Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
916
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
Literatur Review: Strategi Blended Learning dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas (Studi Kasus pada SMA Negeri 9
Binsus Manado)
Viktory N. J. Rotty
a,1*
, Bella F. Rambitan
b,2
, Syerri Y. Sumual
c,3
, Marisca A. B. Sadsuitubun
d,4
, Neiles
Wakur.
e,5
a,b,c,d
S2 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Manado, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Indonesia
1
2
3
syerri.y.sumual@gmail.com;
4
mariscaangela[email protected] ;
5
neileswakur18@gmail.com
*
Corresponding Author: viktoryrotty@unima.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 3 Januari 2024
Direvisi: 13 Februari 2024
Disetujui: 1 April 2024
Tersedia Daring: 17 April 2024
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi Blended
Learning dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMA N 9 Binsus
Manado. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hadirnya era revolusi industri 4.0 menjadi
tantangan tersendiri bagi bidang pendidikan. Memasuki era revolusi
industri 4.0, para pendidik (guru) di semua tingkatan pendidikan formal,
termasuk SMP dan SMA dituntut menguasai kemampuan atau keahlian
beradaptasi dengan teknologi baru. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran yang ada dengan pemanfaatan
teknologi yang semakin berkembang. Blended Learning merupakan salah
satu konsep pendidikan 4.0 yang dapat dijadikan sebagai bentuk strategi
pendidik dalam meningkatkan mutu pembelajaran di era revolusi industri
4.0 khususnya dalam memenuhi penguasaan teknologi. Beberapa model
pembelajaran campuran (blended learning) yang saat ini telah diterapkan
oleh SMA N Binsus Manado dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran antara lain Google Classroom; Media Sosial Whatsapp,
Facebook dan Telegram; Moodle; Zoom Meeting; Edmodo dan Microsoft
Education Office 365.
Kata Kunci:
Strategi Blended Learning
Meningkatkan Mutu
Pembelajaran
Sekolah Menengah Atas
ABSTRACT
Keywords:
Blended Learning Strategy
Improving the Quality of
Learning
Senior High School
The purpose of this study is to find out how the Blended Learning strategy in
improving the quality of learning at SMA N 9 Binsus Manado. This research
uses the method of literature study. The results showed that the presence of the
industrial revolution era 4.0 is a challenge for the field of education. Entering
the era of the industrial revolution 4.0, educators (teachers) at all levels of
formal education, including junior and senior high schools, are required to
master the ability or expertise to adapt to new technology. This is intended to
improve the quality of existing learning by utilizing growing technology.
Blended Learning is one of the concepts of education 4.0 that can be used as a
form of educator strategy in improving the quality of learning in the era of the
industrial revolution 4.0, especially in fulfilling mastery of technology. Several
blended learning models that have currently been implemented by SMA N
Binsus Manado in order to improve the quality of learning include Google
Classroom; Social Media Whatsapp, Facebook and Telegram; Moodle; Zoom
Meeting; Edmodo and Microsoft Education Office 365.
©2024, Viktory N. J. Rotty, Bella F. Rambitan, Syerri Y. Sumual, Marisca A. B. Sadsuitubun,
Neiles Wakur.
This is an open access article under CC BY-SA license
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
917
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
1. Pendahuluan
Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta
didik melalui kegiatan dan tindakan alam bentuk pengajaran, bimbingan, dan pelatihan yang
akan berguna bagi mereka dalam peranannya di masa depan”. Setiap orang memerlukan
pendidikan, sebab melalui pendidikan, maka seseorang tersebut dapat mencapai impiannya
(Amrullah, 2019: 115).
