Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
849
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
Studi tentang korban bullying pada Siswa kelas IX
MTs Raudhatul Ulum Pematang Rambai Desa Kuala
Mandor A tahun 2023
Qurrotul A’yun
a,1
, Yuline
b,2
, Amallia Putri
c,3
a,b,c
Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Hadari Nawawi Kota Pontianak 78124, Indonesia
1
qurrotulayun1198@gmail.com;
2
3
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 17 Desember 2023
Direvisi: 24 Januari 2024
Disetujui: 29 February 2024
Tersedia Daring: 7 April 2024
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui siswa yang menjadi korban Bullying.
Penelitian ini menggunakan kualitatif yang bersifat deskiptif sumber data dalam
penelitian ini adalah 2 orang siswa kelas IX MTS Raudahtul Ulum Pematang Rambai
Desa Kuala Mandor A. Teknik yang di gunakan adalah teknik triangulasi sumber yaitu
subjek, teman kelas, Guru kelas dan Guru BK. Metode yang di gunakan yakni
fenomemologi dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari tahap
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan
gejala yang dialami. subjek satu fisik lebam, sakit karna kefikian, bolos sekolah,
perubahan sosial, emosi tidak setabi. faktor yang menyebabkan menjadi korban
bullying yaitu berfisik kecil, culun, sulit bergaul, kepercayaan diri rendah, canggung,
logat yang berbeda, kurang pandai dalam embaca dan menulis, dan gagap. dampak
yang dialami korban bullying merasa tidak nyaman, rendah diri, penyesuaian sosial
buruk ,takut sulit pergaul, prestasi akademik menurun. subjek dua, mengalami memar,
sering menyendiri, pola hidup terganggu. Faktor penyebabnya seperti berbadan lemah,
susah bergaul, pemalu, menyebalkan, dampak yang terjadi pada korbanmerasa tidak
aman disekolah. malas untuk sekolah, perubahan dalam sosial, menyendiri, sulit
berkonsentrasi, pemalu emosi tidak setabil. peran bimbingan konseling bagi siswa
yang menjadi korban bullying yaitu memberikan layanan konseling individual dan
konseling kelompok. dengan demikian disimpulkan bahwa siswa yang menjadi korban
bullying menunjukan gejala yang tidak setabil, faktor yang menyebakan siswa menjadi
korban bullying dan dampak negative yang dialami siswa korban bullying.
Kata Kunci:
Siswa
Korban
Bullying
ABSTRACT
Keywords:
Student
Bullying
Victim
This study aims to determine students who are victims of bullying. This study uses
qualitative descriptive data sources in this study are 2 students of class IX MTS Raudahtul
Ulum Pematang Rambai Kuala Mandor A. The technique used is the source triangulation
technique, namely the subject, classmates, class teachers and counseling teachers. The
method used is phenomemology with data collection techniques of interviews,
observation, and documentation. Data analysis uses an interactive model consisting of
data reduction, data presentation and conclusion drawing stages. The results showed the
symptoms experienced. subject one physically bruised, sick because of the truth, skipping
school, social changes, emotions are not stable. the factors that cause being a victim of
bullying are small physique, geeky, difficult to get along, low self-confidence,
awkwardness, different accents, less good at reading and writing, and stuttering. the
impact experienced by victims of bullying feels uncomfortable, low self-esteem, poor
social adjustment, fear of social difficulties, decreased academic achievement. subject
two, experiencing bruises, often alone, disturbed lifestyle. The causative factors such as
being weak-bodied, difficult to get along, shy, annoying, the impact that occurs on the
victim feels unsafe at school. lazy to go to school, changes in social, solitary, difficult to
concentrate, shy, unstable emotions. the role of counseling guidance for students who are
victims of bullying is to provide co-services.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
850
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
©2024, Qurrotul A’yun, Yuline, Amallia Putri
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Bullying atau yang biasa di sebut perundungan adalah tindakan atau perilaku agresif
yang disengaja dilakukan sekelompok orang atau seseorang Hoshael 2011, (dalam
khoirunnisa, 2015) mendefinisikan bullying is a negative and often aggressive ar
manipulative act or series of acts by one or more people against another person or people
usually over a period of time, it is abusiveand is based on imbalance of power”
perundungan adalah tindakan negative dan agresif yang manipulatif atau serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain dalam waktu
tertentu, merupakan tindakan kasar yang didasarkan pada ketidak seimbangan dalam
kekuatan.
Putri (2020) Berpendapat bahwa bullying yang sering terjadi di lingkungan kita
umumnya ada dua jenis yaitu fisik dan verbal pertama bullying fisik seperti memukul,
memalak, menyundut rokok, bahkan parahnya ada yang melakukan kekerasan seksual
Bullying verbal juga sering dilakukan oleh pelaku bullying dan banyak menimbulkan
dampak besar dapat berpengaruh hingga tua seperti memaki, mengancam, memfitnah,
dan mempermalukan di depan umum, mengucilkan, memandang dengan sinis dan
sebagainya, semua ini merupakan tindakan bullying yang cukup membahayakan karena
tidak tertangkap mata dan telinga dan sangat berpengaruh pada mental korban.
