Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
886
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
Work-family conflict, social support, psychological well-
being, dan emotional fatigue pada wanita pekerja
Nadia Riski
a,1
, Yurice Betrix Ticoalu
b,2
a,b
Magister Profesi Klinis, Universitas Persada Indonesia (YAI), Indonesia
1
nadiariski90[email protected];
2
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 24 Januari 2024
Direvisi: 1 Februari 2024
Disetujui: 26 Februari 2024
Tersedia Daring: 8 April 2024
Penelitian ini mengkaji dampak dari Work-family conflict, social support,
psychological well-being, dan emotional fatigue pada wanita pekerja
berdasarkan tinjauan literatur terdahulu. Hasil analisis menunjukkan bahwa
work-family conflict yang dialami wanita pekerja dapat menyebabkan
penurunan kinerja di tempat kerja dan kualitas interaksi dalam keluarga.
Namun, social support yang tinggi dapat membantu mengurangi tingkat
kelelahan emosional dan meningkatkan kepuasan hidup wanita pekerja.
Selain itu, psychological well-being yang tinggi dapat dicapai dengan
dukungan penuh dari lingkungan sekitar, sementara emotional fatigue dapat
berkurang dengan peningkatan dukungan sosial dan manajemen konflik
yang efektif antara pekerjaan dan keluarga. Oleh karena itu, penting bagi
perusahaan dan keluarga untuk memberikan dukungan yang cukup kepada
wanita pekerja untuk mengatasi work-family conflict dan meningkatkan
kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Kata Kunci:
Konflik pekerjaan-keluarga
Dukungan sosial
Kesejahteraan psikologis
Kelelahan emosional
Pekerja wanita
ABSTRACT
Keywords:
Work-family conflict
Social support
Psychological well-being
Emotional fatigue
Female workers
This study examines the impact of work-family conflict, social support,
psychological well-being, and emotional fatigue among female workers based
on a review of previous literature. The analysis reveals that work-family
conflict experienced by female workers can lead to decreased workplace
performance and quality of family interactions. However, high social support
can help reduce emotional fatigue and increase life satisfaction among female
workers. Moreover, high psychological well-being can be achieved with full
support from the surrounding environment, while emotional fatigue can be
alleviated through increased social support and effective conflict management
between work and family. In conclusion, it is important for companies and
families to provide adequate support to female workers to address work-family
conflict and enhance their overall well-being.
©2024, Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Setiap manusia akan terus mengalami perkembangan di dalam kehidupannya, seperti
layaknya siklus kehidupan yang diawali dengan tahapan usia bayi hingga usia lansia.
Perkembangan tersebut tentunya melewati satu siklus tahapan usia dewasa dengan rentang
usia 20 65 tahun, dimana di tahapan usia ini manusia mulai bereksplorasi pada kehidupannya
mulai dari pendidikan, karir, hingga pernikahan (Juniarly et al., 2021). Pada tahap usia
dewasa, berbagai perubahan juga terjadi di dalam kehidupannya bahkan tidak sedikit manusia
yang mengalami perubahan pola aktifitas dan beban tanggung jawab yang memicu terjadinya
stress.
Perbedaan gender antara pria dan wanita terutama di usia dewasa cenderung
menghasilkan pola pikiran dan psikologis yang juga jauh berbeda. Pada perspektif teori nature
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
887
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
menyatakan bahwa perbedaan biologis pada gender pria dan wanita terletak pada perilaku
serta karakteristiknya. Wanita cenderung lebih menyadari emosinya daripada laki-laki,
sehingga perempuan seringkali menjadi subyek tekanan sosial. Meskipun tekanan sosial yang
dialami wanita lebih tinggi dibandingkan pria, namun wanita lebih mampu untuk memotivasi
dirinya, memprioritaskan kerjasama kelompok dan kepedulian kepada lingkungannya
dibandingkan mengedepankan egonya. Pernyataan ini menjelaskan bahwa wanita memiliki
ketrampilan sosial yang lebih baik dibandingkan dengan pria, namun dampak negatifnya yaitu
wanita dua kali lebih terdepresi dibandingkan dengan pria. Depresi pada wanita akan timbul
ketika dirinya mengalami situasi negatif yang berulang kali, tekanan dan tuntutan yang besar,
ditambah lagi dengan peran wanita yang memiliki beban tanggung jawab akan kesejahteraan
keluarganya (Sovitriana, 2020). Wanita yang menjalankan peran ganda di dalam keluarga,
tentunya akan lebih mudah mengalami tingginya work-family conflict, rendahnya
psychological well-being, tingginya emotional fatigue, apalagi kurang mendapatkan social
support dari orang-orang sekitarnya. Oleh sebab itu, melalui penelitian ini akan dikaji secara
menyeluruh berdasarkan beberapa sumber peneliti terdahulu untuk menemukan bentuk dan
dampak work-family conflict, social support, psychological well-being, dan emotional fatigue
yang dirasakan oleh wanita pekerja.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dibentuk untuk menganalisa secara mendalam
tentang work-family conflict, social support, psychological well-being, dan emotional fatigue
pada wanita pekerja berdasarkan beberapa penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana work-family conflict yang dirasakan oleh wanita pekerja dapat berdampak dalam
kehidupannya?