Pendidikan merupakan salah satu indikator berkembangnya suatu negara atau bangsa,
sekaligus menjadi indikator maju atau tidaknya suatu bangsa dan negara (Umam, 2020: 65). Jika
tidak ada pendidikan, suatu bangsa dan negara akan tertinggal jauh dari bangsa dan negara lain
(Sujarwo, 2015: 6). Ditinjau dari Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah melahirkan anak-anak yang bertakwa,
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berakal budi, berakhlak mulia, cerdas, mampu
bekerja dan budi pekerti yang baik, mampu memenuhi segala kebutuhannya secara wajar, mudah
bergaul, terpelajar, mampu mengendalikan hawa nafsu, dan berkarakter.
Di Indonesia, hadirnya revolusi industri 4.0 menjadi tantangan utama bagi setiap lembaga
pendidikan supaya meningkatkan mutu pendidikannya. Lembaga pendidikan secara umum
terdiri dari dua, yakni 1) lembaga “pendidikan-formal dan 2) lembaga “pendidikan-
nonformal”. Pendidikan formal umumnya meliputi TK atau taman kanak-kanak/ taman bermain;
SD/ MI; SMP/ MTS; SMA/ MA/ Sekolah Kejuruan; serta Perguruan Tinggi. Sementara
pendidikan non-formal umumnya adalah lembaga pendidikan yang menekankan unsur
pengembangan (les privat) dan sejenisnya (Hasibuan & Rahmawati, 2019: 59). Memasuki era
revolusi industri 4.0, para pendidik (guru) di semua tingkatan pendidikan formal, termasuk
tingkatan SMP dan SMA dituntut menguasai kemampuan dan keahlian beradaptasi dengan
teknologi baru. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi yang semakin berkembang (Joseph, 2017: 183).
Literasi lama yang lebih mengandalkan pada pembelajaran yang hanya berbasis baca tulis,
kini di era 4.0 harus diperkuat dengan “literasi baru” yakni literasi teknologi. Literasi teknologi
sendiri merupakan kemampuan pendidik atau guru untuk memahami penggunaan dan
pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan. Menurut Risdianto, pendidikan berorientasi
literasi lama yang diperkuat dengan pendidikan literasi baru seringkali disebut sebagai blended
learning. Blended Learning dapat dijadikan sebagai bentuk strategi pendidik dalam upaya
peningkatan “mutu pembelajaran” di era 4.0 (Risdianto, 2019: 9).
Berangkat dari uraian di atas, maka literasi pendidikan yang berorientasi literasi lama yang
dilakukan dengan metode ceramah, kini harus diperkuat dengan pendidikan literasi baru yakni
dengan berbasis teknologi, sebab teknologi dapat membantu guru atau pendidik untuk menarik
minat belajar siswa, mempermudah belajar siswa, serta mempermudah kinerja guru dalam
melakukan proses belajar mengajar, sehingga diharapkan bisa meningkatkan mutu pembelajaran
itu sendiri. Tujuan penulisan artikel literatur review ini ialah untuk mengetahui bagaimana
Strategi Blended Learning dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
(Studi Kasus pada SMA N 9 Binsus Manado).
2. Metode
Pendekatan atau metode kepustakaan (library research) digunakan pada studi ini. Studi
kepustakaan yaitu studi yang menekankan pada pengumpulan data dengan cara mencari literatur
atau referensi yang berasal dari sumber-sumber pustaka seperti buku, jurnal, dokumen, dan
lainnya yang kemudian disusun secara sistematis (Supriyadi, 2016: 4).
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
918
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
3. Hasil dan Pembahasan
Sebagaimana diketahui, di dunia ini terdapat 4 fase revolusi industri Pertama, revolusi
industri 1.0 terjadi antara tahun 1750 dan 1850. Pada saat itu terjadi perubahan besar pada sektor
pertanian sehingga berdampak pada manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi,
serta berdampak besar pada lanskap sosial, ekonomi, dan budaya dunia. Ini dimulai di inggris
dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Dimulai dengan ditemukannya mesin uap sehingga
banyak produk yang bisa diproduksi di eropa begitu pula dengan perkembangan sektor
transportasi, komunikasi dan keuangan eropa. Inggris yang sebelumnya mengandalkan tenaga
hewan, beralih ke manufaktur mesin. Kedua, revolusi industri 2.0 Revolusi kedua terjadi pada
akhir abad ke-19, ketika mesin produksi mulai menggunakan listrik.
Revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan munculnya pembangkit listrik dan mesin
pembakaran dalam (combustion chamber). Penemuan ini menyebabkan munculnya telepon,
mobil, pesawat terbang, dll, dan sangat mengubah wajah dunia.
Munculnya teknologi digital dan Internet menandai dimulainya Revolusi Industri 3.0. Proses
revolusi industri dapat dilihat sebagai proses pemadatan ruang dan waktu. Penggunaan tenaga
komputer untuk otomasi pabrik dimulai pada tahun 1970. Pesatnya perkembangan sensor,
jaringan, dan analisis data memunculkan ide untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut
ke dalam berbagai sektor industri. Ide ini digadang-gadang akan menjadi revolusi industri
berikutnya.
Terakhir, Revolusi Industri 4.0 merupakan industri yang menggabungkan otomatisasi dan
teknologi cyber. Ini adalah tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur.
Termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT), komputasi awan, dan komputasi kognitif.
Seorang konsultan asal Jerman (Humaidi, 2019) meyakini bahwa Industri 4.0 merupakan
transformasi menyeluruh seluruh aspek produksi di industri dengan menggabungkan teknologi
digital dan internet dengan industri tradisional.
Menurut (Mubyarto & Sohibien, 2020), Revolusi Industri 4.0 akan memanfaatkan TI
(Teknologi Informasi) berupa Internet, CPS, IoT, IoS menjadi lebih efektif dan efisien, inovasi
baru dan lainnya secara optimal membawa perubahan. Menurut (Nulngafan & Khoiri, 2021)
menambahkan Revolusi Industri 4.0 memiliki empat prinsip desain. Pertama adalah jaringan
(konektivitas), kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk terhubung dan
berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP).
Prinsip ini memerlukan kolaborasi, keamanan, dan standar.
Kedua, transparansi informasi adalah kemampuan sistem informasi untuk menciptakan
salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor, seperti analisis
data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis meliputi: (a) Kemampuan sistem
pendukung untuk membantu masyarakat membuat keputusan yang tepat dan memecahkan
masalah mendesak dalam jangka pendek melalui kombinasi dan evaluasi informasi secara sadar.
(b) kemampuan sistem untuk membantu orang dalam melakukan tugas-tugas yang tidak nyaman,
melelahkan, atau berbahaya; (c) Termasuk alat bantu visual dan fisik. Keempat: Pengambilan
keputusan terdistribusi, kemampuan sistem fisik virtual untuk membuat keputusan sendiri dan
melakukan tugas seefisien mungkin.
Revolusi industri 4.0 ialah konsep diperkenalkan pertamakali oleh “Profesor Klaus
Schwab”, yakni seorang pakar ekonomi terkenal yang berasal dari Jerman. Beliau juga
merupakan penggagas World Economic Forum (WEF)”. Melalui bukunya yang berjudul The
Fourth Industrial Revolution”, Profesor Klaus Schwab mengatakan bahwa revolusi industri 4.0
mampu mengubah cara bekerja, cara hidup, dan cara interkasi manusia secara fundamental
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
919
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
(Lase, 2019). Revolusi industri 4.0 merubah cara hidup manusia, dimana proses kerja manusia
menjadi lebih mudah, terintegrasi dan cepat. Hal ini dikarenakan teknologi digital yang marak
berkembang di era 4.0 mengadopsi suatu aplikasi yang dapat melahirkan informasi secara
otomatis (Hamdan, 2018: 6). Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kemajuan teknologi
digital memberikan dampak yang “luar biasaterhadap kehidupan masyarakat di seluruh dunia,
termasuk di bidang ekonomi, pendidikan, hukum, sosial budaya dan lain sebagainya (Rosyada,
2014: 3).
Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0
Di Indonesia, hadirnya era revolusi industri 4.0 menjadi tantangan tersendiri bagi setiap
lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. Lembaga pendidikan secara
umum terdiri dari dua, yakni 1) lembaga pendidikan formal dan 2) lembaga pendidikan non-
formal. Pendidikan formal umumnya meliputi TK, SD/ MI; SMP/ MTS; SMA/ MA/ Sekolah
Kejuruan; serta Perguruan Tinggi. Sementara pendidikan non-formal umumnya adalah lembaga
pendidikan yang menekankan unsur pengembangan (les privat) (Hasibuan & Rahmawati, 2019:
59). Pendidikan pada era 4.0 memiliki tantangan yakni untuk segera beralih dari pendidikan 3.0
menuju pendidikan 4.0. Pendidikan 4.0 adalah sebuah “istilah” yang biasa digunakan oleh
ahli/pakar teori pendidikan untuk menjelaskan tentang cara pengintegrasian teknologi ke dalam
proses pembelajaran. Pendidikan 4.0 adalah wujud dari respon dunia pendidikan karena
munculnya revolusi industri 4.0, di mana pendidik dan teknologi dapat bekerjasama untuk
inovasi baru dalam pembelajaran yang bisa meningkatkan mutu pembelajaran (Hussain, 2014:
41).
Blended Learning
Blended Learning merupakan salah satu konsep pendidikan 4.0 yang dapat dijadikan
sebagai bentuk strategi pendidik dalam peningkatn mutu pendidikan Sekolah Dasar (SD) di era
“revolusi industri 4.0” khususnya dalam memenuhi penguasaan literasi data dan teknologi
(Rizaldy, Yohandes & Huda, 2018: 5). Blended learning merupakan suatu metode dimana siswa
diharapkan berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar sedangkan pendidik berperan
sebagai fasilitator dan fasilitator pembelajaran. Menurut Yoon & Lim, 2007 dalam (Mariyatul,
Dkk, 2022 : 8712), blended learning diterapkan dalam kombinasi pertemuan online dan tatap
muka, dimana pertemuan online menggunakan teknologi multimedia, CDROM, video
streaming, virtual classroom, email/conference call, dan teknologi online.
Ada banyak istilah tentang Blended learning. Maroop dan Embi menyatakan bahwa
Blended Learning ialah menggabungkan pembelajaran konvensional (bertatap muka) dengan
“pembelajaran berbasis teknologi”. Dengan kata lain, Blended learning ialah konsep yang
memadukan antara pembelajaran virtual (menggunakan teknologi) dengan pembelajaran fisik di
kelas (Maarop & Embi, 2016: 44). Blended learning juga seringkali didefinisikan sebagai
metode yang gabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran secara online
(Risdianto, 2019: 12). Beberapa kelebihan Blended Learning adalah sebagai berikut (Widiara,
2018: 54):
1. Pembelajaran bisa dilakukan di manapun dan kapan saja (termasuk di luar jam pelajaran)
dengan memanfaatkan sistem jaringan internet.
2. Siswa dapat mempelajari bahan ajar dari guru dengan leluasa, sebab dalam bldended learning
materi pembelajaran tersedia secara online.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
920
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
3. Pendidik atau guru bisa mengontrol dan mengelola pembelajaran yang dilakukan siswa
dengan mudah dan tidak terbatas pada waktu.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, Blended Learning juga mempunyai banyak
kekurangan, yakni (Widiara, 2018: 55):
1. Guru harus mempunyai kemampuan dan keterampilan cukup dan memadai dalam
menyelenggarakan pembelajaran Blended Learning.
2. Guru membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyiapkan materi dalam sistem online
3. Guru membutuhkan waktu lebih banyak untuk mengelola pembelajaran dalam sistem online.
4. Sarana dan prasarana Blended Learning yang miliki guru maupu siswa tidak merata.
5. Rendahnya pemahaman siswa dan guru mengenai teknologi.
Strategi Blended Learning dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wiyono (2015:1), terdapat banyak mata pelajaran di
Sekolah Menengah Atas yang sulit untuk dipahami siswa, seperti matematika, fisika dan kimia.
