Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1121
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan Profil
Pelajar Pancasila dimensi Bernalar Kritis di SMP
Muhammadiyah 4 Surakarta
Oktaviani Widayati
a,1
, Patmisari
b,2
a, b
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl A. Yani No. 157,
Pabelan, kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah 57169
1
a220200018@student.ums.ac.id;
2
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 7 Maret 2024
Direvisi: 27 April 2024
Disetujui: 15 Juni 2024
Tersedia Daring: 1 Juli 2024
Pendidikan merupakan bekal utama untuk menghadapi dinamika kehidupan yang terus
berkembang dan mengalami perubahan. Dunia pendidikan saat ini menghadapi banyak
masalah yang sangat kompleks dan beragam, mulai dari kurangnya dalam proses
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Pendidikan pada abad ke-21 memerlukan
pergeseran pola pikir dalam metode pembelajaran, Dimana penekanan utama diberikan
pada pengembangan keterampilan abad ke-21 untuk memberdayakan siswa dengan
kemampuan yang relevan dan kompetitif. Dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran
yang mampu mengalihkan fokus pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi
berpusat pada siswa. Peran guru menjadi sangat penting dalam mendukung
perkembangan peserta didik agar memperoleh sikap kritis, inovatif, kreatif dan bermoral
tinggi untuk membentuk individu yang secara utuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui strategi guru PPKn dalam meningkatkan Profil Pelajar Pancasila dimensi
bernalar kritis di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan kurang
lebih 5 bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif
dimana peneliti akan mendeskripsikan berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan.
Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan Waka Kurikulum, guru PPKn, siswa,
observasi dan dokumentasi di sekolah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa strategi guru PPKn dalam meningkatkan dimensi bernalar kritis dengan
menggunakan model atau metode pembelajaran yang bervariasi, strategi guru agar siswa
gemar membaca atau berliterasi, strategi yang kedua yaitu guru memberikan contoh atau
kejadian actual, strategi yang ketiga guru memberikan soal HOTS, strategi yang keempat
yaitu siswa mampu memecahkan masalah melalui diskusi, tanya jawab dan presentasi dan
yang terakhir fasilitas sekolah yang mendukung dalam pembelajaran.
Kata Kunci:
Strategi Guru PPKn
Profil Pelajar Pancasila
Bernalar Kritis
ABSTRACT
Keywords:
Civic strategy teacher
Pancasila student profile
Critical reasoning
Education is the main provision to face the dynamics of life which continues to develop and
experience change. The world of education is currently facing many very complex and
diverse problems, starting from deficiencies in the learning process and learning evaluation.
Education in the 21st century requires a shift in mindset in learning methods, where major
emphasis is given to developing 21st century skills to empower students with relevant and
competitive abilities. A learning approach is needed that is able to shift the focus of learning
from teacher-centered to student-centered. The role of teachers is very important in
supporting the development of students so that they acquire critical, innovative, creative
and high moral attitudes which aim to form complete individuals. This research aims to
determine the strategies of PPKn teachers in improving the Pancasila Student Profile in the
critical reasoning dimension at SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. This research was
carried out for approximately 5 months. The method used in this research was descriptive
qualitative where the researcher will describe based on data obtained from the field. Data
sources were obtained from interviews with the Deputy Head of Curriculum, PPKn teachers,
students, observations and documentation at school. Data collection techniques in this
research used observation, interviews and documentation. The results of this research
showed that the PPKn teacher's strategy in increasing the dimensions of critical reasoning
is by using a variety of learning models or methods, the teacher's strategy is to get students
to like reading or literacy, the second strategy is the teacher giving examples or actual
events, the third strategy was the teacher giving HOTS questions, The fourth strategy was
that students were able to solve problems through discussions, questions and answers and
presentations and finally school facilities that support learning.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1122
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
©2024, Oktaviani Widayati, Patmisari
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan bekal utama untuk menghadapi dinamika kehidupan yang terus
berkembang dan mengalami perubahan. Pendidikan harus selalu mengikuti kebutuhan dan
perkembangan dunia untuk menghadapi tantangan zaman yang terus berubah dan
perkembang (Purnama, 2020). Dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berperan dalam pengembangan dan
pembentukan karakter peradaban bangsa yang memiliki martabat. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, mengoptimalkan potensi dan keterampilan
peserta didik, serta membentuk mereka menjadi pribadi yang beriman, berakhlak baik,
berpengetahuan luas, kreatif, mandiri, dan sebagai warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Sedangkan pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan membangun kemampuan, karakter, dan peradaban bangsa untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa
Dunia pendidikan saat ini menghadapi banyak masalah yang sangat kompleks dan
beragam, mulai dari kurangnya dalam proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, kurangnya dukungan terhadap peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan berpikir menjadi suatu kelemahan karena mereka sering
diminta untuk menghafal informasi daripada mendorong pengembangan kemampuan
berpikir. Pendidikan di sekolah cenderung memberikan beban teori yang harus dihafal tanpa
memberikan arahan untuk mengaitkannya dengan situasi kehidupan sehari-hari. Akibatnya,
pemahaman peserta didik cenderung bersifat teoritis dan kurang memiliki aplikasi. (Darwati
& Purana, 2021).
Pendidikan pada abad ke-21 memerlukan pergeseran pola pikir dalam metode
pembelajaran, di mana penekanan utama diberikan pada pengembangan keterampilan abad
ke-21 untuk memberdayakan siswa dengan kemampuan yang relevan dan kompetitif.
Perubahan signifikan dalam abad ke-21 dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan
perkembangan pesat di berbagai bidang (Trisnawati & Sari, 2019). Keterampilan penting
yang khusus untuk dikembangkan dalam pembelajaran pada abad ke 21 yaitu The 4C
Skills yang berarti critical thinking, collaboration, creativity, and communication (Island
et al., 2021). Paradigma pembelajaran saat ini juga mengalami transformasi, dimana peserta
didik perlu diberikan keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia
modern. Di era ini, siswa perlu didorong untuk mengembangkan kreativitas, inovasi,
kemampuan bernalar kritis, kolaborasi, dan pemahaman teknologi (Jayadi et al., 2020).