2. Bagaimana social support yang dibutuhkan oleh wanita pekerja?
3. Bagaimana psychological well-being yang dapat dirasakan oleh wanita pekerja?
4. Bagaimana emotional fatigue yang dirasakan oleh wanita pekerja dapat berdampak dalam
kehidupannya?
Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan yang dapat dicapai setelah melakukan review pada beberapa penelitian
terdahulu di antaranya:
1. Untuk mengetahui dampak work-family conflict yang dimiliki oleh wanita pekerja dalam
kehidupannya.
2. Untuk mengetahui kebutuhan social support pada wanita pekerja.
3. Untuk mengetahui psychological well-being yang dapat dicapai oleh wanita pekerja.
4. Untuk mengetahui dampak emotional fatigue yang dimiliki oleh wanita pekerja dalam
kehidupannya.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Pembahasan pada penelitian ini akan memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana
work-family conflict, social support, psychological well-being, dan emotional fatigue pada
wanita pekerja.
2. Manfaat Teoritis
Teori-teori pendukung dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan work-family conflict, social support, psychological well-
being, dan emotional fatigue.
Tinjauan Pustaka
Work-Family Conflict
Pekerjaan dan keluarga merupakan dua domain kehidupan yang penting dalam hidup
manusia dan saling bergantu satu dengan lainnya, namun pada penerapan fungsinya
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
888
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
bergantung kepada masing-masing individu (Loscalzo et al., 2019). Work-family conflict
merupakan gangguan negatif yang dirasakan seseorang antara pekerjaan dengan keluarga
karena ditemukannya tuntutan pada kedua domain yang proporsinya kurang seimbang
sehingga membentuk emosi dan perasaan tertekan pada salah satu domain. Work-family
conflict memiliki anteseden dan konsekuensi yang berbeda, dapat dikonseptualisasikan sebagai
terpisah namun tetap berkaitan satu dengan lainnya, karena salah satu domain dapat
memberikan efek negatif bagi domain lainnya, seperti keterlibatan kelurga yang berdampak
negatif pada pekerjaan (Family-Work Conflict) atau pekerjaan berdampak negatif pada
keluarga (Work-Family Conflict) (Haslam et al., 2014).
Work-family conflict sering dirasakan oleh wanita pekerja yang membuat berkembangnya
persepsi negatif tentang pekerjaannya, karena ketika work-family conflict mulai dirasakan
maka saat berada di rumah perempuan pekerja akan merasa sangat lelah sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan dan tanggung jawabnya di dalam keluarga, bahkan seringnya
menyalahkan pekerjaan mereka di perusahaan sebagai sumber kelelahan. Work-family conflict
yang terjadi tentunya dapat menurunkan kinerja perempuan di perusahaan karena peningkatan
kelelahan emosional dan permusuhan kompetitif dalam perusahaan karena sulitnya
dikendalikan (De Clercq et al., 2022). Work-family conflict yang dialami perempuan pekerja
dapat diukur dengan beberapa aspek diantaranya (Haslam et al., 2014):
1. Family-to-work Conflict
a. Prestasi kerja saya menurun saat saya berkomitmen pada keluarga.
b. Saat komitmen pekerjaan dan keluarga berbenturan, maka saya memenuhi komitmen
kerja terlebih dahulu.
