3. Hasil dan Pembahasan
Sebagaimana diketahui, di dunia ini terdapat 4 fase revolusi industri Pertama, revolusi
industri 1.0 terjadi antara tahun 1750 dan 1850. Pada saat itu terjadi perubahan besar pada sektor
pertanian sehingga berdampak pada manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi,
serta berdampak besar pada lanskap sosial, ekonomi, dan budaya dunia. Ini dimulai di inggris
dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Dimulai dengan ditemukannya mesin uap sehingga
banyak produk yang bisa diproduksi di eropa begitu pula dengan perkembangan sektor
transportasi, komunikasi dan keuangan eropa. Inggris yang sebelumnya mengandalkan tenaga
hewan, beralih ke manufaktur mesin. Kedua, revolusi industri 2.0 Revolusi kedua terjadi pada
akhir abad ke-19, ketika mesin produksi mulai menggunakan listrik.
Revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan munculnya pembangkit listrik dan mesin
pembakaran dalam (combustion chamber). Penemuan ini menyebabkan munculnya telepon,
mobil, pesawat terbang, dll, dan sangat mengubah wajah dunia.
Munculnya teknologi digital dan Internet menandai dimulainya Revolusi Industri 3.0. Proses
revolusi industri dapat dilihat sebagai proses pemadatan ruang dan waktu. Penggunaan tenaga
komputer untuk otomasi pabrik dimulai pada tahun 1970. Pesatnya perkembangan sensor,
jaringan, dan analisis data memunculkan ide untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut
ke dalam berbagai sektor industri. Ide ini digadang-gadang akan menjadi revolusi industri
berikutnya.
Terakhir, Revolusi Industri 4.0 merupakan industri yang menggabungkan otomatisasi dan
teknologi cyber. Ini adalah tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur.
Termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT), komputasi awan, dan komputasi kognitif.
Seorang konsultan asal Jerman (Humaidi, 2019) meyakini bahwa Industri 4.0 merupakan
transformasi menyeluruh seluruh aspek produksi di industri dengan menggabungkan teknologi
digital dan internet dengan industri tradisional.
Menurut (Mubyarto & Sohibien, 2020), Revolusi Industri 4.0 akan memanfaatkan TI
(Teknologi Informasi) berupa Internet, CPS, IoT, IoS menjadi lebih efektif dan efisien, inovasi
baru dan lainnya secara optimal membawa perubahan. Menurut (Nulngafan & Khoiri, 2021)
menambahkan Revolusi Industri 4.0 memiliki empat prinsip desain. Pertama adalah jaringan
(konektivitas), kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk terhubung dan
berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP).
Prinsip ini memerlukan kolaborasi, keamanan, dan standar.
Kedua, transparansi informasi adalah kemampuan sistem informasi untuk menciptakan
salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor, seperti analisis
data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis meliputi: (a) Kemampuan sistem
pendukung untuk membantu masyarakat membuat keputusan yang tepat dan memecahkan
masalah mendesak dalam jangka pendek melalui kombinasi dan evaluasi informasi secara sadar.
(b) kemampuan sistem untuk membantu orang dalam melakukan tugas-tugas yang tidak nyaman,
melelahkan, atau berbahaya; (c) Termasuk alat bantu visual dan fisik. Keempat: Pengambilan
keputusan terdistribusi, kemampuan sistem fisik virtual untuk membuat keputusan sendiri dan
melakukan tugas seefisien mungkin.
Revolusi industri 4.0 ialah konsep diperkenalkan pertamakali oleh “Profesor Klaus
Schwab”, yakni seorang pakar ekonomi terkenal yang berasal dari Jerman. Beliau juga
merupakan penggagas “World Economic Forum (WEF)”. Melalui bukunya yang berjudul “The
Fourth Industrial Revolution”, Profesor Klaus Schwab mengatakan bahwa “revolusi industri 4.0
mampu mengubah cara bekerja, cara hidup, dan cara interkasi manusia secara fundamental”