Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 642-647
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
642
Suryati Suryati et.al (Pendidikan perilaku untuk anak Sekolah Dasar)
Pendidikan perilaku untuk anak Sekolah Dasar
Suryati Suryati
a,1
, Abas Mansur Tamam
b,2
, Wido Supraha
c,3
a,b,c
Universitas Ibn Khaldun Bogor, Jl. Sholeh Iskandar, Kedungbadak, Kec. Tanah Sereal, Kota Bogor, Jawa Barat
16162, Indonesia
1
sudrajatsuryati@gmail.com;
2
3
supraha@uika-bogor.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 19 November 2023
Direvisi: 21 Desember 2023
Disetujui: 18 Januari 2024
Tersedia Daring: 24 Februari 2024
Dewasa ini telah terjadi pergeseran yang begitu besar dari perilaku anak
usia sekolah dasar yang cendrung memburuk disebabkan oleh banyak
faktor diantaranya adalah pengaruh negatif media sosial, kurangnya
bimbingan dari orang tua, dan lingkungan Pendidikan dan masyarakat
yang tidak kondusif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa
Pendidikan perilaku untuk anak sekolah dasar. Metode penelitian yang
digunakan adalah adalah library research dengan mengambil beberapa
rujukan diantaranya dari buku, jurnal, artikel, dan surat kabar yang
berkaitan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menyatakan bahwa
Pendidikan perilaku pada anak sekolah dasar harus menggunakan
metode yang tepat agar efektif dalam membentuk perilaku baik pada
anak. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendidikan
perilaku yaitu: Pertama, metode keteladanan yang merupakan metode
yang sangat efektif bagi seorang pendidik (orang tua dan guru) dalam
mendidik perilaku, sesuai dengan tugas perkembangan anak usia sekolah
dasar yaitu Pengembangan moral, nilai dan kata hati. Pendidik
menggunakan landasan keteladanan dari Rasulullah SAW sebagai contoh
terbaik. Kedua, metode pembinaan yang merupakan metode yang dapat
digunakan oleh pendidik untuk membentuk Aqidah, keimanan dan
ibadah anak dan pembinaan akhlak berdasarkan keyakinan pada
kebenaran wahyu. Ketiga, metode penghargaan dan hukuman,
merupakan metode yang paling sering digunakan dalam pendidikan
perilaku, karena metode ini memberikan pemahaman tentang
tanggungjawab kepada anak, sehingga diharapkan ke depannya mereka
menjadi anak yang disiplin dalam segala hal.
Kata Kunci:
Pendidikan
Perilaku
Anak SD
ABSTRACT
Keywords:
Education
Behavior
Elementary School Students
Nowadays, there has been a significant shift in the behavior of elementary
school-age children, which tends to get worse due to many factors,
including the negative influence of social media, lack of guidance from
parents, and an educational and societal environment that is not conducive.
This research aims to analyze behavioral education for elementary school
children. The research method used is library research, which involves using
several references, including books, journals, articles, and newspapers
related to the research topic. The results of the research state that
behavioral education for elementary school children must use appropriate
methods to influence and form good behavior in children. Several methods
can be used in behavioral education: First, the exemplary method, which is a
very effective method for educators (parents and teachers) in educating
behavior, in accordance with the development tasks of elementary school-
age children, namely the development of morals, values and conscience.
Educators use the exemplary foundation of the Prophet Muhammad as the
best example. Second, the coaching method which is a method that
educators can use to form children's Aqidah, faith and worship and develop
morals based on belief in the truth of revelation. Third, the reward and
punishment method is the method most often used in behavioral education,
because it provides an understanding of responsibility to children, so that in
the future they are expected to become disciplined children in all things.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 642-647
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
643
Suryati Suryati et.al (Pendidikan perilaku untuk anak Sekolah Dasar)
©2024, Suryati Suryati, Abas Mansur Tamam, Wido Supraha
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Masalah pendidikan terutama pendidikan perilaku anak menjadi hal yang sangat urgen
dan menentukan dalam keberlanjutan generasi umat di masa yang akan datang. Islam
meletakan dasar dasar pendidikan perilaku. Pendidkan Islam memilki tujuan yang sangat jelas,
yaitu membina manusia agar menjadi hamba yang soleh dalam segala aspek kehidupannya
yang mencakup aspek perbuatan, pikiran dan perasaan (Zakiyah, 1995).
