Demikian penting peran orang tua dan guru yang dapat menanamkan aqidah yang menghujam
dihati anak anak kita, sehingga mereka memeliki benteng yang kuat ketika berhadapan dengan
kondisi yang merusak.
Diharapkan dengan membaca tulisan ini semangat para pendidik (orang tua dan guru)
dalam menanamkan benih benih kebaikan kembali berkobar. Karena seorang muslim yang
baik bukan hanya sholih secara pribadi, namun juga harus sholih secara sosial.
Kajian Teori
Pendidikan Perilaku
Kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education yang berasal dari bahasa latin
yaitu “educatum” yang tersusun atas dua kata yaitu “e” dan “duco”. Kata “e” berarti sebuah
perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara “duco” berarti
perkembangan atau sedang berkembang. Hal ini secara etimologi, pengertian pendidikan
adalah menjadi berkembang atau bergerak dari dalam ke luar, atau dengan kalimat lain,
pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri sendiri (inner abilities) dan
kekuatan individu
Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.
Menurut Skinner (dalam Irwan 2017), membedakan perilaku menjadi dua yakni perilaku
yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang
berupa refleks-refleks dan insting-insting dan perilaku operan (operant behaviour) yaitu
perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Dalam berbagai aliran psikologi, seperti psikoanalisa (klasik) Sigmund Freud,
memandang bahwa perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh masa lalu, alam tak sadar,
dorongan-dorongan biologis yang selalu menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi.
Dalam perspektif Islam kita dapat memahami pengertian perilaku salah satunya di dalam
kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak berkaitan dengan kata al-
khalqu (kejadian) dan al-khuluqu (akhlak atau tingkah laku). Baik al-khalqu dan al-khuluqu
(baik kejadian dan akhlaknya) berarti baik lahir dan batin. Karena yang dimaksud dengan al-
khalqu adalah bentuk lahir dan al-khuluqu adalah bentuk batin. Hal ini berkaitan dengan
keadaan manusia yang tersusun dari jasad (tubuh) yang terlihat mata dan diraba serta unsur roh
dan jiwa yang hanya dapat dilihat dengan mata hati. Dari dua unsur tersebut, unsur roh dan
jiwa lebih besar nilainya dibanding dengan tubuh yang terlihat dengan mata kepala.
Adapun yang dimaksud akhlak adalah keadaan jiwa yang menetap dan dari padanya terbit
semua perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Bila terbit dari
jiwa perbuatan-perbuatan baik dan terpuji berarti ia akhlak yang baik. Sebaliknya bila yang
terbit dari padanya perbuatan-perbuatan jelek, maka dinamakan dengan akhlak yang buruk.
Sejalan dengan itu, berarti seseorang yang memberi bantuan hanya karena keinginan yang
muncul secara tiba-tiba saja, maka orang itu tidak dapat dikatakan pemurah, karena sifat
tersebut belum tetap pada jiwanya. Demikian pula bila seseorang memberi bantuan karena
tekanan moral atau tidak memberi ketidakadilan dan rasa marah, maka orang itu juga belum
dapat dikatakan mempunyai watak pemurah dan penyantun.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan tindakan yang
dipengaruhi oleh pendidikan. Jika pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat baik maka dengan sendirinya akan berpengaruh kepada baiknya perilaku anak
tersebut dan secara otomatis dia akan berahlak baik. Demikian juga sebaliknya, jika buruk
ketiga lingkungan tadi maka akan buruk juga ahlak yang terbentuk.