Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
874
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
Pengembangan modul pesawat sederhana berbasis
problem based learning untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok
a,1
, Yohannes Marryono Jamun
b,2
, Maria Hasni
c,3
a,b,c
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
1
rudiyantontelok@gmail.com;
2
3
hasnimaria@gmail.com
*
Email Corresponding: ryojamun@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 4 Februari 2024
Direvisi: 18 Februari 2024
Disetujui: 21 Maret 2024
Tersedia Daring: 8 April 2024
Penelitian ini dilakukan di SDK Santa Agnes Ruteng IV. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar muatan IPA pada materi
pesawat sederhana dalam meningkatkan pemahaman peserta didik kelas IV.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Research and
Development (R & D) dengan memanfaatkan kerangka kerja ADDIE. ADDIE
adalah singkatan dari Analyze, Design, Development, Implementation,
Evaluation yang merupakan tahapan-tahapan dalam proses penelitian.
Namun, karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti dibatasi model
pengembangan pada penelitian, hanya pada empat tahapan yaitu, analyze,
design, development dan Implementation. Modul ini dikembangkan dan
disusun melewati proses validasi oleh para pakar dalam bidang materi,
media, dan bahasa. Hasil pemerolehan rata-rata skor validasi dari ahli
materi adalah 3,46 dengan kategori valid, ahli media adalah 3,83 dengan
kategori valid dan ahli bahasa adalah 3,50 dengan kategori valid. Dengan
demikian, dari ketiga penilaian dosen ahli diperoleh rata-rata keseluruhan
validasi adalah 3,59 dan berdasarkan kriteria pengkategorian kevalidan
modul ajar masuk dalam kategori “Valid” dengan persentase 83,56%. Uji
normalitas juga diperoleh nilai kelas eksperimen yaitu 0,008>0,005. Oleh
karena itu, minat belajar peserta didik berdistribusi normal. Selanjutnya,
nilai t-test one sample minat belajar peserta didik dengan t hitung bernilai
negatif sehingga diperoleh hasil t-test one sample dengan nilai t hitung -
5,594 < nilai t tabel 1,970 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat
pengaruh penggunaan modul berbasis PBL oleh peserta didik kelas IV SDK
Santa Agnes Ruteng IV. Hasil keterlaksanaan pembelajaran memiliki tingkat
kepraktisan yang sangat baik dengan persentase 93,74%. Keterbacaan
modul ajar oleh 3 orang guru sebagai validator dengan persentase 92,03%
kategori keterbacaan yang baik, sedangkan keterbacaan oleh peserta didik
adalah 96,56% dengan kategori baik. Kemudian, tingkat keberhasilan modul
yang telah dibuat mencapai rata-rata peningkatan N-Gain sebesar 0,71, yang
diklasifikasikan sebagai peningkatan yang signifikan. Berdasarkan temuan
penelitian, dapat disimpulkan bahwa modul pesawat sederhana yang
menggunakan pendekatan problem based learning yang telah dibuat adalah
valid, mudah digunakan, dan efektif. Berdasarkan temuan penelitian, dapat
disimpulkan bahwa modul pesawat sederhana yang menggunakan pendekan
problem based learning yang telah dibuat adalah valid, mudah digunakan,
dan efektif. Sehingga modul yang dikembangkan layak untuk digunakan
sebagai salah satu bahan ajar dalam pembelajaran IPA materi pesawat
sederhana.
Kata Kunci:
Modul Ajar
Problem Based Learning
(PBL)
Model ADDIE
ABSTRACT
Keywords:
Teaching Module
Problem-Based Learning
(PBL)
ADDIE Model
This research at SDK Santa Agnes Ruteng IV. This study was intended to
develop teaching materials for science subjects on the topic of Simple Machines
to Enhance the Understanding of Grade IV Students. The method applied in this
research was Research and Development (R & D) utilizing the ADDIE
framework. ADDIE stands to Analyse, Design, Development, Implementation,
Evaluation, which are stages in the research process. However, due to the time
constraints and limitations in the researcher's abilities, the development model
in this study was limited to four stages: analysing, design, development, and
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
875
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
implementation. The module was developed and structured through a
validation process by experts in the fields of content, media, and language. The
average validation scores obtained from content experts were 3.46,
categorized as valid; media experts scored 3.83, also categorized as valid; and
language experts scored 3.50, categorized as valid. Thus, the overall average
validation score from the three expert assessments was 3.59, and based on the
validity categorization criteria, the teaching module fell into the "Valid"
category with a percentage of 83.56%. Normality tests also yielded a value for
the experimental class of 0.008 > 0.005, indicating that students' learning
interests were normally distributed. Furthermore, the one-sample t-test for
students' learning interests resulted in a negative t value, with a calculated t
value of -5.594 < the critical t value of 1.970, rejecting the null hypothesis (Ho)
and accepting the alternative hypothesis (Ha). This implies that there is an
influence of using PBL-based modules by fourth-grade students at SDK Santa
Agnes Ruteng IV. The implementation fallouts of the learning process showed a
very good level of practicality with a percentage of 93.74%. The readability of
the teaching module, as evaluated by three teachers, had a readability rate of
92.03%, categorized as good, while the readability by students was 96.56%,
also categorized as good. Moreover, the success rate of the developed module
achieved an average N-Gain improvement of 0.71, classified as a significant
improvement. Based on the research findings, it can be concluded that the
module on simple machines using the problem-based learning approach is
valid, user-friendly, and effective. Therefore, the developed module is deemed
suitable for use as one of the teaching materials in science education for the
topic of simple machines.
