paling utama dalam membentuk individu seseorang terutama dalam hal prilaku yang baik dan
etis. Dalam hal ini Penerapan pembentukan karakter berbasis moderasi agama pada anak perlu
dimulai sejak dini sebagai bagian dari pendidikan awal mereka (Dharmaji Chowmas, 2020).
Karakter religius merujuk pada pemahaman yang mendalam terhadap prinsip-prinsip agama
yang diyakini, yang kemudian tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari seseorang.
Kedalaman ini membuatnya memperlihatkan tindakan dan sikap yang membedakannya dari
karakter orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Karakter merujuk pada nilai-nilai perilaku
manusia yang terkait dengan Tuhan Yang Maha Esa, individu itu sendiri, sesama manusia, dan
lingkungan (Rismayanthi, 2011). Pendidikan karakter atau moralitas merupakan nilai pokok,
dan menjadikan perilaku mulia sebagai salah satu target yang ingin dicapai selama masa
kenabian Nabi Muhammad SAW (Firdaus et al., 2022). Pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan Islam lebih fokus pada perkembangan pribadi melalui instilasi nilai-nilai moral
yang baik, dengan tujuan agar seseorang dapat menjadi individu yang positif dalam hal diri
sendiri, hubungannya dengan orang lain, dan kontribusinya pada masyarakat secara umum
(Islam, 2020) dan (Hatmono. D, 2022). Diterapkanya pendidikan karakter kepada peserta didik
dengan pemahaman nilai secara kognitif, pengalaman nilai secara afektif, dan akhirnya
mendorong penerapan nilai dalam kehidupan nyata (Muchtar & Suryani, 2019). Seperti yang
tercantum pada peraturan presiden pada tanggal 06 september 2017 yang menyatakan bahwa
diperlukan penguatan pendidikan karakter dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya
serta memiliki nilai-nilai religious, jujur, toleran, demokratis, gotong royong, integritas,
mandiri, nasionalis, dan semangat kebangsaan, (Perpres, No. 87 tahun 2017). Dikarenakan
pentingnya pendidikan karakter menurut hasil survei yang dilakukan (Litbang Kompas pada
tahun 2017), mendapatkan hasil bahwa sebanyak 84,90% masyarakat percaya bahwa
penguatan pendidikan karakter dapat meningkatkan kompetensi peserta didik survei tersebut
dilakukan di 14 kota besar yang ada di Indonesia. Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani,
yaitu "Charassian", yang berarti menandai dan fokus pada penerapan nilai-nilai kebaikan
melalui tindakan atau perilaku. Oleh karena itu, seseorang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan
menunjukkan perilaku buruk dapat dianggap sebagai individu yang memiliki karakter yang
kurang baik. Sebaliknya, seseorang yang berperilaku sesuai dengan norma moral akan
dianggap sebagai individu yang memiliki karakter mulia (Tsoraya et al., 2023). Pendidikan
karakter bertujuan untuk membentuk pribadi yang sempurna, dengan merujuk pada nilai-nilai
dan moralitas yang berlaku dalam masyarakat (Nugraha, 2020).
Perubahan moralitas manusia dari tahun ketahun semakin menurun, ini dikarenakan
tergerusnya oleh perubahan jaman keberadaan pendidikan moral pada masa ini, terutama bagi
para remaja, memiliki urgensi yang sangat signifikan. Kehadirannya menjadi suatu kebutuhan
mendesak, karena jika tidak segera diatasi, konsekuensi dari krisis moralitas akan berlangsung
dalam jangka waktu yang cukup lama (Mewar, 2021). Bedasarkan survei yang di ambil dari
badan pusat statistik menunjukan bahwa tingkat kriminalitas di Indonesia mengalami kenaikan
dari sebesar 22,19% tahun 2019 hingga tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 23,46%.
Tindakan kejahatan ini sedikit lebih naik dari tahun sebelumnya. Masalah ini sudah tentu harus
diperhatikan oleh badan-badan yang terkait supaya bagaimana mengatasi permasalahan
kriminalitas yang disebabkan kurangnya seseorang mendapatkan pendidikan karakter. Serta
minimnya pengetahuan masyarakat umum terhadap Pancadharma buddhis untuk mengatasi
masalah tersebut diperlukan adanya Pendidikan Buddhis untuk mencapai manusia seutuhnya
yang beradab dan berakhlak baik. Pancadharma terdiri dari dua suku kata yaitu panca-dharma
yang berarti lima latihan moral atau lima latihan luhur yang harus dikembangkan, (Devi,
2022).
Nilai-nilai Pancadharma dalam buddhis yang harus dikembangkan (Metta-karuna, Samma
ajiva, Santutthi, Sacca, Satisampajanna), yang dikususkan untuk umat awam laki-laki dan