Perundungan atau yang biasa di sebut Bullying merupakan suatu hal yang dapat
berakibat fatal terhadap korbanya, dampak dari bullying yang mengkhawatirkan adalah
dapat menyebabkan seseorang memiliki keinginan untuk bunuh diri, tidak dapat
dipungkiri bahwa bullying memiliki dampak yang cukup mengerikan terutama bagi
mereka yang menjadi korban Bullying secara berulang-ulang ataupun menjadi korban
Bullying fisik dampak negative bullying dapat mengganggu kehidupan efektif anak
sehari-hari yang akhirnya akan menghambat berkembangnya potensi optimal anak
(Putri, 2020).
Terjadinya bullying disekolah di lakukan pelaku dengan berbagai alasan yang tentu
tidak dapat dibenarkan tindak kannya Coloroso, (2007) (dalam Karyanti, 2019, h, 25)
berpendapat bahwa bullying merupakan perilaku menindas yang dilakukan oleh pihak
yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah. Pelaku menggunakan kekuasaan yang
di miliki untuk membuat seseorang atau sekelompok orang merasa tertekan, takut dan
tidak berdaya. Tindakan bullying atau perundungan pada saat ini masih marak terjadi di
sekolah tingkat dasar hingga tingkat atas, bahkan tidak menutup kemungkinan bullying
tersebut juga masih dilakukan di kalangan tingkat universitas meskipun dalam jumlah
yang relatif kecil. Qodar, (2015) Mengemukakan bahwa kekerasan yang sering terjadi di
sekolah salah satunya adalah perilaku bullying.
Adanya konselor dalam sekolah akan sangat membantu korban bullying dalam
pemulihan keadaan secara pisikis serta meningkatkan kepercayaan diri dan prestasi
belajar di sekolah korban bullying yang di maksud dalam penelitian ini adalah korban
yang mengalami bullying secara fisik dan verbal perilaku bullying ini yang jika dibiarkan
dalam jangka lama akan berdampak negatif bagi peserta didik baik secara psikis dan
prestasi belajar. Dengan demikian akan menimbulkan tekanan psikis pada korban
bullying, mereka akan merasa tertekan dan merasa tidak percaya diri, hilang gairah atau
patah semangat dalam berjuang untuk mencapai tujuan hidup, dan jika dibiarkan bahkan
korban bullying menjadi trauma, depresi, bahkan sampai ada yang bunuh diri.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
850
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
Sesuai kasus di atas dan pendapat para ahli peneliti menggunakan metode
fenomemologi metode ini adalah metode yang cocok digunakan untuk peneliti dalam
meneliti permasalahan yang berkaitan dengan latar fenomena yang sedang terjadi.
Bullying yang dialami siswa disini yakni bullying fisik dan verbal dimana korban
mengalami kekerasan fisik seperti dipukul, di orong hingga jatuh dan ini dilakukan oleh
dua pelaku dengan motif pelaku merasa benci dan tidak suka pada sikap dan penampilan
korban ciri siswa yang menjadi korban disini memiliki kepercayaan diri rendah, pakaian
yang tidak rapi, cendrung pendiam, sulit bergaul. Tindakan penindasan dapat
berkembang dimana saja, kapanpun, dan pada siapa saja Olweus (1992)
mendefinisikaan bullying sebagai berikut “long standing violence, physical or
psychological, perpeted by an individual or grup directed against an individual who can
not defend himself or herself” . artinya kekerasan fisik atau pisikis yang terus menerus
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara langsung yang korbannya tidak
bisa menahannya.
Perundungan atau bullying di sekolah dapat melecehkan baik secara tindakan, fisik,
ataupun ucapan. Semith And Sharp memaparkan Bullying can be described as the
systematic abuse of power. There will always be power relatinships in social groups, by
virtue of strength or size or ability, force of personality, sheer number or recognized
hierarchy”. Artinya bullying dapat diartikan sebagai penyalah gunaan kekuasaan dan
kekuatan, akan selalu ada suatu kekuasan dalam kelompok sosial, berdasarkan ukuran
kekuatan atau kemampuan, jumlah atau kelompok yang diakui (1994).
Terjadinya bullying tentu ada faktor yang membuat pelaku bullying bertindak
menyakiti terhadap korban. Permata, Pubasari, & Fajri (2021,) berpandapat bahwa
faktor penyebab terjadinya ada dua faktor internal dan eksternal, faktor internal yaitu
dari dalam diri anak tersebut seperti anak bersifat pendiamdan lemah. faktor
eksternalnya yaitu faktor yang terjadi dari luar diri anak, menurut. Tumon (2014) juga
berpendapat faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya bullying yaitu keluarga,
yang ekonominya rendah, teman sebaya, dan lingkungan sekitar (Permata et. al 2021).
