Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 799-805
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
799
Toni et.al (Peran guru dalam pengembangan kurikulum)
Peran guru dalam pengembangan kurikulum
Toni
a,1
, Tri Siti Eliyanti
b,2
, Togihon j. p. s.
c,3
, Warneri
d,4
, Aunurrahman
e,5
a,b,c,d,e
Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura
1
2
f2151231013@untan.ac.id;
3
f2151231005@untan.ac.id;
4
5
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 24 Januari 2024
Direvisi: 2 Februari 2024
Disetujui: 20 Februari 2024
Tersedia Daring: 24 Maret 2024
Kurikulum dalam suatu sistem pendidikan merupakan komponen yang amat
penting. Kurikulum juga merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis
sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus-menerus dan
berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat.
Guru bertugas melaksanakan pengajaran yang sebaik-baiknya, maka dengan
hal itu guru juga bertanggung jawab melaksanakan, membina, dan
mengembangkan kurikulum sekolahnya. Guru yang baik harus mampu
membuat program belajar mengajar yang baik serta menilai dan melakukan
pengayaan terhadap materi kurikulum yang telah digariskan.
Kata Kunci:
Peran Guru
Pengembangan Kurikulum
ABSTRACT
Keywords:
Role of Teachers
Curriculum Development
The curriculum in an education system is a very important component. The
curriculum is also a dynamic teaching and learning vehicle so it needs to be
assessed and developed continuously and continuously in accordance with
existing developments in society. Teachers are tasked with carrying out the
best teaching, so with that teachers are also responsible for implementing,
fostering, and developing the school curriculum. Good teachers must be able
to create good teaching and learning programs and assess and enrich the
curriculum material that has been outlined.
©2024, Toni, Tri Siti Eliyanti, Togihon j. p. s., Warneri, Aunurrahman
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum
merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus
sesuai dengan falsafah dan dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang menggambarkan
pandangan hidup suatu bangsa. Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan
oleh sistem kurikulum yang digunakannya, mulai dari kurikulum Taman kanak-kanak sampai
dengan kurikulum peguruan tinggi. Jika terjadi perubahan perubahan sistem ketatanegaraan,
maka dapat berakibat pada perubahan sistem pendidikan, bahkan terhadap sistem kurikulum
yang berlaku. Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan
dengan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi
lulusan suatu lembaga pendidikan.
Dalam suatu lembaga pendidikan, salah satu tokoh yang memiliki peranan yang begitu
penting dalam pengembangan kurikulum adalah guru. Guru merupakan ujung tombak
keberhasilan pendidikan yang terlibat langsung dalam mengembangkan, memantau dan
melaksanakan kurikulum sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami perkembangan
yang cukup pesat, tidak berarti menyurutkan peranan guru. Bahkan hasil-hasil teknologi
tersebut akan menambah beban tugas dan tanggung jawab guru.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 799-805
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
800
Toni et.al (Peran guru dalam pengembangan kurikulum)
Oleh karenanya, guru sebagai pelaku utama pendidikan diwajibkan memenuhi
kewajibannya sebagai pendidik profesional dan tentu saja sebagai pengembang kurikulum.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana
kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan
pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan,
sumber, dan alat pengukur pengembang kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit,
rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untuk memudahkan proses belajar
mengajar.
KAJIAN TEORI
Konsep Guru
Ada beragam julukan yang diberikan kepada sosok guru. Salah satu yang paling terkenal
adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan
jasa yang dilakukan guru sehingga guru disebut sebagai pahlawan (Naim, 2009:1). Namun,
penghargaan terhadap guru ternyata tidak sebanding dengan besarnya jasa yang telah
diberikan. Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar
dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material misalnya, sangat jauh dari
harapan. Hal itulah, tampaknya yang menjadi salah satu alasan mengapa guru disebut sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa.