©2024, Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok, Yohannes Marryono Jamun, Maria Hasni
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (SD) merupakan fondasi awal dalam menciptakan peserta
didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan. Untuk memahami IPA juga berarti
memahami langkah-langkahnya, yang melibatkan kemampuan untuk mengumpulkan informasi,
mengaitkan data-data tersebut, dan kemudian menginterpretasikannya (Salim et al., 2018).
Pembelajaran IPA merupakan wahana untuk mengembangkan anak agar berpikir rasional dan
ilmiah (Wahyanti & Sutopo, 2013). Adapun keterampilan berpikir rasional peserta didik atau
siswa sekolah dasar yang masih sederhana seperti menghafal, tetapi mampu membayangkan,
mengklasifikasi, menggeneralisasikan, dan membandingkan (Hendrayana, 2017). Sementara itu,
berpikir ilmiah adalah mengadopsi pemikiran yang rasional dan memperkuat keyakinan diri
dalam mengembangkan keterampilan dengan menerapkan metode-metode tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya berdasarkan hasil pemikiran kita (Ahmadi et al., 2017).
Salah satu materi yang termuat dalam mata pelajaran IPA di kelas IV adalah pesawat
sederhana. Materi pesawat sederhana kelas IV membahas tentang alat bantu untuk memudahkan
pekerjaan manusia. Manusia menggunakan alat-alat bantu seperti pengungkit atau tuas, bidang
miring, katrol, roda dan poros. Materi tersebut seringkali didekatkan dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian, kemudahan yang diperoleh dari materi ini dapat membantu pekerjaan
manusia juga sebagai perantara dan mempercepat aktivitas manusia (Fatonah & Assingkily,
2020).
Permasalahan yang ditemukan penulis dalam pembelajaran IPA adalah peserta didik belum
memiliki buku pegangan selain yang disediakan oleh lembaga sekolah. Para siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi dan kurang aktif saat proses pembelajaran (Hidayah et al.,
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
876
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
2022). Hal ini dipengaruhi oleh buku-buku yang disediakan kurang menarik perhatian peserta
didik untuk belajar. Permasalahan lain menunjukan bahwa guru belum pernah menyediakan
waktu yang khusus atau persiapan dalam mengembangkan modul ajar. Selama proses
pembelajaran, guru hanya memanfaatkan buku teks yang disetujui oleh pemerintah atau
diterbitkan oleh penerbit yang diakui secara resmi oleh negara. Guru juga belum menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Model pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran
juga belum memiliki bahan ajar khusus untuk materi pesawat sederhana. Seorang guru juga
harus memodifikasi dan menambahkan bahan ajar yang relevan dengan lingkungan sekitar
(Wahyanti & Sutopo, 2013) dan membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih
menyeluruh tentang konsep pesawat sederhana yang terkait dengan lingkungan alam sekitarnya
(Ratnawati et al., 2020). Hambatan-hambatan ini dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran serta mempengaruhi keberhasilan pembelajaran abad 21.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep pesawat sederhana pada kelas IV ada
beberapa hal yang menjadi tugas guru dalam mencapai tuntutan pendidikan pada abad ke-21
yaitu guru harus mengembangkan keterampilan baik hard skill maupun soft skill pada peserta
didik. Guru menyiapkan segala perangkat seperti kurikulum, model atau metode yang
diintegrasikan dengan pembelajaran abad 21 (Almarzooq et al., 2020; Muthmainnah et al.,
2023). Langkah pertama dalam mengembangkan materi ajar adalah menganalisis kebutuhan
bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di sekolah dasar, sehingga materi
tersebut dapat dipastikan relevan dengan kebutuhan mereka (Wahyanti & Sutopo, 2013).
Dengan demikian, sebelum mengembangkan bahan ajar, guru harus memilih sumber ajar
yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Tujuannya adalah agar materi tersebut
mudah dipahami dan diterima oleh siswa. Salah satu bentuk bahan ajar yang digunakan adalah
modul pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana, yang dirancang untuk meningkatkan
pemahaman dengan menghasilkan produk yang sesuai untuk digunakan selama proses
pembelajaran (Tegeh & Kirna, 2013). Guru harus menghadirkan pembelajaran menarik dan tidak
membosankan sehingga peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
pesawat sederhana di lingkungan alam sekitar (Wahyanti & Sutopo, 2013).