Kebijakan pengembangan Kurikulum 2013 Revisi menjadi Kurikulum Merdeka
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 56/M/2022 tanggal 10 Februari 2022 tentang Panduan Pelaksanaan
Kurikulum dalam Konteks Pemulihan Pembelajaran. Keputusan tersebut dari Kemendikbud
Ristek menjadi landasan hukum dan acuan utama dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka di
berbagai institusi pendidikan, termasuk sekolah, madrasah, serta lembaga pendidikan
lainnya di Indonesia (Cholilah et al., 2023).
Berdasarkan ketentuan dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 mengenai Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk periode 2020-2024, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, menetapkan Profil Pelajar Pancasila
sebagai salah satu Visi dan Misi utama Kementerian tersebut. Profil Pelajar Pancasila
diartikan sebagai representasi nyata dari pelajar Indonesia yang diarahkan untuk menjadi
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1123
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
pelajar sepanjang hayat, memiliki potensi global, dan berperilaku sesuai dengan prinsip-
prinsip Pancasila. Keenam ciri utama pelajar tersebut mencakup keyakinan kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, memiliki kebinekaan global, menerapkan gotong royong, mandiri,
serta memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Profil Pelajar Pancasila kedepannya
dapat berjalan dengan baik sesuai harapan, memiliki potensi dan kualitas sehingga mampu
bersaing baik secara nasional ataupun global, mampu berkolaborasi dengan baik, dapat
menunjukkan kemandirian dalam menyelesaikan tugas, kemampuan berpikir kritis, dan
memiliki daya kreatifitas untuk pengembangan ide-ide inovatif. Pentingnya memotivasi
Pelajar Indonesia untuk terus berkembang dan menjadi siswa yang memiliki kualitas
internasional, tetapi tetap memegang teguh nilai-nilai kebudayaan lokal (Kahfi, 2022).
Dimensi bernalar kritis adalah salah satu dimensi dari Profil Pelajar Pancasila, yang
bertujuan agar siswa dapat secara obyektif menginterpretasikan informasi baik dalam bentuk
kuantitatif maupun kualitatif. Dimensi ini menekankan kemampuan siswa untuk
menghubungkan berbagai jenis informasi, menganalisis data, mengevaluasi informasi, dan
mengambil kesimpulan secara kritis (Suminar, 2022). Kemampuan peserta didik dalam
bernalar kritis perlu diperkuat agar mereka dapat dengan lancar menyelesaikan tantangan
kehidupan yang erat kaitannya dengan lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan (Fahrurrozi,
2021) menjelaskan bahwa dalam menghadapi perubahan zaman, diperlukan kemampuan
penalaran kritis. Tingkat kedewasaan intelektual seseorang dapat terlihat melalui
kemampuan penalaran kritis. Salah satu pendekatan berpikir kritis dalam konteks
keterampilan abad ke-21 bertujuan untuk memperkuat kemampuan berpikir dan
mempersiapkan peserta didik agar dapat mengatasi kompleksitas masyarakat global. (Novita
Sari et al., 2021).
Kemampuan berpikir kritis menjadi aspek yang snagat penting, tetapi implementasinya
di lapangan belum mencapai harapan. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa Indonesia
masih di bawah standar yang diinginkan (Syafitri et al., 2021). Kemampuan bernalar kritis
pada siswa Indonesia di tingkat SMP masih belum mencapai tingkat optimal. Ini dapat
dibuktikan dengan data dari OECD 2019, yang menunjukkan bahwa hasil PISA tahun 2018,
Indonesia menempati peringkat ke-7 dari bawah. Hingga saat ini, perhatian terhadap
pengembangan kemampuan berpikir kritis masih kurang memadai, memberikan peluang
untuk lebih mengeksplorasi dan meningkatkan kemampuan tersebut. Fakta tersebur semakin
menegaskan urgensi berpikir kritis dalam konteks pembelajaran, terutama dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya lebih lanjut
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis agar siswa mampu mengatasi masalah
dan membuat kesimpulan dengan efektif dari berbagai kemungkinan.
Menurut Rifky (2020) strategi guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan cara memberikan materi yang unik, menyenangkan dan mudah dipahami,
menyampaikan materi dengan cara yang sederhana dan menarik, menginspirasi siswa
dengan memberikan penghargaan, menciptakan situasi belajar interaktif, menjadikan siswa
sebagai fokus utama pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, serta
memberikan apresiasi dan umpan balik untuk kemajuan siswa.
Dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu mengalihkan fokus
pembelajaran dari guru menjadi siswa. Peran guru menjadi sangat penting dalam
mendukung perkembangan peserta didik agar memperoleh sikap kritis, inovatif, kreatif, dan
bermoral tinggi, dengan tujuan membentuk individu yang secara utuh (Aryani, 2020).
Berdasarkan pernyataan (dalam Mery dkk, 2022) Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa
Kemendikbudristek akan mengimplementasikan penguatan karakter pendidikan bagi peserta
didik melalui sejumlah strategi yang berfokus pada proses pembelajaran yang bertujuan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1124
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
mencapai ideal Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila diharapkan memiliki profil lulusan yang
mampu menunjukkan atribut dan keterampilan yang dapat diperoleh dari peserta didik.
Tujuan dari profil ini juga adalah untuk memberikan dukungan dan penguatan kepada
peserta didik dengan nilai-nilai luhur Pancasila (Kemendikbudristek, 2022).