Dengan menggunakan pembelajaran berbasis teknologi, maka materi-materi pada mata pelajaran
tersebut akan mudah disampaikan kepada peserta didik. Selain itu, pembelajaran berbasis
teknologi akan memunculkan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran, seperti menampilkan
gambar, video, maupun animasi-animasi terkait materi yang mana hal ini dapat menciptakan
suatu pembelajaran yang “menarik”. Jika pembelajaran disampaikan secara menarik, maka siswa
atau peserta didik akan selalu antusias dalam mengikuti jalannya pembelajaran dan dengan
begitu akan mempermudah siswa atau peserta didik untuk menyerap inti materi yang diberikan.
Maka dari itu, pada era 4.0 ini pendidik atau guru di SMP maupun SMA harus menyiapkan
literasi baru atau oritentasi baru dalam konteks pembelajaran. Literasi lama yang lebih
mengandalkan pada pembelajaran yang hanya berbasis baca tulis, kini di era 4.0 harus diperkuat
dengan literasi baru” yakni literasi teknologi. Pembelajaran berorientasi literasi lama yang
diperkuat dengan pendidikan literasi baru seringkali disebut sebagai blended learning. SMA N 9
Binsus Manado merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas yang telah menerapkan beberapa
model pembelajaran campuran (blended learning, diantaranya adalah:
a. Google Classroom
Iftakhar (2016:12) Google Classroom dinilai sebagai berikut : Google Classroom is
considered as one of the leading stages out there for upgrading preceptors’ workflow. “it
gives a set of effective highlights that make it an perfect apparatus to utilize with
understudies” classroom makes a difference instructors spare time, keep classes organized,
and make strides communication with understudies. It’s accessible to anybody with Google
Apps for instruction, a free suite of efficiency devices counting Gmail, Drive, and Docs.
Google Classroom dianggap sebagai salah satu platform terbaik untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Google Classroom memiliki banyak fitur canggih yang menjadikannya alat
ideal untuk digunakan siswa. Google Classroom membantu gur menghemat waktu dan
mengatur pelajaran mereka, serta dapat meningkatkan komunikasi dengan siswa.
Google Classroom merupakan media pembelajaran berbasis jejaring sosial yang menunjang
proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran virtual, dimana Google Classroom
memberikan fasilitas untuk bertukar materi, berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman dan
guru serta menyelesaikan tugas secara online kapan saja dan dimana saja (Deviyanti dkk,
2020: 307).
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
921
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
Melalui Google Classroom, siswa menerima materi pembelajaran secara online, dan guru
dapat menyampaikan materi pembelajaran secara online tanpa bertemu langsung. Google
Classroom digunakan secara efektif di semua jenis mata pelajaran, Aplikasi ini mempunyai
fitur-fitur yang menarik karena memudahkan guru dalam memberikan materi pendidikan serta
menarik dan mudah dipelajari siswa sehingga tidak bosan dalam belajar. (Wicaksono dan
Rachmadyanti, 2017: 8).
b. Media Sosial Whatsapp, Facebook dan Telegram
Terdapat banyak Social Media yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran blended
learning, seperti Whatsapp, Facebook dan Telegram. Saat ini sebagian besar guru
menggunakan platform media sosial WhatsApp sebagai model pembelajaran blended
learning, karena banyak siswa dan orang tua yang menggunakan platfoam ini. Melalui
WhatsApp, guru bisa mengirimkan materi dalam bentuk audio maupun visual (gambar, video,
dan lainnya) atau dalam bentuk buku ajar (pdf). Melaui fitur voice note Whatsapp, guru juga
bisa memberikan penjelasan serta memberikan latihan soal atau instruksi. Bahkan, guru juga
bisa memberikan penilaian terhadap siswa melalui Whatsapp. Selain memudahkan guru
dalam memberikan materi, penggunaan aplikasi WhatsApp dalam pembelajaran juga
meningkatkan “motivasi belajar” siswa terhadap pelajaran sehingga hal ini dapat
meningkatkan mutu pembelajaran (Indaryani & Suliworo, 2018: 29).
