Sesuai kasus di atas dan pendapat para ahli peneliti menggunakan metode
fenomemologi metode ini adalah metode yang cocok digunakan untuk peneliti dalam
meneliti permasalahan yang berkaitan dengan latar fenomena yang sedang terjadi.
Bullying yang dialami siswa disini yakni bullying fisik dan verbal dimana korban
mengalami kekerasan fisik seperti dipukul, di orong hingga jatuh dan ini dilakukan oleh
dua pelaku dengan motif pelaku merasa benci dan tidak suka pada sikap dan penampilan
korban ciri siswa yang menjadi korban disini memiliki kepercayaan diri rendah, pakaian
yang tidak rapi, cendrung pendiam, sulit bergaul. Tindakan penindasan dapat
berkembang dimana saja, kapanpun, dan pada siapa saja Olweus (1992)
mendefinisikaan bullying sebagai berikut “long standing violence, physical or
psychological, perpeted by an individual or grup directed against an individual who can
not defend himself or herself” . artinya kekerasan fisik atau pisikis yang terus menerus
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara langsung yang korbannya tidak
bisa menahannya.
Perundungan atau bullying di sekolah dapat melecehkan baik secara tindakan, fisik,
ataupun ucapan. ” Semith And Sharp memaparkan “Bullying can be described as the
systematic abuse of power. There will always be power relatinships in social groups, by
virtue of strength or size or ability, force of personality, sheer number or recognized
hierarchy”. Artinya bullying dapat diartikan sebagai penyalah gunaan kekuasaan dan
kekuatan, akan selalu ada suatu kekuasan dalam kelompok sosial, berdasarkan ukuran
kekuatan atau kemampuan, jumlah atau kelompok yang diakui (1994).
Terjadinya bullying tentu ada faktor yang membuat pelaku bullying bertindak
menyakiti terhadap korban. Permata, Pubasari, & Fajri (2021,) berpandapat bahwa
faktor penyebab terjadinya ada dua faktor internal dan eksternal, faktor internal yaitu
dari dalam diri anak tersebut seperti anak bersifat pendiamdan lemah. faktor
eksternalnya yaitu faktor yang terjadi dari luar diri anak, menurut. Tumon (2014) juga
berpendapat faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya bullying yaitu keluarga,
yang ekonominya rendah, teman sebaya, dan lingkungan sekitar (Permata et. al 2021).
Ada banyak dampak pada korban bullying baik fisik atau pisikis yang dampaknya
bisa sangat merugikan bagi korban banyak dampak yang akan terjadi pada korban
Yuliana (2017) Korban bullying mempunyai dampak yang negative dapat menyebabkan
siswa menjadi peribadi yang mengalami gangguan perkembangan dalam hal fisik,
pisikologis, akademik, maupun sosial. bentuk dari dampak bullying fisik merupakan
adanya korban merasa sakit kepala, flu, sakit, memar, baju robek, berdarah. bentuk dari
dampak bullying pisikologis dampak bullying yaitu korban mempunyai rasa minder,
takut, mudah cemas, menjadi pendiam dan depresi.
Menurut Bahtiar (2016) dampak yang dialami oleh korban akan mengalami berbagai
macam gangguan yang meliputi kesejahteraan pisikologis yang rendah (low psychological
well-being) yaitu dimana korban akan merasa tidak nyaman, rendah diri, serta tidak
berharga, penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa takut kesekolah bahkan
tidak mau sekolah, menarik diri dari lingkungan pergaulan, prestasi akademik yang
menurun karena mengalami kesulitan berkonsentrasi.
Hal tersebut mendorong langkah peran bimbingan dan konseling agar dapat
memberikan layanan yang sesuai Prayitno (2014) mendefinisikan bimbingan dan
konseling adalah pemberian bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan
pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku khususnya pencegahan bullying.