Ada banyak dampak pada korban bullying baik fisik atau pisikis yang dampaknya
bisa sangat merugikan bagi korban banyak dampak yang akan terjadi pada korban
Yuliana (2017) Korban bullying mempunyai dampak yang negative dapat menyebabkan
siswa menjadi peribadi yang mengalami gangguan perkembangan dalam hal fisik,
pisikologis, akademik, maupun sosial. bentuk dari dampak bullying fisik merupakan
adanya korban merasa sakit kepala, flu, sakit, memar, baju robek, berdarah. bentuk dari
dampak bullying pisikologis dampak bullying yaitu korban mempunyai rasa minder,
takut, mudah cemas, menjadi pendiam dan depresi.
Menurut Bahtiar (2016) dampak yang dialami oleh korban akan mengalami berbagai
macam gangguan yang meliputi kesejahteraan pisikologis yang rendah (low psychological
well-being) yaitu dimana korban akan merasa tidak nyaman, rendah diri, serta tidak
berharga, penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa takut kesekolah bahkan
tidak mau sekolah, menarik diri dari lingkungan pergaulan, prestasi akademik yang
menurun karena mengalami kesulitan berkonsentrasi.
Hal tersebut mendorong langkah peran bimbingan dan konseling agar dapat
memberikan layanan yang sesuai Prayitno (2014) mendefinisikan bimbingan dan
konseling adalah pemberian bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan
pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku khususnya pencegahan bullying.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
851
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk
mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan
lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki
perilaku. bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks
adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi,
melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. Layanan yang
diberikan di sekolah akan sangat membantu konseli, Suhartina (2014) kegiatan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah terdiri dari 4 layanan yaitu layanan dasar, layanan
responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem.
Menurut pendapat dari Moenada (2011) Bimbingan dan konseling terjemahan dari
bahasa Inggris Guidance dan Counseling. Kata “guidance” berasal dari kata kerja to guide
yang berarti memimpin, menunjukkan atau membimbing ke jalan yang baik. Jadi kata
guidance dapat berarti pemberian pengarahan atau pemberian petunjuk kepada
seseorang. Sedangkan counseling berasal dari kata kerja to counsel yang berarti
menasehati atau menganjurkan kepada seseorang secara face to face. Jadi, counseling
dapat diartikan pemberian anjuran seseorang secara face to face. Astuti (2008) juga
berpendapat mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying antara
lain “pengawasan Guru terhadap siswa, penerapan peraturan dan kode etik sekolah,
membangun kesadaran dan pemahaman siswa tentang bullying, dan menciptakan
kondisi sekolah yang ramah terahdap siswa”. Peranan sekolah sebagai institusi
Pendidikan sangat dibutuhkan mengingat bahwa tindakan bullying sangat besar
dampaknya dan sering terjadi di sekolah maka Guru sebagai komponen utama dalam
sekolah yang dapat berperan untuk mengatasi bullying.
Pra-riset pertama peneliti menemukan kasus bullying di kelas IX dan diperkuat oleh
hasil wawancara pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada Guru BK. Bullying yang
dialami siswa disini yakni bullying fisik dan verbal dimana korban mengalami kekerasan
fisik seperti dipukul, di dorong hingga jatuh dan ini dilakukan oleh dua pelaku dengan
motif pelaku merasa benci dan tidak suka pada sikap dan penampilan korban ciri siswa
yang menjadi korban disini memiliki kepercayaan diri rendah, pakaian yang tidak rapi,
cendrung pendiam, sulit bergaul. dampak yang dialami korban seperti badan memar,
lebih sering menyendiri, takut datang kesekolah sekolah. Berdasarkan paparan di atas
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul Studi Tentang Korban Bullying
Pada Siswa Kelas IX MTs Raudhatul Ulum Tuhun 2023 Pematang Rambai Desa Kuala
Mandor A Kabupaten Kubu Raya.