Dalam Pembelajaran Pancasila dan kewarganegaraan seharusnya mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan imajinatif dalam menghadapi isu-isu
masyarakat. Peserta didik diharapkan aktif dan bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan, nasional, dan pencegahan korupsi. Dalam proses pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, siswa perlu didorong untuk berpikir kritis dan bertindak
dengan moral serta kebijaksanaan, baik sebagai individu di dalam keluarga, masyarakat, dan
sekolah, maupun sebagai warga negara yang berkontribusi sesuai dengan amanah negara.
Proses pembelajaran sebaiknya dirancang sebagai pengalaman langsung, solusi terhadap
masalah sosial, keterlibatan sosial, dan interaksi antar budaya yang sesuai dengan konteks
kehidupan siswa (Istiqomah et al., 2023).
Dalam mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sering ada pertanyaan
yang muncul mengenai metode pembelajaran yang digunakan. Meskipun demikian, metode
pembelajaran untuk Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan cenderung lebih fokus
pada ceramah. Selain itu, guru hanya mengandalkan ceramah sebagai pendekatan utama
dalam menyampaikan materi, menitikberatkan pada kelengkapan informasi tanpa
sepenuhnya memperhatikan substansi materi. Implikasinya sangat signifikan terhadap minat
belajar siswa di dalam kelas. Siswa tidak begitu tertarik terhadap pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, bahkan menganggapnya monoton. Lebih lanjut,
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menjadi minim, berdampak negatif pada
kualitas pembelajaran secara keseluruhan. (Nor et al., 2024).
Penelitian yang dilakukan oleh Novita Taya Sara (2017) menunjukkan bahwa guru
PPKn di SMK Negeri 1 Selo Boyolali dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dengan menerapkan berbagai strategi pembelajaran. Salah satunya adalah melalui
penggunaan metode-metode seperti presentasi, ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Guru
dapat mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dengan memberi kesempatan kepada
mereka untuk mengemukakan pendapat mengenai topik yang sedang dibahas. Siswa yang
cenderung pasif, guru dapat memberikan pertanyaan yang harus dijawab agar mereka lebih
terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, memberikan motivasi kepada siswa dan
memberikan apresiasi berupa pujian kepada mereka yang aktif selama pembelajaran juga
merupakan langkah penting dalam meningkatkan berpikir kritis siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah & Muthali’in (2023) menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui kegiatan proyek yang terintegrasi
dalam kurikulum merdeka. Guru, siswa dan sekolah mendapatkan pengalaman baru melalui
proyek ini, yang memungkinkan sekolah untuk mengatur kegiatan belajar mandiri tanpa
mengganggu proses pembelajaran. Namun, pelaksanaan proyek di P5 memerlukan
manajemen waktu dan persiapan yang teliti dari pihak guru.
Pelajar yang memiliki kemampuan bernalar kritis dapat membuat keputusan yang
akurat dalam mengatasi berbagai masalah, baik dalam lingkungan kelas maupun di
kehidupan sehari-hari. Selain itu, pelajar Indonesia yang memiliki kemampuan berpikir
kritis dapat melihat suatu situasi dari berbagai sudut pandang dan tetap terbuka terhadap
informasi baru, termasuk informasi yang dapat mengubah pandangan mereka yang sudah
ada sebelumnya. Kemampuan ini dapat membimbing pelajar Indonesia untuk menjadi
individu yang memiliki pikiran terbuka, berkeinginan untuk memperbaiki pendapat mereka,
dan selalu menghargai pandangan orang lain. Proses penerimaan dan pengolahan informasi,
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1125
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
analisis, evaluasi penalaran, serta refleksi dan penilaian terhadap pemikiran sendiri
merupakan elemen krusial dari kemampuan berpikir kritis. (Irawati et al., 2022).
Namun, pada kenyataannya belum sepenuhnya peserta didik mempunyai ketrampilan
bernalar kritis, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Rahmayanti, 2017) menyatakan bahwa
Hanya sedikit sekolah yang mengajarkan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis secara efektif. Proses pembelajaran di sekolah umumnya hanya fokus pada
penyampaian informasi dan jawaban yang benar, membuat peserta didik menjadi penerima
pasif dari materi yang diajarkan oleh guru. Dengan kata lain, peserta didik yang belum
memiliki kemampuan berpikir kritis cenderung mudah mempercayai informasi tanpa
pertimbangan yang mendalam, termasuk dari guru mereka. Akibatnya, motivasi untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis seringkali kurang, terutama mengingat kondisi
pembelajaran PPKn saat ini di Indonesia.
2. Metode
Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode kualitatif adalah
pendekatan penelitian yang didasarkan pada filosofi postpositivisme, digunakan untuk
menyelidiki fenomena alami, di mana peneliti berperan sebagai instrumen utama,
pengumpulan data dilakukan melalui triangulasi berbagai teknik, analisis data bersifat
deduktif, dan penelitian kualitatif menitikberatkan pada pemahaman makna (Sugiyono,
2017). Pengumpulan data dilakukan melalui tiga teknik, yaitu observasi, wawancara
dengan waka kurikulum, guru dan peserta didik, serta dokumentasi sebagai sumber data.
