AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1581
BLENDED LEARNING: PELUANG DAN TANTANGAN PELAKSANAANNYA
PADA SEKOLAH DASAR
Nur Agus Salim
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
Jl. Hid Hasyim II, Sempaja Selatan, Kec. Samarinda Utara, Kota Samarinda 75243
Email: nuragussalim@uwgm.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peluang dan tantangan dalam pelaksanaan blended
learning pada Sekolah Dasar di Samarinda selama masa new normal, menggunakan metodologi
penelitian kepustakaan atau literatur review. Fokus utama adalah untuk memberikan pemahaman
komprehensif tentang bagaimana blended learning dapat diimplementasikan secara efektif, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti kesiapan infrastruktur, kompetensi guru, serta keterlibatan
dan motivasi siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan blended learning di sekolah
dasar menawarkan peluang berharga seperti personalisasi pembelajaran yang lebih besar,
pengembangan kemandirian siswa, integrasi pembelajaran aktif melalui kombinasi metode dalam
kelas dan online, peningkatan keterampilan teknologi siswa, dan fleksibilitas dalam mengakses
materi. Namun, metode ini juga menghadapi tantangan signifikan, termasuk keterbatasan akses
teknologi di kalangan siswa, kebutuhan pelatihan guru yang lebih intensif, tantangan dalam
memotivasi siswa, serta kesulitan dalam penilaian pembelajaran dan memastikan kualitas materi
online. Kesimpulan dari penelitian ini menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan-tantangan
ini secara efektif untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Strategi yang
melibatkan peningkatan infrastruktur teknologi, pelatihan guru yang berkelanjutan, pengembangan
materi pembelajaran yang berkualitas, serta pendekatan motivasi yang efektif bagi siswa sangat
diperlukan.
Kata Kunci: Blended Learning; Pendidikan Dasar; Inovasi Pendidikan; Metode Pembelajaran
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
This research aims to explore the opportunities and challenges in implementing blended learning in
elementary schools in Samarinda during the new normal period, using library research or literature
review methodology. The main focus is to provide a comprehensive understanding of how blended
learning can be implemented effectively, taking into account factors such as infrastructure readiness,
teacher competency, and student engagement and motivation. The research results show that
implementing blended learning in elementary schools offers valuable opportunities such as greater
personalization of learning, development of student independence, integration of active learning
through a combination of in-class and online methods, improvement of students' technology skills,
and flexibility in accessing materials. However, this method also faces significant challenges,
including limited access to technology among students, the need for more intensive teacher training,
challenges in motivating students, and difficulties in assessing learning and ensuring the quality of
online materials. The conclusions of this study underscore the importance of effectively addressing
these challenges to create a conducive learning environment. Strategies that involve improving
technological infrastructure, continuous teacher training, development of quality learning materials,
and effective motivational approaches for students are needed.
Keyword: Blended Learning; Basic education; Educational Innovation; Learning methods
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1582
PENDAHULUAN
Transformasi pendidikan di era digital telah membawa perubahan signifikan di seluruh
dunia, termasuk di Kalimantan Timur, Indonesia. Konsep Blended Learning, yang
menggabungkan metode pembelajaran tatap muka dan virtual, menjadi semakin relevan
dalam konteks pendidikan saat ini. Berdasarkan penelitian Fitriani, dkk (2019), penggunaan
teknologi pembelajaran seperti Computer-Assisted Instruction (CAI), Intelligent Computer-
Assisted Instruction (ICAI), dan Intelligent Tutoring System (ITS) telah lama berkembang,
namun penerapannya di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur, mengalami percepatan
yang signifikan selama pandemi COVID-19. Pandemi ini telah mengubah paradigma
pendidikan dari pembelajaran konvensional di kelas menjadi pembelajaran jarak jauh atau
daring, memperkuat urgensi untuk adaptasi dan inovasi dalam pendidikan.
Perkembangan teknologi dan dampak pandemi COVID-19 telah memicu fenomena
yang luar biasa dalam dunia pendidikan, termasuk di Kalimantan Timur. Fenomena ini
ditandai dengan pergeseran mendadak dari sistem pembelajaran konvensional ke metode
yang lebih fleksibel dan adaptif, yaitu Blended Learning. Konsep ini menggabungkan
pembelajaran tatap muka tradisional dengan pembelajaran virtual, memanfaatkan teknologi
sebagai medium utama. Dengan munculnya kebutuhan mendesak untuk pendekatan
pembelajaran yang lebih tanggap dan adaptif terhadap kondisi yang berubah-ubah, Blended
Learning telah menjadi topik penting dalam diskursus pendidikan.