2. Metode
Jenis penelitian dengan judul “Studi tentang Siswa Korban Bullying Di Kelas IX MTS
Raudhatul Ulum Pematang Rambai Desa Kuala Mandor A Tahun 2023)”, adalah
termasuk penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini kehadiran peneliti dapat bertindak
sebagai instrumen sekaligus pengumpul data dan pengamat partisipan, maksudnya saat
pengumpulan data, peneliti juga mengamati subjek peneliti secara detail. peneliti juga
menggunakan berbagai alat dalam pengumpulan data seperti panduan wawancara,
daftar cek, dan perekam suara. Lokasi penelitian dilakukan di MTS Raudhatul Ulum
pematang rambai, desa kuala mandor A, kecamatan kualamandor B, kabupaten kubu
raya, Pontianak, Kalimantan barat. maka data yang diperoleh perlu keabsahanya. metode
yang dipakai dalam pengujian keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
852
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
3. Hasil dan Pembahasan
Perundungan atau yang disebut bullying adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
sering di alami oleh siswa yang lebih kuat terhadap siswa yang lebih lemah untuk
menyakiti secara fisik ataupun verbal dilakukan berulang yang akan sangat merugikan
korbannya siswa yang menjadi korban disini di bully karena memiliki sebab gejala yang
bisa menyebabkan anak tersebut menjadi korban perudungan disekolah data yang
ditemukan peneliti sebagai berikut
Tabel 1. Hasil Penelitian
Subjek
Hasil Penelitian
Gejala
SA
1. SA mengalami luka lebam akibat kejadian bullying temanya
sempat dipukul oleh pelaku. di perkuat oleh siswa lain dan
Guru kelasnya yang menyatakan memang benar bahwa SA
mengalami luka lebam.
2. Reaksi tubuh atas tekanan mental SA memang mengalami
muntah dan merasa pusing setelah di bully serta merasa sakit
hanya saja tidak ada keberanian untuk melawan saat di bully.
3. Prilaku di sekolah etelah kejadian perundungan tersebut SA
mengaku takut untuk datang kesekolah 2 hari karena SA
merasa takut pada orang tuanya jika tidak sekolah berlarut-
larut .
4. Peribahan dalam perilaku sosial sejak sering kejadian
tersebut mulai merasa minder hingga dia menyendiri, merasa
malu dan sakit hati
5. Emosi tidak stabil SA mengaku bahwa memang sering emosi
merasa tertekan, temanya AF juga berpendapat bahwa
memang benar SA seperti orang tertekan dan atas pantauan
guru kelas
6. Perubahan prilaku pola hidup kejadian yang tak mudah di
lupa membuat SA takut tertekan hingga menjadi susah tidur
dan malas untuk makan
IFN
1. IFN mengalami lebam di bagian sikunya, HR mengungkapkan
bahwa memang benar IFN pernah di dorong temanya dengan
sengaja hingga tanganya memar.
2. Gejala Pisikosometris IFN hanya mengalami pusing untuk
perubahan kesehatan lainya tidak ada.
3. Perubahan dalam perlaku sosial Pergaulan IFN di sekolah
masih baik-baik saja main di kelas atau di kantin saat jam
istirahat meski tidak sering sebelum kejadian bully tersebut
dan di rumah IFN lebih sering dikamar merasa malas untuk
keluar kamar berkomunikasi dengan orang sekitarnya.
4. Semenjak kejadian bully tersebut IFN merasa menjadi lebih
takut dan merasa tidak aman di sekolah merasaa aman saat
jam pelajaran saat ada Guru saja.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
853
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
Subjek
Hasil Penelitian
Gejala
5. Kesehatan IFN merasa pusing, IFN bagi HR irit bicara
kesehatannya IFN tidak pernah bicara apa-apa
Bullying adalah suatu bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan
perlakuan secara tidak sopan dan penggunaan kekerasan atau paksaan untuk
mempengaruhi orang lain yang dilakukan secara berulang atau berpotensi terulang,
dan melibatkan ketidak seimbangan kekuatan dan atau kekuasaan.
3.1 Gejala peserta didik yang menjadi korban bullying
a. Fisik muncul lebam
Beragam bentuk yang di alami korban baik dalam fisik ataupun dalam
bentuk verbal Menurut Hidayati dan Amalia (2021) Korban bullying yang di
sebabkan cubitan, mendorong memalak dapat menyebabkan korban menderita
luka pada sekujur tubuh, memar, bahkan bengkak akibat dari bullying fisik
seperti pukulan. Dari dua subjek ini sama-sama mengalami bullying verbal
subjek pertama mengalami pukulan hingga lebam sendangkan subjek ke dua
mengalami perlakuan seperti di dorong sampai jatuh hingga mengalami lika
memar di tangan.
b. Reaksi tubuh atas tekanan mental
Setelah mengalami bullying ditemukan pada subjek penelitian ini bahwa
mereka mengalami pusing setelah mendapatkan tindak bullying namun subjek
ke dua tidak muntah muntah seperti korban yang satunya karna meman
perlakuan yang di alami lebih parah yang di alami oleh subjek pertama Menurut
Mulyasari (2019) bullying yang sering terjadi korban mengalami tekanan
kesehatan mental, kesehatan mental merupakan kesehatan jiwa yang
memasalahkan kehidupan rohani yang sehat yang memandang pribadi manusia
sebagai totalitas pisikosometis yang kompleks
c. Perilaku terkait sekolah
Gejala bullying atau perundungan yang dialami korban dapat
menyebabkan korban malas untuk sekolah karna merasa takut untuk datang
kesekolah karna sekolah menjadi temapat yang tidak aman baginya Bullying
dapat menimbulkan perasaan tidak aman, takut pergi kesekolah, merasa
terisolasi, dan perasaan hargadiri yang rendah” Prasetyo (2011). Rasa trauma
sama sama di alami oleh dua korban merasa takut datang ke sekolah
perbedaannya subjek satu sempat bolos sekolah karna sakit akibat tindak
bullying sedangkan subjek ke dua tetap sekolah namun lebih sering menyendiri.