Melalui observasi, peneliti dapat mengamati secara langsung aktivitas pembelajaran yang
dilakukan di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Wawancara dengan Waka Kurikulum,
Guru PPKn dan siswa dilakukan untuk mendapatkan pandangan dan pemahaman yang
lebih dalam tentang strategi guru PPKn dalam meningkatkan Profil Pelajar Pancasila
dimensi bernalar kritis yang diterapkan di sekolah. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu model alir menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2017) yang meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa ada beberapa cara guru dalam
meningkatkan Profil Pelajar Pancasila dimensi bernalar kritis. Cara tersebut diantaranya yaitu
strategi guru dalam menggunakan model atau metode pembelajaran yang bervariasi, strategi
guru agar siswa gemar membaca atau berliterasi, strategi guru dalam memberikan contoh atau
kejadian actual, strategi guru dalam memberikan soal HOTS, strategi guru agar siswa mampu
memecahkan masalah melalui diskusi, tanya jawab dan presentasi kelompok serta fasilitas
sekolah yang mendukung. Selain strategi guru juga ada kendala yang dihadapi dalam
meningkatkan Profil Pelajar Pancasila dimensi bernalar kritis. Berikut ini penjelasan lebih
detailnya :
1. Strategi Guru dalam Meningkatkan Profil Pelajar Pancasila dimensi Bernalar
Kritis di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta
1) Strategi guru PPKn dalam menggunakan model atau metode pembelajaran
yang bervariasi
Setiap pembelajaran PPKn guru harus memiliki strategi yang berbeda dalam
kegiatan belajar mengajar. Guru PPKn berusaha menyelesaikan masalah dengan
menggunakan strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa yang
berbeda di setiap sekolah. Selain itu, karena setiap sekolah memiliki karakteristik
dan hambatan yang berbeda, strategi yang diterapkan pun bervariasi. Salah satu cara
agar dapat meningkatkan kemampuan siswa adalah guru harus bisa menyesuaikan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1126
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
dan merancang metode dan strategi yang cocok digunakan untuk meningkatkan
kemampuan bernalar kritis siswa sesuai dengan karakter siswa. Seorang guru harus
memiliki strategi agar siswa dapat bernalar secara kritis dan mampu memecahkan
masalah. Guru harus pintar menggunakan metode atau media pembelajaran agar
siswa tidak jenuh atau bosan apalagi kalau metode pembelajarannya ceramah pasti
siswa akan mudah bosan dan mengantuk. Hal tersebut diperkuat dengan hasil
wawancara dengan ibu inisal OM selaku guru PPKn mengatakan bahwa :
Saya biasanya kalo pembelajaran seringnya yang saya pakai itu jigsaw itu
memberikan anak pertanyaan nanti biasanya kelompok terus saya suruh dalam
kelompok itu mendiskusikan setelah didiskusikan saya suruh salah satu
mempresentasikan hasilnya didepan kelas, selanjutnya model pembelajarannya
Problem Based Learning, Project Based Learning.” (kutipan wawancara 16
februari 2024). Selanjutnya ibu inisial AC selaku waka kurikulum mengatakan
bahwa “kalau metodenya saya sering melihat bu Omai menggunakan metode-
metode kayak diskusi kelompok kadang menggunakan tanya jawab banyak
banget metodenya” (kutipan wawancara 21 Februari 2024). Kemudian inisal A
selaku siswa mengatakan bahwa “Strategi yang biasa dipakai kalau bu omai
ceramah, diskusi sama tanya jawab mbak” (kutipan wawancara 22 Februari
2024).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PPKn
sering menggunakan model pembelajaran yang bervariasi misal menggunakan model
problem based learning, project based learning, jigsaw dan problem solving. Selain
itu, guru PPKn menggunakan metode diskusi, tanya jawab dan presentasi kelompok
dimana metode tersebut bisa meningkatkan kemampuan bernalar kritis siswa. Dalam
melaksanaan pembelajaran guru menggunakan pendekatan yang mengarah pada
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) guru hanya sebagai
fasilator saja. Guru memberikan materi pembelajaran dengan media pembelajaran
menggunakan power point yang ditampilkan pada LCD kelas serta menayangkan
video terkait materi yang sedang dibahas. Saat memulai pelajaran, guru memutar
video yang menggambarkan masalah terkait dengan materi. Setelah menonton video,
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa berdasarkan masalah yang muncul dalam
video tersebut. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi permasalahan tersebut, dan dalam hal ini, guru memberikan
bimbingan kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan observasi di kelas guru menggunakan model pembelajaran problem
solving dengan metode ceramah, diskusi kelompok dan tanya jawab yang bertujuan
agar siswa berpendapat, mengajukan pertanyaan, memberikan ide pada saat diskusi
kelompok selain itu guru sudah mencipatakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Guru memiliki tujuan agar siswa selalu berusaha mengumpulkan
informasi secara mandiri bersama kelompoknya dapat melalui buku lks maupun
litgerasi digital. Peran guru sangat penting dalam proses pembelajaran, sebelum
mengawali kegiatan pembelajaran terlebih dahulu guru merancang dan menyususun
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemudian melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai langkah penting mulai dari kegiatan pembuka, inti dan penutup
(Adianti, 2023).