Fenomena ini dipercepat oleh pandemi COVID-19 yang mengharuskan perguruan
tinggi di Kalimantan Timur untuk cepat beradaptasi dengan keterbatasan fisik dan tantangan
logistik. Penggunaan teknologi pembelajaran, seperti Computer-Assisted Instruction (CAI),
Intelligent Computer-Assisted Instruction (ICAI), dan Intelligent Tutoring System (ITS),
yang telah berkembang sejak lama, menjadi semakin kritikal. Kondisi ini menggambarkan
bagaimana teknologi yang sebelumnya dianggap sebagai pelengkap, kini menjadi komponen
esensial dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, peran guru dalam era pandemi ini menjadi lebih penting. Mereka harus
mampu bertransformasi dalam gaya mengajar dan mengintegrasikan teknologi dalam
kurikulum. Tantangan ini bukan hanya teknis, tetapi juga psikologis dan pedagogis,
khususnya bagi pendidik yang belum terbiasa dengan media pembelajaran online. Penelitian
terdahulu menunjukkan potensi Blended Learning dalam meningkatkan kemandirian dan
kreativitas belajar siswa. Namun, penerapannya di tengah pandemi membawa dimensi baru
tentang bagaimana model pembelajaran ini dapat diadaptasi dalam skenario darurat dan
ketidakpastian.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1583
Dalam situasi darurat kesehatan global, model Blended Learning menawarkan solusi
yang memungkinkan pembelajaran tetap berlangsung secara efektif meskipun tanpa
pertemuan fisik langsung antara guru dan siswa. Penelitian oleh Yuliani, dkk (2022)
menekankan bahwa peran guru dalam situasi pandemi menjadi krusial, di mana mereka
dituntut untuk bertransformasi dalam metode mengajar dan menguasai teknologi
pembelajaran online. Ini menciptakan tantangan bagi guru yang belum terbiasa dengan
media pembelajaran berbasis online, menandai kebutuhan mendesak untuk pengembangan
kapasitas guru dalam menghadapi perubahan ini.
Lebih lanjut, penelitian oleh Nugraha (2020) menunjukkan bahwa Blended Learning
tidak hanya mendukung kemandirian belajar siswa tetapi juga memfasilitasi hubungan
kontinu antara guru dan siswa, di mana proses belajar dapat berlangsung kapanpun dan
dimanapun. Ini membuktikan relevansi dan efektivitas model Blended Learning, terutama
dalam mengatasi hambatan pembelajaran selama pandemi.
Dengan demikian, penerapan Blended Learning di Kalimantan Timur menawarkan
peluang besar dalam mengatasi keterbatasan geografis dan infrastruktur, sementara juga
menimbulkan tantangan dalam hal pengembangan kapasitas guru dan kesiapan infrastruktur
teknologi. Kajian ini bertujuan untuk menggali berbagai dimensi Blended Learning di
perguruan tinggi di Kalimantan Timur, mengidentifikasi potensi dan kendala dalam
implementasinya, serta memberikan rekomendasi strategis untuk mengoptimalkan
pendekatan ini dalam konteks lokal dan global. Urgensi adaptasi ini tidak hanya penting
untuk memastikan kelangsungan pendidikan di masa kini tetapi juga untuk mempersiapkan
sistem pendidikan yang tangguh untuk masa depan.
METODE PENELITIAN
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yang
melibatkan pengumpulan data melalui sumber-sumber literatur seperti buku, ensiklopedi,
jurnal, koran, majalah, dan dokumen lainnya. Penelitian kepustakaan ini berfokus pada
penggalian berbagai teori, konsep, hukum, dan prinsip untuk membantu menganalisis dan
menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan. Pendekatan ini bersifat deskriptif
analitis, di mana data yang terkumpul dijelaskan dan diinterpretasikan secara sistematis
untuk memudahkan pemahaman pembaca.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang tidak dikumpulkan
melalui observasi langsung, tetapi berasal dari studi yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Sumber data sekunder ini meliputi buku dan laporan ilmiah yang dianggap asli,
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1584
yang ditemukan dalam artikel atau jurnal, baik yang tercetak maupun elektronik, yang
berkaitan dengan topik Blended Learning..