d. Perubahan dalam sosial
Yulianti (2019) berpendapat korban bullying lebih sering menyendiri dan
kurang bahagia berada di sekolah, serta memiliki teman dekat yang lebih sedikit
dari pada murid yang lain. perubahan pada subjek ini peneliti menemukan
perbedaan pada korban subjek satu lebih memilih sering di kelas dari pada
bermain dengan temanya sedang subjek dua lebih sering di kamar namun untuk
di sekolah masih mau bergaul dengan temanya di sekolah.
e. Emosi tidak stabil
Seseorang yang menjadi korban bullying akan mudah marah tersingung
dan menangis, ada juga yang mengalami perubahan pola tidur seperti susah
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
854
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
untuk tidur awal, jika siswa mengalami perubahan yang membuatnya mudah
marah emosi dan merasa takut berlebihan dapat di curigai oleh orang tua bisa
saja anak tersebut menjadi korban bullying di sekolah. kasus ini secara emosi
ada perbedaan tingkat emosi dari korban ada yang merasa lebih mudah marah,
merasa emosi dan tertekan sedangkan satunya merasa takut yang berlebihan
karn mersa tidak aman apalagi data jam istirahat sekolah.
f. Perubahan perilaku pola hidup
Perubahan perilaku pola hidup korban bullying menurut Fauziah dkk.
(2023) Perubahan pada korban menjadikan peibadi yang tertutuphingga
membuat ia tidak percaya diri dan sulit berkmunikasi pada lingkungannya
korban bullying akan merasa kehilangan rasa percaya dirinya kepada
lingkungan yang menyakiti dirinya, dalam penelitian ini ditemukan kesamaan
dari korban pada pola hidup yang di alami korban setelah di bully yang subjek
alami sama-sama lebih sering berada di kamar dan malah untuk makan seperti
merasa kurang selera atau tidak bergairah untuk makan.
Jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang, konsekuensi bullying bagi
para korban yaitu korban akan merasa depresi dan marah, ia marah terhadap dirinya
sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang disekitarnya dan terhadap
orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya.
3.2 Faktor yang menyebabkan peserta didik menjadi korban bullying
Faktor yang merupakan siswa yang pendiam padahal sebelumnya di kelas
awalnya merupakan siswa yang biasa, siswa yang pendiam atau berkepribadian
introvert memiliki potensi untuk dibully oleh teman-teman di sekolah. Hal ini
disebabkan, anak-anak yang pendiam memilih untuk menerima saja bentuk bullying
yang diberikan pada mereka karena mereka merasa tidak memiliki kekuatan untuk
melawan.
a. Berfisik kecil, lemah
Siswa yang tampak berbeda dari biasanya rentan mendapatkan perlakuan
bullying seperti memiliki badan kecil atau gemuk dan korban bullying yang
terlihat lemah dan di anggap tidak dapat membela dirinya maka akan menjadi
sasaran para pelaku bullying karena para pelaku tau kala u korban tidak akan
mampu membela dirinya. Sedangkan yang di temukan pada diri subjek disini
pada subjek satu memang berfisik kecil, terlihat lemah sedang yang satunya
tidak berfisik kecil namun memang anak yang pemalu, dan memiliki badan
lemah.
b. Berpenampilan lain dari biasa
Penampilan adalah pusat perhatian pertama yang akan di nilai oleh orang
sekitar kita penampilan yang tidak rapi akan menjadi pusat perhatian bagi orang
lain bahkan para pelaku bullying akan mudah menganggap penampilan yang
culun dan tidak rapi tergolong anak yang lemah dan sangat besar peluang
menjadi korban bullying. Ada perbedaan dari penampilan korban bullying yang
subjek satu berpenampilan culun saat sekolah sedangkan korban yang satunya
tidak sama dengan teman yang lain sesuai tata tertib yang di anjurkan dalam
berseragam disekolah dan penyebab culun termasuk salah satu faktor seseorang
menjadi korban bullying,
c. Sulit begaul
Siswa yang kurang popular di sekolah bisa menjadi sasaran bullying karna
siswa yang terlihat sedikit memiliki teman atau tidak memiliki teman sama
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
855
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
sekali dengan sedikitnya teman anak ini akan lebih sering sendiri sehingga
momen itu menjadi kesempatan bagi pelaku bullying. pada subjek penelitian ini
bahwa korban merasa minder untuk berteman sedangkan subjek dua merasa
malas untuk berteman terkecuali dengan teman yang di anggapnya cocok akrab
dengannya.