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1127
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
Gambar 1. Diskusi kelompok
2) Strategi guru PPKn agar siswa gemar membaca atau berliterasi
Kegiatan literasi di sekolah dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Kegiatan literasi merupakan bagian
integral dari pendekatan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, sehingga
dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif dan berkesinambungan (Maftuhin et
al., 2021). Dalam penelitian ini guru PPKn memotivasi siswa untuk berliterasi
kemudian siswa mencari informasi dari media sosisal, majalah atau pergi ke
perpustakaan. Berdasarkan hasil wawancara ibu OM selaku guru PPKn mengatakan
bahwa
kalau saya awalnya gini, kalo anak-anak itu biar mudah biasanya awal saya
kasih video gambaran, oh materi yang saya pelajari nanti seperti ini
gambarannya, nanti anak-anak tak suruh melihat dulu terus saya suruh
menyimpulkan dari melihat video kalo divideo ga ada strategi selanjutnya saya
suruh literasi, strateginya literasi membaca kalau ada buku paket ya saya suruh
baca buku paket pokoknya bacaan dengan cara literasi itu tadi mba
strateginya” (kutipan wawancara 16 februari 2024). Informan yang kedua ibu
inisial AC selaku waka kurikulum mengatakan bahwa “secara umum mungkin
sama strateginya yang lebih jelas saya kurang tahu tapi kalau secara umum
saya lihat intinya kalau strategi semua guru kalau mau siswa merangsang
bernalar kritis intinya kan gemar membaca dulu dia” (kutipan wawancara 21
Februari 2024). Informan yang ketiga yaitu siswa inisal N mengatakan bahwa
“disuruh baca-baca lks kadang juga dari handpone cari jawabannya” (kutipan
wawancara 22 Februari 2024).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa jika murid sudah
terbiasa membaca, kegiatan tersebut akan menjadi rutinitas yang berlangsung terus
menerus. Selain itu, siswa yang gemar membaca pasti akan memiliki pengetahuan
yang tinggi sehingga dia akan mudah untuk bernalar secara kritis dan mampu
membedakan pernyataan yang salah dan benar. Apabila ada murid yang kurang
antusias membaca atau memiliki minat baca yang rendah, hal ini dapat menyebabkan
keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, kolaborasi antara guru, orang tua, pihak
terkait, serta penyelenggaraan kegiatan yang sesuai dan edukatif diharapkan dapat
memperkuat dan meningkatkan minat membaca di kalangan siswa. Literasi
memegang peranan penting dalam pembentukan generasi suatu bangsa. Kemahiran
literasi yang baik dapat membantu generasi muda dalam memahami berbagai
informasi, baik yang tercatat maupun yang tidak. Selain itu, penguasaan literasi akan
menghasilkan generasi muda yang mampu menyaring informasi untuk mendukung
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1128
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
kehidupan mereka. Setiap warga negara perlu memiliki kemahiran literasi agar
terwujud masyarakat yang cerdas (Octavialis & Ananda, 2021).
3) Strategi guru PPKn dalam memberikan contoh, isu atau kejadian actual
Dalam riset ini, guru PPKn pernah memberikan contoh atau kejadian aktual
serta bertanya kepada peserta didik tentang kejadian atau isu dalam media massa,
penting bagi kita untuk mencari informasi yang akurat dan terkini dari berbagai
sumber baik itu edia cetak maupun berita elektronik. Bebegai jenis berita dapat
dengan mudah diakses misalnya melalui surat kabar, televisi, internet dan media
sosial lainnya yang dapat memberikan dukungan yang signifikan dalam proses
pembelajaran. Kemudian dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang menarik
untuk dipelajari, diamati dan dibahas bersama kelompok. Berdasarkan hasil
wawancara ibu OM selaku guru PPKn mengatakan bahwa :
pernah, biasanya saya hubungkan sama berita. Jadi kalo ada berita di TV
anak-anak saya tanya apakah sering melihat berita saat ini yang sedang viral.
Anak-anak seringnya lihat sosial media seperti tiktok itu ya kalau berita kan
sekarang cuma yang resmi, sekarang berita sudah di transfer ke tiktok itu ya.
Anak-anak saya tanya apakah ada yang sering melihat berita nanti kalau ada
yang lagi hits saat itu anak-anak saya suruh cerita” (kutipan wawancara 16
Febriari 2024). Informan yang kedua ibu AC selaku waka kurikulum
mengatakan bahwa Kalau saya seringnya memberikan isu itu dalam motivasi
contohnya kayak film laskar pelangi itu kan salah satu motivasi anak belajar
karena terkendala transportasi dia perjuangannya sungguh hebat lewat rawa-
rawa juga nanti naik sepeda sampai rawanya ada buaya sampai kadang saya
sama anak kamu enak tiap berangkat diantar pulang dijemput dikasih uang
saku aja kadang masuk aja ga maksimal belajarnya kadang malas-malasan
seperti itu” (kutipan wawancara 21 Februari 2024). Informan yang ketiga yaitu
siswa inisal A mengatakan bahwa “saya pernah melihat isu yang sedang viral
mbak biasanya ya di tiktok, instragram kalo televisi jarang” (kutipan
wawancara 22 Februari 2024).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa guru PPKn memiliki
strategi yaitu dengan memberikan contoh, isu dan kejadian yang sedang viral yang
didapat dari sosmed atau televisi kemudian guru membahas hal tersebut di kelas
kemudian siswa menyampaikan informasi apa yang telah mereka dapatkan. Sejalan
dengan Muhibbin & Sumarjoko (2016) dengan menggunakan pembelajaran PPKn
yang berfokus pada isu-isu kontroversial, akan mendorong perkembangan
kemampuan berpikir kritis, pengembangan pribadi siswa, dan memberikan bekal
kepada siswa untuk mengembangkan diri melalui berbagai keterampilan sosial
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Menurut Effendi et al., (2021) kemampuan
untuk berpikir kritis berkembang lebih baik saat peserta didik secara langsung
menghadapi situasi atau masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
4) Strategi guru PPKn dalam memberikan soal HOTS
Dalam riset ini guru PPKn memberikan soal HOTS berdasarkan hasil
wawancara ibu OM selaku guru PPKn mengatakan bahwa :
pernah, kadang-kadang kalau soal HOTS itu saya tidak membuat sendiri ya
tapi mencari literasi yang ada di buku nanti saya. Kadang-kadang kalau
membuat sendiri dari kejadian yang dialami langsung jadi spontanitas kalau
ditulis itu jarang tapi kalau pertanyaan spontan malah kadang ada (kutipan
wawancara 16 Februari 2024). Informan yang kedua yaitu waka kurikulum
inisial AC mengatakan bahwa pernah dan ada, kadang di ulangan pernah, uts
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1129
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
juga pernah saya beri soal HOTS”. Informan yang ketiga yaitu siswa inisal N
mengatakan bahwa “soal HOTS itu yang sulit ya mba? pernah kalo itu.
