Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
390
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
Implementasi civic disposition peserta didik di
Kurikulum Merdeka
Finanda Dwi Triaswari
a,1
, Sutrisno
b,2
, Ambiro Puji Asmaroini
c,3
abc
Program Studi PPKn Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
1
finandadwi25@gmail.com;
2
3
*
Email: finandadwi25@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 14 Maret 2023
Direvisi: 19 Juni 2023
Disetujui: 23 Oktober 2023
Tersedia Daring: 1 Januari 2024
Penelitian ini merupakan penelitian campuran (mixed methods) dengan
pendekatan studi analisis di SMK PGRI 2 Ponorogo khususnya pada kelas X.
Adapun penelitian ini, dalam pengumpulan data dengan menggunakan
prosedur wawancara, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan
menggolongkan, mereduksi dan menghilangkan data yang tidak diperlukan,
selanjutnya dipaparkan secara deskriptif.: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa civic disposition dapat di kembangkan melalu beberapa kegiatan
diantaranya 1) pembiasaan melalui tata tertib di sekolah yang
diimplementasikan melalui ayat-ayat yang ada di dalam tata tertib; 2)
pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan pancasila melalui monitoring
dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5); 3) komitmen antara
bapak/ibu guru sebagai upaya dalam membantu melaksanakan dan
mengembangkan karakter kewarganegaraan peserta didik; 5) evaluasi
melalui supervisi untuk mengetahui bagaimana progress karakter pada
peserta didik untuk dilakukan perbaikan kedepannya dan memaksimalkan
penguatan civic disposition di sekolah.
Kata Kunci:
Karakter Kewarganegaraan
Kurikulum Merdeka
Pendidikan Pancasila
ABSTRACT
Keywords:
Citizenship Character
Independent Curriculum
Pancasila Education
This research is a mixed method with an analytical study approach at SMK
PGRI 2 Ponorogo, especially in class X. As for this research, in collecting data
using interviews, questionnaires, and documentation procedures. Data analysis
techniques by classifying, reducing and eliminating unnecessary data, are then
presented descriptively. in order; 2) learning in Pancasila education subjects
through monitoring and Projects to Strengthen Pancasila Student Profiles
(P5); 3) commitment between teachers as an effort to help implement and
develop students' civic character; 5) evaluation through supervision to find out
how the character progresses in students for future improvements and
maximizes the strengthening of civic disposition at school.
©2024, Finanda Dwi Triaswari, Sutrisno, Ambiro Puji Asmaroini
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pada era industri 4.0 ini, tidak dapat dipungkiri bahwa tekonologi semakin pesat
berkembang dan semakin maju setiap harinya. Pembelajaran Abad 21 dengan kehadiran
teknologi dalam dunia pendidikan, menuntut peserta didik untuk kreatif, inovatif, berfikir kritis
serta metakognitif dan sehingga menjadikan peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi
dan bekerja secara kolaborasi (berkelompok), dengan harapan bahwa pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dapat dijadikan bekal hidup dalam masyarakat yang memiliki
karakter baik lokal maupun global dan dapat dipertanggungjawabkan secara personal maupun
sosial masyarakat. (Prihatmojo et al., 2019)
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
391
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
Di balik dampak positif adanya perkembangan teknologi jika tidak diimbangi oleh
penanaman pendidikan karakter maka akan menimbulkan krisisnya karakter tersebut. Semakin
maju teknologi dapat menyebabkan memudarnya nilai-nilai karakter, sehingga diperlukan
fondasi pendidikan karakter pada peserta didik di Abad 21 ini. Kenyataan saat ini, pendidikan di
Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah yaitu sistem pembelajaran yang belum memadai
dan degradasi moral yang terjadi di masyarakat Indonesia pada umumnya, salah satunya di
kalangan sebagian dari sekolah yang dirasa belum mencapai standar pendidikan
berkarakter.(Martini, 2022)
Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kejadian yang dikabarkan melalui pemberitaan
media massa tentang contoh karakter atau moral siswa yang rusak atau kurang baik
diperlihatkan, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Hal ini terjadi di daerah terpencil
juga, masih banyak keluhan mengenai pendidikan karakter dan kurang mendapatkan perhatian
pemerintah. Salah satu contoh nyata pemberitaan media massa tentang rusaknya moral pada
peserta didik yaitu dikutip dari detik news (2023) bahwa ada sekitar 176 anak di Kabupaten
Ponorogo yang mengajukan dispensasi nikah kepada Pengadilan Agama karena sebagian
beralasan hamil di luar nikah. Hal tersebut juga menjadi salah satu contoh dari rusaknya moral
pada peserta didik akibat pergaulan bebas di luar lingkungan sekolah. Contoh tersebut juga
menjadi PR bagi seluruh pendidik untuk menanamkan pengetahuan mengenai bagaimana
pentingnya menjaga karakter baik dalam diri.