d. Percaya diri rendah
Rendah dan kurangnya kepercayaan diri pada siswa di sekolah dapat
menjadikannya di-bully dengan tidak memiliki kepercayaan diri dia akan
terlihat lemah dan tidak berani untuk melawa pelaku. Terjadinya bullying
menimbulkan perasaan yang beragam melanda korban subjek mengalami
minder, lebih pemalu dan semakin menjadi anak yang pendiam.
e. Cangung
Rasa canggung timbul karna merasa tidak bisa dan tidak terbiasa dengan
merasa tidak nyaman dalam suatu lingkungan dan merasa berbeda dari yang
lain baik dari pakaian ataupun canggung dalam berbicara membuat dirinya
menjadi seseorang yang di anggap lemeh sehingga membuatnya mudah
mendapatkan perlakuan bullying subjek yang menjadi korban sama-sama
memiliki rasa canggung terlalu berhati hati saat berbicara di dalam kelas
f. Memiliki aksen bereda
Aksen di pahami sebagai cara atau gaya dalam pengucapan aksen bisa
beragam tergantung wilayah, budaya di setiap kelompok masyarakat. Namun di
sekolah siswa yang memiliki bahasa yang baik akan mengganggap lemah dan
rendah pola sosial pada siswa lain yang memiliki logat kental pada daerahnya,
sehingga sangat mudah untuk pelaku bullying mem-bully mereka yang
menggunakan bahasa dan aksen yang berbeda.
3.3 Dampak yang terjadi pada siswa korban bullying
Dampak adalah efek yang terjadi pada diri sendiri dan orang lain dan tentunya
dapat merugikan diri dan orang sekitar dampak bullying yang jika tidak ditangani
akan terbawa hingga dewasa dan akan mengganggu pencapaian-pencapaian terbaik
dalam hidup koban.
a. Merasa tidak nyaman
Merasa tidak nyaman dan merasa terganggu sangat tidak nyaman kita
rasakan selalu merasa ada yang mengintai dan mengganggu fikiran menurut
Yusuf (2021), Korban bullying cendrung merasa takut, cemas, dan memiliki self
sesteem yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak menjadi korban
bullying. Terjadinya bullying menimbukan dampak pada rasa trauma dan
merasa tidak nyaman selalu merasa takut pada pelaku bullying itu di rasakan
oleh dua korban saat ini.
b. Rendah diri
Perasaan rendah diri yang dirasakan setelah menjadi korban akan sangat
mengganggu perkembangan siswa tersebut seperti yang dirasakan merasa rendah
diri semenjak menjadi koban perundungan. Putra (2019) berpendapat bahwa
dampak yang dialami korban seperti merasa setress dan depresi disebabkan
karena perasaan rendah diri.Tindakan bullying ini menimbulkan dampak yang
berbeda pada setiap individu tergantung berat danbtidaknya kasus bullying yang
di alami korban subjek satu lebih merasa takut, tidak berani, dan semakin
mengalami rasa minder dari sebelum menjadi korban bullying sedangkan subjek
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
856
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
ke dua merasa tidak enak dan tergganggu serta berharap tidak terjadi lagi tindak
bullying.
c. Sulit bersosialisasi.
Bersosialisasi atau bergau adalah keperluan hidup dalam bermasyarakat
baik di rumah di sekolah namun jika sudah kita mengalami perundungan banyak
korban merasa sulit untuk menjalin hubungan baik Kembali dengan orang
sekelilingnya Menurut Putri (2022) Perundungan atau yang biasa disebut
bullying yang biasa terjadi pada anak-anak yang dapat mengakibatkan depresi,
kecemasan, dan bunuh diri. bahkan mereka mengalami permasalahan dalam
hubungan sosial. Banyak yang mengalami kesulitan dalam pertemanan yang di
alami korban bullying pada subjek korban mengalami persamaan pada dua
subjek peneliti menyimpulkan bahwa korban merasa minder, bergaul hanya
dengan teman yang di anggap dipercayainya, lebih berhati-hati dalam memilih
teman.
d. Takut kesekolah
Merasa takut datang kesekolah adalah salah satu dampak yang timbul pada
korban karan dia merasa bahwa sekolah bukanlah tempat yang aman baginya,
Yusuf dalam Olweus Berpendapat bahwa bullying memiliki pengaruh yang besar
bagi kehidupan korbannya hingga dewasa, saat merasa sekolah akan
menimbulkan depresi dan perasaan tidak bahagiauntuk mengikuti sekolah,
karena dihantui rasa cemas dan ketakutan. Subjek pernah mengalami bolos
sekolah untuk menghindari pelaku sedangkan subjek dua tetap sekolah meski
sudah di bully namun mereka sama-sama selalu merasa takut ada disekolah.