Seringnya pada saat pembelajaran langsung mba tapi kadang waktu ulangan,
uts, sama uas kadang juga ada soal yang sulit” (kutipan wawancara 22
Februari 2024).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa guru PPkn harus
mampu membuat soal HOTS sehingga siswa terbiasa mengerjakan soal HOTS agar
siswa mampu memcahkan masalah dengan baik, mampuberargumen serta mampu
berpikir kritis dan kreatif. Guru PPKn sering memberikan soal HOTS ketika
pembelajaran berlangsung, ulangan, UTS dan UAS. Hal tersebut dapat
meningkatkan Profil Pelajar Pancasila khususnya dimensi bernalar kritis. Sejalan
dengan pendapat Intan et al., (2020) HOTS (Higher Order Thinking Skills) adalah
ketrampilan yang mendukung siswa untuk berpikir secara kritis, mengembangkan
kreativitas, menganalisis, dan memecahkan masalah.
5) Strategi guru PPKn agar siswa mampu memecahkan masalah melalui dikusi
dan presentasi kelompok
Dalam penelitian ini, strategi yang dilakukan guru agar siswa mampu
memecahkan masalah yaitu dengan cara diskusi dan presentasi kelompok. Sebelum
siswa diskusi dan presentasi kelompok guru menjelaskan materi yang akan dibahas
dan menayangkan video terlebih dahulu. Setelah itu guru membentuk kelompok
secara acak kemudian memberikan pertanyaan dan siswa diminta menjawab
pertanyaan tersebut dengan cara diskusi kelompok setelah itu siswa diminta
mempresentasikan hasil jawabannya di depan kelas agar siswa yang lain dapat
mengetahui jawaban dan memberikan tanggapan dari kelompok yang maju di depan.
Gambar 2. Presentasi Kelompok
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu OM selaku guru PPKn mengatakan
bahwa:
nah itu sering diskusi sama tanya jawab, yang sering malah itu, dulu saya
pernahnya kelompok tapi cuma akhir-akhir ini nanti cuma berpasangan karena
kalo berkelompok itu rawannya yang aktif cuma itu itu saja yang lain cuma
diam saja, tapi sekarang saya ubah berpasangan kadang cuma dua atau tiga
saja jadi saling berkomunikasinya lebih mudah. Jadi yang satu tanya yang satu
jawab” (kutipan wawancara 16 Februari 2024). Informan yang kedua yaitu ibu
insial AC selaku waka kurikulum mengatakan bahwa ya jelas pasti, saya lihat
ada diskusi, tanya jawab dan presentasi kelompok” (kutipan wawancara 21
Februari 2024). Informan yang ketiga yaitu siswa inisal S mengatkan bahwa
“ceramah, diskusi, tanya jawab dan presentasi kelompok” (21 Februari 2024).
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1130
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan
diskusi dan presentasi kelompok siswa dapat menyampaikan pendapatnya, saling
menanggapi dan mengevaluasi hasil pemikirannya. Selain itu pada saat presentasi
kelompok guru juga memberi penguatan hasil jawaban yang tepat kepada siswa.
Selain diskusi dan presentasi kelompok strategi guru untuk meningkatkan Profil
Pelajar Pancasila dimensi bernalar kritis yaitu pada saat guru menjelaskan dan ada
siswa yang berani menyampaikan pendapatnya guru memberi reward berupa pujian
dan nilai tambahan.
Guru PPKn inisial OM mengatakan bahwa Reward itu macam-macam ya
mba, yang paling sederhanayang sering saya kasih itu walaupun bukan bentuk
materi reward yang paling sederhana itu ucapan terimakasih sama ucapan atau
pujian. Biasanya anak-anak kalau sudah dipuji bagus wah jawabanmu bagus
dah pintar berarti ucapan atau pujian biasanya dia akan agak tinggi kan
didepan teman-temannya di bilang pintar gitu pasti senang mba. Pujian berarti
mba bentuk rewardnya (kutipan wawancara 16 Februari 2024). Informan
yang kedua yaitu ibU inisal AC selaku waka kurikulum mengatakan bahwa
“saya pernah memberikan reward itu tambahan nilai, yang kedua jajanan
kalau pujian juga sering kayak bagus, pintar itu kan secara reflek kan tapi
kalau apresiasi yang lain biasanya ayo siapa yang berani mengerjakan duluan
atau siapa yang maju menjawab nanti tak kasih tambahan nilai atau tak kasih
nilai sekian. Tapi saya juga pernah kasih tantangan gini nanti kalau nilai kalian
minimal 80 nanti tak kasih hadiah tertentu dari saya” (kutipan wawancara 21
Februari 2024). Informan yang ketiga yaitu murid inisal A mengatakan
“Pernah kok mbak, kalo ada yang bisa jawab dipuji wah bagus ya
jawabannya” (kutipan wawancara 22 Februari 2024).
Menurut Jaya & Wanda (2022) reward dapat diartikan sebagai bentuk
penghargaan yang diberikan kepada seseorang, atau sebagai sebuah kejutan yang
menyenangkan yang diberikan kepada seseorang setelah mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pemberi kejutan.
6) Fasilitas sekolah yang mendukung dalam pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan informan didapatkan
data bahwa SMP Muhammadiyah 4 Surakarta sarana dan prasarana untuk menunjang
proses pembelajaran sudah cukup memadai dimana lcd, proyektor dan speaker bisa
digunakan semua sehingga membuat guru mudah untuk mengembangkan strategi dan
metode pembelajaran yang akan digunakan sehingga siswa akan lebih mudah
meningkatkan kemampuan bernalar kritisnya. Hasil wawancara dengan guru PPKn
ibu inisal OM mengatakan:
mendukung, tapi disini kan ada dua kelas ya mba exelent sama regular. Tapi
sebenarnya sudah hampir sama sih untuk fasilitas di sekolah. Semua kelas sudah
ada LCD nya. Biasanya yang sering saya pakai LCD. Insyaallah bisa, sudah
difasilitasi semua” (kutipan wawancara 16 Februari 2024). Informan yang kedua
yaitu ibu inisal AC selaku waka kurikulum mengatakan “insyaallah banyak yang
mendukung, fasilitas di lap komputer juga bisa, diperpus juga sekarang apalagi
hp bisa digunakan kalau pembelajaran tertentu bisa kan tapi dengan
pendampingan guru mapelnya ketika di kelas” (kutipan wawancara 21 Februari
2024). Informan yang ketika yaitu siswa inisal S mengatakan “sangat mendukung
LCD di 7A bisa digunakan” (kutipan wawancara 21 Februari 2024).