c. Di penghujung hari, saya terlalu lelah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga
d. Komitmen dengan keluarga saya menghentikan saya untuk menghabiskan banyak waktu
di tempat kerja
e. Keluarga saya memberikan dampak negatif pada kehidupan saya sehari-hari
2. Work-to-family Conflict
a. Pekerjaan mencegah saya untuk menghabiskan waktu berkualitas yang cukup bersama
keluarga.
b. Saya tidak memiliki waktu tersisa di penghujung hari untuk melakukan hal-hal yang saya
inginkan di rumah
c. Saya sering terganggu oleh pikiran tentang pekerjaan saya, ketika saya menghabiskan
waktu bersama keluarga
d. Saya sering menyelesaikan pekerjaan diluar jam kerja
e. Keluarga saya kehilangan saya karena komitmen pekerjaan saya
3. Parental Confidence
a. Jika saya tidak bekerja, maka saya akan menjadi pasangan atau orang tua yang lebih baik
b. Jika saya tidak memiliki keluarga, maka saya akan menjadi karyawan yang lebih baik
c. Jika saya bisa lebih santai di rumah, maka saya tidak akan stress dan mudah tersinggung
di tempat kerja
4. Coercive Parenting
a. Bekerja sering membuat saya mudah tersinggung dan mudah marah di rumah
b. Saya sering tiba di tempat kerja terlambat atau dengan suasana hati yang buruk karena
kejadian di rumah
c. Saya sulit berkonsentrasi saat bekerja karena begitu lelah dengan tanggung jawab
keluarga
Social Support
Kelelahan secara emosional sering dikaitkan dengan ketidakpuasan terhadap pencapaian.
Ketidakpuasan ini membentuk burnout yang berdampak buruk pada kesehatan. Kelebihan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
889
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
beban kerja, jam kerja yang panjang, tekanan waktu, konflik peran, dan rasa yang tidak aman
sangat berkontribusi pada kelelahan yang dirasakan terutama pada wanita pekerja. Tingkat
kelelahan yang tinggi mampu menimbulkan kecemasan dan depresi. Pada kondisi seperti ini
tentunya wanita pekerja memerlukan social support yang besar dari lingkungan sekitarnya
terutama keluarga. Social support yang tinggi akan menghasilkan penurunan pada tingkat
kelelahan (Ruisoto et al., 2021). Social support yang diberikan secara langsung akan mampu
memberikan efek positif pada kepuasan kehidupan wanita pekerja. Social support dapat
berbentuk bantuan, pengakuan, persetujuan, saran, uang, maupun dukungan lainnya yang
bersumber dari suami, pacar, keluarga, teman, maupun lingkungan sekitar lainnya. Wanita
pekerja yang merasakan social support yang tinggi mempercayai bahwa mereka sangat
dicintai, dihargai, dan diakui (Juniarly et al., 2021). Tinggi rendahnya social support yang
dirasakan oleh wanita pekerja dapat diukur dengan aspek berikut (Sarafino & Smith, 2011):
1. Emotional Support
a. Saya mendapatkan kasih sayang dan empati dari keluarga dan lingkungan sekitar
b. Saya merasa diperdulikan
c. Saya mendapatkan kenyaman karena dihargai dan diperhatikan
d. Saya dicintai oleh pasangan dan keluarga
2. Instrumental Support
a. Saya mendapat bantuan tenaga dan dukungan positif
b. Saya mendapat bantuan keuangan
c. Saya sering mendapatkan bingkisan atau hadiah
3. Information Support
a. Saya mendapatkan nasehat ketika saya kebingungan atau berbuat salah
b. Saya sering mendapatkan motivasi
c. Saya sering mendapatkan sugesti positif
d. Saya mudah mendapatkan informasi yang saya butuhkan karena banyak yang
memberikan informasi.
