mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain (Sutomo, 2018). Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
anggota kelompoknya yang lain. Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus
bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yangditugaskan (Wiratmaja, 2019).
Pembelajaran kooperatif jigsaw yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (NN, 2012). Pembelajaran kooperatif jigsaw
memungkinkan interaksi antar siswa, sehingga mereka saling terlibat. Oleh karena itu,
pembelajaran kooperatif sangat erat dengan interaksi sosial antar siswa yang berwujud
keterampilan sosial (social skills). Dengan interaksi sosial dalam kelompok, kelemahan salah
satu anggota kelompok dapat dibantu oleh kemampuan anggota kelompok yang lain (Sharan &
Sharan, 1992). Hasil penelitian (Sutomo, 2018) menunjukkan bahwa strategi pembelajaran
kooperatif jigsaw efektif dan memiliki keunggulan yang lebih tinggi dalam pencapaian hasil
belajar daripada strategi pembelajaran konvensional.
Hasil belajar adalah hasil atau dampak yang muncul sebagai tanda seberapa baik suatu
metode pembelajaran bekerja. Dampak ini dapat dijadikan petunjuk untuk menilai seberapa
efektif metode tersebut. Ada tiga kategori dampak atau hasil belajar yang dapat diperhatikan,
yaitu: kefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran (Degeng &
Sudana, 2013). Keefektifan pembelajaran terkait erat dengan sejauh mana tujuan pembelajaran
berhasil dicapai. Pengukurannya fokus pada seberapa baik tujuan pembelajaran terpenuhi.
Efisiensi pembelajaran terkait dengan penggunaan waktu, personel, dan sumber belajar.
Pengukurannya mencakup berapa lama waktu yang dibutuhkan, berapa banyak sumber daya
yang digunakan, dan seberapa efisien penggunaannya dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sementara itu, daya tarik pembelajaran berkaitan dengan minat siswa terhadap mata
pelajaran yang dipelajari. Pengukurannya berfokus pada seberapa menariknya pembelajaran
tersebut bagi siswa, mendorong mereka untuk tetap tertarik dan bersemangat dalam proses
belajar. Bloom menguraikan bahwa hasil belajar siswa mencakup tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor (Bloom, 1956).
1. Ranah Kognitif: Melibatkan kemampuan intelektual siswa yang berkaitan dengan
proses mental. Ini mencakup rentang dari kategori kognitif yang lebih rendah hingga
tinggi. Ranah kognitif melibatkan kemampuan seperti mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, menilai, dan mencipta.
2. Ranah Afektif: Berkaitan dengan aspek perasaan, emosi, sikap, serta tingkat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Ini mencakup kemampuan seperti
menerima informasi, merespons, menilai, mengorganisasi, dan membentuk karakter.
3. Ranah Psikomotor: Menyangkut kemampuan melakukan tugas dengan melibatkan
anggota tubuh. Ini termasuk kemampuan meniru, menyusun, melakukan dengan
prosedur, melakukan dengan baik dan tepat, serta melakukan tindakan secara alami.
(Anderson & Krathwohl, 2001) kemudian merevisi hasil belajar menurut Bloom. Ranah
kognitif terdiri dari tingkat ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, menilai, dan mencipta.
Ranah afektif terdiri dari menerima, menanggapi, menilai, mengorganisasi, dan membentuk
watak. Ranah psikomotor terdiri dari meniru, menyusun, melakukan dengan prosedur,
melakukan dengan baik dan tepat, serta melakukan tindakan secara alami.