AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
171
REVOLUSI PENDIDIKAN: MENAVIGASI ERA BARU DENGAN KURIKULUM
MERDEKA DI SEKOLAH DASAR
Nur Agus Salim
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
Jl. hid Hasyim II, Sempaja Selatan, Kec. Samarinda Utara, Kota Samarinda 75243
Email: nuragussalim@uwgm.ac.id
ABSTRAK
Kurikulum Merdeka dirancang untuk mempromosikan keterampilan abad ke-21 seperti pemikiran
kritis, kreativitas, dan kolaborasi, serta menawarkan pendekatan yang lebih adaptif dan relevan
dengan kebutuhan siswa saat ini. Melalui analisis literatur dan studi kasus, penelitian ini
mengidentifikasi tantangan utama dalam implementasi Kurikulum Merdeka, termasuk kebutuhan
pelatihan guru yang komprehensif, adaptasi infrastruktur, dan penyelarasan dengan standar
pendidikan nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka memiliki potensi
signifikan untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran di sekolah dasar, namun kesuksesannya
sangat tergantung pada strategi implementasi yang efektif dan dukungan luas dari semua pihak
terlibat. Penelitian ini menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam pendidikan, mengakui
bahwa transformasi pendidikan memerlukan partisipasi aktif dari pembuat kebijakan, pendidik,
siswa, dan orang tua.
Kata Kunci: Kurikulum Merdeka; pendidikan dasar; revolusi pendidikan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
The Merdeka Curriculum is designed to promote 21st century skills such as critical thinking,
creativity, and collaboration, as well as offering an approach that is more adaptive and relevant to
the needs of today's students. Through literature analysis and case studies, this research identifies
the main challenges in implementing the Merdeka Curriculum, including the need for comprehensive
teacher training, infrastructure adaptation, and alignment with national education standards. The
research results show that the Merdeka Curriculum has significant potential to improve the learning
experience in elementary schools, but its success is highly dependent on effective implementation
strategies and broad support from all parties involved. This research emphasizes the importance of
collaborative approaches in education, recognizing that educational transformation requires active
participation from policymakers, educators, students, and parents.
Keywords: Independent Curriculum; basic education; educational revolution
PENDAHULUAN
Era globalisasi dan revolusi industri keempat telah membawa perubahan signifikan
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. (Xu et al. 2018) Perubahan ini
memerlukan pendekatan pendidikan yang adaptif dan fleksibel, yang mampu
mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan. (Fadel and
Trilling 2010) Dalam konteks ini, Indonesia telah mengambil langkah inovatif dengan
pengenalan Kurikulum Merdeka di sekolah dasar, sebagai bagian dari upaya revolusi
pendidikan.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
172
Kurikulum Merdeka dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan abad ke-21,
mengutamakan keterampilan seperti pemikiran kritis, kreativitas, kolaborasi, dan
komunikasi. (Vhalery, Setyastanto, and Leksono 2022) Dalam beberapa tahun terakhir,
dunia pendidikan Indonesia menghadapi fenomena yang signifikan, yaitu transformasi
mendalam melalui implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar. Fenomena ini
muncul sebagai respons terhadap kebutuhan mendesak akan pendidikan yang lebih relevan
dengan tuntutan zaman, terutama di tengah percepatan perubahan teknologi dan sosial-
ekonomi global. Terlihat adanya pergeseran dari model pendidikan tradisional yang
berfokus pada penyerapan pengetahuan factual, menuju pendekatan yang lebih menekankan
pada pengembangan keterampilan dan kompetensi siswa. Fenomena ini juga mencerminkan
keinginan untuk lebih menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan individu siswa,
menanamkan kreativitas, serta mempromosikan pembelajaran yang mandiri dan
berkelanjutan. (Wagner 2010) Kurikulum ini bertujuan untuk menggantikan pendekatan
pendidikan yang kaku dan berorientasi pada hafalan dengan metode yang lebih berfokus
pada pemahaman, aplikasi praktis, dan pengembangan karakter siswa. Hal ini sesuai dengan
kebutuhan global untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik
tetapi juga memiliki keterampilan hidup yang penting. Penelitian ini akan mengkaji dampak
Kurikulum Merdeka terhadap proses pembelajaran di sekolah dasar, serta bagaimana
kurikulum ini membantu siswa dalam mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan di era
baru.