e. Saya mendapatkan saran sebelum mengambil keputusan
4. Reward Support
a. Saya mencintai dan menghargai diri saya sendiri
b. Saya dihormati dan dihargai orang lain
c. Saya selalu mendapatkan penilaian positif
d. Saya sering mendapatkan hadiah dan pujian
Psychological Well-Being
Psychological Well-Being akan dapat dirasakan jika wanita pekerja mendapatkan
dukungan penuh dari sekitarnya. Psychological Well-Being merupakan konstruksi perasaan
positif secara luas bersumber dari penyesuaian psikologis, diantaranya harga diri yang tinggi,
pengaruh positif dari lingkungan sekitar, maupun kepuasan hidup. Tempat kerja yang dimiliki
oleh wanita pekerja juga memainkan peranan penting dalam menentukan psychological well-
being, karena pekerjaan dengan resiko tinggi dapat menghasilkan kerentanan pada perasaan
stress, traumatis, kelelahan, maupun depresi yang meningkatkan ketidakhadiran di tempat
kerja. Psychological Well-Being yang tinggi di tempat kerja mampu menghasilkan wanita
pekerja dengan kesehatan mental yang baik, kepuasan kerja, produktivitas, etika professional,
dan loyalitas tinggi (Sulaikah et al., 2021). Psychological Well-Being secara umum terbagi
menjadi dua perspektif yaitu (Efi & Parahyanti, 2021):
1. Hedonis, yang fokus kepada tingginya perasaan positif dan berkurangnya perasaan negatif,
serta evaluasi kognitif kepuasan hidup.
2. Eudaimonic, yang fokus kepada pemenuhan potensi seseorang melalui aktualisasi diri,
kebersamaan, dan pengembangan pribadi.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
890
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa ketika wanita pekerja mengalami peningkatan
psychological well-being positif maka akan mengalami peningkatan sumber daya, sedangkan
peningkatan psychological well-being negatif akan berdampak pada penurunan sumber daya
sehingga mengakibatkan stress hingga depresi (Efi & Parahyanti, 2021). Psychological Well-
Being yang dirasakan oleh wanita pekerja dapat diukur dengan aspek berikut (Huang et al.,
2019):
1. Positive effect
a. Saya bahagia dengan pekerjaan saya
b. Produktivitas kerja saya lebih tinggi
c. Saya berusaha memberikan yang terbaik untuk perusahaan tempat saya bekerja
d. Saya merasakan semangat setiap berangkat bekerja
2. Lack of negative effect
a. Tingkat stress saya rendah di tempat kerja
b. Saya tidak merasakan trauma apapun di tempat kerja saat ini
c. Saya selalu bersemangat saat bekerja
d. Tubuh saya tidak mudah lelah meskipun banyak pekerjaan
3. Life satisfaction
a. Saya bahagia dengan pencapaian kerja saat ini
b. Saya puas dengan kehiduapan dan pekerjaan saya
c. Saya memiliki harga diri yang tinggi
d. Saya tidak akan membiarkan perasaan negatif mempengaruhi pekerjaan saya
Emotional Fatigue
Emotional fatigue sangat berkaitan erat dengan rendahnya psychological well-being,
karena emotional fatigue merupakan perasaan kelelahan yang ditimbulkan karena sumber daya
emosional telah habis karena menangani stress yang berlebihan sehingga memerlukan sumber
daya yang besar dari dalam diri. Depersonalisasi dan berkurangnya perasaan pencapaian
wanita pekerja akan menghasilkan kelelahan yang bersumber dari kejenuhan dan ketegangan
psikologis. Emotional fatigue menjadi permasalahan kesehatan psikologis terutama bagi
wanita pekerja karena berkurangnya waktu untuk memenuhi hak pribadi yang berdampak pada
depresi hingga bunuh diri. Tuntutan pekerjaan, rendahnya dukungan sosial dan self-efficacy
yang dimiliki wanita pekerja membentuk emotional fatigue yang berdampak pada penurunan
kinerja wanita pekerja (Meyer et al., 2021). Faktor organisasi seperti kebijakan tenaga kerja,
kondisi lingkungan kerja, dukungan interpersonal, kepemimpinan, dan manajemen di tempat
kerja mampu mempengaruhi beban kerja, stress, dan emotional fatigue yang dirasakan oleh
wanita pekerja. Kontrol pekerjaan yang rendah ditambah dukungan sosial yang juga rendah
akan berdampak pada resiko dimensia yang lebih tinggi, sehingga jika wanita pekerja