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Blended Learning
Blended learning memungkinkan pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar
yang fleksibel berdasarkan kebutuhan individu peserta didik. Model pembelajaran campuran
yang berbeda terus bermunculan secara pararel terrgantung dari kebutuhan masing-masing
institusi yang melihat kebutuhan individu peserta didik serta sarana dan prasarana. Salah
satu model yang dikembangkan adalam model blended learning rotasi, dalam model
pembelajaran ini, peserta didik memiliki jadwal yang tetap, namun diharapkan untuk
mengikuti berbagai jenis kegiatan belajar. (Graham 2009; Valiathan 2002) Salah satu
kegiatan itu setidaknya harus dilakukan secara online, mencerminkan integrasi teknologi
dalam pendidikan modern. Selain itu, kegiatan pembelajaran lainnya dapat mencakup
proyek kelompok yang mendorong kolaborasi dan interaksi antara siswa, kuliah kelompok
kecil atau kuliah kelompok besar untuk mendapatkan penjelasan dan instruksi dari guru,
bimbingan pribadi untuk mendukung perkembangan individu siswa, serta tugas manual yang
menggunakan alat tradisional seperti pensil dan kertas.
Model ini kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi beberapa format, termasuk
rotasi stasiun, rotasi laboratorium, rotasi flipped, dan rotasi individual. Rotasi stasiun
melibatkan siswa yang bergerak antara berbagai stasiun belajar yang berfokus pada topik
atau keterampilan yang berbeda. Rotasi laboratorium memungkinkan siswa untuk
menggabungkan belajar online dengan belajar tatap muka dalam lingkungan laboratorium.
Rotasi flipped membalikkan struktur tradisional kelas dengan meminta siswa untuk
mempelajari materi baru di rumah melalui video atau bahan online, kemudian menggunakan
waktu kelas untuk diskusi dan latihan. Sementara itu, rotasi individual menawarkan jalur
belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing siswa.
Dengan demikian, model ini memfasilitasi berbagai metode dan pendekatan
pembelajaran, memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam cara yang paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Ini mencerminkan
pendekatan pendidikan yang berpusat pada siswa, di mana siswa bukan hanya penerima pasif
pengetahuan, tetapi juga aktif dalam proses belajarnya sendiri.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1585
1. Rotasi stasiun: memberikan fleksibilitas dalam aktivitas karena kegiatan pembelajaran
didasarkan pada kebutuhan siswa, sehingga setiap jenis kegiatan secara individu atau
kelompok dapat menggunakan model ini.
Gambar 1 Model Rotasi Stasiun
2. Rotasi Lab: mengacu pada mobilitas peserta didik dari ruang kelas yang sebenarnya ke
laboratorium komputer, sehingga peserta didik akan belajar secara online.
Gambar 2 Model Rotasi Lab
3. Rotasi flipped: membalikkan proses pembelajaran dan pekerjaan rumah di rumah. Waktu
di kelas dikhususkan untuk praktik dan kegiatan yang dipandu oleh guru, materi
diberikan secara online
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1586
Gambar 3 Model Rotasi Flipped
4. Rotasi individual: peserta didik tidak diharuskan melakukan semua kegiatan bersama.
Kurikulum disusun sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan individu.
Gambar 4 Model Rotasi Individual
Peluang Dan Tantangan Pelaksanaan Blended Learning Pada Sekolah Dasar Di Kota
Samarinda
Pembelajaran Blended Learning menawarkan fleksibilitas luar biasa dalam hal waktu
dan tempat (time and place flexibility), memungkinkan interaksi pembelajaran yang tidak
terikat oleh keterbatasan fisik dan jadwal konvensional. Sumber belajar yang telah dikemas
secara elektronik dan tersedia di internet memudahkan murid untuk mengakses materi
pembelajaran kapan saja dan dari mana saja. Hal ini memberikan keleluasaan bagi murid
untuk belajar pada ritme mereka sendiri, di lingkungan yang mereka pilih, yang merupakan
pergeseran signifikan dari pendekatan pendidikan tradisional. (Usman 2018) Tugas dan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1587
kegiatan pembelajaran yang dapat dikerjakan dan diserahkan secara online juga
menghilangkan ketergantungan pada jadwal dan tempat kelas fisik, memberikan fleksibilitas
yang lebih bagi murid untuk mengatur jadwal belajar mereka.