Telegram juga menjadi media sosial yang banyak diintergrasikan oleh guru dalam proses
pembelajaran karena dapat mentimulus motivasi siswa dalam pembelajaran. Secara umum
Aplikasi Telegram tidak jauh berbeda dengan Aplikasi Whatsapp, namun penggunanya tidak
sebanyak pengguna Aplikasi Whatsapp. Sama seperti Whatsapp, Aplikasi Telegram mudah
diakses dan digunakan secara online. Telegram dapat digunakan sebagai platform diskusi
sebelum atau sesudah berlangsungnya pembelajaran tatap muka. Dengan menggunakan
aplikasi Telegram, siswa dapat mengembangkan interpretasi dan idenya sendiri serta
menemukan cara belajarnya sendiri. Fitur-fitur aplikasi telegram yang membantu siswa dalam
proses belajarnya antara lain fitur Reply, Mention, Hashtag, serta kemampuan mengirim
pesan berukuran besar (maksimum 1,5 GB per file) dan dengan berbagai jenis file (doc, zip,
mp3 dan lainnya) (Qamar dan Riyadi, 2018: 5).
Facebook juga seringkali dipilih oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Patria dan Yulianto (2011: 1) bahwa pada era digital saat ini,
banyak tersedia perangkat media sosial berbasis internet, pada umumnya dalam bentuk situs,
yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana interaksi jejaring sosial. Salah satu media sosial yang
paling populer sekarang ini adalah Facebook. Fitur-fitur Facebook sebagai media sosial dapat
dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan kegitan belajar mengajar (KBM), khususnya
pembelajaran online, antara lain fasilitas berbagai literatur/modul dengan diskusi interaktif
antar peserta didik yang tertata secara kronologis per topik. Adanya fasilitas pemberitahuan
(notification) untuk memberikan tanda serta Agenda yang disertai fungsi pengingat
(remainder) yang memungkinkan para peserta didik KBM dapat mengikuti perkembangan
KBM secara daring dan dapat memanfaatkannya untuk pembelajaran materi bimbingan
secara mandiri, sesuai dengan waktu dan kesempatan yang tersedia bagi masing-masing
peserta.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
922
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
c. Moodle
Moodle adalah tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi pada objek.
Moodle juga diartikan sebagai aplikasi yang dapat mengubah media pembelajaran ke dalam
bentuk web. Kelebihan pemanfaatan moodle dalam pembelajaran online adalah materi yang
disampaikan oleh pembelajar dapat diakses secara bersama-sama dengan pebelajar kapan pun
dan dimana pun Hal ini akan berimplikasi pada proses pembelajaran yang berlangsung secara
terus menerus, sehingga pebelajar yang masih kurang paham atas penjelasan pembelajar di
kelas luring dapat mengulangi kembali materi tersebut (Saputra dkk, 2022: 234).
Moodle merupakan aplikasi yang bisa menarik minat belajar siswa, yang juga membuat siswa
menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Moodle juga memudahkan guru dalam
menyusun bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa secara lebih menarik, membuat
peringkat, mengadakan diskusi, membuat pengumuman, mengadakan kuis online, dan lainnya
(Setyorini & Murniati, 2017: 157). Moodle dapat membantu siswa memahami materi
pelajaran yang diajarkan guru (Anggraeni, 2018: 61).
d. Zoom Meeting
Zoom Meeting menjadi salah satu dari sekian banyak perangkat lunak untuk video conference
yang ada. Zoom Meeting memungkinkan hingga 1000 peserta rapat untuk berpartisipasi
dalam forum secara bersama. Peran Zoom Meeting ini sangat penting bagi keberhasilan dan
keberlangsungan aktivitas pembelajaran sehari-hari. Fitur-fitur seperti antarmuka yang
gampang di pahami oleh semua orang, Jumlah peserta yang banyak, dan fitur seperti white
board yang terdapat pada Zoom Meeting ini semakin mendukung proses pembelajaran.