merasakan emotional fatigue yang tinggi dapat diatasi dengan keterlibatan dan tuntutan kerja
yang lebih rendah, gaya hidup yang lebih sehat seperti tidur yang cukup, berolah raga, serta
tidak merokok, ditambah dengan kemampuan kerja yang tinggi untuk mengurangi waktu
bekerja (Hsu, 2019). Oleh sebab itu, untuk mengetahui tingkat emotional fatigue yang
dirasakan wanita pekerja dapat diukur dengan aspek berikut (Hsu, 2019):
1. Demographics
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Pekerjaan
d. Pendidikan
2. Resilience
a. Saya senang terlibat dalam banyak pekerjaan
b. Saya dapat mengatasi tuntutan pekerjaan yang tinggi
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
891
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
c. Saya mampu mengendalikan perasaan negatif ketika bekerja
3. Personality
a. Saya suka berpikir praktis
b. Saya dapat menyingkirkan perasaan negatif yang mengganggu diri saya
c. Saya kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dalam bekerja
4. Self-efficacy
a. Saya mencintai diri saya
b. Saya bersyukur menjadi diri saya
c. Saya dapat mengerjakan banyak pekerjaan dan selesai tepat waktu
5. Coping Styles
a. Saat saya merasa lelah dan jenuh dengan pekerjaan, maka saya akan pergi untuk
berkumpul dengan teman dan keluarga
b. Saya sering pergi ke tempat relaksasi untuk memanjakan diri
c. Saya akan menonton film kesukaan saya untuk membuat pikiran dan tubuh saya lebih
baik
2. Metode
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitataif deskriptif karena fokus memaparkan
berbagai penelitian terdahulu yang berisi tentang bentuk dan dampak dari work-family conflict,
social support, psychological well-being, dan emotional fatigue pada wanita pekerja,
sedangkan sumber datanya diperoleh dari rangkaian jurnal terdahulu.
Teknik Analisa Data
Sesuai dengan tujuan penelitian maka teknik analisa yang digunakan adalah literature
review yang membahas secara terperinci hasil beberapa penelitian terdahulu lalu
mengaitkannya satu dan lainnya.
3. Hasil dan Pembahasan
Work-Family Conflict Pada Wanita Pekerja
Work-family conflict merupakan gangguan negatif yang dirasakan seseorang antara
pekerjaan dengan keluarga karena ditemukannya tuntutan pada kedua domain yang
proporsinya kurang seimbang sehingga membentuk emosi dan perasaan tertekan pada salah
satu domain (Haslam et al., 2014). Work-family conflict sering dirasakan oleh wanita pekerja
yang membuat berkembangnya persepsi negatif tentang pekerjaannya, karena ketika work-
family conflict mulai dirasakan maka saat berada di rumah perempuan pekerja akan merasa
sangat lelah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dan tanggung jawabnya di dalam
keluarga, bahkan seringnya menyalahkan pekerjaan mereka di perusahaan sebagai sumber
kelelahan (De Clercq et al., 2022).
Wanita pekerja yang beresiko mengalami work-family conflict akan memiliki potensi
berdampak negatif pada kedua domain (pekerjaan dan keluarga) sehingga berdampak negatif
juga pada perkembangan dan penyesuaian anak. Bagi perempuan yang bekerja yang
mengalami Family-Work Conflict atau Work-Family Conflict secara signifikan berkaitan
dengan pola asuh koersif dan tingkat keparahan pada permasalahan perilaku anak (Haslam et
al., 2014). Efek mediasi antara pekerjaan dan keluarga, dengan stress yang dirasakan oleh
wanita pekerja akan mempengaruhi kesehatan mentalnya, sehingga untuk mengatasi kesehatan
mentalnya sebagai konsekuensi atas work-family conflict yang dirasakannya maka perlu
meningkatkan regulasi emosi dan manajemen stress (Zhou et al., 2018). Selain itu wanita yang
mengalami work-family conflict disarankan untuk mengatur jadwal dan menentukan waktu
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
892
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
bersama keluarga dengan meningkatkan aktivitas berpergian bersama keluarga (Juniarly et al.,
2021).