Dengan mempertimbangkan permasalahan tersebut, dalam penelitian ini, peneliti mencoba
mengembangkan modul pembelajaran IPA tentang Pesawat Sederhana dengan menerapkan
model ADDIE. Model ADDIE merupakan salah satu pendekatan desain sistem pembelajaran
yang mengikuti tahapan-tahapan yang sederhana dan mudah dipahami oleh peserta didik
(Octafiana et al., 2018). Model pengembangan ADDIE terdiri dari lima tahapan: analisis
(analyze), desain (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan
evaluasi (evaluation). Model ADDIE digunakan untuk menyiapkan bahan ajar dengan tujuan
mengembangkan pembelajaran dan menghasilkan produk yang berkualitas (Zulkarnaini et al.,
2022). Model ADDIE menjadi pedoman yang dapat mengembangkan pembelajaran yang efektif,
sistematis, dan tersusun secara terprogram. Manfaat model ADDIE adalah dapat memudahkan
kerangka kerja dalam situasi rumit, sangat tepat untuk pendidikan dan sumber daya pembelajaran
(Tegeh & Kirna, 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul pesawat
sederhana berbasis problem based learning yang dikembangkan dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik.
2. Metode
Penelitian ini merupakan model penelitian dan pengembangan (R & D). Penelitian
pengembangan merupakan tipe penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk
berdasarkan temuan-temuan uji lapangan kemudian direvisi dengan mengikuti prosedur
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
877
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
pengembangan model ADDIE. Model pengembangan model ADDIE terdiri atas 5 tahapan
(Analyze, Design, Development, Implementation and Evaluation) (Rayanto & Sugianti, 2020).
Prosedur pengembangan modul ajar menggunakan tahapan penelitian pengembangan
model ADDIE. Namun dalam penelitian ini, prosedur pengembangan yang dilakukan dibatasi
hanya 4 (empat) tahapan: Analyze, Design, Development, and Implementation.
Berikut ini akan dijelaskan ke tiga prosedur pengembangan dalam penelitian ini:
a. Tahap Analisis (analyze)
Pada tahap ini, dilakukan analisis kebutuhan melalui kegiatan observasi dan menyebarkan
angket analisis kebutuhan untuk mendapatkan respon dari guru dan peserta didik berkaitan
dengan modul yang akan dikembangkan.
b. Tahap Perancangan (design)
Setelah melakukan analisis kebutuhan untuk pengembangan modul ajar tentang pesawat
sederhana, langkah berikutnya adalah membuat desain modul ajar IPA berbasis Problem
Based Learning (PBL) untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Modul ajar yang dibuat terdiri
atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian penutup.
c. Tahap Pengembangan (development)
Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti untuk
menghasilkan modul ajar yang baik, yaitu:
d. Tahap Implementasi Perancangan
Tahap ini merupakan realisasi dari perancangan produk modul ajar yang dikembangkan.
Tahap ini bertujuan menghasilkan produk ajar yang sesuai indikator dan tujuan
pembelajaran berdasarkan capaian pembelajaran pada kurikulum merdeka.
1) Tahap Validasi Ahli dan Praktisi
Tahap ini merupakan proses validasi terhadap produk modul ajar yang telah disusun.
Pada tahap ini, modul ajar yang telah dibuat akan divalidasi oleh satu orang dosen ahli
dalam bidang materi pembelajaran IPA, satu orang dosen ahli dalam bidang media,
dan satu orang dosen ahli dalam bidang bahasa. Data hasil validasi berbentuk
kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif berupa penilaian sesuai dengan instrumen
validasi yang diberikan dan data kualitatif berupa saran, masukan dan komentar yang
akan digunakan peneliti untuk memperbaiki modul ajar pada tahap selanjutnya.
2) Tahap Revisi Produk
Pada tahap ini, dilakukan revisi pada modul ajar berdasarkan masukan, saran, dan
komentar yang diberikan oleh dosen dan praktisi setelah validasi.
3) Tahap Uji Coba
Pada tahap ini, dilakukan uji coba terhadap modul ajar yang telah direvisi. Uji coba
dilakukan dalam dua tahap, yaitu uji coba skala kecil dan uji coba skala besar. Uji
coba skala kecil melibatkan 10 siswa, sementara uji coba skala besar melibatkan 23
siswa. Uji coba skala kecil bertujuan untuk memperoleh masukan terhadap modul
yang telah direvisi setelah proses validasi. Jika hasil penilaian terhadap modul yang
dibuat masih belum memenuhi kriteria yang diharapkan, seperti kurang menarik dan
tidak mampu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi IPA, maka
produk akan diperbaiki kembali melalui proses revisi. Kemudian, dilanjutkan dengan
uji coba skala besar kepada siswa dan guru kelas, sehingga produk yang
dikembangkan dapat terus ditingkatkan hingga mencapai tujuan yang diharapkan.