Fasilitas yang ada di kelas juga dapat membuat pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak terkesan monoton atau membosankan. Hal ini sejalan dengan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1131
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
Abdullah (2018) berarti bahwa fasilitas merupakan semua hal yang secara langsung
membantu dalam memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan lancar, dengan
tujuan untuk mencapai hasil pendidikan secara efektif dan efisien.
Gambar 3. Fasilitas kelas yang mendukung dalam pembelajaran
2. Kendala guru PPKn dalam meningkatkan Profil Pelajar Pancasila dimensi
bernalar kritis di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta.
1) Masih terdapat siswa yang malas dan sulit untuk berfikir
Masih terdapat siswa yang kesulitan dalam berfikir dan menyampaikan
pemikirannya, mereka masih cenderung menerima materi yang diberikan oleh guru
sehingga kemampuan untuk berfikir masih kurang. Selain itu, siswa tersebut masih
kurang dalam kemampuan berkomunikasinya sehingga mereka merasa tidak percaya
diri ketika akan menyampaikan ide atau gagasannya.
2) Masih terdapat siswa yang pasif dalam pembelajaran
Masih terdapat siswa yang cenderung kurang aktif dalam pelajaran PPKn. Hal
tersebut diungkapkan oleh waka kurikulum, guru PPKn dan beberapa siswa saat saya
melakukan wawancara. Mereka mengatakan bahwa penyebabnya adalah karena
penguasaan materi PPKn yang belum sepenuhnya terpenuhi, sehingga sulit bagi
mereka untuk mengembangkan kemampuan bernalar kritis dan mereka menganggap
bahwa pembelajaran PPKn hanya mengingat dan menghafal sehingga sulit untuk
mengembangkan kemampuan bernalar kritisnya.
4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta, dapat
disimpulkan bahwa seorang guru harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
Profil Pelajar Pancasila dimensi bernalar kritis. Guru harus bisa menyesuaikan dan
merancang model, metode dan srategi yang cocok digunakan untuk meningkatkan
kemampuan bernalar kritis siswa sesuai dengan karakter siswa. Dalam penelitian ini ada
beberapa strategi yang digunakan oleh guru PPKn dalam meningkatkan Profil Pelajar
Pancasila dimensi bernalar kritis. Strategi guru PPKn dalam meningkatkan dimensi
bernalar kritis dengan menggunakan model atau metode pembelajaran yang bervariasi,
strategi yang kedua yaitu siswa gemar membaca atau berliterasi, strategi yang ketiga yaitu
guru memberikan contoh atau kejadian actual, strategi yang keempat guru memberikan
soal HOTS, strategi yang kelima yaitu siswa memecahkan masalah melalui diskusi, tanya
jawab dan presentasi dan yang terakhir fasilitas sekolah yang mendukung dalam
pembelajaran.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1132
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
5. Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada pihak yang telah terlibat dalam pembuatan artikel ini, khususnya
kepada ibu Patmisari S.Pd., M.Pd. selaku dosen PPKn Universitas Muhammadiyah
Surakarta sekaligus dosen pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing dan
memotivasi selama pembuatan tugas akhir saya. Kemudian kepada pihak sekolah, waka
kurikulum, guru PPKn dan siswa SMP Mumammadiyah 4 Surakarta yang telah
mengizinkan saya untuk meneliti di sekolah tersebut. Selanjutnya teman-teman saya yang
selalu memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga
artikel yang sudah saya buat dapat bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya.
6. Daftar Pustaka
Abdullah, M. (2018). Pengaruh Fasilitas Sekolah Dan Motivasi Guru Terhadap Efektivita
Proses Mengajar Di Madrasah Aliayah Ddi Bontang. PROMOSI (Jurnal Pendidikan
Ekonomi), 6(2), 165175. https://doi.org/10.24127/pro.v6i2.1704
Adianti, R. (2023). Problematika Guru PPKn Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran
Digital (Studi Kasus Pada Pembelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Banjar Pandeglang).
Academy of Education Journal, 14(1), 111.
http://dx.doi.org/10.1016/j.envres.2016.07.033
Aryani, W. D. (2020). Implementasi Tps Untuk Meningkatkan Karakter Gotong Royong,
Keterampilan Berkomunikasi Dan Hasil Belajar Ips Peserta Didik Kelas Ixc Di
Smpn 1 Kandeman. Harmony: Jurnal Pembelajaran IPS dan PKN, 5(1), 111.
https://doi.org/10.15294/harmony.v5i1.40259
Cholilah, M., Tatuwo, A. G. P., Komariah, & Rosdiana, S. P. (2023). Pengembangan
Kurikulum Merdeka Dalam Satuan Pendidikan Serta Implementasi Kurikulum
Merdeka Pada Pembelajaran Abad 21. Sanskara Pendidikan dan Pengajaran, 1(02),
5667. https://doi.org/10.58812/spp.v1i02.110
Darwati, I. M., & Purana, I. M. (2021). Problem Based Learning (PBL): Suatu Model
Pembelajaran Untuk Mengembangkan Cara Berpikir Kritis Peserta Didik. Widya
Accarya, 12(1), 6169. https://doi.org/10.46650/wa.12.1.1056.61-69
Effendi, R., Herpratiwi, H., & Sutiarso, S. (2021). Pengembangan LKPD Matematika
Berbasis Problem Based Learning di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(2), 920929.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.846
Fahrurrozi, M. (2021). Urgensi Penguatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Mata
Pelajaran Qur’an Hadist. Jurnal Penelitian Keislaman, 17(1), 3950.
https://doi.org/10.20414/jpk.v17i1.3369
Intan, F. M., Kuntarto, E., & Alirmansyah, A. (2020). Kemampuan Siswa dalam
Mengerjakan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) pada Pembelajaran
Matematika di Kelas V Sekolah Dasar. JPDI (Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia),
5(1), 6. https://doi.org/10.26737/jpdi.v5i1.1666
Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil Pelajar Pancasila
Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1),
12241238. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3622
Island, F., Islands, G., Fuke, Y., Iwasaki, T., Sasazuka, M., & Yamamoto, Y. (2021).
Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai Tuntutan dalam
Pengembangan Sumber Daya Manusia. pendidikan, 71(1), 6371.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1133
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
Istiqomah, N., Shaleh, S., & Hamzah, A. (2023). Strategi Pembelajaran PPKn dalam
Penerapan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar. Al-Madrasah: Jurnal
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 7(2), 627. https://doi.org/10.35931/am.v7i2.1928
Jaya, H. W., & Wanda, P. E. (2022). Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PPKn di SMP Efata Serpong. Formosa Journal
of Science and Technology, 1(6), 723738. https://doi.org/10.55927/fjst.v1i6.1519
Jayadi, A., Putri, D. H., & Johan, H. (2020). Identifikasi Pembekalan Keterampilan Abad
21 Pada Aspek Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa Sma Kota Bengkulu Dalam
Mata Pelajaran Fisika. Jurnal Kumparan Fisika, 3(1), 2532.
https://doi.org/10.33369/jkf.3.1.25-32
Kahfi, A. (2022). Implementasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya terhadap
Karakter. DIRASAH: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar Islam, 5 (2), 138-151.
Kemendikbudristek. (2022). Dimensi, Elemen, Dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila
Pada Kurikulum Merdeka. In Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan
Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi
Nomor 009/H/Kr/2022.
Khasanah, V. A., & Muthali’in, A. (2023). Penguatan Dimensi Bernalar Kritis melalui
Kegiatan Proyek dalam Kurikulum Merdeka. Jurnal Dimensi Pendidikan dan
Pembelajaran, 11(2), 172180. http://journal.umpo.ac.id/index.php/dimensi/index
Maftuhin, Azis, A., & Nugraha, D. M. (2021). Implementation of Digital Citizenship’s
Concept in Online Learning of Civic Education. 524(Icce 2020), 18.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210204.001
Mery, M., Martono, M., Halidjah, S., & Hartoyo, A. (2022). Sinergi Peserta Didik dalam
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Basicedu, 6(5), 78407849.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3617
Muhibbin, A., & Sumarjoko, B. (2016). Model pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis isu-isu kontroversial di media massa untuk meningkatkan
sikap demokrasi mahasiswa dan implikasinya …. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
26(1). http://journals.ums.ac.id/index.php/jpis/article/view/2035
Nor, M., Putri, H., & Rachmad, E. (2024). Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving pada Mata Pelajaran PPKN di Kelas X SMA Budi Luhur Samarinda.
1(February 2023), 242250.
Novita Sari, D. H., Mahfud, H., & Saputri, D. Y. (2021). Kemampuan Berpikir Kritis
Materi Hak dan Kewajiban pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran Peserta
Didik Kelas IV Sekolah Dasar. Didaktika Dwija Indria, 9(1), 16.
Novita Taya Sara. (2017). STRATEGI GURU PENDIDIKAN PANCASILA &
KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA ( Studi di SMK Negeri 1 Selo Boyolali Tahun 2017 ). 113.
Octavialis, N., & Ananda, A. (2021). Pembinaan Literasi Kewarganegaraan di SMP Negeri
11 Padang. Journal of Civic Education, 4(2), 122128.
https://doi.org/10.24036/jce.v4i2.481
Purnama, C. S. (2020). Pemikiran Soedjatmoko tentang Pendidikan dan Relevansinya pada
Abad Ke-21 di Indonesia. Jurnal Pendidikan IPS, 3(3), 185197.
https://doi.org/10.30998/herodotus.v3i3.8021
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 2, Juli 2024, Page: 1121-1134
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
1134
Oktaviani Widayati et.al (Strategi Guru PPKn dalam Meningkatkan)
Rahmayanti, E. (2017). Penerapan Problem Based Learning dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Kelas XI SMA. Prosiding Konferensi Nasional
Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973, November, 242248.
http://eprints.uad.ac.id/9787/
Rifky. (2020). Strategi Guru Dalam Menumbuhkan Kemandirian Belajar. Edukatif: Jurnal
Ilmu Pendidikan, 2(April), 8592.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit CV,
Alfabeta.
Suminar, D. Y. (2022). Penerapan Video Interaktif Alur Merrdeka Untuk Meningkatkan
Kemampuan Bernalar Kritis Di Sman 10 Pontianak. Jurnal Pembelajaran
Prospektif, 7(1), 3239.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/lp3m/article/view/55057/75676593326
Syafitri, E., Armanto, D., & Rahmadani, E. (2021). AKSIOLOGI KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS (Kajian Tentang Manfaat dari Kemampuan Berpikir Kritis).
Journal of Science and Social Research, 4(3), 320.
https://doi.org/10.54314/jssr.v4i3.682
Trisnawati, W. W., & Sari, A. K. (2019). Integrasi Keterampilan Abad 21 Dalam Modul
Sociolinguistics: Keterampilan 4C (Collaboration, Communication, Critical
Thinking, Dan Creativity). Jurnal Muara Pendidikan, 4(2), 455466.
https://doi.org/10.52060/mp.v4i2.179