Social Support Pada Wanita Pekerja
Pada kondisi kelelahan psikologi yang dirasakan oleh wanita pekerja dapat diatasi dengan
memperoleh social support yang besar dari lingkungan sekitarnya terutama keluarga. Social
support yang tinggi akan menghasilkan penurunan pada tingkat kelelahan (Ruisoto et al.,
2021). Social support yang diberikan secara langsung akan mampu memberikan efek positif
pada kepuasan kehidupan wanita pekerja, seperti berbentuk bantuan, pengakuan, persetujuan,
saran, uang, maupun dukungan lainnya yang bersumber dari suami, pacar, keluarga, teman,
maupun lingkungan sekitar lainnya. Bentuk dukungan yang dapat diberikan pasangan kepada
wanita pekerja adalah dengan menyediakan barang yang disukai untuk mendukung
semangatnya bekerja atau membantu pekerjaannya yang mendekati dead-line. Selain itu
perusahaan tempat wanita bekerja sebaiknya membuat batasan pekerjaan pada wanita yang
telah memiliki anak, sehingga para wanita dapat memainkan dengan lebih baik antara
pekerjaan dan keluarga (Juniarly et al., 2021). Faktanya social support yang diberikan kepada
wanita pekerja secara signifikan mampu memberikan penekanan pada efek kelelahan
psikologis yang bervariasi diantaranya simtomatologi somatik dan kecemasan pada disfungsi
sosial atau psikologi. Selain itu manfaat memberikan social support kepada wanita pekerja
akan mengurangi sumber stress karena konflik peran, ambiguitas, atau ketidakseimbangan di
lingkungan kerja, meningkatkan kemampuan dalam strategi coping terutama bagi wanita
pekerja yang memiliki neurotisisme tinggi (Ruisoto et al., 2021).
Psychological Well-Being Pada Wanita Pekerja
Psychological Well-Being akan dapat dirasakan jika wanita pekerja mendapatkan
dukungan penuh dari sekitarnya. Psychological Well-Being yang tinggi di tempat kerja mampu
menghasilkan wanita pekerja dengan kesehatan mental yang baik, kepuasan kerja,
produktivitas, etika professional, dan loyalitas tinggi (Sulaikah et al., 2021). Wanita pekerja
dengan work-family conflict memiliki skor yang tinggi terhadap kelelahan dibandingkan
dengan pria sehingga berdampak pada penurunan psychological well-being (Huang et al.,
2019). Pada wanita pekerja yang menghadapi work-family conflict dengan anak berusia
dibawah 13 tahun membutuhkan dukungan penuh dari pasangan untuk dapat meningkatkan
psychological well-being yang dimiliki, sehingga perlu berbagi dengan pasangan untuk
mencari nafkah ganda agar dapat meredam hal-hal negatif sebagai efek dari tekanan
ketegangan yang dihadapi wanita pekerja dengan work-family conflict (Efi & Parahyanti,
2021). Selain itu, agar psychological well-being wanita pekerja meningkat maka perlunya
menyediakan fasilitas pengasuhan anak, pekerjaan rumah tangga, desain pekerjaan yang
memungkinkan peningkatan otonomi, dan egaliter pendekatan untuk berbagi beban dalam
rumah tangga seperti mencari nafkah ganda antara suami dan istri (Meyer et al., 2021).
Emotional Fatigue Pada Wanita Pekerja
Emotional fatigue sangat berkaitan erat dengan rendahnya psychological well-being,
karena emotional fatigue merupakan perasaan kelelahan yang ditimbulkan karena sumber daya
emosional telah habis karena menangani stress yang berlebihan sehingga memerlukan sumber
daya yang besar dari dalam diri. Emotional fatigue menjadi permasalahan kesehatan psikologis
terutama bagi wanita pekerja karena berkurangnya waktu untuk memenuhi hak pribadi yang
berdampak pada depresi, penurunan kinerja, hingga terjadinya bunuh diri (Meyer et al., 2021).
Emotional fatigue pada pekerja ditandai dengan penurunan kapasitas aktivitas fisik atau
mental karena ketidakseimbangan, pemanfaatan, maupun pemulihan sumber daya untuk
melakukan aktivitas, sehingga sumber daya ini harus terus diisi ulang untuk mendukung setiap
aktivitas karena kelelahan dapat terjadi karena matinya keseimbangan sistem terutama dalam
diri wanita pekerja (Aaronson et al., 1999). Emotional fatigue yang dirasakan wanita pekerja
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
893
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
berawal dari tuntutan antara keluarga dan pekerjaan yang memicu terjadinya work-family
conflict. Bagi wanita yang memiliki emosi negatif pada kehidupan keluarganya, cenderung
memiliki kinerja yang tinggi di perusahaannya. Namun setiap wanita pekerja pasti akan terus
berupaya untuk menghadapi resiko situasi yang sulit saat di rumah tetapi tidak ingin
mengorbankan kinerj di perusahaannya sehingga konflik ini mengakibatkan penurunan
psychological well-being yang lebih jauh lagi (De Clercq et al., 2022).