Guru atau pendidik merupakan sosok yang harus mempunyai banyak ilmu, mau
mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran dalam
makna yang luas, toleran, dan senantiasa berusaha menjadikan siswanya memiliki kehidupan
yang lebih baik. Secara prinsip, mereka yang disebut sebagai guru bukan hanya mereka yang
memiliki kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh lewat jenjang pendidikan di
perguruan tinggi saja, tetapi yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi
keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif dan
psikomotorik. Matra kognitif menjadikan siswa cerdas dalam aspek intelektualnya, matra
afektif menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik
menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien serta tepat
guna, (Naim, 2009:4).
Di sinilah letak pentingnya peranan seorang guru. Sehingga bukan hal yang terlalu
berlebihan jika ada penilaian bahwa berhasil atau tidaknya proses pendidikan tergantung
kepada peranan guru. Walaupun peranannya sangat menentukan, namun harus disadari
bahwasanya guru bukan satu-satunya penentu keberhasilan atau kegagalan pembelajaran.
Sebab, keberhasilan atau kegagalan pembelajaran dipengaruhi oleh beragam faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dalam konsep pendidikan tradisional, posisi guru
begitu terhormat. Guru diposisikan sebagai orang yang ‘alim, wara’, shalih, dan sebagai uswah
sehingga guru dituntut juga beramal saleh sebagai aktualisasi dari keilmuan yang dimilikinya
(Naim, 2009:5).
Oleh karena itu, wajar jika mereka diposisikan sebagai orang-orang penting dan
mempunyai pengaruh besar pada masanya, dan seolah-olah memagang kunci keselamatan
rohani dalam masyarakat. Seiring perkembangan zaman, posisi dan peran guru juga
mengalami perubahan. Otoritas guru semakin menyusut di tengah gerusan perubahan yang
kian kompleks. Guru kini menghadapi tantangan besar yang semakin hari semakin berat. Hal
ini menuntut seorang guru untuk senantiasa melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan
kualitas pribadi maupun sosialnya. Tanpa usaha semacam ini, posisi dan peranan guru akan
semakin terkikis.
Jika seorang guru senantiasa memiliki spirit yang kuat untuk meningkatkan kualitas
pribadi maupun sosialnya, maka keberhasilan dalam menjalankan tugasnya akan lebih cepat
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 799-805
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
801
Toni et.al (Peran guru dalam pengembangan kurikulum)
untuk tercapai, yaitu mampu melahirkan para siswa yang memiliki budi pekerti luhur,
memiliki karakter sosial dan professional sebagaimana yang menjadi tujuan fundamental dari
pendidikan.
Konsep Kurikulum
Menurut Soetjipto dan Kosasi (2011:147), kurikulum dalam suatu sistem pendidikan
merupakan komponen yang amat penting. Dikatakan demikian karena kurikulum merupakan
panutan dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar disekolah. Kualitas keluaran proses
pendidikan antara lain ditentukan oleh kurikulum dan efektivitas pelaksanaannya. Kurikulum
itu harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa, perkembangan siswa, perkembangan ilmu
dan teknologi, serta kemajuan dan tuntutan masyarakat terhadap kualitas lulusan lembaga
pendidikan itu. Kurikulum dapat diartikan secara sempit atau luas. Dalam pengertian sempit,
kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan disekolah; sedangkan
dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah
kepada siswa, selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah itu.
Dengan pengertian luas ini berarti, segala usaha sekolah untuk memberikan pengalaman
belajar kepada siswa dalam usaha menghasilkan lulusan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Kurikulum juga merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu
dinilai dan dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan yang ada dalam masyarakat. Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil
sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan
landasanlandasan pengembangan kurikulum.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Denzin & Lincoln
(2018) metode kualitatif adalah metode penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada. Alasan menggunakan metode kualitatif karena peneliti hendak
menggambarkan peristiwa yang diteliti kemudian digambarkan dalam bentuk uraian analisis
peran guru dalam pengembangan kurikulum. Penelitian ini dilakukan secara alamiah tanpa
adanya perlakuan apapun terhadap subjek penelitian.
