebagai
dasar kolaborasi. Komponen pembelajaran sosial dan kognitif saling terkait dan saling
bergantung dalam kerja kelompok. Komponen sosial atau unsur interpersonal dalam aktivitas
kelompok, berkaitan dengan cara berdialog dan monolog anggota kelompok, serta kesiapan
mereka untuk bekerja sama dan saling memengaruhi satu sama lain sehingga menciptakan
hasil belajar yang maksimal (Plešec, et al., 2016).
Penggunaan ChatGPT sebagai alat pembelajaran memungkinkan respon dan umpan balik
otomatis terhadap jawaban peserta didik, yang dapat meningkatkan pemahaman mereka
terhadap materi yang diajarkan oleh tenaga pendidik. Penerapan ChatGPT dalam konteks
pembelajaran memberikan dukungan dalam memahami berbagai topik (Merentek, et al.,
2023). Oleh karena itu, melalui pemanfaatan teknologi AI pendidik dapat merancang
pembelajaran yang memungkinkan terciptanya inovasi yang dapat menarik minat dan
semangat belajar peserta didik.
Pemanfaatan AI dalam pembelajaran kolaborasi memberikan ruang kepada pendidik
memilih materi yang dapat dipersonlisasi untuk meningkatkan kerja sama. Ada banyak cara
untuk merancang pembelajaran online yang bermakna yang mencakup keterlibatan aktif,
interaksi antara instruktur dan peserta didik, dan pengalaman pembelajaran berkualitas tinggi
dengan menggunakan berbagai strategi pengajaran dan dukungan teknologi (Wibawa and
Erwin, 2017). Pembelajaran kolaboratif (selanjutnya disebut CL) akan dipahami dalam karya
ini sebagai pendekatan pendidikan untuk belajar mengajar yang melibatkan kelompok pelajar
yang bekerja sama untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau membuat produk.
Sebagaimana dikualifikasikan Calzadilla, (2002, p. 4) kehadiran kerja kelompok tidak berarti
bahwa itu adalah praktik kolaboratif yang sesungguhnya, kelompok harus menjadi sebuah tim,
ada nilai tambah dari kerja sama tersebut. Dengan melakukan hal ini, pembelajar mulai
membuat kerangka konseptualnya sendiri sehingga tidak bergantung pada kerangka pakar atau
kerangka teks (Rodríguez, 2017).
Proses pembelajaran kolaboratif yang dimediasi secara teknologi bergantung pada tiga
faktor mendasar: lingkungan pembelajaran virtual yang digunakan untuk mendukung
kolaborasi, karakteristik interaksi sosial dan kelompok kerja (Suárez & Gros, 2012), dan
situasi pembelajaran. Mendorong peralihan ke pembelajaran virtual kolaboratif memerlukan
pertimbangan kemampuan teknologi, sosial, dan pendidikan dari konteks pengajaran dan
pembelajaran kolaboratif yang dimediasi komputer di mana organisasi sosial adalah
kelompoknya (Herrera-Pavo, 2021).
Dalam kolaborasi kelompok harus mempunyai kesepakatan yang jelas bahwa tujuan usaha
mereka adalah untuk melihat hasil pekerjaan peserta didik dengan tujuan merefleksikan
praktik pengajaran dan pembelajaran untuk memandu percakapan secara efisien dan
menciptakan kesetaraan dan kepercayaan peserta didik (Kuh, 2016). CLR tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan proses belajar mengajar dalam tim, namun juga untuk