Terdapat juga fitur screen sharing yang memungkinkan peserta untuk berbagi layarnya
dengan seluruh peserta forum, hal ini juga menjadi nilai tambah dan keuntungan dalam
menggunakan software. Selain itu, zoom meeting memiliki fitur on-camera yang
memungkinkan peserta yang mengaktifkan fitur ini menunjukkan wajah mereka selama rapat
berlangsung. Untuk mengurangi tingkat kebocoran audio ketika rapat sedang berlangsung,
Zoom Meeting juga memiliki kemampuan untuk mematikan microphone bagi seluruh peserta
(Salsabela dkk, 2022: 152). Penggunaan aplikasi zoom meeting bisa menarik minat belajar
siswa karena melalui aplikasi ini guru bisa menampilkan video, gambar atau power point
(PPT) yang menarik (Zaenuri & Prastowo, 2021: 1738).
e. Edmodo
Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi dalam bidang pendidikan menjadi salah satu
sarana untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pemanfaatan teknologi dalam proses
pembelajaran banyak melahirkan konsep-konsep baru dalam pembelajaran berbasis IT atau
yang lebih dikenal e-learning. Banyak media e-learning yang dapat digunakan dalam
pembelajaran, salah satunya Edmodo. Edmodo adalah sebuah Learning Management
System (LMS) yang akan menghubungkan antara guru dan siswa (bahkan sampai orang tua)
untuk melakukan pembelajaran secara online yang bisa diakses secara gratis. Dengan
Edmodo, siswa diharapkan akan lebih berpartisipasi dalam pembelajaran dan tujuan belajar
yang sudah dirancang dapat tercapai. Penggunaan Edmodo secara luas juga diharapkan dapa
meningkatkan kompetensi belajar siswa agar lebih siap dalam menghadapi perkembangan
jaman yang semakin hari semakin maju. Edmodo menerapkan berbagai metode pembelajaran
seperti tugas mandiri, games, maupun diskusi (Pradana dan Ridwan, 2022: 1).
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
923
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
f. Microsoft Education Office 365
Office 365 merupakan kolaborasi dari berbagai perangkat lunak yaitu Microsoft Office,
Microsoft Sharepoint Online, Microsoft Exchange Online dan Microsoft Lync Online, yang
selalu terhubung dengan layanan cloud computing. Trisnawati dkk (2022:123) menyatakan
bahwa teknologi komputer berbasis sistem Cloud ini merupakan sebuah teknologi yang
menjadikan internet sebagai pusat server untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna.
Teknologi ini memungkinkan pengguna agar bis menjalankan program tanpa instalasi. Di
dalam aplikasi Office 365 pengguna dapat memanfaatkan fitur yang ada di dalamnya seperti
Word, Excel, PowerPoint, SWAY, Microsoft Teams untuk komunikasi antara pendidik dan
peserta didik di kelas virtual, dan Microsoft Form yang digunakan untuk penilaian. Office
365 untuk pendidik dan peserta didik dapat diinstalasi secara gratis di playstore atau appstore.
4. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada artikel ini, dapat diambil kesimpulan bahwa hadirnya era
revolusi industri 4.0 menjadi tantangan tersendiri bagi bidang pendidikan. Memasuki era
revolusi industri 4.0, para pendidik (guru) di semua tingkatan pendidikan formal, termasuk SMP
dan SMA dituntut menguasai kemampuan atau keahlian beradaptasi dengan teknologi baru. Hal
ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang ada dengan pemanfaatan
teknologi yang semakin berkembang. Blended Learning merupakan salah satu konsep
pendidikan 4.0 yang dapat dijadikan sebagai bentuk strategi pendidik dalam meningkatkan mutu
pembelajaran di era revolusi industri 4.0 khususnya dalam memenuhi penguasaan teknologi.