4. Kesimpulan
Wanita pekerja dengan work-family conflict akan memberikan banyak dampak dalam
kehidupannya, diantaranya meningkatnya emotional fatigue dan penurunan psychological
well-being yang lebih jauh lagi, sehingga perlunya diberikan social support yang tinggi seperti
menyediakan barang yang disukai untuk mendukung semangatnya bekerja atau membantu
pekerjaannya yang mendekati dead-line. Selain itu perusahaan tempat wanita bekerja
sebaiknya membuat batasan pekerjaan pada wanita yang telah memiliki anak terutama
dibawah 13 tahun, sehingga para wanita dapat memainkan dengan lebih baik antara pekerjaan
dan keluarga.
5. Daftar Pustaka
Aaronson, L. S., Teel, C. S., Cassmeyer, V., Neuberger, G. B., Pallikkathayil, L., Pierce, J.,
Press, A. N., Williams, P. D., & Wingate, A. (1999). Defining and measuring fatigue.
Journal of Nursing Scholarship, 31(1), 4550. https://doi.org/10.1111/j.1547-
5069.1999.tb00420.x
De Clercq, D., Kaciak, E., & Thongpapanl, N. (2022). Work-to-family conflict and firm
performance of women entrepreneurs: Roles of work-related emotional exhaustion and
competitive hostility. International Small Business Journal: Researching
Entrepreneurship, 40(3), 364384. https://doi.org/10.1177/02662426211011405
Efi, G. O., & Parahyanti, E. (2021). Predictors of Workplace Well-Being for Dual-Earner
Couples During Covid-19 Pandemic. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP),
7(1), 33. https://doi.org/10.22146/gamajop.59844
Haslam, D., Filus, A., Morawska, A., Sanders, M. R., & Fletcher, R. (2014). The WorkFamily
Conflict Scale (WAFCS): Development and Initial Validation of a Self-report Measure of
WorkFamily Conflict for Use with Parents. Child Psychiatry and Human Development,
46(3), 346357. https://doi.org/10.1007/s10578-014-0476-0
Hsu, H. C. (2019). Age differences in work stress, exhaustion, well-being, and related factors
from an ecological perspective. International Journal of Environmental Research and
Public Health, 16(1). https://doi.org/10.3390/ijerph16010050
Huang, S. L., Li, R. H., Fang, S. Y., & Tang, F. C. (2019). Well-being: Its relationship with
work-to-family conflict and burnout among males and females. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 16(13).
https://doi.org/10.3390/ijerph16132291
Juniarly, A., Pratiwi, M., Purnamasari, A., & Nadila, T. F. (2021). Work-Family Conflict,
Social Support and Marriage Satisfaction on Employees At Bank X. Jurnal Psikologi,
19(4), 343356. https://doi.org/10.14710/jp.19.4.343-356
Loscalzo, Y., Raffagnino, R., Gonnelli, C., & Giannini, M. (2019). WorkFamily Conflict
Scale: Psychometric Properties of the Italian Version. SAGE Open, 9(3).
https://doi.org/10.1177/2158244019861495
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 886-894
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
894
Nadia Riski, Yurice Betrix Ticoalu (Work-family conflict, social support, .)
Meyer, B., Zill, A., Dilba, D., Gerlach, R., & Schumann, S. (2021). Employee psychological
well‐being during the COVID‐19 pandemic in Germany A longitudinal. International
Journal of Psychology, 56(4), 532550.
Ruisoto, P., Ramírez, M. R., García, P. A., Paladines-Costa, B., Vaca, S. L., & Clemente-
Suárez, V. J. (2021). Social Support Mediates the Effect of Burnout on Health in Health
Care Professionals. Frontiers in Psychology, 11(January), 18.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.623587
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.
United States of America: John Willey & Sons.
Sulaikah, S., Maharani, A., & Hidayah, Z. (2021). Peran Kesejahteraan Psikologis, Dukungan
Sosial Sebagai Mediasi Dalam Pengaruh Pengalaman Kerja Dan Kompetensi Manajerial
Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 7(3).
https://doi.org/10.36312/jime.v7i3.2318
Zhou, S., Da, S., Guo, H., & Zhang, X. (2018). Work-family conflict and mental health among
female employees: A sequential mediation model via negative affect and perceived
stress. Frontiers in Psychology, 9(APR), 110. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.00544