4) Tahap Impelementasi/ Implementation
Tahap implementasi bertujuan untuk menerapkan produk yang telah dikembangkan
agar dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, serta memperkenalkan produk
yang telah berhasil dikembangkan. Implementasi dilakukan secara terbatas hanya di
sekolah tempat penelitian dilakukan.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
878
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
Tahap selanjutnya iyalah Tahap uji coba produk
1) Desain Uji Coba
Setelah draft produk modul ajar telah dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah
mendesain dan mengaplikasikan evaluasi formatif. Pada tahap ini dilakukan uji coba
produk modul yang telah dikembangkan pada kelas terbatas dengan menggunakan
teknik simple random sampling yang melibatkan siswa kelas IV SDK Santa Agnes
Ruteng IV tahun pelajaran 2022/ 2023.
2) Subjek dan Objek Uji coba
Objek dalam penelitian ini adalah keseluruhan isi modul ajar pada topik pesawat
sederhana yang telah dikembangkan. Subjek pelaksanaan uji coba produk dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD, guru kelas, dan para ahli. Uji Coba
dilakukan sebanyak dua kali yakni uji coba skala kecil dan uji coba skala besar yang
melibatkan peserta didik dan guru kelas. Sedangkan para ahli bertindak sebagai
validator produk yang telah dikembangkan dan untuk mendapatkan data mengenai
validitas modul ajar. Peserta didik dan guru berperan dalam memperoleh data tentang
kepraktisan dan keefektifan modul ajar.
3) Jenis Data
Data dalam penelitian ini terbagi menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh ketika mengumpulkan informasi awal untuk keperluan
perancangan pada tahap analisis melalui penggunaan angket respon dari guru dan
siswa. Sementara itu, data kuantitatif didapatkan dari validasi oleh ahli, tahap uji coba,
dan respon dari pengguna.
4) Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan meliputi lembar
validasi kelayakan produk, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, dan tes
pengetahuan untuk peserta didik.
5) Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis baik secara kualitatif
maupun kuantitatif melalui beberapa tahapan, yaitu: analisis validitas; analisis
kepraktisan; dan analisis efektifitas modul ajar.
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini menghasilkan sebuah produk berupa modul ajar berbasis problem based
learning materi pesawat sederhana. Modul berbasis PBL adalah modul yang dibuat dengan
memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran PBL, yang meliputi: mengarahkan peserta
didik pada pemahaman masalah, mengatur peserta didik untuk belajar, membimbing
penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah (Khoirunnisa et al., 2020). Produk
yang dihasilkan ini sudah melewati tahapan pengembangan model ADDIE.
Tahap pengembangan modul ajar muatan IPA berbasis problem based learning (PBL) untuk
materi pesawat sederhana dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu: analisis,
desain, pengembangan dan implementasi. Berikut ini dijelaskan beberapa tahap pengembangan.
Analisis kebutuhan yang dilakukan meliputi:
a. Tahap Analyze (analisis)
Pada tahap ini, dilakukan analisis kebutuhan dengan menyebarkan angket kepada guru
dan siswa untuk mendapatkan tanggapan terkait modul yang akan dikembangkan. Analisis
kebutuhan ini dilakukan di SDK Santa Agnes Ruteng IV.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
879
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
1) Analisis Kebutuhan Peserta Didik
Hasil analisis kebutuhan peserta didik menunjukkan bahwa mereka belum memiliki
buku panduan selain yang disediakan oleh lembaga sekolah. Peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami materi dan kurang aktif selama proses pembelajaran. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya daya tarik dari buku-buku yang tersedia, yang tidak cukup
menarik minat peserta didik untuk belajar. Peserta didik menginginkan bahan ajar yang
menarik perhatian, termasuk dengan penggunaan banyak gambar.
2) Analisis Kebutuhan Guru
Pada tahap analisis kebutuhan guru diperoleh hasil yang menunjukan bahwa sekolah
SDK Santa Agnes Ruteng IV sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka.