Beberapa model pembelajaran campuran (blended learning) yang saat ini telah diterapkan oleh
SMA N 9 Binsus Manado dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran antara lain Google
Classroom; Media Sosial Whatsapp, Facebook dan Telegram; Moodle; Zoom Meeting; Edmodo
dan Microsoft Education Office 365.
5. Daftar Pustaka
Amrullah, A. K. (2019). Metode Mengajar dalam Perspektif Islam. Jurnal Kajian Pendidikan
Agama Islam, 114-130.
Anggraeni, D. M. (2018). E-Learning Moodle, Media Pembelajaran Fisika Abad 21. Jurnal
Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika, 57-65.
Deviyanti., Ekawarna dan Yantoro. 2020. Pengembangan Media E-Learning Berbasis Google
Classroom Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas
Xi Di Sma Unggul Sakti Jambi. JMPIS. 1 (1): 303-316.
Hamdan. (2018). Industri 4.0: Pengaruh Revolusi Industri pada Kewirausahaan Demi
Kemandirian Ekonomi. Jurnal Nusamba, 1-8.
Hasibuan, A. T., & Rahmawati. (2019). Sekolah Ramah Anak Era Revolusi Industri 4.0 di SD
Muhammadiyah Pajangan 2 Berbah Yogyakarta. Jurnal Al Bidayah, 50-76.
Hussain, F. (2014). E-LEarning 3.0: E-Learning 2.0 + Web 3.0? IOSR: Journal of Research and
Method in Education , 39-47.
Indaryani, E., & Suliworo, D. (2018). Dampak Pemanfaatan Whatsapp dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar SIswa pada Pelajaran Fisika. Prosiding Seminar Nasional Kuantum, 25-
31.
Joseph, E. A. (2017). Robot-Proof: Higher Education in the Age of Artificial Intelligence.
Journal of Education to Teaching, 181-183.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 916-924
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
924
Viktory N. J. Rotty et.al (Literatur Review: Strategi Blended Learning.)
Lase, D. (2019). Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Sunderman, 28-43.
Maarop, A. H., & M, A. Embi. (2016). Implementation of Blended Learning in Higher Learning
Institutions: A Review of Literature. International Education Studies, 41-52.
Patria, L dan K. Yulianto. 2011. Pemanfaatan Facebook untuk Menunjang Kegiatan Belajar
Mengajar Online Secara Mandiri. Jurnal Ilmiah Fmipa. 1 (1): 1-14.
Putriani, J. D., & Hudaidah, H. (2021). Penerapan Pendidikan Indonesia Di Era Revolusi
Industri 4.0. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(3), 830-838.
Pradana, G dan M. Ridwan. 2022. Pengaruh Penggunaan Edmodo sebagai Media Pembelajaran
E-Learning. 3 (1): 1-10.
Qamar, K dan S, Riyadi, 2018. Efektivitas Blended Learning Menggunakan Aplikasi Telegram.
At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah. 7 (1): 1-15.
Qiptiyah, M., Warsono, W., & Prasetya, S. P. (2022). Analisis Pengaruh Strategi Digital
Learning dan Blended Learning terhadap Prestasi ditinjau dari Perbedaan Gaya Belajar
Peserta didik di SMPIT. Jurnal Basicedu, 6(5), 8711-8719.
Risdianto, E. (2019). Kepemimpinan dalam Dunia Pendidikan di Indonesia di Era Revolusi
Industri 4.0. Jurnal Universitas Bengkulu, 1-13.
Rizaldy, D., P. Yohanes & S. Huda (2018). Metode Pembelajaran Blended Learning sebagai
Solusi dalam Menghadapi Reposisi Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Seminar
Nasional Edusaintek FMIPA UNIMUS, 1-7.