Rasulullah SAW       ah yang paling
. Islam dengan pola pendidikanya memberikan
porsi yang besar pada pendidikan perilaku dengan mendidiknya bukan hanya ketika sudah
lahir di dunia namun semenjak menentukan pasangan hidup, masa dalam kandungan untuk
selanjutnya ada fase-fase pendidikan yang bertahap dan sistematis agar anak anak tumbuh
menjadi pribadi yang kokoh aqidahnya dan baik akhlak perilakunya.
Fenomena yang terjadi dewasa ini khususnya di Indonesia kita dapati peran orang tua dan
guru sebagai pendidik sudah mulai bergeser, sehingga banyak ditemukan penyimpangan
perilaku yang dilakukan oleh anak-anak kita, dan bahkan dilakukan di dalam sekolah. Kondisi
diperparah dengan semakin maraknya gaya hidup yang sudah terwarnai dengan banyaknya hal
yang mereka konsumsi di media sosial. Walau tidak ditapik ada sisi posistif dari
perkembangan media sosial, namun butuh persiapan lebih besar untuk anak anak kita
menghadapinya. Jika lengah sedikit saja maka kemungkinan besar terjadi kerusakan perilaku
akan terjadi dengan masif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, mayoritas anak usia 5 tahun ke atas di Indonesia
sudah mengakses internet untuk media sosial. Persentasenya mencapai 88,99% alias yang
terbesar dibandingkan tujuan mengakses internet lainnya. Selain media sosial, sebanyak
66,13% anak usia 5 tahun ke atas di Indonesia juga mengakses internet untuk mendapat
informasi atau berita. Ada pula yang mengakses internet untuk hiburan sebanyak 63,08%.
Kemudian, sebanyak 33,04% anak usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet untuk
mengerjakan tugas sekolah. Ada pula 16,25% anak yang mengatakan mengakses internet
untuk keperluan pembelian barang/jasa dan 13,13% untuk mendapat informasi barang/ jasa.
Data ini menjadi indikator efek perubahan perilaku anak disebakan apa yang mereka
konsumsi (BPS, 2022).
Penyimpang perilaku yang dilakukan oleh anak, dalam hal ini anak usia sekolah dasar
tergambar dalam beberapa peristiwa berikut ini, maraknya kasus kekerasan yang dilakukan
oleh anak sekolah dasar menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh orang tua dan para pendidik.
perilaku menyimpang yang dulu hanya dilakukan oleh anak di tingkat sekolah menengah atas
dan menengah pertama kita dapati terjadi di tingkat sekolah dasar. Berdasarkan data dari
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus perundungan terhadap anak-anak paling
banyak dialami oleh siswa sekolah dasar (KPAI, 2023).
Kasus perundungan yang dialami anak berinisial FH berusia 11 tahun di Singaparna,
Tasikmalaya, Jawa Barat, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia tergolong berat dan
kompleks lantaran korban mengalami kekerasan secara fisik, seksual, dan psikologis. Di
video, dua pelaku terlihat memegangi kaki kucing. Kemudian pakaian si anak dilucuti lalu
dipaksa berhubungan badan dengan hewan itu (Kompas, 2023).
Faktor besar yang menyebabkan kerusakan adalah lingkungan yang buruk. Terlebih jika
anak anak kita lemah secara aqidah, maka akan mudah terombang ambing dalam keburukan.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 642-647
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
644
Suryati Suryati et.al (Pendidikan perilaku untuk anak Sekolah Dasar)
Demikian penting peran orang tua dan guru yang dapat menanamkan aqidah yang menghujam
dihati anak anak kita, sehingga mereka memeliki benteng yang kuat ketika berhadapan dengan
kondisi yang merusak.
Diharapkan dengan membaca tulisan ini semangat para pendidik (orang tua dan guru)
dalam menanamkan benih benih kebaikan kembali berkobar. Karena seorang muslim yang
baik bukan hanya sholih secara pribadi, namun juga harus sholih secara sosial.