Dengan terjadinya kerusakan moral tersebut, nilai-nilai pendidikan karakter abad 21 yang
diharapkan dapat membentuk karakter pada generasi muda yaitu religius, jujur, toleransi
terhadap keberagaman, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat nasionalisme, cinta tanah air, berprestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial dan bertanggungjawab. (Amran et al., 2019). Yang nilai-nilai
tersebut dapat diimplementasikan pada kurikulum merdeka.
Program Kurikulum Merdeka adalah kebijakan pengembangan yang dikeluarkan
Kemendikbudristek untuk pembelajaran peserta didik di sekolah sebagai langkah
mentransformasi Pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) unggul Indonesia
yang memiliki Profil Pelajar Pancasila (Annisa Rohimah Hasri Hasibuan, Aufa, Lola
Khairunnisa, Wenni Arobiya Siregar 2022). Kurikulum Merdeka memuat penguatan Profil
Pelajar Pancasila untuk memetakan atau merujuk Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
sehingga dalam implementasinya dapat diselaraskan. Dimensi Profil Pelajar Pancasila adalah
karakter dan kompetisi fondasi yang perlu dikembangkan oleh satuan Pendidikan bagi peserta
didik. Dimensi-dimensi dalam Profil Pelajar Pancasila yaitu: 1) Beriman, Bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, 2) Kebhinekaan Global, 3) Gotong royong, 4) Mandiri, 5) Bernalar
kritis, dan 6) Kreatif (Annisa Rohimah Hasri Hasibuan, Aufa, Lola Khairunnisa, Wenni Arobiya
Siregar 2022).
Penanaman pendidikan karakter pada peserta didik dalam Kurikulum Merdeka dapat
diterapkan melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dimana di dalamnya memuat tiga hal
yang perlu diterapkan dalam menghadapi kemajuan jaman dan teknologi diharuskan dengan
mengembangkan civic competences. Civic competences merupakan kompetensi
kewarganegaraan dimana di dalamnya terdapat aspek-aspek yang meliputi civic knowledge
(pengetahuan kewarganegaraan), civic skills (keterampilan kewarganegaraan), dan civic
disposition (karakter kewarganegaraan). (Pangalila, 2017). Pendidikan karakter berkaitan dengan
Kurikulum Merdeka dimana kurikulum ini menawarkan 3 karakteristik diantaranya
pembelajaran berbasis projek, pengembangan soft skill dan karakter sesuai dengan profil pelajar
pancasila, pembelajaran pada materi esensial dan stuktur kurikulum yang lebih fleksibel.
Karakter kewarganegaraan (civic disposition) merupakan sikap dan kebiasaan berpikir
warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
392
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
umum dari sistem demokrasi. Secara konseptual, civic dipsosition mencakup sejumlah
karakteristik kepribadian yakni kesopanan, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian
terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran, sikap kompromi, keberagaman dan toleransi,
ketegaran, keteguhan hati dan komitmen terhadap bangsa dan prinsipnya. (Halimah & Nurlela,
2020).
Civic disposition (karakter kewarganegaraan) merupakan watak atau sifat yang harus
dimiliki warga negara untuk mendukung keterampilan dan pengetahuan kewarganegaraan. Civic
disposition bertujuan untuk mewujudkan dan menumbuhkan warga negara yang mempunyai
karakter yang baik (Mulyono, 2017).
Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih oleh penulis yaitu di SMK PGRI 2 Ponorogo yang
merupakan salah satu sekolah kejuruan yang ada di Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan
pengamatan awal yang peneliti lakukan, sekolah ini telah menerapkan Kurikulum Merdeka
untuk kelas X. Selain itu sekolah ini juga merupakan salah satu sekolah kejuruan terbaik di
Kabupaten Ponorogo yang terkenal dengan pembiasaan kedisipilanan dan karakter yang baik
pada peserta didik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah yang selaras
dengan Civic Disposition serta kurikulum merdeka termasuk di dalamnya memuat mengenai
Profil Pelajar Pancasila.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (mixed methods).
