1. Pendahuluan
Pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks acap kali menjadi pondasi dan dasar atas
keterampilan siswa dalam memahami teks. Apalagi dalam era sekarang (revolusi industri 4.0)
sudut pandang Bahasa Indonesia berbasis teks (K13) dipandang sebagai sarana untuk
mengembangkan keterampilan (Aprilliani et al., 2020). Sementara itu, pembelajaran Bahasa
Indonesia berbasis teks dipandang sebagai sarana pembentuk pikiran manusia sehingga
mampu berpikir secara metodologis; yang diartikan berpikir sistematis, terkontros, empirik,
dan kritis (Mahsun, 2018). Pembelajaran berbasi teks juga merupakan suatu kegiatan belajar
untuk menjadikan teks sebagai landasan dan asas (Suaryo et al., 2023). Sekali lagi
pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks dapat membentuk karakter positif pada siswa
utamanya dalam penguatan literasi yang ada sehingga, siswa di era sekarang lebih kritis dan
tajam khususnya dalam literasi digital yang mengutamakan basis bahasa didalamnya. Karena
keterkaitan literasi digital dan pembelajaran bahasa Indonesia dapat menangkal disrupsi dan
mempersiapkan konstruk pemebelajaran lebih mendalam (Muhammadiah et al., 2023). Secara
tekstual dalam Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMA
menghendaki untuk diterapkannya dengan menggunakan pendekatan saintifik sehingga proses
pengamatan dan memahami teks lebih spesifik dan terkerucutkan (Syam et al., 2023). Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, terdapat proses mengamati yang mana hal itu berupa melihat
objek, memperhatikan gambar, atau membaca sebuah teks.
Teks yang akan dibaca sebagai sarana pembelajaran haruslah dipersiapkan dengan baik
oleh guru bahasa tak terkecuali di tingkat satuan menengah atas (SMA). Teks yang dijadikan
sebagai medium aau bahan pembelajaran Bahasa Indonesia menuntut siswa untuk lebih aktif
untuk menggunakan penalarannya dalam belajar; karena hal ini sebagai modal dasar
kemampuan memahami isi bacaan dan kemampuan menerjemahkan dalam sebuah tulisan
(Admin, 2021). Adapun dalam pembelajaran bahasa (secara umum) kompetensi pengetahuan
merupakan reflektif dari penguasaan terhadap unsur-unsur bahasa seperti huruf, kosa kata, dan
tata bahasa; sementara itu, komptensi keterampilkan dimunculkan dalam bentuk seperti
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis (Zalman, 2019). Lebih lanjut menjadi tujuan
utama dari bingkai Kurikulum 2013 sebagai paying dari pembelajaran berbasis teks ini adalah
utnuk menumbuhkembangkan kemampuan kognitif, emosional, dan psikomotor siswa secara
menyeluruh (Oktavia, 2023). Guna melihat kelengkapan daripada tujuan pembelajaran
berbasis teks, diperukan iklim pembelajaran yang harus disesuaikan dengan kondisi kegiatan
belajar mengajar oleh guru. Kembali pada teks yang juga pada akhirnya harus dievaluasi
keberadannya oleh guru sebagai sumber informasi dalam mengambil keputusan atau
melakukan tindak lanjut pembelajaran. Apakah guru sudah merencanakan, mengkondisikan
siswa untuk memahami, dan mengevaluasi teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada
jejnang SMA? Pada akhirnya guru perlu menyadari betapa pentingnya bahasa dalam
kehidupan sehari-hari; diartikan berbarti guru Bahasa Indonesia perlu memahami secara real
time dan benar akan tujuan akhir pembelajaran Bahasa Indonesia agar siswa terampil berpikir
dan berbahasa (Hidayat et al., 2022). Oleh karena itu strategi guru Bahasa Indonesia perlu
dikaji dan diperdalam dalam praktiknya terkhusus pada pembelajaran berbasis teks.
Fakta juga mengungkap bahwa berdasarkan kurtilas, siswa mengaplikasikan Bahasa
Indonesia tidak sekedar sebagai sarana komuniukasi melainkan juga sebagai pengembangan
kemampuan berpikir (Arnawa, 2021). Apalagi pembelajaran abad 21, menawarkan
pembelajaran Bahasa Indonesia dimana siswa untuk berpikir kritis dan kreatif (Himawan,
2022). Pembelajaran berbasis teks memberikan ruang yang luas untuk pembelajaran bahasa
Indonesia karena intisari dari bahasa adalah teks. Ruang yang luas tersebut menjadikan siswa
lebih tertantang dan mendalami pembelajaran berbasis teks karena luaran yang dihasilkannya
akan berdampak pada pemikiran yang lebih luas (kritis dan kreatif). Penguasaan akan