Kajian Teori
Pendidikan Perilaku
Kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education yang berasal dari bahasa latin
yaitu “educatum” yang tersusun atas dua kata yaitu e” dan “duco”. Kata “e” berarti sebuah
perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara “duco” berarti
perkembangan atau sedang berkembang. Hal ini secara etimologi, pengertian pendidikan
adalah menjadi berkembang atau bergerak dari dalam ke luar, atau dengan kalimat lain,
pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri sendiri (inner abilities) dan
kekuatan individu
Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.
Menurut Skinner (dalam Irwan 2017), membedakan perilaku menjadi dua yakni perilaku
yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang
berupa refleks-refleks dan insting-insting dan perilaku operan (operant behaviour) yaitu
perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Dalam berbagai aliran psikologi, seperti psikoanalisa (klasik) Sigmund Freud,
memandang bahwa perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh masa lalu, alam tak sadar,
dorongan-dorongan biologis yang selalu menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi.
Dalam perspektif Islam kita dapat memahami pengertian perilaku salah satunya di dalam
kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak berkaitan dengan kata al-
khalqu (kejadian) dan al-khuluqu (akhlak atau tingkah laku). Baik al-khalqu dan al-khuluqu
(baik kejadian dan akhlaknya) berarti baik lahir dan batin. Karena yang dimaksud dengan al-
khalqu adalah bentuk lahir dan al-khuluqu adalah bentuk batin. Hal ini berkaitan dengan
keadaan manusia yang tersusun dari jasad (tubuh) yang terlihat mata dan diraba serta unsur roh
dan jiwa yang hanya dapat dilihat dengan mata hati. Dari dua unsur tersebut, unsur roh dan
jiwa lebih besar nilainya dibanding dengan tubuh yang terlihat dengan mata kepala.
Adapun yang dimaksud akhlak adalah keadaan jiwa yang menetap dan dari padanya terbit
semua perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Bila terbit dari
jiwa perbuatan-perbuatan baik dan terpuji berarti ia akhlak yang baik. Sebaliknya bila yang
terbit dari padanya perbuatan-perbuatan jelek, maka dinamakan dengan akhlak yang buruk.
Sejalan dengan itu, berarti seseorang yang memberi bantuan hanya karena keinginan yang
muncul secara tiba-tiba saja, maka orang itu tidak dapat dikatakan pemurah, karena sifat
tersebut belum tetap pada jiwanya. Demikian pula bila seseorang memberi bantuan karena
tekanan moral atau tidak memberi ketidakadilan dan rasa marah, maka orang itu juga belum
dapat dikatakan mempunyai watak pemurah dan penyantun.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan tindakan yang
dipengaruhi oleh pendidikan. Jika pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat baik maka dengan sendirinya akan berpengaruh kepada baiknya perilaku anak
tersebut dan secara otomatis dia akan berahlak baik. Demikian juga sebaliknya, jika buruk
ketiga lingkungan tadi maka akan buruk juga ahlak yang terbentuk.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 642-647
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
645
Suryati Suryati et.al (Pendidikan perilaku untuk anak Sekolah Dasar)
Anak sekolah Dasar
Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 612 tahun atau biasa disebut
dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring dengan
bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin beragam. Minat anak pada
periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak. Implikasinya
adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang akan berguna pada proses
perkembangannya kelak (Jatmika, 2005).
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah library research dalam hal ini peneliti
menganalisis beberapa buku rujukan dan berbagai sumber terkait pendidikan perilaku anak
dan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pendidik (orang tua dan guru) dalam
membimbingnya ke arah yang lebih baik sesuai pedoman Al 
3. Hasil dan Pembahasan
Pendidikan Perilaku Konsep Barat
Menurut Syed Muhamad Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di
atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat
dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia
sebagai makhluk rasional.
Menurut Naquib ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, pertama,
menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia; kedua, bersikap dualitas terhadap
realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan
hidup sekular; empat, menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, menjadikan drama dan
tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan . Kelima
faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola
pendidikan yang ada di Barat.