e. Tidak mau bergaul
Merasa kurang bergaul dengan teman karna kejadian tersebut lebih sering
diam dan menyendiri memang korban bullying akan sulit bergaul hal ini sejalan
dengan pendapa Putra (2019) Siswa korban bullying akan terhambat dalam
perkembangan sosialnya seperti menjadi menjadi pemurung dan menarik diri
dari pergaulan. Korban sama-sama merasa takut untuk berteman menjadi
memilih teman bahkan lebih memilh diam menyendiri
f. Sulit berkonsentrasi
Siswa yang menjadi korban peundungan dapat mengalami kecemasan
yang berlebihan hingga mengganggu aktifitas belajardi sekolah akibat terjadinya
bullying terhadap dirinya membuatnya merasa selalu takut berada di sekolah
sehingga timbul rasa tidak aman, tidak nyaman, dan tidak bisa berkonsentrasi
saat belajar. Kesulitan dalam konsentrasi disini subjek memiliki kesamaan mereka
sama-sama mengalami sulit fokus dan sulit dalam berkonsentrasi hingga
mengalami penurunan nilai pada raport mereka.
3.4 Peran Guru bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang menjadi korban
bullying
Guru BK merupakan faktor yang dominan dan paling penting di dunia
pendidikan formal pada umumnya, peran guru bimbingan dan konseling tidak dapat
digantikan oleh guru lain, dalam kasus yang terjadi di sekolah MTs Raudhatul Ulum
Guru bimbingan dan konseling melakukan kordinasi atau Kerjasama kepada semua
pihak yang ada disekolah seperti guru mata pelajaran, wali kelas, kesiswaan, kepala
sekolah maupun staff di sekolah MTs Raudhatul Ulum juga telah terlaksana program
yang di lakukan satu minggu sekali sepertik memberikan layanan klasikal,
memberikan konseling individual kepada siswa yang membutuhkan agar dapat
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
857
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
menyelesaikan masalahnya, memberikan bimbingan kelompok di setiap kelas dan
konseling kelompok pada siswa yang terlibat atau seperti kasus kenaklan, seperti
menjadi korban bullying di sekolah dan sebagainya, guru BK juga berperan sebagai
pembimbing bagi peserta didik dan memberikan motivasi atau saran kepada peserta
didik. mengajarkan bagaimana cara bersikap dengan baik kepada orang lain,
terutama kedua orang tua dan guru yang ada di lingkungan sekolah.
4. Kesimpulan
Penanganan kedua siswa korban bullying tersebut adalah untuk menyelesaikan
permasalahan pada siswa dalam bentuk bullying. Bentuk bullying yang terjadi di MTs
kelas IX di Raudhatul Ulum Pematang Rambai Desa Kuala Mandor A, Adapun bentuk
bullying verbal dan non verbal sehingga dalam perlakuannya sering terjadi dalam
bentuk ucapan atau perkataan yang tidak enak sedangkan dampak terjadinya bullying
terhadap siswa yaitu kurang percaya diri ,pendiam, motivasi belajar kurang jarang
datang ke sekolah. Disinilah guru BK memberikan penanganan yang tepat dalam
menangani bullying dalam bentuk pencegahan dan di harapkan mampu berkolaborasi
dengan berbagai pihak sekolah.
Dari penelitian di atas dari yang din alami subjek 1 :
1. Gejala siswa yang menjadi korban bullying
.fisik muncul lebam, mengalami sakit karna kefikiran, bolos sekolah setelah
mengalami bullying, perubahan sosial seperti malas bergaul ataupun enggan
bermain dengan temannya, emosi tidak setabil setelah mendapatkan perlakuan
bullying seperti mudah marah.
2. Faktor yang menyebabkan peserta didik menjadi korban bullying
Korban bullying yaitu memiliki penampilan fisik yang berbeda berfisik kecil,
lemah, pendiam, pasif, rendah diri, gagap, berpenampilan kurang rapi/culun.
3. Dampak yang terjadi pada siswa korban bullying
Saat seseorang menjadi korban bullying, mereka dapat makin sulit untuk
mempercayai orang lain di sekitarnya. hal ini bisa membuat seseorang
mengalami kegagalan saat berteman atau kesulitan untuk membangun
hubungan dengan orang lain, membuat sulit berkonsentrasi, nilai kademik
menurun.
Sedangkan yang di alami subjek 2:
1. Gejala seswa yang menjadi korban bullying
Korban bullying mengalami memar di tangan sering menyendiri pola hidup
terganggu seperti malas makan, malas berkomonikasi dengan orang
disekitarnya, malas untuk bergaul, dan menjadi lebih pendiam
2. Faktor yang di alami korban bullying
Korban bullying ini badan yang sering lemah, susah untuk bergaul, pemalu, dan
memiliki sifat sedikit menyebalkan.
3. Dampak yang di alami korban bullying
Merasa takut dan tidak aman berada disekolah malas untuk datamg kesekolah,
perubahan dalam sosial, lebih sering menyendiri dan sulit untuk berkonsentrasi
saat belajar.