Pengimplementasian kurikulum merdeka hanya dua kelas yaitu kelas I dan kelas IV,
sedangkan kelas II, III, V, dan VI menggunakan kurikulum 2013. Hasil analisis
kebutuhan juga menunjukan bahwa guru belum pernah menyediakan waktu yang
khusus atau persiapan dalam mengembangkan modul ajar. Pada saat pembelajaran, guru
hanya mengandalkan buku teks yang diterbitkan oleh pemerintah atau penerbit lain
yang diakui negara. Selain itu, guru belum menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning), melainkan masih menggunakan model pembelajaran
konvensional. Selama proses pembelajaran, tidak ada bahan ajar khusus yang tersedia
untuk materi pesawat sederhana. Oleh karena itu, perlu dikembangkan modul
pembelajaran IPA khusus untuk materi pesawat sederhana. Modul yang akan
dikembangkan akan sesuai dengan Kurikulum Merdeka dan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
b. Tahap design (desain)
Pada tahap ini mulai dirancang modul ajar IPA materi pesawat sederhana berbasis
problem based learning (PBL) yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis
pengembangan modul ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kurikulum
merdeka. Pengembangan modul ini didasarkan pada KD pembelajaran IPA kelas IV yaitu
KD 3.4 serta 4.4 yaitu Memahami hubungan antara gaya dan gerak dan menyajikan hasil
percobaan antara gaya dan gerak. Modul yang dikembangkan berdasarkan pada capaian
pembelajaran IPAS kelas IV yaitu peserta didik memahami gaya dan gerak termasuk
pesawat sederhana. Dalam modul yang dikembangkan, fokus diberikan pada materi pesawat
sederhana dengan tujuan agar peserta didik mampu mengidentifikasi jenis-jenis pesawat
sederhana yang ada di lingkungan sekitar dan dapat menyebutkan manfaat dari pesawat
sederhana tersebut. Selain itu, peserta didik juga akan diminta untuk mencari referensi yang
relevan dengan materi yang akan disajikan dalam modul.
Pada tahap ini disusun kerangka modul ajar yang akan dikembangkan yaitu sebagai
berikut: cover, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, identitas penulis, capaian
pembelajaran dan kompetensi dasar, sarana dan parasarana, target peserta didik, model
pembelajaran, bagian isi modul, rangkuman, glosarium, dan daftar pustaka.
c. Tahap Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan ini adalah pembuatan bahan ajar sesuai dengan penjelasan pada
tahap desain. Aplikasi pembantu dalam penyusunan modul ajar menggunakan Canva. Modul
ajar yang dihasilkan kemudian divalidasi oleh para ahli, yaitu ahli materi, ahli media, dan
ahli bahasa. Proses validasi bertujuan untuk meminta pertimbangan dari para ahli tersebut
terkait kualitas modul ajar yang telah dikembangkan. Validasi dilakukan untuk
mengevaluasi kelayakan modul ajar dengan mengumpulkan penilaian dari para ahli. Saran
dan masukan yang diberikan oleh para ahli akan menjadi acuan untuk melakukan perbaikan
pada modul agar menjadi lebih layak digunakan.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
880
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
Tabel 1. Hasil Validasi
No
Ahli
Jumlah Skor
Rata-rata
Kriteria
1
Materi
45
3,46
Valid
2
Media
46
3,83
Valid
3
Bahasa
21
3,50
Valid
Rata-rata
37,33
3,59
Valid
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Hasil validasi ahli berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keseluruhan
adalah 3,59 dan berdasarkan kriteria pengkategorian kevalidan modul ajar masuk dalam
kategori “Valid” dengan persentase 83,56%. Modul pembelajaran dinyatakan valid dan
dapat digunakan dengan sedikit revisi. Berdasarkan hasil validasi, dapat disimpulkan bahwa
modul pembelajaran berbasis problem based learning untuk materi pesawat sederhana telah
dinyatakan valid dan layak digunakan dengan beberapa revisi. Modul ajar akan disesuaikan
sesuai dengan saran dan komentar yang diajukan oleh para validator. Setelah diperbaiki,
modul tersebut akan digunakan dalam uji coba skala kecil.
Uji Coba skala kecil melibatkan 10 orang siswa kelas IV di SDK Santa Agnes Ruteng
IV. Uji coba dilakukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan penilaian peserta
didik sebagai pemakaian terhadap modul ajar yang telah dikembangkan (Hidayah et al.,
2022). Sebelum melanjutkan pembelajaran dengan menggunakan modul ajar, siswa akan
diberikan tes awal (Pre-test) untuk mengevaluasi kemampuan awal mereka terkait dengan
materi yang akan diajarkan melalui modul yang dikembangkan. Setelah itu, siswa akan
diminta untuk belajar dengan menggunakan modul yang telah disusun. Setelah diberi
perlakukan siswa diberikan tes akhir (Post-test) untuk mengetahui skor dan peningkatan
pemahaman yang diperoleh siswa.
Berdasarkan hasil pre-test skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 70 dan skor
minimum adalah 20 dengan rata-rata 43. Sedangkan hasil post-test skor maksimal adalah 90
dan skor minimum adalah 60 dengan rata-rata 75. Hal ini menunjukan bahwa adanya
peningkatan pemahaman setelah diberikan perlakuan. Selain memberikan pre-test dan post-
test pada peserta didik peneliti juga menyebarkan angket untuk memperoleh tingkat
keterbacaan dari modul ajar.