Dapat disimpulkan ada empat konsep yang dipegang oleh prespektif Barat terkait dengan
pandangan mereka terhadap pendidikan. Pertama Sekuler: memisahkan antara ilmu dengan
agama. Maksudnya, pendidikan Barat lebih mementingkan ilmu dari pada agama. Mereka
hanya mementingkan jasmani dan tidak memikirkan rohani. Kedua, liberal atau bebas.
Maksudnya, pendidikan Barat itu bebas melakukan segala hal yang disuka, tetapi tetap
mengarah akan ilmu yang dipelajarinya itu. Ketiga, pragmatis atau praktis, bersifat sementara.
Mereka menganggap bahwa ilmu itu dipelajari agar seseorang dapat menggapai cita-citanya.
Mereka hanya fokus akan satu titik berat yang dituju oleh pemikirannya. Proses penggapaian
cita-cita itulah yang membuat seseorang menjadi lebih terstruktur untuk menggapainya secara
maksimal. Keempat, materialis atau sebatas materi saja. Pendidikan itu hanyalah sebatas
materi. Mereka tidak memikirkan apa dan bagaimana ilmu yang dipelajari ke depan. Mereka
hanya tertuju pada satu tujuan yaitu hasil nilai pelajaran yang baik dan hal-hal berhubungan
dengan kebendaan.
Pendidikan Perilaku Konsep Islam
Konsep pendidikan Islam adalah konsep pendidikan yang bersumber dari Al Quran dan
Sunah Nabi Muhamad SAW. Pendidikan Islam bertujuan menciptakan manusia yang bahagia
di kehidupan dunia dan akhirat. Urgensi pendidikan anak sangat diperhatikan oleh Islam,
bahkan tanggungjawab pendidikan anak pada awalnya berada di pundak orangtua. Berkaitan
dengan tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak dapat dilihat dari firman Allah swt
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu d  
Al-Tahrim: 6).
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 642-647
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
646
Suryati Suryati et.al (Pendidikan perilaku untuk anak Sekolah Dasar)
Walaupun secara redaksional ayat tersebut tertuju kepada kaum pria (ayah), akan tetapi
juga tertuju kepada kaum perempuan (ibu) juga, sebagaimana ayat-ayat perintah ibadah yang
lain (misal ayat perintah salat, puasa, dan lain sebagainya). Ini berarti kedua orangtua
bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka, baik dalam hal memberi nafkah, kasih sayang,
dan juga pendidikannya. Dengan demikian, ayat tersebut menggambarkan bahwa dakwah dan
pendidikan harus bermula dari lingkungan keluarga.
Berdasarkan penjelasan ayat di atas dapat dipahami bahwa seorang anak mutlak
membutuhkan perawatan, bimbingan, dan pengembangan potensi kepada tujuan yang benar.
Oleh karena itu, ia harus dikembangkan dalam kerangka positif melalui upaya pendidikan.
Konsep pendidikan anak di sini tentunya tidak sekedar konsep pendidikan yang asal-asalan,
melainkan konsep pendidikan anak yang mampu menyelesaikan problematika yang akan
dihadapi di masyarakat kelak.
Konsep pendidikan tersebut hendaknya menyentuh aspek yang bersinggungan langsung
dengan kebutuhan perkembangan individu anak agar mereka dapat hidup dan berkembang
sesuai dengan ajaran Islam. Di sinilah pentingya anak diajarkan pendidikan yang sesuai
dengan konsep pendididkan Islam.
Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian pendidikan anak dalam Islam sebagai
pendidikan manusia seutuhnya (whole human education); akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Abdurrahman al-Bani mengatakan, Dalam
pendidikan anak mencakup empat unsur. yaitu; menjaga dan memelihara fitrah anak,
mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai dengan kekhasan, mengarahkan potensi dan
bakat agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan, dan terakhir seluruh proses dilakukan secara
bertahap.
