Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
348
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih: menjembatani
Pendidikan Karakter dan pemahaman Budaya Lokal
melalui manajemen Seni Pertunjukan
Mega Cantik Putri Aditya
Pendidikan Seni Pertunjukan, FKIP, Universitas Tanjungpura, Jln Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,
Indonesia
*
Email Corresponding: mega.canti[email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 23 Agustus 2023
Direvisi: 26 Oktober 2023
Disetujui: 29 November 2023
Tersedia Daring: 1 Januari 2024
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak revitalisasi seni
pertunjukan tradisional, khususnya Tari Radat Selimut Putih, dalam konteks
pendidikan. Proses revitalisasi seni pertunjukan tidak hanya berperan dalam
pelestarian warisan budaya, tetapi juga memiliki implikasi yang signifikan
dalam pengembangan pendidikan karakter dan pemahaman budaya lokal di
kalangan siswa. Melalui pendekatan kualitatif dan metode deskriptif,
penelitian ini melibatkan wawancara dengan para penggiat revitalisasi seni
pertunjukan dan analisis terhadap proses manajemen pertunjukan hasil
revitalisasi Tari Radat Selimut Putih di Desa Serumpun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa revitalisasi seni pertunjukan tradisional dapat menjadi
sarana pendidikan karakter yang efektif. Melalui praktik seni pertunjukan,
siswa dapat mengembangkan nilai-nilai seperti kerjasama, disiplin,
ketekunan, dan rasa tanggung jawab. Selain itu, revitalisasi seni pertunjukan
juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami dan memelihara
budaya lokal mereka, yang dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk
memperkaya pengalaman belajar siswa. Dengan demikian, penelitian ini
menyoroti pentingnya integrasi seni pertunjukan tradisional ke dalam
kurikulum pendidikan sebagai langkah yang signifikan dalam memperkaya
pengalaman belajar siswa dan memperkuat hubungan mereka dengan
budaya lokal. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan pendidikan karakter dan pemahaman budaya di
lingkungan pendidikan.
Kata Kunci:
Revitalisasi Tari Radat
Selimut Putih
Pendidikan Karakter
Pemahaman Budaya Lokal
Manajemen Seni Pertunjukan
ABSTRACT
Keywords:
Revitalization of the White
Blanket Radat Dance
Character Education
Understanding Local Culture
Performing Arts
Management
This research aims to explore the impact of the revitalization of traditional
performing arts, especially the Radat Selimut Putih Dance, in an educational
context. The performing arts revitalization process not only plays a role in
preserving cultural heritage, but also has significant implications in
developing character education and understanding of local culture among
students. Using a qualitative approach and descriptive methods, this research
involved interviews with performing arts revitalization activists and analysis
of the performance management process resulting from the revitalization of
the Radat Selimut Putih Dance in Serumpun Village. The research results show
that the revitalization of traditional performing arts can be an effective means
of character education. Through performing arts practice, students can
develop values such as cooperation, discipline, perseverance, and a sense of
responsibility. In addition, revitalizing the performing arts also provides
opportunities for students to understand and maintain their local culture,
which can be integrated into the curriculum to enrich students' learning
experiences. Thus, this research highlights the importance of integrating
traditional performing arts into educational curricula as a significant step in
enriching students' learning experiences and strengthening their connection
with local culture. It is hoped that the results of this research can contribute to
the development of character education and cultural understanding in the
educational environment.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
349
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
©2024, Mega Cantik Putri Aditya
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Sebuah proses tindak lanjut dari keberadaan tradisi yang mulai redup dan terancam punah
dirasa patut dilaksanakan guna keberlangsungan tradisi itu sendiri. Proses revitalisasi,
rekonstruksi, dan konservasi merupakan beberapa upaya yang dapat diambil. Bila melihat
obyek pelestarian dan sumber datanya, proses revitalisasi merupakan kegiatan yang dirasa
paling tepat bila dihubungkan dengan suatu karya seni tradisi. Dalam proses revitalisasi
terdapat beberapa tahapan yang akan dilakukan yaitu penggalian, rekonstruksi, reinterpretasi
dan reaktualisasi. Tahapan revitalisasi dapat berarti proses, cara, dan perbuatan untuk
menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun, atau lebih jelas
revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas (Srihermanto dan Iskandar 2019). Oleh
sebab itu, revitalisasi merupakan proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan
kembali suatu kebudayaan yang hampir punah disuatu tempat. Pendidikan memiliki tujuan
yang harus dicapai, yaitu adanya perubahan perilaku yang diharapkan terjadi pada peserta
didik setelah mengikuti pembelajaran, yang ditunjukan dengan adanya budi pekerti,
kecerdasan dan keterampilan (Nugraha, Asriati, dan Ramadhan 2023). Pendidikan memiliki
tujuan untuk mencapai perubahan perilaku yang diharapkan pada peserta didik, yang tercermin
dalam budi pekerti, kecerdasan, dan keterampilan. Perihal outcome yang diharapkan bagi
satuan pendidikan, masyarakat bangsa ini akan cerdas dalam menghadapi tantangan dan
revolusi apabila mereka mempunyai bekal ilmu (Ramadhan, 2023).