Keterbacaan modul ajar dinilai oleh guru dan siswa terkait dengan modul yang telah
dikembangkan. Setelah itu, modul ajar yang telah disiapkan akan diuji coba dalam skala
besar yang melibatkan 23 siswa. Hasil tanggapan yang diterima sangat positif dan mendapat
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat dengan mudah memahami materi
yang disajikan, serta modul tersebut dianggap sebagai salah satu bentuk bahan ajar yang
menarik dan mudah dimengerti. Selain itu, modul juga dapat membantu melatih siswa untuk
belajar secara mandiri (Handayani et al., 2022; Yustianingsih et al., 2017).
Uji kuasi-eksperimen dilakukan pada kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen,
dilakukan pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum pemberian perlakuan, sedangkan
posttest dilakukan setelah pemberian perlakuan. Langkah-langkah dalam uji kuasi-
eksperimen meliputi penentuan hipotesis statistik, uji prasyarat, dan uji hipotesis.
1) Penentuan Hipotesis Statistik
Berikut adalah data hasil statistik minat belajar peserta didik. Adapun Hipotesis
statistic diperoleh nilai pretest dan posttest sebagai berikut:
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
881
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
Tabel 2. Nilai Pretest dan Posttest
STATISTIK
Pretest
Postmates
Mean
48,261
Mean
85,2174
Standard Error
2,9922
Standard Error
2,16599
Median
50
Median
80
Mode
60
Mode
80
Standard
Deviation
14,35
Standard
Deviation
10,3877
Sample
Variance
205,93
Sample
Variance
107,905
Kurtosis
-0,497
Kurtosis
-1,085
Skewness
-0,476
Skewness
0,07002
Range
50
Range
30
Minimum
20
Minimum
70
Maximum
70
Maximum
100
Sum
1110
Sum
1960
Count
23
Count
23
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
2) Uji prasyarat
Uji prasyarat hanya dilakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk
mengevaluasi apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang memiliki
distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai signifikansi (sig) lebih besar
dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Uji Normalitas
Tests of N
or
mal
i
t
y
Kelas
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Hasil
0,214
23
0,008
0,879
23
0,010
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Berdasarkan perolehan data di atas diperoleh nilai test of normality pada
Kolmogorov-Smirnov untuk hasil angket minat belajar dari hasil signifikansi. Pada
kelas eksperimen sebesar 0,008. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa nilai signifikansi kelas eksperimen lebih besar dari nilai taraf signifikansi
0,005 atau nilai kelas eksperimen = 0,008 > 0,005. Oleh karena itu, data angket
minat belajar peserta didik berdistribusi normal.
3) Uji Hipotesis
Uji t-test satu sampel (one sample t-test) digunakan untuk membandingkan
rata-rata sampel yang diteliti dengan rata-rata populasi yang sudah ada. Dalam uji
ini, kita ingin mengetahui apakah rata-rata sampel secara signifikan berbeda dari
suatu nilai tertentu, seperti rata-rata populasi yang sudah diketahui.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
882
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
Tabel 4. Uji Hipotesis
Uji t-tes
one Sampel
Pretest
Postest
∑X
(Jumlah)
1110
1960
X
(Rata-Rata)
48,26
85,22
S
(Simpanga n Baku)
14,350
10,387
Mo
(Parameter yang diuji)
65
65
T table
1,970
T hitung
-5,594
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan sebagai berikut: apabila t
hitung > t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak atau jika positif, t hitung > t tabel
maka hipotesis nihil diterima dan hipotesis alternatif ditolak, negatif jika t hitung <
t tabel maka hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
Dalam penelitian ini, karena nilai t hitung (-5,594) lebih kecil dari nilai t tabel
(1,970), maka hipotesis nihil ditolak (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Artinya
terdapat pengaruh penggunaan modul ajar berbasis PBL oleh peserta didik kelas IV
SDK Santa Agnes Ruteng IV.
Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari rata-rata hasil
observasi terhadap langkah-langkah pembelajaran berbasis problem based learning.
Penilaian keterlaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru (sebagai pengamat)
proses pembelajaran yang dilakukan peneliti pada materi pesawat sederhana kepada
peserta didik dengan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintaks PBl.
Berikut adalah hasil keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan sintaks
PBL.
Tabel 5. Hasil Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
No
Keterlaksanaan
Total
Nilai
maksimum
Rata-rata=
jumlah
skor/jumlah
pernyataan
Presentase
Kategori
1
Pertemuan 1
81
88
3,68
92,04%
Terlaksana Sangat Baik
2
Pertemuan 2
82
88
3,73
93,14%
Terlaksana Sangat Baik
3
Pertemuan 3
83
88
3,77
94,31%
Terlaksana Sangat Baik
4
Pertemuan 4
84
88
3,82
95,45%
Terlaksana Sangat Baik
Rata-rata
83
88
3,75
93,74%
Terlaksana Sangat Baik
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan
pembelajaran secara keseluruhan mencapai 93,74%. Hal ini mengindikasikan
bahwa modul yang dikembangkan memiliki tingkat kepraktisan yang tinggi,
dengan kategori pelaksanaan yang sangat baik. Keterbacaan modul ajar dilakukan
untuk mendapatkan tanggapan dari guru dan siswa terkait dengan modul yang
telah dikembangkan.