Namun, implementasi Blended Learning tidak hanya bergantung pada ketersediaan
materi secara elektronik. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan Blended Learning
termasuk kesiapan teknologi, dukungan infrastruktur, kompetensi guru dalam mengelola dan
menyampaikan materi secara online, serta kemampuan murid untuk beradaptasi dengan cara
belajar yang baru. Menurut Stein dan Graham dalam buku mereka "Essentials for blended
learning: A standards-based guide" (Stein and Graham 2014), integrasi efektif antara
pembelajaran online dan tatap muka memerlukan perencanaan yang matang dan pemahaman
yang mendalam tentang cara terbaik untuk memanfaatkan kedua metode ini. Mereka
menekankan pentingnya pengembangan pedagogi yang sesuai untuk mendukung
pembelajaran blended dan menghasilkan pengalaman belajar yang kohesif dan efektif.
Oleh karena itu, pendekatan Blended Learning harus dirancang dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang mendukung pembelajaran efektif. Ini mencakup
tidak hanya pemberian akses kepada murid terhadap materi pembelajaran, tetapi juga
penyiapan guru untuk memanfaatkan teknologi dalam pengajaran, serta memastikan
infrastruktur dan dukungan teknologi yang memadai. Dengan pendekatan yang terintegrasi
dan holistik, Blended Learning dapat menjadi cara yang efektif dan efisien dalam
mendukung keberhasilan pembelajaran di era digital.
Penerapan metode blended learning, atau pembelajaran gabungan, di tingkat Sekolah
Dasar (SD) memang menawarkan berbagai manfaat signifikan. (Akbar et al. 2023) Salah
satu keuntungan terbesar adalah kemampuan untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing siswa. Dengan model ini, setiap
siswa dapat belajar pada ritme mereka sendiri dan fokus pada area yang mereka butuhkan
untuk ditingkatkan, sehingga menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan
efektif. (Ekayogi 2023) Selain itu, metode ini juga memajukan kemandirian siswa dalam
belajar. Dengan bimbingan dari guru, siswa diajarkan bagaimana mengelola waktu dan
sumber belajar mereka sendiri, keterampilan yang sangat penting untuk keberhasilan
akademis dan kehidupan di masa depan.
Blended learning juga memadukan pengajaran langsung di kelas dengan
pembelajaran online. Integrasi teknologi ini tidak hanya meningkatkan keterampilan
teknologi siswa, yang sangat penting di era digital ini, tetapi juga memberikan mereka
fleksibilitas untuk mengakses materi pelajaran kapan saja dan di mana saja. (Husain and
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1588
Basri n.d.) Ini dapat memfasilitasi akses ke sumber belajar yang lebih beragam dan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, penggunaan teknologi dalam blended
learning juga memungkinkan guru untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang
kemajuan belajar siswa secara real-time. (Rachmah 2019) Dengan akses ke data ini, guru
dapat lebih mudah mengidentifikasi area mana yang mungkin memerlukan perhatian lebih,
dan menyesuaikan instruksi dan intervensi mereka sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam
hal ini, blended learning dapat memberikan dukungan berbasis data yang lebih kaya bagi
guru dalam memantau dan mendukung kemajuan belajar siswa.
Namun, meski memiliki sejumlah keuntungan, penerapan blended learning juga
memiliki tantangan. Misalnya, membutuhkan infrastruktur teknologi yang memadai dan
akses internet yang stabil, yang mungkin tidak tersedia di semua area. Selain itu, pelatihan
dan dukungan teknis yang cukup bagi guru dan siswa juga penting untuk memastikan
implementasi yang efektif. Keterlibatan dan dukungan orang tua juga penting, terutama bagi
siswa di tingkat SD. (Tanjung 2019) Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk
merencanakan dan menyiapkan strategi implementasi yang tepat untuk mengatasi tantangan
ini. Seperti kita ketahui, tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat
teknologi dan koneksi internet yang stabil, yang merupakan prasyarat utama untuk
pembelajaran online. Hal ini dapat mempengaruhi efektivitas dan keterlibatan siswa dalam
proses belajar.
Selanjutnya, ada tantangan dalam mempersiapkan guru untuk menerapkan metode
pembelajaran ini. Guru perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang teknologi dan
bagaimana mengintegrasikannya ke dalam instruksi mereka. Mereka juga perlu memahami
bagaimana merancang dan mengimplementasikan model pembelajaran yang memadukan
pendekatan langsung dan online. Oleh karena itu, pelatihan guru yang memadai dalam
teknologi dan blended learning sangat penting. Manajemen waktu dan motivasi juga menjadi
tantangan bagi siswa. Dalam model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk belajar secara
mandiri dan mengatur waktu mereka sendiri. Bagi siswa yang belum terbiasa, hal ini bisa
menjadi tantangan. Selain itu, menjaga motivasi belajar dalam setting online juga bisa
menjadi tantangan, terutama jika siswa merasa terisolasi atau tidak mendapatkan dukungan
yang cukup.