2. Peran Guru bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang menjadi korban
bullying.
Peran guru BK dalam mengatasi bullying Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
memiliki peranan penting dalam mencegah dan menanggulangi bullying di sekolah, untuk
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
858
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
itu diperlukan pelayanan yang efisien dan komprehensif kepada seluruh siswa dengan
menggunakan berbagai keterampilan dan media yang dapat membantu kinerja guru
BK/Konselor dalam menangani bullying.
5. Daftar Pustaka
Astuti, P. R. (2008). Meredam bullying: 3 cara efektif mengatasi KPAC kekerasan pada
anak. Jakarta: Grasindo
Bahtiar, D. (2016) Studi Kasus Mengatasi Perilaku Bullying Pada Siswa SMP
Muhammadiyah 2 Pontianak. [Skripsi]. PGRI. Pontianak
Coloroso, B. (2007) Stop Bullying. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
Coloroso, B. (2011). The bully, The Bullied, And The Bystander. Colling Living
Fauziah, F., Rochani, R., & Handoyo, A. W. (2023). Pengembangan Media Permainan Ludo
Bullying Untuk Meningkatkan Pemahaman Bullying Pada Remaja. Diversity
Guidance and Counseling Journal, 1(2), 13-33.
Hidayati, LN, & Amalia, R. (2021). Dampak psikologis pada remaja korban bullying: studi
fenomenologi. Media Keperawatan Indonesia, 4 (3), 201.
Karyanti & Aminudin (2019) Cyberbullying & Body Shaming. Yogyakarta. Penerbit :K-
media
Khoirunnisa, R (2015). Konsep Diri Remaja Korban Bullying Studi Pada Siswa Korban
Bullying Di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, Skripsi : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. http;//ojs.uniska.ac.id/index.php/BKA
Moenada, M. S. (2011). Bimbingan Konseling dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 8(1), 57-72.
Muliasari, N. A. (2019) Dampak Prilaku Bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak Studi
Kasus MI MAARFI Cokok Badadan Ponorogo. Skripsi. IAIN Ponorogo. Di unduh.
http///etheses.iainponorogo.ac.id
Olweus D, (1992) Bullying At School What We Khon And What We Can Do. USA:
BLACKWELL
Permata, Pubasari, & Fajri (2021) Analisis Penyebab Bullying Dalam Kasus Pertumbuhan
Mental Danemosional Anak. Jurnal. Prasasti Ilmu Mari Universitas Kudus. Diunduh
Jurnal.umk.ac.id.
Prasetyo, B E. A (2011). Bullying Di Sekolah Dan Dampaknya Bagi Masadepan Anak.
El_Tarbawj.Vol1.
Putra, D A. (2019) Pengaruh Bullying Verbal Terhadap Keputusan Menjalani
Hubungan Pertemanan Padasiswa Kelas VIII SMP N 4 WATES jurnal: Riset
mahasiswa bimbingan dan konseling. Diunduh.
https;//journal.student.uny.ac.id/index.php/fipdk/article/downlod/15928/15412
Putri E D. (2022) Kasus Bullying Di Lingkungan Sekolah Dampak Serta
Penangannaya. Jurnal. Penelitian, Pemikiran Dan Pengabdian. Diunduh
https://jurnal.uisu.ac,id/index.php/keguruan/article/download/6263/702
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, January 2024, Page: 849-859
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
859
Qurota A’yun et.al (Studi Tentang Korban Bullying.)
Putri, A. (2020) Meningkatkan Resiliensi Korban Bullying Dengan Pendekatan
Solution-Focused Brief Conseling Jurnal. Diunduh.
http;//ojs.uniska.ac.id/index.php/BKA
Qodar, Nafisul. (2015) Survy ICRW: Anak Indonesia Alami Kekerasan Disekolah
liputan.com. diakses tgl 1 oktober 2016.
Semit, K. P. And Sonis S. (1994) School Bullying Insights And Perspectives. Londen And
New York: ROUTLEDGE.
Suhartina (2014) Dasar-Dasar Bimbinga Dan Konseling. Pekan Baru. CV Mutiara
Pesisir Sumatra.
Tumon. (2014) Studi Diskriptif Prilaku Bullying Pada Remaja Calypra: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya.
Tumon. (2014) tudi Diskriptif Prilaku Bullying Pada Remaja Calypra: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya.
Yuliana (2020) Dampak Bullying Terhadap Tindkat Kepercayaan Diri Sisiwa. [Skripsi]
Diperoleh dari http://repository.uinjambi.ac.id/3170/2skripsi/20agusti%20.pdf
Yuliatun I, (2019) Waspadai Perilaku Bullying Disekitar Kita. Surakarta. Diunduh
https://rsld-surakarta.jatengprov.go.id
Yusuf, S. (2021). Pisikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung PT. Remaja
Rosdakarya.