Fokus tulisan akan meliputi bagaimana guru mengimplementasikan kurikulum ini,
tanggapan dari siswa, serta perubahan dalam hasil belajar dan pengembangan keterampilan
siswa. Perubahan ini menuntut kesiapan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara
akademik, tetapi juga dilengkapi dengan keterampilan abad ke-21 seperti pemikiran kritis,
kreativitas, dan kolaborasi. (Darling-Hammond 2015) Di sinilah pentingnya evaluasi
terhadap implementasi Kurikulum Merdeka, yang merupakan langkah baru dalam sistem
pendidikan Indonesia. Penelitian ini tidak hanya vital dalam menilai efektivitas
implementasi kurikulum ini di sekolah dasar, tetapi juga dalam memberikan wawasan yang
diperlukan bagi pemangku kebijakan untuk mengarahkan dan meningkatkan kebijakan
pendidikan yang ada. Selain itu, penelitian ini berkontribusi penting pada literatur akademik,
memberikan referensi berharga untuk penelitian di masa depan, dan terutama dalam
mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa
depan. Dengan demikian, penelitian ini menjadi krusial dalam konteks pendidikan saat ini
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
173
di Indonesia, menawarkan pandangan yang mendalam tentang bagaimana pendidikan dapat
dan harus berkembang untuk tetap relevan dan efektif dalam menghadapi dinamika zaman.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan memanfaatkan metode tinjauan literatur (literature review) sebagai
instrumen utama untuk mendapatkan gambaran yang mendalam dan komprehensif tentang
implementasi serta dampak Kurikulum Merdeka di tingkat pendidikan dasar. Metode ini
melibatkan proses pengumpulan data yang sistematis, analisis yang kritis, dan sintesis
informasi yang cermat dari berbagai sumber literatur yang relevan, baik itu buku, jurnal,
laporan penelitian, artikel, dan lain sebagainya. Tujuan utama dari pendekatan ini bukan
hanya sekedar mengumpulkan data, melainkan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
mengintegrasikan hasil penelitian dari berbagai studi dan publikasi yang ada. Dengan
demikian, penelitian ini tidak hanya menghasilkan pengetahuan baru, tetapi juga membantu
dalam membangun pemahaman yang lebih baik tentang Kurikulum Merdeka.
Pendekatan tinjauan literatur ini akan dilakukan secara sistematis dan objektif, dengan
berusaha untuk meminimalkan bias dan subjektivitas. Penelitian ini berusaha untuk
merangkum dan menginterpretasikan pengetahuan yang sudah ada dalam konteks
Kurikulum Merdeka, dengan harapan dapat memberikan wawasan baru dan menambah
pemahaman tentang implementasi dan dampaknya di sekolah dasar. Secara lebih spesifik,
penelitian ini akan mengkaji berbagai aspek, baik itu aspek pedagogis, psikologis, maupun
sosial dari implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia, khususnya dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurikulum Merdeka: Konsep dan Prinsip
Kurikulum Merdeka, sebagai bagian integral dari perkembangan pendidikan di
Indonesia, membawa makna penting khususnya pada tingkat pendidikan dasar. Inisiatif ini
dihadirkan sebagai respons terhadap kebutuhan pendidikan yang terus berubah sejalan
dengan dinamika zaman. Sebagaimana dijelaskan dalam buku "Kurikulum Merdeka:
Panduan Implementasi" yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia pada tahun 2022, konsep ini menandai perubahan signifikan dalam
pendekatan pendidikan.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
174
Perubahan ini mencakup pergeseran dari metode pengajaran yang kaku dan berpusat
pada guru, menuju pendekatan yang lebih adaptif dan berfokus pada siswa. Dengan
pendekatan ini, pendidikan tidak lagi hanya menjadi proses transfer pengetahuan, melainkan
menjadi proses aktif dimana siswa berperan sebagai partisipan aktif dalam penciptaan
pengetahuan mereka sendiri. Kurikulum Merdeka menekankan pada pengembangan
kemampuan dan potensi individu siswa, sehingga mereka dapat belajar dengan metode yang
paling sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Hal ini diharapkan dapat
membantu siswa untuk mengoptimalkan proses belajar mereka dan mencapai hasil yang
lebih baik. Selain itu, Kurikulum Merdeka juga mencoba untuk meningkatkan relevansi
pendidikan dengan realitas yang dihadapi oleh siswa di luar sekolah. Ini termasuk
mempersiapkan siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk sukses
di abad 21, seperti keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.