a) Keterbacaan modul ajar oleh guru
Keterbacaan modul ajar oleh guru dilakukan untuk memperoleh respon guru
terkait modul yang dikembangkan. Adapun hasil keterbacaan modul ajar oleh
guru sebagai berikut.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
883
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
Tabel 6. Keterbacaan modul ajar oleh guru
No
Guru
Tampilan
Penyajian Materi
Bahasa
rata- rata
1
Validator 1
4,00
3,71
4,00
3,90
2
Validator 2
3,80
3,71
3,50
3,67
3
Validator 3
3,60
3,14
3,25
3,33
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa frekuensi tertinggi dengan rata-rata
3,90 dan frekuensi terendah adalah 3,33. Untuk memperoleh keterbacaan dari
modul ajar digunakan percentage of agreement dari Borich (1994) dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel 7. Percentage of agreement
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa percentage of agreement yang
diperoleh dari penilaian guru sebagai validator adalah 92,03% dengan kategori
keterbacaan yang baik.
b) Keterbacaan modul ajar oleh peserta didik
Keterbacaan modul ajar oleh peserta didik dilakukan untuk mendapatkan
tanggapan dari peserta didik terkait dengan modul yang telah dikembangkan.
Tabel 8. Keterbacaan modul ajar oleh peserta didik
No
Aspek
Rata-rata =
jumlah skor/jumlah
pernyataan
A-B
A+B
1-(A-B)/(A+B)
Percentage of
Agreement
Persentase
Rata- Rata
A
B
1
Kualitas
Modul
3,6
3,3
0,3
6,9
0,9565
96,56%
96,56%
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa percentage of agreement yang diperoleh
dari penilaian peserta didik adalah 96,56%, dengan kategori keterbacaan yang
baik. Efektivitas modul ajar dilakukan untuk membandingkan hasil belajar peserta
didik sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran menggunakan modul
ajar tersebut. Diperoleh rata-rata ketuntasan belajar (N-gain) peserta didik adalah
0,68dengan klasifikasi gain, yaitu (g) >0,7: g-tinggi, 0,7 ≥(g)≤0,3: g-sedang, (g)
<0,3: g-rendah. Dengan demikian, peningkatan level pemahaman peserta didik
dengan rata-rata 0,71 adalah termasuk dalam kategori tinggi. Rata-rata pre-test
(pemahaman awal) 48,26 dan post-test (pemahaman akhir) 85,22 menunjukan
bahwa pemahaman peserta didik meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan modul ajar berbasis problem based learning memiliki
efek positif terhadap peningkatan hasil belajar, dan telah memenuhi aspek
keefektifan yang diharapkan (Widayanti, 2020). Dengan demikian, modul ajar
No
Aspek Penilaian
Rata-rata =
jumlah skor/
jumlah pernyataan
A-B
A+B
1-(A-B)/(A+B)
Percentage of
Agreement
Persentase
Rata- rata
A
B
1
Tampilan
4,00
3,60
0,40
7,60
0,9474
94,74%
92,03%
2
Penyajian
Materi
3,71
3,14
0,57
6,85
0,9168
91,68%
3
Bahasa
4,00
3,25
0,75
7,25
0,8966
89,66%
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
884
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
yang telah dikembangkan dinilai valid, praktis, dan efektif. Oleh karena itu, modul
ajar materi pesawat sederhana berbasis problem based learning dianggap layak
untuk digunakan di sekolah.
4. Kesimpulan
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan sebuah produk berupa modul ajar berbasis
problem based learning untuk materi pesawat sederhana kelas IV. Produk pengembangan
berbasis problem based learning ini telah divalidasi oleh dosen ahli, yaitu ahli materi, ahli media,
dan ahli bahasa. Hasil validasi rata-rata mencapai 83,56%, yang menunjukkan bahwa produk
pengembangan ini valid dan layak untuk digunakan. Berdasarkan tingkat kepraktisan keterbacaan
modul ajar oleh guru dengan presentasi 92,03% dan peserta didik 96,56% memiliki keterbacaan
yang baik. Uji normalitas juga diperoleh nilai kelas eksperimen yaitu 0,008 > 0,005. Oleh karena
itu, data angket minat belajar peserta didik berdistribusi normal. Selanjutnya, diperoleh nilai t-test
one sampel negatif jika t hitung < t tabel maka Ho (hipotesis nihil) ditolak dan Ha (hipotesis
alternatif) diterima. Karena nilai t hitung (-5,594) < nilai t tabel (1,970) maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat pengaruh penggunaan modul ajar berbasis PBL oleh peserta didik kelas
IV SDK Santa Agnes Ruteng IV.