3. Hasil dan Pembahasan
Guru dan Pengembangan Kurikulum
Pembuatan keputusan dalam pembinaan kurikulum bukan saja menjadi tanggung jawab
para perencana kurikulum, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab para guru disekolah. Para
perencana kurikulum perlu membuat keputusan yang tepat, rasional dan sistematis. Pembuatan
keputusan itu tidak dapat dibuat secara acak-acakan, melainkan harus berdasarkan informasi
dan data yang objektif. Untuk itu terlebih dahulu perlu diadakan evaluasi yang objektif
terhadap kurikulum yang sedang berlaku. Thorndika dan Hagen dalam Hamalik (2002:20)
menjelaskan evaluasi memegang peranan yang penting dalam membuat keputusan-keputusan
kurikuler, sehingga dapat diketahui hasil-hasil kurikulum yang telah dilaksanakan, apakah
kelemahan dan kekuatannya dan selanjutnya dapat dipikirkan mengenai perbaikan-perbaikan
yang diperlukan.
Demikian pula guru harus mampu membuat aneka macam keputusan dalam pembinaan
kurikulum. Pada dasarnya betapa pun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau tidaknya akan
sangat bergantung kepada tindakan-tindakan guru disekolah dalam melaksanakan kurikulum
itu. Hamalik (2002:21) menjelaskan kriteria-kriteria kurikulum dapat digunakan dalam dua
fungsi, yakni untuk merencanakan kurikulum pendidikan guru dan untuk menilai kurikulum
pendidikan guru. Jika kriteriakriteria itu digunakan untuk merencanakan kurikulum, maka
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 799-805
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
802
Toni et.al (Peran guru dalam pengembangan kurikulum)
dapat dianggap sebagai petunjuk-petunjuk elementer, yang merupakan patokan dalam
menyusun komponenkomponen kurikulum yang diperlukan. Kurikulum meliputi
komponenkomponen, yaitu tujuan pendidikan, tujuan instuksional, alat dan metode
instruksional, pemilihan dan pembimbingan siswa materi program, evaluasi dan staf
pelaksanaan kurikulum. Semua komponen itu tampaknya harus dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum secara keseluruhan. Jika kriteria-kriteria kurikulum telah dirumuskan
dan kita gunakan untuk menilai kurikulum maka kiranya akan lebih cepat, karena kriteria itu
memuat tentang perincian hal-hal yang perlu dinilai dan sekaligus bagaimana cara menilainya.
Uraian yang singkat dan jelas lebih memudahkan seorang evaluator kurikulum melakukan
tugasnya. Dalam konteks ini kita perlu berhati-hati, sebab dalam menilai kurikulum
pendidikan guru, kita tidak cukup menilai setiap komponen secara terlepas-lepas, seolah-olah
antara satu komponen dengan komponen lainnya tidak ada hubungannya. Aspek lain yang
perlu juga dipertanyakan ialah apa peranan guru dalam hubungannya dengan pembinaan
kurikulum atau dalam hubungannya dengan pembuatan kurikulum pendidikan guru. Dengan
asumsi bahwa guru (lembaga pendidikan guru) bertugas melaksanakan pengajaran yang
sebaik-baiknya, maka dengan hal itu guru juga bertanggung jawab melaksanakan, membina,
dan mengembangkan kurikulum sekolahnya.
Maka dari itu, guru yang baik harus mampu membuat program belajar mengajar yang baik
serta menilai dan melakukan pengayaan terhadap materi kurikulum yang telah digariskan.
Diasumsikan bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu menciptakan pengajaran yang
baik. Pengajaran yang baik ialah pengajaran yang berhasil melalui proses pengajaran yang
efektif, (Hamalik, 2002:24)
Peran guru dalam pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk-bentuk kegiatan
berikut:
1. Merumuskan tujuan khusus pengajaran berdasarkan tujuan-tujuan kurikulum diatasnya
dan karakteristik pebelajar, mata pelajaran/bidang studi, dan karakteristik situasi
kondisi sekolah/kelas.
2. Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat secara efektif membantu pebelajara
mencapai tujuan yang ditetapkan.
3. Menerapkan rencana/program pembelajaran yang dirumuskan dalam situasi
pembelajaran yang nyata.
4. Mengevalusi hasil dan proses belajar pada pebelajar.
5. Mengevaluasi interaksi antara komponen-komponen kurikulum yang
diimplementasikan.
Lima kegiatan tersebut merupakan peran dalam pengembangan kurikulum yang bersifat
sentralisasi. Sedangkan dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi, peran
guru lebih besar, yakni mencakup pengembangan keseluruhan komponenkomponen kurikulum
dalam perencanaan, mengimplementasikan kurikulum yang dikembangkan, mengevaluasi
implementasi kurikulum, dan merevisi komponen-komponen kurikulum yang kurang memadai
(Dimyati dan Mudjiono, 2013:288).
Model-Model Kurikulum
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan
kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Berikut ini akan diuraikan
tentang beberapa model pengembangan kurikulum, diantaranya, (Dimyati dan Mudjiono,
2013:280):
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 799-805
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
803
Toni et.al (Peran guru dalam pengembangan kurikulum)
1. Model Administratif (Line-Staff)
Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja atasan-bawahan (top-
down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan, termasuk perubahan kurikulum.
Model administrasi/garis-komando memiliki langkah-langkah berikut ini:
1) Administrator pendidikan/ top administrative officers (pemimpin) membenuk komisi
pengarah.
2) Komisi pengarah (steering comittee) bertugas merumuskan rencana umum,
mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan menyiapkan suatu pernyataan
filosofi dan tujuantujuan untuk seluruh wilayah.
3) Membentuk komisi kerja pengembangan kurikulum yang bertugas mengembangkan
kurikulum secara operasional mencakup keseluruh komponen kurikulum dengan
mempertimbangkan landasan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
4) Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerj dan menyempurnakan bagian-
bagian tertentu bila dianggap perlu. Karena pengembangan kurikulum model
administratif ini berdasarkan konsep, inisiatif, dan arahan dari atas ke bawh, maka akan
memerlukan waktu bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan
adanya tuntutan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.
2. Model Grass-Roots
Model pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model administratif dilihat
dari sumber inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum. Bila model administratif semua
inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum dari atas, maka model rakyat biasa (grass-roots)
semua inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum dari bawah.
3. Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan model Beauchamp memiliki lima bagian
pembuatan keputusan. Lima tahap pembuatan keputusan tersebut adalah:
1) Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan
ruang lingkup upaya pengembangan.
2) Memilih dan melibatkan personalia pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang
menetapkan personalia upaya pengembangan kurikulum.
3) Pengorganisasian dan prosedur pengembangan kurikulum.
4) Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang
sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
5) Evaluasi kurikulum
4. Model Arah Terbalik Taba (Taba’s Inverted Model)
Sesuai dengan namanya, model pengembangan kurikulum ini terbalik dari yang lazim
dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara deduktif dibalik menjadi induktif
5. Model Rogers
Dimyati dan Mudjiono (2013:285) menjelaskan berdasarkan pandangan tentang manusia,
maka Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan Model
Relasi Interpesonal Roger (Rogers Interpersonal Relation Model). Rogers lebih mementingkan
kegiatan pengembangan kurikulum daripada rancangan pengembangan kurikulum tertulis,
yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam pengalaman kelompok intensif yang terpilih.