Dalam konteks tersebut, revitalisasi seni pertunjukan tradisional, khususnya melalui Tari
Radat Selimut Putih, dapat menjadi sarana yang efektif dalam mencapai tujuan tersebut.
Melalui praktik seni pertunjukan, siswa dapat mengembangkan budi pekerti, memperoleh
pemahaman yang lebih dalam tentang budaya lokal, serta mengasah keterampilan seni dan
kolaborasi. Dengan demikian, judul tersebut mengaitkan kontribusi revitalisasi seni
pertunjukan tradisional dengan pencapaian tujuan pendidikan yang mencakup budi pekerti,
kecerdasan, dan keterampilan. Menurut (Warneri dan Ramadhan, 2022), indikator kualitas
pendidikan, salah satunya adalah prestasi belajar. Penelitian mengenai revitalisasi Tari
Radat Selimut Putih dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang bagaimana
praktik seni pertunjukan tradisional dapat memengaruhi prestasi belajar siswa sebagai salah
satu indikator kualitas pendidikan.
Di era globalisasi ini, dunia pendidikan perlu senantiasa menyesuaikan perkembangan
teknologinya untuk menyesuaikan diri dengan upaya peningkatan mutu pendidikan
(Mardiyanti et al. 2022). Proses revitalisasi dalam konteks keberlangsungan tradisi yang mulai
redup dan terancam punah menjadi esensial dalam pendidikan (Miswar et al. 2023). Ketika
tradisi dan seni mulai menghadapi kepunahan, pendidikan dapat memainkan peran penting
dalam mempertahankan dan memperkenalkan kembali aspek-aspek ini kepada generasi muda.
Revitalisasi, sebagai bagian dari upaya pelestarian, dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum
pendidikan. Konsep Merdeka belajar jika dilakukan dengan persiapan matang berpeluang
besar untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia (Ramadhan, 2024). Adapun pada
tahapan revitalisasi, seperti penggalian, rekonstruksi, reinterpretasi, dan reaktualisasi, dapat
menjadi bagian dari proses belajar. Ini tidak hanya membantu siswa memahami warisan
budaya yang hampir hilang, tetapi juga melibatkan mereka dalam mengekspresikan kreativitas
mereka sendiri. Melalui pendidikan, revitalisasi menjadi lebih dari sekadar pemeliharaan,
menjadi sarana untuk memperkaya pengalaman belajar siswa, membangun rasa identitas, dan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
350
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
memelihara kekayaan budaya yang mungkin terabaikan (Bahri, 2019). Dengan demikian,
pendidikan berperan penting dalam menerapkan proses revitalisasi untuk menjaga
keberlangsungan dan apresiasi terhadap tradisi yang hampir punah.
Sedangkan menurut Rustiyanti (2013, h.81) revitalisasi adalah sebuah usaha untuk
memvitalkan atau menghidupkan kembali sesuatu yang eksistensinya masih berarti sehingga
perlu dijaga dan dikembangkan dapat disimpulkan bahwa proses revitalisasi sangat
berhubungan dengan masyarakat di sekitar kebudayaan tersebut berasal, bagaimana mereka
memposisikan, mengkondisikan dan mengupayakan proses revitalisasi dapat berjalan lancar
dan berdampak baik untuk ke depannya. Hal tersebut dapat didukung dengan suatu
perencanaan managerial dalam tahapan revitalisasi, baik dari proses hingga tahap pementasan
atau pendokumentasian kesenian tersebut agar lebih dapat dirasakan manfaatnya bagi
masyarakat dan pihak sekitar. Membentuk dan menjaga budaya tanggung jawab setiap
masyarakat, pendidikan merupakan tempat pembentukannya dan pemeliharaan tanggung
jawab (Warneri dan Ramadhan, 2023).
Proses revitalisasi seni dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang kuat dengan
pendidikan, terutama dalam konteks mempertahankan, mengembangkan, dan menghidupkan
kembali tradisi yang masih memiliki makna dalam masyarakat, sebagaimana dijelaskan oleh
Rustiyanti (2013, h.81). Revitalisasi bukan hanya tentang melestarikan warisan budaya, tetapi
juga tentang bagaimana pendidikan dapat menjadi penggerak utama dalam menjaga
keberlangsungan kebudayaan. Keterlibatan masyarakat yang memiliki kedekatan dengan
kebudayaan yang hendak direvitalisasi sangat penting. Posisi, kondisi, dan upaya yang mereka
lakukan memiliki dampak besar terhadap proses revitalisasi itu sendiri. Pendidikan di sini
memiliki peran strategis dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya memahami,
memelihara, dan mengembangkan warisan budaya mereka.
