membuka diri terhadap interaksi, khususnya dengan para wisatawan yang datang ke Bromo
(Kresna, 2016).Dalam kajian Punawan D. Negara (Negara, 2010), disebutkan bahwa Dukun
Adat di masyarakat Tengger Ngadas memiliki peran yang sangat penting dan strategis. Di satu
sisi, mereka bertindak sebagai pemimpin upacara adat dan ritual Tengger, sedangkan di sisi lain,
mereka juga berperan sebagai bagian dari struktur pemerintahan desa.
Dalam konteks pelestarian lingkungan, dukun adat memiliki potensi besar untuk bertindak
sebagai agen perubahan. Mereka menyebarkan pengetahuan melalui ritual adat dan berperan
sebagai penasihat dalam pengambilan keputusan oleh kepala desa, terutama jika kebijakan
tersebut dianggap dapat merusak lingkungan atau mengganggu tradisi Tengger. Peran ganda ini
menunjukkan bahwa dukun adat tidak hanya penting dalam menjaga keberlangsungan tradisi
spiritual dan budaya, tetapi juga dalam memastikan keseimbangan dan keharmonisan dengan
lingkungan alam sekitar. Melalui praktik dan ajaran yang mereka wariskan, dukun adat menjadi
titik temu antara kearifan lokal dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman,
sambil memastikan bahwa intervensi dari luar, termasuk kebijakan pemerintah atau dampak dari
pariwisata, tetap selaras dengan nilai-nilai dan prinsip lingkungan serta adat istiadat Suku
Tengger. Ini membuktikan bahwa komunitas Tengger, jauh dari primitif, merupakan contoh vital
dari bagaimana tradisi dan modernitas dapat berjalan seiring dalam upaya pelestarian budaya dan
lingkungan.
Dalam konteks Desa Adat Tengger, Ngadas, hadirnya modernisasi melalui media seperti
televisi, radio, dan internet tidak sepenuhnya dilihat sebagai ancaman, berkat keberadaan dan
peran Dukun Adat yang konsisten dalam memelihara tradisi dan ritual adat yang telah
diwariskan dari generasi ke generasi. Definisi modernitas oleh Giddens (Giddens, 1991), yang
menggambarkan sebagai kecenderungan individu atau kelompok untuk mempertanyakan dan
mungkin mengurangi penghargaan terhadap kebiasaan dan tradisi yang telah lama berlangsung
demi orientasi ke dunia luar, menunjukkan sifatnya yang terbuka dan dinamis. Giddens lebih
lanjut menekankan pada tahun 2017 bahwa modernitas memiliki orientasi masa depan,
menempatkan masa depan sebagai sesuatu yang ideal yang kontrast dengan realitas saat ini.
Melalui kerangka ini, Dukun Adat di Desa Ngadas berperan vital sebagai 'filter' yang
menyeimbangkan antara nilai-nilai tradisional dengan gelombang modernisasi sekaligus sebagai
benteng pendidikan karakter bagi pemuda Desa Ngadas. Komunitas adat yang masih bertahan
telah menjadikan kearifan lokal sebagai elemen penting dalam kehidupan sehari-hari mereka,
yang juga menjadi dasar dalam menyelesaikan berbagai masalah di masyarakat (Istiawati, 2016).
Dukun Adat tidak hanya sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai pendidik yang
meneruskan nilai, karakter, adat, dan tradisi kepada masyarakat, memungkinkan komunitas
untuk bersikap kritis dan selektif terhadap pengaruh modernitas. Menurut Ramadhan, dkk
(Ramadhan & Resmi, 2019) Pendidikan karakter yang mengutamakan nilai-nilai kearifan lokal
menjadi penting untuk membangun kualitas moral, kepribadian, dan rasa kebersamaan yang
mulai terkikis seiring dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, meskipun Desa Ngadas
menghadapi tantangan dari arus modernisasi, peran Dukun Adat menjadi fondasi kuat yang
memungkinkan masyarakat untuk menjaga identitas dan warisan budayanya.
Dalam masyarakat Suku Tengger, kepercayaan pada dukun sebagai sosok penting dalam
proses pengambilan keputusan mencerminkan hubungan sosial yang didasari oleh kepercayaan.
Dalam setiap event penting, dukun dianggap sebagai penunjuk arah yang memberikan jaminan
kebaikan, keamanan, dan keharmonisan (Nurcahyono & Astutik, 2018). Dukun Adat bertindak
sebagai pemimpin dalam aspek adat dan keagamaan di masyarakat Tengger, bertugas menjaga
nilai-nilai tradisional. Sebagai pemimpin adat, ia diberi wewenang dan otoritas oleh komunitas
berdasarkan karisma yang berasal dari kemampuannya dalam melakukan doa dan mantra untuk
kesejahteraan masyarakat Tengger. Karena peran dan keahliannya ini, Dukun Adat dianggap
sebagai figur penting kalangan masyarakat Tengger (Hidayat, 2019).