Pada penelitian campuran ini diawali dengan metode kualitatif yang kemudian dilanjutkan
dengan metode kuantitatif. Penelitian campuran (mixed methods) adalah suatu metode penelitian
antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam
suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, dan objektif
(John W. Creswell, 2010).
Prosedur pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu: pertama,
wawancara kepada Waka Kurikulum dan Guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Kedua,
dokumentasi dengan mengumpulkan tata tertib sekolah, raport P5, dan dokumentasi kegiatan
selama melakukan penelitian di sekolah. Ketiga, penyebaran angket yang ditujukan kepada
peserta didik kelas X SMK PGRI 2 Ponorogo. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu pengumpulan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.
3. Hasil dan Pembahasan
A. Civic Disposition dalam Kurikulum Merdeka
Banyak persoalan kebangsaan dihadapi bangsa Indonesia pada era saat ini. Kuatnya arus
globalisasi semakin menambah rumit persoalan kebangsaan Indonesia. Saat ini Indonesia
mengalami dekarakterisasi yang ditandai dengan persoalan-persoalan kebangsaan seperti:
korupsi, kekerasan atas nama agama, kerusuhan antar siswa. Semua permasalahan yang dihadapi
bangsa Indonesia bermuara pada rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Civic disposition (karakter kewarganegaraan) didefinisikan sebagai watak, sifat, atau
karakter yang harus dimiliki warga negara untuk mendukung keterampilan dan pengetahuan
kewarganegaraan. Civic disposition bertujuan untuk mewujudkan dan menumbuhkan warga
negara yang mempunyai karakter yang baik (Mulyono, 2017). Sedangkan dalam kurikulum
merdeka memuat penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk memetakan atau merujuk Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) sehingga dalam implementasinya dapat diselaraskan. Dimensi Profil
Pelajar Pancasila adalah karakter sebagai fondasi yang perlu dikembangkan oleh satuan
Pendidikan bagi peserta didik. Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka digunakan
sebagai acuan yang diimplementasikan pada setiap mata pelajaran khususnya dalam Pendidikan
Pancasila.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
393
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
Konsep Profil Pelajar Pancasila bermuara dari filosofi Ki Hajar Dewantara yang yang
artinya pendidikan itu harus memerdekakan anak dalam belajar. Memerdekakan disini melalui
pembebasan terhadap apa yang dia sukai, apa yang dia minati sesuai minat dan bakat anak.
Konsep Merdeka Belajar juga harus menganut asas “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”. Artinya guru memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap pembentukan karakter siswa. Guru harus menjadi teladan jika di depan, menjadi
motivator dan semangat jika ditengah, serta menjadi pendorong dari belakang siswa, agar
nantinya mereka mampu menjadi orang yang mandiri. (Rudiawan & Asmaroini, 2022).
Pada Profil Pelajar Pancasila, kompetensi dan karakter esensial yang dapat dipelajari
lintas disiplin ilmu tertuang dalam 6 dimensi. Setiap dimensi memiliki beberapa elemen yang
menggambarkan lebih jelas kompetensi dan karakter esensial yang dimaksud. Selaras dengan
tahap perkembangan peserta didik serta sebagai acuan bagi pembelajaran dan asesmen, indikator
kinerja pada setiap elemen dipetakan dalam pada setiap fase. Secara umum 6 dimensi Profil
Pelajar Pancasila beserta elemen di dalamnya menurut buku PBB 2021 yaitu Beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; Berkebhinekaan global; Gotong royong; Mandiri;
Bernalar Kritis; Kreatif. (Rudiawan & Asmaroini, 2022)
Jika dilihat dari gambar di atas, keenam profil pelajar pancasila ini memiliki kesatuan
dan sama-sama penting. Penerapan civic disposition atau karakter kewarganegaraan dalam
kurikulum merdeka dapat diwujudkan melalui konsep Profil Pelajar Pancasila. Hal tersebut
dapat dilihat dari setiap karakteristik melalui civic disposition yang saling berkesinambungan
dan dicover oleh 6 dimensi dalam Profil Pelajar Pancasila. Misalnya karakteristik dalam civic
disposition kesopanan, tanggungjawab, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, serta
keteguhan hati yang sesuai dengan dimensi Profil Pelajar Pancasila pertama yaitu Beriman,
bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Karakteristik keberagaman dan toleransi,
serta komitmen terhadap bangsa dan prinsipnya yang sesuai dengan dimensi Berkebhinekaan
global. Karakteristik sikap kompromi yang termaktub dalam dimensi gotong royong.