Selain itu, ada tantangan dalam memantau dan menilai kemajuan siswa dalam
lingkungan pembelajaran yang terintegrasi. Guru perlu merancang dan menerapkan sistem
penilaian yang efektif untuk menilai pemahaman dan keterampilan siswa dalam setting
online dan langsung. Kualitas materi pembelajaran online juga penting. Materi harus
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1589
relevan, menarik, dan mudah dipahami oleh siswa. Jika tidak, siswa mungkin merasa
kesulitan dan kehilangan minat dalam belajar. Akhirnya, ada tantangan terkait dengan
kesadaran diri, literasi dan kompetensi teknologi siswa. Siswa perlu memiliki pemahaman
yang baik tentang teknologi dan bagaimana menggunakannya untuk belajar. Mereka juga
perlu belajar bagaimana menjadi pembelajar mandiri dan mengatur waktu dan sumber
belajar mereka sendiri. Oleh karena itu, meski blended learning menawarkan banyak
keuntungan, penting untuk mempertimbangkan dan merancang strategi untuk mengatasi
tantangan-tantangan ini agar metode ini dapat diimplementasikan secara efektif.
Teknologi memang telah menjadi bagian integral dari dunia pendidikan dan
pentingnya akan terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman. Blended learning,
sebagai model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi, memiliki potensi besar untuk
memperkaya pendidikan dasar dan membantu siswa mempersiapkan diri untuk dunia yang
semakin digital. Untuk mengoptimalkan manfaat blended learning dan mengatasi tantangan
yang ada, kolaborasi yang efektif antara semua pihak yang terlibat adalah kunci. Ada
beberapa strategi yang dapat diadopsi untuk mencapai ini.
Pertama, sekolah harus memastikan bahwa semua siswa memiliki akses yang sama
terhadap teknologi dan internet. Ini bisa berarti menyediakan perangkat untuk siswa yang
membutuhkan, atau bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi non-profit untuk
mendapatkan bantuan. Sekolah juga perlu memastikan bahwa siswa memiliki tempat yang
aman dan nyaman untuk belajar, baik di rumah maupun di sekolah. Kedua, guru perlu
mendapatkan pelatihan dan dukungan yang memadai untuk menerapkan blended learning.
Ini bisa berarti menghadiri pelatihan profesional, berbagi praktik terbaik dengan rekan-
rekan, atau mendapatkan bantuan dari spesialis teknologi pendidikan. Ketiga, siswa perlu
dibimbing untuk menjadi pembelajar yang mandiri dan bertanggung jawab. Ini bisa berarti
mengajarkan keterampilan manajemen waktu dan belajar mandiri, atau memberikan
dukungan motivasional dan emosional. Keempat, orang tua dan wali siswa juga harus
dilibatkan dalam proses ini. (Khaerunnisa 2020) Mereka perlu memahami manfaat dan
tantangan blended learning, dan bagaimana mereka dapat mendukung anak-anak mereka
dalam proses belajar ini. Akhirnya, sekolah perlu mengevaluasi dan menyesuaikan
pendekatan mereka secara terus-menerus. Ini bisa berarti mengumpulkan dan menganalisis
data tentang bagaimana siswa belajar, atau mendapatkan umpan balik dari siswa, guru, dan
orang tua. Dengan pendekatan strategis dan kolaboratif ini, hambatan-hambatan yang ada
dapat diatasi dan blended learning dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam pendidikan
dasar.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1590
SIMPULAN
Pelaksanaan blended learning di sekolah dasar menawarkan peluang yang berharga
namun juga menghadapi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Secara peluang, metode ini
memungkinkan personalisasi pembelajaran yang lebih besar, mengembangkan kemandirian
siswa, dan mengintegrasikan pembelajaran aktif melalui kombinasi metode dalam kelas dan
online. Ini juga membantu siswa meningkatkan keterampilan teknologinya dan memberikan
fleksibilitas dalam mengakses materi. Sementara itu, tantangannya meliputi keterbatasan
akses teknologi di kalangan siswa, kebutuhan pelatihan guru yang lebih intensif, tantangan
dalam memotivasi siswa, serta kesulitan dalam penilaian pembelajaran dan memastikan
kualitas materi online. Keberhasilan blended learning sangat bergantung pada seberapa
efektif tantangan-tantangan ini dapat diatasi dan bagaimana semua pihak terkait, termasuk
guru, siswa, dan pihak pengelola, bekerja sama untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang efektif dan kondusif.
SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas untuk mengoptimalkan pelaksanaan blended
learning di sekolah dasar dengan pendekatan yang terfokus pada peningkatan sumber daya,
dukungan guru, keterlibatan siswa, dan kolaborasi, pelaksanaan blended learning di sekolah
dasar dapat menjadi lebih efektif dan inklusif, beberapa saran yang dapat dipertimbangkan
adalah:
1. Peningkatan Akses dan Infrastruktur Teknologi: Memastikan bahwa semua siswa
memiliki akses yang setara ke perangkat dan koneksi internet yang memadai adalah
langkah penting. Sekolah dan pemerintah dapat bekerja sama untuk menyediakan
sumber daya teknologi yang dibutuhkan.
2. Pelatihan dan Dukungan untuk Guru: Memberikan pelatihan yang berkelanjutan dan
dukungan bagi guru dalam penggunaan teknologi dan metodologi blended learning. Ini
termasuk workshop, pelatihan online, dan sumber daya pembelajaran profesional.
3. Pengembangan Materi Pembelajaran Berkualitas: Mengembangkan atau memilih materi
pembelajaran online yang berkualitas, relevan, dan menarik bagi siswa. Hal ini
mencakup memanfaatkan berbagai media dan alat pembelajaran digital.
4. Strategi Motivasi Siswa: Mengembangkan strategi untuk meningkatkan motivasi dan
keterlibatan siswa, seperti melalui permainan edukasi, proyek kelompok, dan kegiatan
interaktif.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1591
5. Evaluasi dan Penilaian yang Adaptif: Menerapkan sistem penilaian yang adaptif dan
mampu melacak kemajuan individual siswa, serta menyesuaikan pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Jakub saddam, Meiliyah Ariani, Zulhawati, Haryani, Benny Novico Zani, Liza
Husnita, Mochammad Bayu Firmansyah, Sa’dianoor, Perdy Karuru, and Andi
Hamsiah. 2023. Penerapan Media Pembelajaran Era Digital. PT. Sonpedia
Publishing Indonesia.
Ekayogi, I. Wayan. 2023. “Blended Learning Sebagai Upaya Mengatasi Learning Lost Di
Sekolah Dasar.” Jurnal Ikatan Keluarga Alumni Undiksha 21(1):2735.
Fitriani, Lailatul, Achmad Buchori, and Farida Nursyahidah. 2019. “Pengaruh Penggunaan
Media Pembelajaran Kahoot Dengan Model Pembelajaran Computer Assisted
Instruction (CAI) Terhadap Hasil Belajar Siswa.” Pp. 292–300 in Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. 4.
Graham, Charles R. 2009. “Blended Learning Models.” Pp. 37582 in Encyclopedia of
Information Science and Technology, Second Edition. IGI Global.
Husain, Balqis, and Megawati Basri. n.d. Pembelajaran E-Learning Di Masa Pandemi.
Khaerunnisa, Fahtu. 2020. “Evaluasi Penerapan Blended Learning Pada Pembelajaran
Bahasa Arab Di Smpit Ibadurrahman: Studi Kasus Di Kelas Vii Akhwat.”
ALSUNIYAT: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, Dan Budaya Arab 2(2):95108.
Nugraha, Dewa Made Dwicky Putra. 2020. Integrasi Pendidikan Karakter Dalam
Penerapan Blended Learning Di Sekolah Dasar.” Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan
3(3):47284.
Rachmah, Huriah. 2019. “Blended Learning: Memudahkan Atau Menyulitkan?”
Stein, Jared, and Charles R. Graham. 2014. Essentials for Blended Learning: A Standards-
Based Guide. Routledge.
Tanjung, Nurlaily Fitria. 2019. “Blended Learning Sebagai Inovasi Pembelajaran PAI Pasca
Pandemi Covid-19 (Studi Respon Tentang Motivasi Belajar PAI Di SMP Negeri 87
Jakarta).” Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah jakarta.
Usman, Usman. 2018. “Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam
Membentuk Kemandirian Belajar.” Jurnal Jurnalisa 4(1).
Valiathan, Purnima. 2002. “Blended Learning Models.” Learning Circuits 3(8):5059.
Yuliani, Siti, Rusi Rusmiati Aliyyah, and Iyon Muhdiyati. 2022. “Peran Guru Sebagai
Fasilitator Pembelajaran Daring Pada Pandemi Covid-19.” Khazanah Pendidikan
16(1):11723.