Kurikulum Merdeka bukan hanya sekedar konsep pendidikan baru, melainkan merupakan
upaya konkret dalam mewujudkan sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan
relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat pada umumnya.
Konsep Dasar Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka, seperti yang dijelaskan dalam "Kurikulum Merdeka: Panduan
Implementasi" oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2022),
menandai perubahan revolusioner dalam sistem pendidikan Indonesia, terutama di tingkat
sekolah dasar. Ini adalah pergeseran dari pendekatan pendidikan yang tradisional ke
pendekatan yang lebih berfokus pada siswa, di mana kebutuhan, minat, dan potensi individu
siswa menjadi pusat proses belajar. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan Darling-
Hammond (2010) tentang pentingnya pendidikan yang berpusat pada siswa dalam era
modern ini.
Kurikulum ini tidak hanya menekankan pada aspek akademik, tetapi juga pada
pengembangan keterampilan yang holistik yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hal ini sejalan dengan pandangan Trilling & Fadel (2009) dalam buku mereka
"21st Century Skills". Fleksibilitas dan adaptabilitas kurikulum ini memungkinkan materi
dan metode pengajaran disesuaikan dengan konteks lokal dan kebutuhan spesifik siswa,
sebuah prinsip yang dianggap penting oleh Fullan (2007) dalam bukunya "The New
Meaning of Educational Change". Salah satu prinsip utama Kurikulum Merdeka adalah
keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, mendorong mereka menjadi lebih mandiri dan
bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri. Ide ini sesuai dengan apa yang dibahas
oleh Wagner (2008) dalam bukunya "The Global Achievement Gap". Kurikulum ini
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
175
menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek dan masalah untuk mendorong
penerapan pengetahuan dalam situasi nyata, sehingga mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah.
Pengakuan terhadap perbedaan individu mencerminkan pendekatan yang disarankan
oleh Hargreaves & Fullan (2012) dalam buku mereka "Professional Capital", yang
menekankan pentingnya menghargai keunikan setiap siswa. Kurikulum ini juga menekankan
pentingnya kolaborasi dan interaksi sosial dalam proses belajar, serta integrasi teknologi
dalam pembelajaran, untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan interaktif.
Implementasi Kurikulum Merdeka ini merupakan langkah maju dalam pendidikan di
Indonesia, menantang paradigma pendidikan tradisional dan menawarkan potensi besar
untuk mengembangkan generasi yang lebih adaptif, kreatif, dan kompeten. Keberhasilan
implementasi ini akan sangat bergantung pada sejauh mana prinsip-prinsip ini dapat
diimplementasikan dalam praktik sehari-hari di sekolah-sekolah di Indonesia. Ini
mencerminkan upaya negara ini dalam menyesuaikan sistem pendidikannya dengan tuntutan
dan kebutuhan abad ke-21.
Tantangan Implementasi Kurikulum
Pendidikan tengah mengalami revolusi melalui implementasi Kurikulum Merdeka di
level sekolah dasar, namun implementasi ini menghadapi berbagai tantangan signifikan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah terkait dengan pelatihan guru. Menurut
Shawer (2017) dalam studi mereka tentang perubahan kurikulum, keberhasilan
implementasi kurikulum sangat tergantung pada sejauh mana guru siap dan mampu
menerapkan metode pengajaran baru. Hal ini menimbulkan kebutuhan urgent untuk program
pelatihan guru yang komprehensif, yang tidak hanya menyediakan pengetahuan teoritis
tetapi juga keterampilan praktis dalam menerapkan kurikulum baru. (Dewantara 2020)
Tantangan selanjutnya terkait dengan sumber daya dan infrastruktur. Obilo dan
Sangoleye (2010) menunjukkan bahwa kurangnya fasilitas yang memadai dan akses
terhadap teknologi pembelajaran terkini dapat menghambat proses pembelajaran yang
efektif. Tantangan ini diperparah oleh persepsi dan penerimaan yang beragam dari
stakeholder pendidikan, termasuk guru, orang tua, dan siswa terhadap Kurikulum Merdeka.
Vargas, dkk (2019) mencatat bahwa resistensi terhadap perubahan dan pemahaman yang
kurang tentang manfaat kurikulum baru dapat menghambat proses adopsi.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, beberapa solusi yang dapat diterapkan
meliputi pengembangan kerjasama antara sekolah dengan lembaga pendidikan dan
organisasi profesional untuk pelatihan guru, serta pengalokasian dana yang memadai untuk
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
176
meningkatkan infrastruktur dan sumber daya pendidikan. Selain itu, upaya untuk
meningkatkan komunikasi dan keterlibatan semua stakeholder pendidikan adalah kunci
untuk memperoleh dukungan luas dan mengurangi resistensi terhadap perubahan. (Pak et
al. 2020)
Dalam jangka panjang, tantangan-tantangan ini dapat mempengaruhi efektivitas
pendidikan di sekolah dasar dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk menavigasi
tantangan ini membutuhkan strategi yang inovatif dan adaptif, serta komitmen kuat dari
semua pihak yang terlibat dalam pendidikan untuk memastikan bahwa Kurikulum Merdeka
dapat terimplementasi dengan sukses. (Campbell-Phillips 2020)
Dampak Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran
Kurikulum Merdeka yang diimplementasikan di sekolah dasar telah membawa
perubahan signifikan dalam proses pembelajaran. Dampak yang paling menonjol dari
kurikulum ini adalah pendekatan pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa, di mana
siswa diberi ruang yang lebih luas untuk mengeksplorasi dan berpartisipasi secara aktif
dalam proses belajar mereka sendiri. Ini selaras dengan penemuan dari studi yang dilakukan
oleh Saad (2020), yang menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel
dan berpusat pada siswa dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran.
Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pengembangan kompetensi abad ke-21
seperti kreativitas, pemikiran kritis, dan kemampuan berkolaborasi. Kompetensi-kompetensi
ini sangat penting untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan masa depan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erstad and Voogt (2018), terbukti bahwa kurikulum
yang fokus pada pengembangan kompetensi-kompetensi ini berhasil meningkatkan kesiapan
siswa dalam merespons perubahan dan inovasi.
Meski demikian, implementasi Kurikulum Merdeka juga membawa tantangan,
terutama bagi guru. Mereka dituntut untuk mengadaptasi metode pengajaran mereka menjadi
lebih interaktif dan inovatif dalam menyampaikan materi, yang mungkin memerlukan
pelatihan dan sumber daya tambahan. (Darling-Hammond et al. 2005) Selain itu,
penyesuaian terhadap sistem penilaian yang lebih holistik dan berbasis kompetensi juga
menjadi tantangan, agar bisa mencerminkan secara akurat kemajuan dan pemahaman siswa.
(Stronge 2006).
Secara keseluruhan, Kurikulum Merdeka di sekolah dasar telah mengubah cara siswa
belajar dan guru mengajar secara fundamental. Meski ada tantangan dalam
implementasinya, dampak jangka panjang dari kurikulum ini diharapkan dapat memberikan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
177
kontribusi positif bagi pembelajaran yang lebih dinamis, relevan, dan mempersiapkan siswa
dengan baik untuk masa depan.
Perbandingan dengan Kurikulum Sebelumnya
Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013, meski berbeda satu sama lain, masing-
masing memegang peran penting dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Kurikulum
2013 menempatkan penekanan pada kompetensi inti seperti sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, dengan metode pendekatan yang lebih terstruktur dan
standar dalam pembelajaran serta penilaian. Seperti yang dijelaskan oleh Nurhasanah,
Pribadi, dan Nur (2021), pendekatan tersebut memberikan fondasi yang kuat terhadap
pengetahuan dasar dan keterampilan esensial, namun di sisi lain, dapat membatasi ruang
kreativitas bagi guru dan siswa. Sebaliknya, Kurikulum Merdeka memperkenalkan
pendekatan yang lebih fleksibel dan berpusat pada siswa, mempromosikan inovasi dan
kreativitas dalam proses pembelajaran. Salabi (2020) menemukan bahwa pendekatan
tersebut mampu meningkatkan keterlibatan siswa dan mengembangkan keterampilan
berpikir kritis serta kreatif. Akan tetapi, kebutuhan terhadap pelatihan guru yang lebih
intensif serta potensi inkonsistensi dalam implementasi antar sekolah menjadi tantangan
utama dalam Kurikulum Merdeka, seperti yang diungkap oleh Rambung, dkk (2023).
Dengan fokusnya pada pengetahuan dan keterampilan dasar, Kurikulum 2013
memberikan keunggulan dalam literasi dan numerasi, sementara Kurikulum Merdeka lebih
efektif dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan yang lebih
kompleks. Dalam hal penilaian, Kurikulum 2013 lebih mengutamakan penilaian akademik
yang formal, berbanding terbalik dengan Kurikulum Merdeka yang menerapkan pendekatan
penilaian yang lebih holistik, menilai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Kedua
kurikulum ini mencerminkan pergeseran dari model pendidikan yang lebih tradisional ke
pendekatan yang lebih modern, di mana Kurikulum Merdeka memberikan ruang yang lebih
luas untuk eksplorasi mandiri dan adaptasi lokal. Namun, keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Pilihan antara keduanya harus didasarkan pada kebutuhan
spesifik konteks pendidikan dan tujuan jangka panjang dari sistem pendidikan itu sendiri.
SIMPULAN
Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar sebagai bagian integral dari
revolusi pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan
keterampilan kritis seperti pemikiran kreatif dan kolaboratif, yang vital untuk menghadapi
tantangan masa depan. Implementasi Kurikulum Merdeka menghadapi tantangan, termasuk
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
178
kebutuhan pelatihan guru yang intensif dan adaptasi infrastruktur. Kunci keberhasilan
Kurikulum Merdeka terletak pada adaptasi, fleksibilitas, dan kolaborasi antar stakeholder
pendidikan. Kurikulum Merdeka, dengan fokusnya pada pembelajaran yang inovatif dan
berorientasi kompetensi, menandai langkah maju dalam pendidikan Indonesia. Namun,
kesuksesannya tergantung pada bagaimana tantangan implementasinya ditangani dan sejauh
mana kerjasama di antara pembuat kebijakan, guru, siswa, dan orang tua dalam mendukung
pendekatan pendidikan baru ini.
SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas saran untuk penelitian lebih lanjut adalah sebagai
berikut:
1. Studi Longitudinal: Melakukan studi longitudinal untuk mengevaluasi dampak jangka
panjang dari Kurikulum Merdeka pada hasil belajar siswa. Hal ini akan memberikan
wawasan tentang efektivitas kurikulum dalam meningkatkan kompetensi kritis seperti
pemikiran analitis, kreativitas, dan keterampilan sosial.
2. Analisis Komparatif dengan Sistem Pendidikan Internasional: Mengkaji perbandingan
Kurikulum Merdeka dengan sistem pendidikan di negara-negara lain, khususnya yang
telah sukses menerapkan model pendidikan siswa-sentris dan berfokus pada
keterampilan abad ke-21.
3. Evaluasi Kebijakan dan Dukungan Pemerintah: Meninjau kebijakan pendidikan dan
dukungan pemerintah dalam implementasi Kurikulum Merdeka, termasuk alokasi
sumber daya, pelatihan guru, dan infrastruktur pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell-Phillips, Sharon. 2020. “Education and Curriculum Reform: The Impact They
Have on Learning.” Budapest International Research and Critics in Linguistics and
Education (BirLE) Journal 3(2):107482.
Darling-Hammond, Linda. 2015. The Flat World and Education: How America’s
Commitment to Equity Will Determine Our Future. Teachers College Press.
Darling-Hammond, Linda, Karen Hammerness, Pamela Grossman, Frances Rust, and Lee
Shulman. 2005. “The Design of Teacher Education Programs.” Preparing Teachers for
a Changing World: What Teachers Should Learn and Be Able to Do 1:390441.
Dewantara, Putu Mas. 2020. “Curriculum Changes in Indonesia: Teacher Constraints and
Students of Prospective Teachers’ Readiness in the Implementation of Thematic
Learning at Low Grade Primary School.” Ilkogretim Online 19(2).
Erstad, Ola, and Joke Voogt. 2018. “The Twenty-First Century Curriculum: Issues and
Challenges.” Springer International Handbooks of Education 1936.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 1 Tahun 2023
179
Fadel, Charles, and Bernie Trilling. 2010. “21st Century Skills: Learning for Life in Our
Times.” Education Review.
Nurhasanah, Ana, Reksa Adya Pribadi, and M. Dapid Nur. 2021. “Analisis Kurikulum
2013.” Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang 7(02):48493.
Obilo, Princess Ijeoma, and Solomon Adebayo Sangoleye. 2010. “Curriculum
Implementation and the Teacher: Challenges and Way Forward.” in A paper presented
at the 9 th National Conference of the school of social sciences, AIFCE, Owerri.
Pak, Katie, Morgan S. Polikoff, Laura M. Desimone, and Erica Sald\\ivar Garc\\ia. 2020.
“The Adaptive Challenges of Curriculum Implementation: Insights for Educational
Leaders Driving Standards-Based Reform.” AERA Open 6(2):2332858420932828.
Rambung, Olan Sulistia, Sion Sion, Bungamawelona Bungamawelona, Yosinta Banne
Puang, and Silva Salenda. 2023. “Transformasi Kebijakan Pendidikan Melalui
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.” JIP: Jurnal Ilmu Pendidikan 1(3):598
612.
Saad, Aslina. 2020. “Students’ Computational Thinking Skill through Cooperative Learning
Based on Hands-on, Inquiry-Based, and Student-Centric Learning Approaches.”
Universal Journal of Educational Research 8(1):29096.
Salabi, Agus Salim. 2020. “Efektivitas Dalam Implementasi Kurikulum Sekolah.”
Education Achievement: Journal of Science and Research.
Shawer, Saad F. 2017. “Teacher-Driven Curriculum Development at the Classroom Level:
Implications for Curriculum, Pedagogy and Teacher Training.” Teaching and Teacher
Education 63:296313.
Stronge, James H. 2006. “Teacher Evaluation and School Improvement: Improving the
Educational Landscape.” Evaluating Teaching: A Guide to Current Thinking and Best
Practice 2:123.
Vargas, Valeria Ruiz, Rebecca Lawthom, Alicia Prowse, Sally Randles, and Konstantinos
Tzoulas. 2019. “Sustainable Development Stakeholder Networks for Organisational
Change in Higher Education Institutions: A Case Study from the UK.” Journal of
Cleaner Production 208:47078.
Vhalery, Rendika, Albertus Maria Setyastanto, and Ari Wahyu Leksono. 2022. “Kurikulum
Merdeka Belajar Kampus Merdeka: Sebuah Kajian Literatur.” Research and
Development Journal of Education 8(1):185201.
Wagner, Tony. 2010. The Global Achievement Gap: Why Even Our Best Schools Don’t
Teach the New Survival Skills Our Children Need-and What We Can Do about It.
ReadHowYouWant. com.
Xu, Min, Jeanne M. David, Suk Hi Kim, and others. 2018. “The Fourth Industrial
Revolution: Opportunities and Challenges.” International Journal of Financial
Research 9(2):9095.