Karakteristik keterbukaan pikiran yang berkaitan dengan dimensi kreatif dan bernalar kritis.
Serta karakteristik ketegaran yang sesuai dengan dimensi mandiri.
B. Strategi Penguatan Civic Disposition Peserta Didik dalam Kurikulum Merdeka
Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Strategi adalah
siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang. Strategi digunakan
untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan, rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Eni 2011). Menyusun strategi untuk suatu
rencana adalah bagian tersulit dari proses perencanaan. Jika strategi tepat, maka segalanya akan
berjalan dengan lancar. Strategi menjadi penting karena memberikan fokus terhadap usaha yang
dilakukan, yang membantu untuk mendapatkan hasil yang maksimal serta dapat melihat jauh
kedepan atas apa yang akan kita lakukan. Pada hakekatnya strategi adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan (Susetyo, ., and . 2018).
Pelaksanaan civic disposition sangat penting untuk dilakukan. Pelaksanaan civic
disposition atau karakter kewarganegaraan perlu dikembangkan di sekolah terutama pada
pembelajaran di sekolah karena pendidikan berperan penting dalam pembentukan karakter
peserta didik, pembentukan karakter ini mampu untuk membangun potensi yang berkembang
(Ramdhani, 2017). Terkait akan hal itu civic disposition sangat erat kaitannya dengan
pembentukan karakter peserta didik yang harus dipersiapkan secara matang dan dibekali moral
yang baik sehingga dapat menjadi good be citizenship agar dapat ikut berperan aktif dalam
kehidupan (Rahmatiani & Indriyani, 2020). Pembentukan karakter peserta didik, dengan
demikian sangat diperlukan sebagai generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa
kearah yang lebih baik.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
394
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
Karakter yang baik harus dimiliki oleh generasi muda sebagai generasi penerus bangsa
yang akan menentukan keberlangsungan watak negara ini. Oleh karena itu sebagai warga negara
yang baik atau good citizen sudah sepantasnya kita memiliki dan menanamkan watak yang baik
dalam kehidupan. Hal ini tentu saja juga harus dimiliki oleh peserta didik terutama di lingkungan
sekolah. Bila kita ketahui beserta didik merupakan tonggak pembangunan bangsa yang akan
melanjutkan cita-cita bangsa ini kedepannya yang diharapkan mampu menghadapi persoalan-
persoalan krisis karakter di negara ini sehingga dapat berkurang. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan penerapan nilai-nilai karakter
kewarganegaraan (civic disposition) untuk membentuk karakter yang baik pada peserta didik.
Branson (1999) menejelaskan bahwa civic disposition bertujuan untuk menumbuhkan karakter
warga negara, baik karakter privat seperti; kesopanan, disiplin, tanggungjawab,
ketegaran/kesabaran, dan keteguran hati. Maupun karakter publik seperti; peduli, kompromi,
keterbukaan pikiran, komitmen terhadap bangsa, serta keberagaman dan toleransi.
Dalam rangka penguatan karakter kewarganegaraan atau civic disposition, setiap sekolah
memiliki cara atau strategi sendiri dalam pelaksanaanya. Strategi digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan, rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus. Pada hakekatnya strategi adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan (Susetyo et al., 2018). Apabila
penguatan karakter ini berjalan dengan baik di lingkungan sekolah, maka akan meningkatkan
civic disposition pada peserta didik. Dan apabila civic disposition tersebut berjalan dengan baik
disekolah, maka juga akan menunjang penguatan kurikulum merdeka. Oleh karena itu, untuk
mencapai hal tersebut tentunya baik pendidik maupun sekolah memiliki peran yang sama dalam
bersinergi mengolah strategi demi keberhasilan penguatan civic disposition.
Selain penguatan terhadap civic disposition atau karakter kewarganegaraan. Dirasa
sekolahun perlu mengembangkan strategi dalam penguatan kurikulum merdeka sebagai
kurikulum baru yang ditetapkan oleh Kemendikbud. Bagaimanapun sebagai pendidik, maupun
lembaga sekolah harus terus terbuka dalam pembaharuan pendidikan salah satunya dalam
pengembangan kurikulum yang kemungkinan dapat terus berubah sesuai dengan perkembangan
pendidikan kedepannya. Berdasarkan hasil penelitian maka strategi yang dilakukan dalam
penguatan civic disposition di sekolah ini terdiri dari 4 pendekatan yaitu pembiasaan melalui tata
tertib, pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan pancasila melalui monitoring harian dan P5,
komitmen pendidik, dan evaluasi sebagai berikut.
C. Pembiasaan melalui Tata Tertib
Pemberlakukan tata tertib di sekolah yang diimplementasikan melalui ayat-ayat yang ada
di dalam tata tertib tersebut, dan apabila dilanggar akan dikenakan sanksi yang sesuai dengan
bentuk pelanggarannya. Tata tertib ini berlaku baik ketika proses belajar-mengajar di dalam
kelas maupun kegiatan di lingkungan sekolah, keduanya sama-sama memakai tata tertib sebagai
peraturan yang telah dibuat dan disepakati oleh sekolah sebagai salah satu strategi dalam
menumbuhkan karakter yang baik pada peserta didik. Upaya pembentukan karakter
kewarganegaraan dengan pembiasaan melalui tata tertib telah dilaksanakan sejak lama meski
belum diterapkannya kurikulum merdeka di SMK PGRI 2 Ponorogo. Hal tersebut sebagaimana
tertuang dalam Tata Tertib yang terdiri atas delapan bab dan duabelas pasal. Adanya kurikulum
merdeka merupakan hal yang memperkuat tata tertib tersebut. Pembiasaan tata tertib di SMK
PGRI 2 Ponorogo berkaitan dengan dua dari sepuluh civic disposition yaitu disiplin dan
kompromi.
Karakter disiplin yaitu peserta didik memasuki gerbang sekolah tepat waktu, jarang ada
yang terlambat masuk kelas, berbaris rapi ketika akan memasuki kelas, mengumpulkan tugas
tepat waktu, selalu menggunakan seragam dan atribut lainnya secara lengkap, melaksanakan tata
tertib di sekolah dan disiplin dalam membagi waktu. Sedangkan pada karakter kompromi
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
395
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
ditunukkan dengan ikut serta dalam tugas kelompok, mengikuti kegiatan bengkel 5R, melakukan
kerja bakti di lingkungan sekolah, dan bekerjasama dengan teman sekelas dalam hal kebersihan
kelas.
D. Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila melalui Monitoring dan P5
Strategi pelaksanaan civic disposition di kurikulum merdeka pada proses pembelajaran
dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila lewat pengerjaan soal yang dapat
dilakukan pendidik pada saat Penilaian Formatif atau penilaian Sumatif seperti Sumatif Tengah
Semester (STS) dan Sumatif Akhir Semester (SAS) yang nantinya dari pengerjaan soal-soal
tersebut akan diperoleh nilai dan dari nilai inilah yang nantinya digunakan sebagai untuk melihat
seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam memahami setiap bab/sub-bab yang di dalamnya
mengandung 4 elemen Pendidikan Pancasila yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
dan NKRI. Pengerjaan soal tersebut nantinya dapat diintegrasikan sebagai monitoring untuk
melihat bagaimana pemahaman peserta didik dalam karakter kewarganegaraan yang juga
terdapat dalam setiap bab/sub-bab pembelajaran.
Monitoring bertujuan untuk mengidentifikasi adanya berbagai penyimpangan dalam
proses pendidikan karakter, selanjutnya hal tersebut dijadikan umpan balik untuk perbaikan
dalam perencanaan, dan pelaksanaan. (Muchtar & Suryani, 2019). Monitoring dilakukan oleh
pendidik dengan keterlibatan peserta didik melalui penilaian normatif dan sumatif, tiga dari
sepuluh karakteristik civic disposition dan rapor P5. Terkait 3 dari sepuluh karakteristik civic
disposition, pada karakter tanggungjawab dibuktikan dengan peserta didik turut aktif dalam
menjaga kelas, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu dan tidak menunda
tugas, dan siap diberi sanksi ketika melakukan kesalahan. Pada karakter ketegaran ditunjukkan
dengan peserta didik yang mampu mengolah dan mengontrol emosinya.
Sedangkan pada keterbukaan pikiran ditunjukkan dengan peserta didik mampu berpikir
kritis dan menyampaikan ide atau pendapatnya dengan bijak melalui diskusi-diskusi, baik
dengan sesama teman maupun dengan yang lebih dewasa. Penilaian melalui rapor P5 dilakukan
oleh guru secara obyektif. Hal tersebut berguna untuk mengetahui perkembangan peserta didik
secara individual, sehingga karakter yang masih kurang dapat ditingkatkan secara intensif. Dari
yang diharapkan dalam pelaksanaan pembentukan karakter di sekolah, karakter dibentuk oleh
pola perilaku yang didasari pada dimensi moral yang baik, bukan dimensi moral buruk pada diri
seseorang (Budiwibowo, 2016). Sejalan dengan hal tersebut dalam hal mengintegrasikan nilai
karakter kepada siswa dalam kegiatan belajar berarti mentautkan atau menerapkan nilai-nilai
kebaikan dan kebenaran dalam membentuk serta membina karakter kepribadian siswa sesuai
dengan jati diri bangsa (Rahmatiani & Saylendra, 2021)
E. Komitmen Pendidik melalui Keteladanan
Komitmen antara bapak/ibu guru melalui keteladanan sebagai upaya dalam membantu
melaksanakan dan mengembangkan karakter kewarganegaraan (civic disposition) pada peserta
didik. Bentuk komitmen ini yaitu dengan bersinergi dengan bapak/ibu guru sebagai upaya dalam
membantu melaksanakan dan mengembangkan karakter kewarganegaraan (civic disposition)
pada peserta didik. Pendidik merupakan teladan utama dalam lingkup sekolah. Pembentukan
karakter dapat berjalan sebagaimana mestinya ketika guru juga terlibat secara langsung dengan
memberikan tauladan. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik mampu meniru dan menerapkan
secara berkelanjutan baik di lingkungan sekolah mauupun di lingkungan masyarakat.
Pada komitmen melalui keteladanan, melibatkan empat dari sepuluh karakter
kewarganegaraan, yaitu kesopanan yang dilakukan dengan peserta didik membungkuk ketika
berjalan melewati guru, menjawab salam dari guru ketika di dalam kelas, berpakaian sopan,
budaya 3S, tidak berbicara ketika seseorang lainnya sedang berbicara, dan menghargai sesama
teman. Pada karakter kepedulian ditunjukkan dengan peserta didik yang membantu teman yang
mengalami kesulitan, berbagi makanan dengan teman, membuang sampah di tempatnya, dan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
396
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
memberikan sumbangan atau berbagi kepada teman yang sedang berduka. Pada karakter
keberagaman dan toleransii ditunjukkan dengan peserta didik yang mampu menghargai dan
menghormati teman yang berbeda agama, tidak memandang ras dan suku orang lain berasal,
tidak membeda-bedakan teman, dan menghargai pendapat teman yang berbeda. Sedangkan pada
karakter keteguhan hati, pesera didik menunjukkan dengan tegas dalam memimpin dan
mengkoordinasi kelas, tidak mudah menyerah ketika mendapat nilai jelek, dan mau
meningkatkan kualitas diri.
F. Evaluasi melalui Supervisi
Evaluasi yang dilakukan oleh sekolah untuk mengetahui bagaimana progress karakter
pada peserta didik untuk dilakukan perbaikan kedepannya dan memaksimalkan penguatan civic
disposition di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan oleh pihak sekolah maupun oleh pendidik.
bentuk evaluasi ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk membentuk civic disposition pada
peserta didik yakni melalui penilaian sikap, guru dapat melakukan evaluasi terkait sikap peserta
didik sehingga jika ditemukan sikap peserta didik yang tidak sesuai maka akan diberikan
pembinaan dan bimbingan lebih lanjut kepada peserta didik tersebut (Atmaja and Info 2022).
Dalam pelaksanaan penguatan karakter kewarganegaraan atau civic disposition melalui
kurikulum merdeka turut menjumpai hal-hal diluar yang diharapkan. Evaluasi merupakan salah
satu bentuk upaya untuk melihat sudah sejauh mana keberhasilan suatu program terlebih dalam
penguatan keempat elemen dalam Pendidikan Pancasila. Evaluasi yang dapat dilakukan sekolah
yaitu dengan supervisi. Supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara
efektif. Sedangkan menurut Manullang, (2005) supervisi merupakan suatu proses untuk
menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi
dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula (Kristiawan et al.,
2019).
Supervisi sangat diperlukan dalam lembaga pendidikan, karena salah satu kompetensi
Kepala Sekolah adalah Supervisi. Supervisi dalam lembaga pendidikan ada dua aspek yaitu (1)
supervisi akademik, yaitu bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran atau bimbingan untuk mempertinggi hasil belajar siswa. Supervisi akademik ini
juga ada dua bagian yaitu (a) supervisi kelas; dan (b) supervisi klinis. Fokus dari supervisi kelas
dan klinis adalah guru; dan (2) supervisi manajerial, yaitu mengawasi orang yang menjadi
manajer atau Kepala Sekolah, yang terdiri dari pengembangan staf/tenaga kependidikan dan juga
mengukur kinerja Kepala Sekolah (Kristiawan et al., 2019). Dengan demikin, supervisi dapat
dijadikan sebuah strategi yang digunakan sekolah dalam hal penguatan pelaksanaan pendidikan
pancasila pada kurikulum merdeka. Supervisi bertujuan untuk melihat iklim guru pada saat
mengajar, apakah sudah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pedoman pada
kurikulum merdeka.
Sekolah memang perlu mengadakan supervisi sebagai salah satu bentuk evaluasi untuk
melihat ketercapaian pelaksanaan kurikulum dalam pembelajaran di kelas yang dilakukan
melalui pembinaan berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada
umumnya dan peningkatan mutu belajar-mengajar pada khususnya serta membantu guru untuk
dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam konteks tujuan aktivitas perkembangan peserta didik. Di
samping itu, pada setiap pelaksanaan suatu program pastilah terdapat kelebihan dan kekurangan.
Apalagi dalam pelaksanaan nilai-nilai karakter di sekolah yang tidak selalu dapat berjalan
dengan baik. Salah satu contoh kelebihan dalam pelaksanaan karakter kewarganegaraan (civic
disposition) dalam kurikulum merdeka ini adalah pihak sekolah maupun pendidik berkomitmen
dan bersinergi dalam menguatkan pelaksanaan pendidikan karakter, dan pelaksanann tersebut
berjalan dengan baik serta terlihat sangat jarang ada peserta didik yang melanggar aturan sekolah
yang ada di dalam tata tertib hal tersebut dibuktikan dengan nilai pada raport P5 peserta didik
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
397
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
yang menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik telah berkembang sesuai harapan dalam 4
dimensi pada P5.
Untuk kelemahannya yang terlihat menonjol disini adalah mengenai pemahaman peserta
didik mengenai teori dan definisi tentang civic disposition atau karakter kewarganegaraan yang
kurang. Walaupun dalam pelaksanaannya sudah terlaksana dengan baik, namun disisi lain perlu
juga ditanamkan pada peserta didik mengenai definisi karakter kewarganegaraan tersebut
sehingga dapat seimbang satu sama lain. Oleh karena itu, peran pendidik disini sangat
diperlukan dalam menyampaikan materi dan memberikan pemahaman terhadap peserta didik
tentang karakter kewarganegaraan. Selain itu, pemahaman pendidik mengenai kurikulum
merdeka juga perlu ditingkatkan. Salah satunya dalam Profil Pelajar Pancasila yang seharusnya
memuat 6 dimensi yang tidak dapat dipisahkan atau ditiadakan salah satunya. 6 dimensi tersebut
mencakup Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, Berkebhinekaan
Global, Gotong royong, Kreatif, Mandiri, dan Bernalar kritis. Namun disini, terkait penilaian
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) hanya terdapat 4 dari 6 dimensi profil pelajar
pancasila.
4. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah ada dan dikembangkan menjadi beberapa teori
maka hasil teori ini menghasilkan kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut;
Pelaksanaan civic disposition peserta didik di kurikulum merdeka ini perlu dikembangkan
dalam 4 pendekatan yaitu sebagai berikut: Pertama, pembiasaan melalui tata tertib di sekolah
yang diimplementasikan melalui ayat-ayat yang ada di dalam tata tertib tersebut, dan apabila
dilanggar akan dikenakan sanksi yang sesuai dengan bentuk pelanggarannya. Pembiasaan tata
tertib di sekolah berkaitan dengan dua dari sepuluh civic disposition yaitu disiplin dan
kompromi
Kedua, pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan pancasila melalui monitoring
harian dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Monitoring dilakukan oleh pendidik
dengan keterlibatan peserta didik melalui penilaian normatif dan sumatif, rapor P5, serta tiga
dari sepuluh karakteristik civic disposition yaitu tanggungjawab, ketergaran, dan keterbukaan
pikiran. Ketiga, dengan komitmen antara bapak/ibu guru sebagai upaya dalam membantu
melaksanakan dan mengembangkan karakter kewarganegaraan (civic disposition) pada peserta
didik. Pada komitmen melalui keteladanan, melibatkan empat dari sepuluh karakter
kewarganegaraan, yaitu kesopanan, peduli, keberagaman & toleransi, serta keteguhan hati.
Keempat, dengan adanya evaluasi untuk mengetahui bagaimana progress karakter pada
peserta didik untuk dilakukan perbaikan kedepannya dan memaksimalkan penguatan civic
disposition di sekolah. Evaluasi ini dilaksanakan melalui supervisi yang dilakukan oleh
sekolah. Supervisi bertujuan untuk melihat iklim guru pada saat mengajar, apakah sudah
menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pedoman pada kurikulum merdeka.
5. Daftar Pustaka
Amran, A., Perkasa, M., Jasin, I., Satriawan, M., & Irwansyah, M. (2019). Model
Pembelajaran Berbasis Nilai Pendidikan Karakter Untuk Generasi Indonesia Abad 21.
Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 22(2), 233.
https://doi.org/10.24252/lp.2019v22n2i5
Annisa Rohimah Hasri Hasibuan, Aufa, Lola Khairunnisa, Wenni Arobiya Siregar, H. A.
(2022). Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak SDN 104231 Sugiharjo
Kecamatan Batang Kuis. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4, 17071715.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 390-398
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
398
Finanda Dwi Triaswari et.al (Implementasi civic disposition ....)
Atmaja, T. S., & Info, A. (2022). Pembentukan civic disposition pada peserta didik. 11,
27152723. https://doi.org/10.26418/jppk.v11i7.55984
Eni. (2011). Strategi Pengembangan Kepemimpinan Guru di Wilayah MGMP Bahasa
Indonesia Kota Depok. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951952., Mi,
524.
Halimah, L., & Nurlela, K. (2020). Representasi Civic Disposition melalui Pendekatan
Moral pada Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Sukamiskin Provinsi Jawa Barat. Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(1), 34
43. https://doi.org/10.24269/jpk.v5.n1.2020.pp34-43
John W. Creswell. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Kristiawan, M., Yuyun Yuniarsih, Mp., Happy Fitria, Mp., & Nola Refika SPd, Mp. (2019).
Supervisi Pendidikan (Issue April).
Martini, E. (2022). Pembelajaran Pendidikan Kewarganeraan Berbasis Kecakapan Abad 21
Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Di Pendidikan Kejuruan. JPK :
Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 7(1), 916.
Muchtar, D., & Suryani, A. (2019). Pendidikan Karakter Menurut Kemendikbud.
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(2), 5057.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.142
Mulyono, B. (2017). Reorientasi civic disposition dalam kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk warga negara yang ideal. Jurnal Civics:
Media Kajian Kewarganegaraan, 14(2), 218225.
https://doi.org/10.21831/civics.v14i2.17007
Pangalila, T. (2017). Peningkatan civic disposition siswa melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). 7, 91103.
Prihatmojo, A., Agustin, I. M., Ernawati, D., & Indriyani, D. (2019). Implementasi
Pendidikan Karakter Di Abad 21. Seminar Nasional Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan UMJ, 180186.
Rahmatiani, L., & Saylendra, N. P. (2021). Pembentukan Civic Disposition Peserta Didik
Berbasis Kompetensi Abad 21. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 6(2), 5463.
Rudiawan, R., & Asmaroini, A. P. (2022). Peran Guru Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Dalam Penguatan Profil Pelajar Pancasila Di Sekolah. Edupedia,
6(1), 5563. https://doi.org/10.24269/ed.v6i1.1332
Susetyo, D. I., . S., & . S. (2018). Strategi Guru Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di Sma Negeri 1
Ponorogo Dan Sma Muhammadiyah 1 Ponorogo. Edupedia, 2(1), 73.
https://doi.org/10.24269/ed.v2i1.95