4. Kesimpulan
Guru atau pendidik merupakan sosok yang harus mempunyai banyak ilmu, mau
mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran dalam
makna yang luas, toleran, dan senantiasa berusaha menjadikan siswanya memiliki kehidupan
yang lebih baik. Kurikulum dapat diartikan secara sempit atau luas. Dalam pengertian sempit,
kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan disekolah; sedangkan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 799-805
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
804
Toni et.al (Peran guru dalam pengembangan kurikulum)
dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah
kepada siswa, selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah itu. Dengan pengertian luas ini
berarti, segala usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam usaha
menghasilkan lulusan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Model-model Kurikulum
meliputi:
1. Model Administratif (Line-Staff)
2. Model Grass-Roots
3. Model Beauchamp
4. Model Arah Terbalik Taba’ (Taba’s Inverted Model)
5. Model Rogers
5. Daftar Pustaka
Abdullah, A. A., Ahid, N., Fawzi, T., & Muhtadin, M. A. (2023). Peran guru dalam
pengembangan kurikulum pembelajaran. Tsaqofah, 3(1), 23-38.
AdiantiR. (2023). Problematika Guru Ppkn Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran
Digital. Academy of Education Journal, 14(2), 388-398.
https://doi.org/10.47200/aoej.v14i2.1676
Alawiyah, F. (2013). Peran guru dalam kurikulum 2013. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah
Sosial, 4(1), 65-74.
Allutfia F., & Setyaningsih M. (2023). Analisis Kesiapan Guru Dalam Menghadapi
Kurikulum Merdeka Mata Pelajaran IPAS Kelas IV. Academy of Education
Journal, 14(2), 326-338. https://doi.org/10.47200/aoej.v14i2.1656
Azis, R. (2018). Implementasi pengembangan kurikulum. Inspiratif Pendidikan, 7(1), 44-50.
Dhani, R. R. (2020). Peran guru dalam pengembangan kurikulum. Jurnal Serunai
Administrasi Pendidikan, 9(1), 45-50.
Dimyati dan Mudjiono, (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fatmawati, I. (2021). Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Dan
Pembelajaran. Revorma: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran, 20-37.
Hamalik, O. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi
Aksara Naim, N. (2009). Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan
Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Hasanah N., Darwisa D., & Zuhriyah I. (2023). ANALISIS STRATEGI GURU DALAM
MENGEMBANGKAN RANAH AFEKTIF PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
DASAR. Academy of Education Journal, 14(2), 635-648.
https://doi.org/10.47200/aoej.v14i2.1828
Jeflin, H., & Afriansyah, H. (2020). Pengertian Kurikulum, Proses Administrasi Kurikulum
dan Peran Guru Dalam Administrasi Kurikulum.
Masengi E., Lumingkewas E., & Supit B. (2023). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMA
NEGERI 2 TONDANO. Academy of Education Journal, 14(2), 1084-1095.
https://doi.org/10.47200/aoej.v14i2.1983
Nisa, K. (2018). Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Peran Guru
Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, inovatif, 2, 147.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 799-805
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
805
Toni et.al (Peran guru dalam pengembangan kurikulum)
Nurmalasari, R., Dian, R., Wati, P., Puspitasari, P., Diana, W., & Dewi, N. K. (2016). Peran
guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Berkala Program Pascasarjana UM
Malang, 4(2), 722-733.
Pratama E., Patmisari P., & Muthali’in A. (2023). Strategi Guru Dalam Mengembangkan
Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Siswa. Academy of Education
Journal, 14(2), 245-255.https://doi.org/10.47200/aoej.v14i2.1642
Rouf, A., & Lufita, R. (2018). Peranan guru dalam implementasi kurikulum 2013 di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Jombang. Sumbula: Jurnal Studi Keagamaan, Sosial dan
Budaya, 3(2), 903-926.
Soetjipto dan Kosasi, R. (2011). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Sulaiman, W. (2022). Pengembangan Kurikulum:(Sebagai Peran Guru Profesional). Edukatif:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(3), 3752-3760.
Ulfadilah, S., & Darmiyanti, A. (2023). Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Dan
Penerapan Pembelajaran Di Paud. Jurnal Warna: Pendidikan Dan Pembelajaran Anak
Usia Dini, 8(1), 9-29.
Yusrin, Y., Ubadah, U., & Zaitun, Z. (2022). Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum.