Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 448-455
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
448
Suranto et.al (Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada...)
Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada
Remaja: Literature Review
Suramto
a,1
, Budhi Bawono
b,2
, Partono Nyana Suryanadi
c,3
abc
STIAB Smaratungga, Kaligentongi, Boyolali, Indonesia
*
Email Corresponding: heryanto@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 10 Oktober 2023
Direvisi: 15 November 2023
Disetujui: 25 Desember 2023
Tersedia Daring: 1 Januari 2024
Pendidikan seks memiliki signifikansi yang besar bagi remaja sejak usia
dini, mengingat kerentanan mereka terhadap pengetahuan yang tidak
akurat tentang seks. Tujuan disertasi ini mencakup dua aspek utama, yaitu
(1) eksplorasi persepsi remaja terhadap pendidikan seks dan (2)
identifikasi sumber-sumber yang mereka andalkan untuk memperoleh
informasi seksual. Selain itu, pendidikan seks memainkan peran kunci
dalam memberikan pemahaman kepada remaja tentang perilaku seksual
berisiko, memungkinkan mereka untuk menghindari praktik-praktik
tersebut. Penelitian ini menggunakan metodologi tinjauan literatur untuk
menyelidiki berbagai informasi terkait pendidikan seks remaja. Pertama,
pemahaman terhadap persepsi remaja terhadap pendidikan seks dianggap
esensial dan bermanfaat untuk mengatasi tantangan perkembangan
selama fase transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja
menandai periode perubahan signifikan dalam aspek biologis, kognitif, dan
sosio-emosional, menjadikan pendidikan seks sebagai sarana yang efektif
untuk mendukung mereka. Kedua, mayoritas remaja cenderung mencari
informasi seksual dari media massa, termasuk surat kabar, majalah, buku,
televisi, dan gadget, bersama teman sebaya. Media massa, bersama dengan
interaksi sosial di antara teman sebaya, menjadi sumber utama
pengetahuan seksual bagi remaja, melampaui pendidikan yang diterima
dari keluarga atau sekolah.
Kata Kunci:
Pendidikan Seks 1
Persepsi 2
Remaja 3
ABSTRACT
Keywords:
Sex Education 1
Perseption 2
Teenagers 3
Sex education holds significant importance for teenagers from an early age
due to their vulnerability to misinformation about sex. This dissertation aims
to (1) explore teenagers' perceptions of sex education and (2) identify the
sources they rely on for obtaining information about sex. Furthermore, sex
education plays a crucial role in enlightening teenagers about various harmful
sexual behaviors, enabling them to steer clear of such practices. The research
employs a literature review methodology to unearth diverse information on
adolescent sex education. Firstly, understanding adolescents' perception of sex
education is deemed essential and advantageous in addressing their
developmental challenges during this transitional phase from childhood to
adulthood. Adolescence entails significant biological, cognitive, and socio-
emotional changes, making sex education a pertinent tool to assist them.
Secondly, teenagers predominantly turn to mass media, encompassing print
media like newspapers, magazines, and books, as well as electronic media such
as television and gadgets, for their sexual education. The mass media, along
with peers, serves as the primary source of sexual information and knowledge
for teenagers, as opposed to receiving such education from family or school
environments.
©2024, Suramto, Budhi Bawono, Partono Nyana Suryanadi
This is an open access article under CC BY-SA license
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 448-455
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
449
Suranto et.al (Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada...)
1. Pendahuluan
Seiring dengan kemajuan zaman, terutama dalam bidang teknologi dan informasi,
manusia dari berbagai lapisan masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dari
berbagai sumber, baik domestik maupun internasional, sebagai dampak dari fenomena
globalisasi. Pada khususnya, remaja yang terbiasa menggunakan perangkat gawai sejak usia
dini mengalami pengaruh signifikan. Banyak orangtua yang memberikan smartphone kepada
anak-anak mereka, tidak hanya sebagai alat pendukung pendidikan, tetapi juga sebagai sarana
komunikasi, bahkan sebagai hiburan. Perubahan ini telah menciptakan transformasi dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat yang tak dapat dihindari. Fenomena globalisasi
menciptakan kemajuan pesat di berbagai sektor, di mana smartphone dan manusia kini
menjadi dua entitas yang tak terpisahkan. Segala jenis informasi dapat diakses dengan mudah
melalui perangkat genggam, memberikan akses cepat kepada pengetahuan yang diinginkan.
Remaja dapat dengan mudah mengakses informasi tentang seks, terutama melalui media
sebagai sumber utama. Menurut Lestari, Dkk (2015) Hubungan yang signifikan terlihat antara
intensitas akses ke situs porno dan perilaku seksual yang tidak sehat pada masa remaja.
Ketersediaan media yang mudah diakses menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari remaja dan
berdampak pada perilaku seksual yang mereka tunjukkan, Sarwono (2011).
Selama masa remaja, manusia mengalami fase eksplorasi seksual yang memunculkan
perkembangan hasrat seksual dan perasaan tertarik terhadap lawan jenis, Papathanasiou Dkk,
(2007). Seksualitas, sebagai bagian dari perkembangan fisik alami manusia, menjadi unsur
integral bagi setiap individu. Perilaku seksual mendorong remaja untuk membentuk hubungan
yang memberikan rasa aman secara emosional dan kepuasan tersendiri. Kekuatan ini
mempengaruhi pikiran, emosi, kepekaan terhadap pilihan, serta kesehatan fisik dan mental
individu.
Kenyataannya, remaja masih kurang pemahaman terhadap pendidikan seks, terutama
terkait perilaku seksual yang sehat dalam konteks kesehatan reproduksi. Menurut Survei
Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) dan lainnya, persentase remaja wanita berusia 15 hingga 19 tahun yang belum menikah
mencapai 0,9%, sedangkan untuk wanita berusia 20-24 tahun mencapai 2,6%. Adanya data ini
menunjukkan bahwa pemahaman remaja terhadap isu seksual masih perlu perhatian serius.
Data lebih lanjut dari survei Saripah & Nadhira (2020) di Jawa Barat menunjukkan bahwa
sebanyak 11,4% atau 162 responden dari 1423 orang menunjukkan perilaku seksual yang tidak
sehat. Melihat fakta ini, layanan bimbingan dan konseling remaja menjadi sangat penting.
National Child Traumatic Stress Network (NCTSN) pada tahun 2009 menegaskan bahwa
hanya karena suatu tindakan dianggap tabu, bukan berarti tindakan tersebut harus diabaikan.
Oleh karena itu, perlu diberikan pemahaman kepada remaja tentang batasan-batasan yang
perlu mendapat perhatian khusus.
Orang tua dapat berperan dalam memberikan pemahaman kepada remaja bahwa tertarik
pada tubuh orang lain adalah hal yang wajar, namun ada beberapa bagian pribadi yang
sebaiknya tetap dirahasiakan. Pentingnya pengetahuan dalam pendidikan seks terlihat dari
fakta bahwa remaja dengan pengetahuan pendidikan seks yang kurang memiliki kemungkinan
15.103 kali lebih besar untuk terlibat dalam hubungan seksual berbahaya di luar pernikahan,
dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan pendidikan seks yang baik Fadhilah,
(2013).
Faktor biologis yang bertanggung jawab untuk mengendalikan perkembangan seksual dari
fertilisasi hingga melahirkan dan kesuburan reproduksi pascapubertas adalah pendekatan
biologis terhadap seksualitas. Pengaruhnya mencakup aspek gairah dan fungsi seksual
manusia.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 448-455
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
450
Suranto et.al (Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada...)
Dalam konteks studi pendidikan seks, pentingnya persepsi tidak dapat diabaikan. Persepsi
berperan sebagai faktor penentu dalam membentuk pandangan dan sikap seseorang terhadap
dunia, khususnya dalam konteks pendidikan seksual. Kemampuan untuk menafsirkan dan
mengklasifikasikan objek, serta melacak sikap dan perilaku, semuanya dapat dihubungkan
dengan peran sentral yang dimainkan oleh persepsi.
Tujuan dasar pendidikan seks adalah untuk memberikan pengajaran mengenai seks
kepada anak-anak, mencegah mereka terjerumus ke dalam hubungan yang tidak sehat, serta
membekali mereka dengan pemahaman untuk menghindari dampak negatif yang mungkin
timbul akibat perilaku seksual yang tidak benar. Hal ini sesuai dengan hasil identifikasi
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa
terdapat lebih dari 28 bukti yang mendukung keberhasilan program pendidikan seks dini,
termasuk pencegahan kehamilan dini, pengurangan perilaku seksual pada usia muda, dan
pengurangan perilaku seksual berbahaya lainnya Knowles, (2012).
Berdasarkan pernyataan ini, inovasi dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling
untuk membantu remaja memahami masalah perilaku seksual yang benar di sekolah, rumah,
dan lingkungannya diperlukan sebagai langkah awal dalam pendidikan seks remaja. Layanan
ini memegang peranan penting dalam memperbaiki masalah perilaku seksual remaja, sehingga
dapat mencegah mereka mencari informasi tentang perilaku seksual dari orang yang tidak
bertanggung jawab atau sumber yang mencurigakan atau palsu. Keberlanjutan upaya ini dapat
membantu remaja mengembangkan perilaku seksual yang sehat sejak dini.
2. Metode
Dalam penelitian ini, metode yang diterapkan adalah literature review, di mana peneliti
secara kritis mengevaluasi gagasan-gagasan yang terdapat dalam literatur terkait topik tertentu.
Fokus penelitian ini adalah mengeksplorasi persepsi remaja mengenai pendidikan seksual,
menganalisis pemahaman mereka, dan mengidentifikasi sumber informasi yang mereka
gunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang pendidikan seksual. Alasan pemilihan remaja
sebagai sampel penelitian adalah karena usia remaja merupakan periode dimana kebutuhan
dan pemahaman mengenai hasrat seksual manusia mulai berkembang. Hal ini menjadi fokus
penelitian untuk memahami sejauh mana pengetahuan mereka terhadap pendidikan seksual.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan berasal dari lima artikel jurnal online
bereputasi yang telah dipublikasikan di internet. Proses pencarian jurnal dilakukan melalui
database dengan kriteria kualitas sedang dan tinggi, dengan mengaplikasikan kata kunci
seperti "pendidikan seksual," "persepsi," dan "remaja." Sampel penelitian ini terdiri dari
remaja dengan rentang usia 10-24 tahun.
3. Hasil dan Pembahasan
Dalam literature review ini, topik yang akan dibahas adalah persepsi remaja mengenai
pendidikan seksual dan sumber informasi yang mereka dapat untuk memperoleh pengetahuan
tentang pendidikan seksual. Ada lima artikel studi yang dianalisis, dan hasil seleksi artikel
terkait persepsi remaja tentang pendidikan seksual disajikan dalam bentuk tabel rekapitulasi
pada Tabel 1.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 448-455
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
451
Suranto et.al (Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada...)
Tabel 1 rekapitulasi artikel review tentang persepsi remaja.
Kode Artikel
Responden
Sumber
Hasil
A1
1 anak laki-laki dan
1 anak perempuan
Adek
Batasan pada dirinya
diketahui oleh kedua
anak tersebut.
A2
46 Mahasiswa
Rekan kerja
Nilai F = 1,4552 dari
Gain score
menunjukkan bahwa
rata-rata mereka tidak
mendapatkan
pendidikan seksual
dari dini.
A3
Siswa SMA
Mendengarkan cerita
tentang seks dari
teman.
Tingkat persepsi
terhadap pendidikan
seksual dikategorikan
sebagai cukup baik
sebesar 67,02%.
A4
Siswa SMK
Persentase partisipasi
dalam pendidikan
berasal dari berbagai
sumber, dengan
kontribusi guru di
sekolah sebesar 7%,
orang tua sebesar
11,5%, media cetak
mencapai 21,1%,
sementara media
elektronik
mendominasi dengan
42,3%.
Pendidikan seks
dianggap positif oleh
siswa.
A5
Siswa SMA
Pengetahuan seks
diperoleh melalui
berbagai sumber
seperti orang tua,
guru, internet, teman
sebaya, dan melalui
membaca buku.
Dari total 128
responden, sebanyak
113 orang (88,3%)
menunjukkan
pemahaman yang
baik terkait
pendidikan seks,
sementara 15 orang
(11,7%) memiliki
pemahaman yang
kurang dalam hal
tersebut.
Dari tabel yang telah disajikan, dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki persepsi
positif terhadap pendidikan seksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
remaja dianggap sudah cukup teredukasi dalam hal ini. Sumber informasi utama yang
digunakan oleh responden meliputi keluarga, teman, guru, internet, dan media cetak.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 448-455
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
452
Suranto et.al (Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada...)
Dari penelitian artikel A4, diketahui bahwa sumber informasi luar lingkungan, seperti
media cetak dan media elektronik, menjadi sumber terbesar setelah orang tua dan guru dalam
memberikan pendidikan seks kepada anak remaja. Temuan ini mengindikasikan kurangnya
pembekalan dari orang tua terhadap anak remajanya dalam hal pendidikan seks. Salah satu
faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya komunikasi, yang sering kali
disebabkan oleh hambatan psikologis dan budaya. Banyak orang tua tidak mampu atau tidak
mau mengomunikasikan isu-isu seksual dengan anak remajanya, terutama karena terbatasnya
informasi dan pengetahuan yang mereka miliki tentang seks, serta pandangan bahwa seks
adalah topik yang tabu untuk dibahas.
Banyak orang tua masih berpendapat bahwa memberikan pendidikan seksual kepada
anak remaja bukanlah suatu hal yang penting. Mereka meyakini bahwa anak yang sudah
memasuki usia remaja akan memperoleh pemahaman tentang seksualitas secara alami. Selain
itu, sebagian orang tua juga percaya bahwa pengetahuan seputar seks akan diajarkan di
sekolah. Pandangan seperti itu mendorong remaja untuk mencari informasi seksual dari sumber
di luar keluarga dan lingkungan sekolah. Apabila remaja terus mengakses informasi seks tanpa
pengawasan dan tanpa validasi informasi yang jelas, dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan perilaku seksual pada mereka.
Menurut penelitian Pratiwi & Basuki (2012), remaja di kota cenderung memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang HIV-AIDS dibandingkan dengan rekan-rekan mereka
yang tinggal di desa. Hal ini disebabkan oleh kemudahan akses dan perolehan informasi yang
lebih tinggi di lingkungan perkotaan. Temuan ini juga diperkuat oleh hasil penelitian
Mauludiyah (2018), yang menyatakan bahwa partisipasi dalam masyarakat pedesaan menjadi
sulit karena tingkat literasi teknologi, informasi, dan komunikasi yang rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang tua mereka mengenai isu-isu seksualitas, Ririn Dkk, (2019). Saat
komunikasi tidak berhasil, seringkali muncul perasaan superioritas, pengendalian yang
berlebihan, penilaian dogmatis, dan kecenderungan untuk menyalahkan Windijarti, (2011).
Selain itu, respons yang negatif atau penolakan dari anak terhadap komunikasi yang tidak
efektif juga dapat terjadi.
Walaupun Guru sebagai fasilitator di sekolah memiliki peran penting dalam memberikan
pengetahuan tentang pendidikan seksual, kenyataannya sekolah-sekolah di Indonesia belum
menyediakan kurikulum khusus untuk mengajarkan hal tersebut kepada para siswa.
Pembelajaran mengenai pendidikan seksual cenderung terbatas pada mata pelajaran seperti
Biologi, Olahraga, dan Agama dengan intensitas yang minim.
Sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan remaja, termasuk
penyampaian nilai agama secara menyeluruh, bukan hanya pengetahuan ilmiah Fathujana,
(2019). Keterkaitan erat antara pengetahuan dan agama perlu ditekankan dalam konteks
pendidikan seks, dengan guru memegang peran kunci dalam pelaksanaannya di sekolah Pound
Dkk, (2017). Pemikiran ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Kumar Dkk. (2017), yang
menekankan bahwa pendidikan seks seharusnya menjadi bagian integral dari proses
pembelajaran yang berkelanjutan mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Sebagai pemberi pendidikan seksual, peran orang tua dan sekolah sangat penting untuk
mencegah perilaku seksual yang tidak sehat pada remaja dan memperkuat rasa tanggung jawab
mereka terhadap nilai-nilai, moral, dan agama. Oleh karena itu, kedua pihak tersebut memiliki
peran krusial dalam membentuk pemahaman yang sehat terkait aspek-aspek tersebut pada
tahap perkembangan remaja.
Pemberian pendidikan seks kepada remaja memiliki tujuan utama untuk mencegah dan
mengurangi kasus kekerasan seksual yang terjadi pada mereka. Melalui pendidikan seks,
remaja dapat belajar mengenali perilaku yang seharusnya mereka pilih dalam situasi berbahaya
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 448-455
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
453
Suranto et.al (Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada...)
dalam konteks seksual. Pengajaran melibatkan pemahaman tentang cara mengenali organ
individu, menghindari interaksi dengan orang yang mencurigakan, dan mencari bantuan saat
berada dalam situasi berisiko. Pandangan Nasution menunjukkan bahwa kesadaran mengenai
kesehatan reproduksi remaja masih rendah, dan hal ini memiliki dampak signifikan pada
masyarakat secara keseluruhan Yarza Dkk, (2019). Pentingnya pemahaman mengenai
kesehatan reproduksi sebagai langkah pencegahan terhadap perilaku seksual yang tidak sehat
menjadi lebih jelas, terutama dalam masa remaja yang penuh eksplorasi dengan berbagai
kegiatan. Aktivitas positif yang dilakukan oleh remaja pada waktu luang menunjukkan
kemampuan mereka dalam mengambil tanggung jawab terhadap perkembangan organ
reproduksi Hasanah, (2017).
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa persepsi remaja terhadap pendidikan seks
cenderung positif. Remaja dalam rentang usia 10-24 tahun menunjukkan pemahaman yang
baik mengenai organ reproduksi pada tubuh, memahami batasan-batasan pada diri sendiri,
serta mengetahui cara melindungi diri. Sumber-sumber informasi utama berasal dari keluarga,
terutama orang tua, guru, teman sebaya, media massa, dan media elektronik. Remaja dengan
pandangan positif terhadap pendidikan seks biasanya memperoleh informasi yang akurat dan
bertanggung jawab dari guru di sekolah, orang tua, dan buku pelajaran. Di sisi lain, remaja
dengan persepsi negatif cenderung mendapatkan pengetahuan yang kurang tepat melalui
internet dan teman sebaya.
5. Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencanna Nasional
(BKKBN), Kementrian Kesehatan, & International, I. (2013). Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012 Kesehatan Reproduksi
Remaja. https://doi.org/10.32763/juke.v10i1.15
Fadhilah, N. (2013). Terbatasnya Pengetahuan Tentang Seksualitas Mempengaruhi Perilaku
Seks Pranikah Pada Remaja SMU. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(4), 18.
https://doi.org/10.35952/jik.v2i4.59
Fathujana, A. (2019). Reorientasi Pendidikan Seks Terhadap Anak Usia Remaja Di Sekolah
(Memadukan Sains dan Agama dalam Pembelajaran). Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar
Ahmad Dahlan, 53(9), 16891699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hasanah, H. (2017). Pemahaman Kesehatan Reproduksi Bagi Perempuan: Sebuah Strategi
Mencegah Berbagai Resiko Masalah Reproduksi Remaja. Sawwa: Jurnal Studi Gender,
11(2), 229. https://doi.org/10.21580/sa.v11i2.1456
Hidayat, P. N., Mahanani, R., & Putra, A. K. (2016). Kuku pesek (buku saku pendidikan
seks) media edukatif pendidikan seksual anak. Pelita-Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY,
11(2).
Knowles, J. (2012). Sex Education in United States, New York: Katharine Dexter
McCormick Library and Education Division of Planned Parenthood Federation of
America. Page 1-13 Kumar, R., Goyal, A., Singh, P., Bhardwaj, A., Mittal, A., &
Yadav, S. S. (2017). Knowledge Attitude And Perception Of Sex Education Among School
Going Adolescents In Ambala District, Haryana, India: A Cross-Sectional Study.
Journal of Clinical and Diagnostic Research, 11(3), LC01LC04.
https://doi.org/10.7860/JCDR/2017/19290.9338
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 448-455
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
454
Suranto et.al (Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada...)
Lestari, A. Y., Suherni, & Kusmiyati, Y. (2015). Hubungan Intensitas Mengakses Situs Porno
dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja. Kesehatan Ibu Dan Anak, 7(1), 59.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39734/Chapter
II.pdf;jsessionid=655CBB117010720521E3692ABA9AF7D7?sequence=4
Masita, Y. M. (2019). Hubungan Persepsi Remaja Tentang Pendidikan Seksual dan
Bimbingan Agama Orang Tua dengan Sikap Seksual Remaja pada Siswa SMK Yayasan
Pendidikan 17-2 Malang 2016. Jurnal MID-Z (Midwivery Zigot) Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 2(2), 61-
66.
Mauludiyah I, P. A. Z. (2018). Karakteristik dan Perilaku Seksual Remaja di Kota Bontang
Kalimantan Timur Indonesia. Kendedes Midwifery Journal, 2(2).
Papathanasiou, I., & Lahana, E. (2007). Adolescence, sexuality and sexual education. Health
Science Journal, 1(1),
18.
https://www.researchgate.net/publication/215477795%0AAdolescence
Paramita, D., & Awaru, A. O. T. (2018). Persepsi Siswa Terhadap Pendidikan Seks di SMA
Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. Jurnal Sosialisasi: Jurnal Hasil Pemikiran,
Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan, 37-42.
Pound, P., Denford, S., Shucksmith, J., Tanton, C., Johnson, A. M., Owen, J., Hutten, R.,
Mohan, L., Bonell, C., Abraham, C., & Campbell, R. (2017). What Is Best Practice In
Sex And Relationship Education? A Synthesis Of Evidence, Including Stakeholders’
Views. BMJ Open, 7(5), 111. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2016-014791
Pratiwi, N., & Basuki, H. (2012). Hubungan Karakteristik Remaja Terkait Risiko Penularan
Hiv- Aids Dan Perilaku Seks Tidak Aman Diindonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 14(4 Okt). https://doi.org/10.22435/bpsk.v14i4
Rimawati, E., & Nugraheni, S. (2019). Metode pendidikan seks usia dini di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 13(1), 20-27.
Ririn, M., Wulandari, S., & Kusuma, A. A. N. N. (2019). Peran Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Seksual Remaja Laki - Laki Dan Remaja Perempuan : Studi Komparatif Roles
Of Peers Toward Sexual Behavior Of Male And Female Adolescents : Comparative
Study. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 3(1).
https://doi.org/10.22435/bpk.v44i2.5457.139-146
Saripah, I., Nadhiroh, N. A., Nuroniah, P., Ramdhani, R. N., & Roring, L. A. (2021).
Kebutuhan Pendidikan Seksual Pada Remaja: Berdasarkan Survei Persepsi Pendidikan
Seksual Untuk Remaja. Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan, 5(1), 8-17.
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja (Revisi). PT. Raja Grafindo Persada.
Windijarti, I. (2011). Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Pendidikan
Seksual. Jurnal Ilmu Komunikasi Terakreditasi, 9(3), 274292.
Yarza, H. N., Maesaroh, & Kartikawati, E. (2019). Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Remaja Dalam Mencegah Penyimpangan Seksual. Sarwahita, 16(01), 7579.
https://doi.org/10.21009/sarwahita.161.08
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 448-455
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
455
Suranto et.al (Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada...)
PROFIL SINGKAT
Profil Suramto adalah mahasiswa Pendidikan Keagamaan Buudha di STIAB
Smaratungga. Dengan semangat dan dedikasinya terhadap pembelajaran, saya telah
mencapai V semester dalam perjalanan akademis nya. Selain kegiatan akademis, Suramto
aktif dalam organisasi, di mana dia terlibat dalam menjalankan kegiatan seluruh
mahasiswa. Dia memiliki minat khusus dalam bisnis management. Dengan semangat
belajar dan keterlibatan aktif di berbagai kegiatan, [nama mahasiswa] berusaha mencapai
potensinya penuh dan menjadikan pengalaman kuliahnya berharga. No.081229402186.