Ruang lingkup pendidikan anak dalam Islam menurut Hasbi Ash-shidiqi meliputi;
Tarbiyah Jasminiyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan
menyehatkan tubuh serta menegakkannya supaya dapat menyelesaikan kesukaran yang
dihadapi dalam pengalamannya, Tarbiyah Aqliyah, yaitu pendidikan dalam pelajaran yang
dapat mencerdasarkan akal dan menajamkan otak, seperti ilmu berhitung, dan Tarbiyah
Adabiyah, segala rupa praktek maupun teori yang dapat meningkatkan budi dan perangai.
Artinya pendidikan budi pekerti/ akhlak dalam ajaran Islam merupakan salah satuajaran pokok
yang mesti diajarkan agar umatnya memiliki akhlak yang mulia yang dicontohkan oleh Nabi
Muhamad SAW.
Metode Pendidikan Perilaku Anak Sekolah Dasar
Pendidikan perilaku anak sebagaimana pendidikan lainya memerlukan metode agar dapat
dilakukan secara sistematis dan efektif sehingga mencapai target perilaku yang baik sesuai
ajaran Islam dan terhindar dari perilaku buruk yang diakibatkan oleh lingkungan disekitarnya.
Metode ini merupakan panduan bagi seluruh pendidik baik orang tua maupun guru. Fungsinya
adalah memudahkan pelakanaan dari pendidikan perilaku itu sendiri. Berdasarkan beberapa
buku panduan mendidik anak usia sekolah dasar dapat dianalisa bahwa ada beberapa motode
pendidikan perilaku yaitu; metode keteladanan,pembinaan, metode penghargan dan metode
hukuman.
Metode keteladanan adalah motode yang sangat efektif bagi seorang pendidik (orang tua
dan guru) dalam mendidik perilaku, sesuai dengan tugas perkembangan anak usia sekolah
dasar yaitu Pengembangan moral, nilai dan kata hati. Pendidik menggunakan landasan
keteladanan dari Rasulullah SAW sebagai contoh terbaik sebagaimana Allah berfirman dalam
QS. Al Ahzab ayat 21.















Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 642-647
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
647
Suryati Suryati et.al (Pendidikan perilaku untuk anak Sekolah Dasar)
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulllah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu
orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah
Metode pembinan, merupakan metode yang dapat digunakan oleh pendidik untuk
membentuk aqidah, keimanan dan ibadah anak dan pembinaan akhlak berdasarkan keyakinan
pada kebenaran wahyu.
Metode penghargaan dan hukuman, merupakan metode yang paling sering digunakan
dalam pendidikan perilaku, karena metode ini memberikan pemahaman tentang
tanggungjawab kepada anak, sehingga diharapkan ke depannya mereka menjadi anak yang
disisplin dalam segala hal.
4. Kesimpulan
Dalam mendidik perilaku anak diperlukan kesadaran dari para pendidik baik orang tua

Rasulullah SAW. Kesadaran akan pembinaan perilaku anak usia sekolah dasar harus dimiliki
oleh setiap pendidik utamanya dalam menangkal arus perekembangan media sosial yang
sangat mudah diakses oleh anak-anak kita. Pendidik juga harus dapat memfilter berbagai
pemikirin konsep Barat yang syarat dengan gaya hidup matrealistik dan sekularisme. Penting
untuk menganalisa konsep pemikiran barat agar terhindar dari kehancuran perilaku anak yang
lebih besar lagi yaitu aqidah dan akhlak.
5. Daftar Pustaka
Zakiah Daradjat. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 1993.
Sunarto, H., dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta,
1995.
Nahlawi, Abd. al Rahman al, Usul al Tarbiyah al Islamiyah wa Asalibuha fi al Bayt wa al
Madrasah wa al Mujtama, Beirut: Daar al Fikri, 2001
Muhammad Naquib al-Attas, Islam And Secularism. Kuala Lumpur: Art. Printing Warks Sdn.
Bld, 1993, cet. II, 36.
Al-Ghazali. Ihya’Ulumad-Din, Beirut: Dar Ibnu Hazm, 2005.
Al Ghazali. Ayyuhā al-walad, Misteri Ilmu Nafie’ (Pen. Abu Tsania), Jombang: Daru al-
Hikmah, 2008.
Hidayatullah, M. F., Guru Sejati: Pengembangan Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas,
Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.