Selain itu, bahan ajar berupa modul berbasis problem based learning ini terbukti efektif dalam
pembelajaran. Keefektifan ini tercermin dari rata-rata nilai pre-test sebesar 48,26, yang meningkat
menjadi 84,35 pada post-test. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman peserta didik
atau siswa sebelum dan setelah menggunakan modul ajar tersebut. Keterlaksanaan pembelajaran
dengan persentase 93,74% dikategorikan sebagai ‘sangat baik’. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa produk pengembangan berbasis problem based learning ini valid, praktis, dan
efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
5. Daftar Pustaka
Ahmadi, F., Witanto, Y., & Ratnaningrum, I. (2017). Pengembangan media edukasi “Multimedia
Indonesian Culture” (MIC) Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Penelitian Pendidikan, 34(2), 127136.
Almarzooq, Z. I., Lopes, M., & Kochar, A. (2020). Virtual Learning During the COVID-19
Pandemic: A Disruptive Technology in Graduate Medical Education. Journal of the
American College of Cardiology, 75(20), 26352638.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jacc.2020.04.015
Borich, G. D. (1994). Observation Skills for Effective Teaching. Mac Millan Publishing
Company.
Fatonah, S., & Assingkily, M. S. (2020). Quo Vadis Materi Pesawat Sederhana Dalam
Pembelajaran Ipa Sekolah Dasar Di Era Disrupsi. Edu Sains Jurnal Pendidikan Sains &
Matematika, 8(1), 4660. https://doi.org/10.23971/eds.v8i1.1899
Handayani, D., Anwar, Y. A. S., Junaidi, E., & Hadisaputra, S. (2022). Pengembangan Modul
Pembelajaran Kimia Materi Asam Basa Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Chemistry Education Practice, 5(1), 107114.
https://doi.org/10.29303/cep.v5i1.2765
Hendrayana, S. (2017). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa Melalui Model
Sains Teknologi Masyarakat Pada Konsep Sumber Daya Alam. Pendas : Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 2(1), 73. https://doi.org/10.23969/jp.v2i1.471
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 874-885
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
885
Zephisius Rudiyanto Eso Ntelok et.al (Pengembangan modul pesawat sederhana….)
Hidayah, A., Hilmiyati, F., & Juhji. (2022). Peningkatan Pemahaman IPA Peserta Didik SD:
Sebuah Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Pemecahan Masalah. Primary:
Jurnal Keilmuan Dan Kependidikan Dasar, 14(02), 174190.
https://doi.org/https://doi.org/10.32678/primary.v14i2.6715
Khoirunnisa, A., Nulhakim, L., & Syachruroji, A. (2020). Pengembangan Modul Berbasis
Problem Based Learning Materi Perpindahan Kalor Mata Pelajaran IPA. Profesi Pendidikan
Dasar, 1(1), 2536. https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.10559
Muthmainnah, A., Pertiwi, A. D., & Rustini, T. (2023). Peran Guru dalam Mengembangkan
Keterampilan Abad 21 Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(20), 41
48. https://doi.org/10.5281/zenodo.7677116
Octafiana, W., Ekosusilo, M., & Subiyantoro, S. (2018). Pengembangan Multimedia Interaktif
Pada Materi Pesawat Sederhana Untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Komunikasi Pendidikan,
2(2), 168. https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.131
Ratnawati, R., Trisnawati, P., & Prasetyo, D. E. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (
LKS ) Berbasis Model Contextual Teaching and Learning Pada Materi Pesawat Sederhana
Di Kelas V SD Negeri 04 Koto Salak. Menara Ilmu, XIV(01), 99112.
https://doi.org/https://doi.org/10.31869/mi.v14i1.1756
Rayanto, Y. H., & Sugianti. (2020). Penelitian Pengembangan Model ADDIE da R2D2: Teori
dan Praktik (T. Rokhmawan (ed.)). Lembaga Academic & Reaseacrh Institute.
Salim, D. N., Yonanda, D. A., & Agustin, N. F. (2018). Upaya Meningkatkan Pemahaman
Konsep Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal
Cakrawala Pendas, 4(2), 916. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31949/jcp.v4i2.1050
Tegeh, I. M., & Kirna, I. M. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan
dengan ADDIE Model. Jurnal IKA, 11(1), 16.
https://doi.org/https://doi.org/10.23887/ika.v11i1.1145
Wahyanti, C. M., & Sutopo, J. (2013). Pengembangan Materi Ajar Berbasi Pendidikan Karakter
Bagi Guru Bahasa Inggris SD di Kecamatan Tembalang. Rekayasa: Jurnal Teknologi Dan
Pembelajaran, 11(2), 105111. https://doi.org/https://doi.org/10.15294/rekayasa.v11i2.10315
Yustianingsih, R., Syarifuddin, H., & Yerizon, Y. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas VIII. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika), 1(2), 258. https://doi.org/10.33603/jnpm.v1i2.563
Zulkarnaini, Megawati, C., Astini, D., & Syahputra, I. (2022). Penggunaan Model ADDIE dalam
Pengembangan Bahan Ajar. BAKTIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 7780.