Adanya perencanaan manajerial yang solid dalam tahapan revitalisasi menjadi kunci.
Pendidikan dapat memainkan peran penting dalam membantu masyarakat mengelola proses ini
dengan baik. Mulai dari penggalian informasi, rekonstruksi, reinterpretasi, hingga pementasan
atau pendokumentasian kesenian tradisional, pendidikan dapat menjadi sarana untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat sekitar. Dalam konteks ini,
pendidikan dapat memperkenalkan berbagai strategi manajemen, teknik dokumentasi, dan
metode pementasan yang efektif. Melalui kurikulum yang terstruktur dengan baik, institusi
pendidikan dapat melibatkan siswa dalam proyek revitalisasi, memungkinkan mereka untuk
belajar secara langsung dari para ahli, seniman, dan komunitas yang terlibat dalam upaya ini.
Kurikulum menjadi bagian yang harus ada selama pendidikan ada, kurikulum memiliki fungsi
yang akan mendukung komponen awal hingga akhir, masukan hingga menghasilkan luaran
dalam proses pendidikan (Ramadhan, I., dan Warneri, 2023).
Selain itu, pendidikan juga bisa berfungsi sebagai sarana sosialisasi, memperkenalkan
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda. Ini membantu membangun
kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya serta memberikan motivasi bagi mereka
untuk terlibat aktif dalam proses revitalisasi. Menurut Primasari dan Zulela (2019), pendidikan
sebagai salah satu solusi utama dalam meningkatkan SDM agar memiliki kualitas
(Hardiansyah, M. A., Ramadhan, I., Suriyanisa, S., Pratiwi, B., Kusumayanti, N., dan Yeni,
2021).
Dalam konteks globalisasi yang semakin pesat, pendidikan juga dapat memperluas
cakupan revitalisasi. Melalui penggunaan teknologi dan akses informasi yang lebih luas,
pendidikan dapat membantu menyebarkan kesadaran akan kebudayaan yang hampir punah ke
tingkat yang lebih luas, baik secara nasional maupun internasional. Dengan demikian, peran
pendidikan dalam proses revitalisasi tidak hanya terbatas pada memberikan pengetahuan,
tetapi juga dalam mempersiapkan generasi mendatang untuk menjadi pelindung dan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
351
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
pengembang kebudayaan. Melalui pendidikan yang holistik dan inklusif, masyarakat dapat
mewarisi, merawat, dan memperkaya kekayaan budaya mereka untuk keberlangsungan yang
lebih baik di masa depan. Provinsi Kalimantan Barat sebagai salah satu wilayah di
Indonesia yang kaya akan seni, budaya, dan kuliner tradisional memiliki potensi besar
untuk dikembangkan dan dipromosikan (Prasetya dan Ramadhan, 2024).
Salah satu kesenian yang telah mengalami proses revitalisasi adalah Tari Radat Selimut
Putih. Tari Radat merupakan satu diantara sekian kesenian tari Suku Melayu Sambas yang
hidup dan berkembang di daerah Kabupaten Sambas. Tari Radat Selimut Putih merupakan
salah satu tari tradisi Melayu Sambas yang berkembang di Kalimantan Barat lebih tepatnya di
Desa Serumpun Kecamatan Salatiga Kabupaten Sambas. Tari Radat Selimut Putih di Desa
Serumpun Kecamatan Salatiga berfungsi sebagai hiburan. Tari Radat Selimut Putih di Desa
Serumpun Kecamatan Salatiga ini biasanya ditampilkan pada acara pesta perkawinan, kegiatan
Dzikir Maulid, dan kegiatan perayaan lainnya. Menurut penuturan Islamia selaku penggiat
proses revitalisasi tarian Radat Selimut Putih tarian ini secara tidak langsung juga menjadi
salah satu wadah dan ajang silaturahmi antar masyarakat desa yang ada di Kabupaten Sambas,
selain itu juga masyarakat yang tadinya dominan berprofesi sebagai petani merasa terhibur
setiap diadakan pementasan dari Tari Radat Selimut Putih sehingga lelah yang dirasakan
sepulang bekerja terasa hilang setiap melihat pementasan dari Tari Radat Selimut Putih.
Namun seiring perkembangan jaman tarian ini sudah mulai ditinggalkan dan tidak ada lagi
penerusnya. Alasan Tari Radat Selimut Putih hampir punah dikarenakan keterbatasan jumlah
penari dalam tarian ini dan menurunnya minat masyarakat di Desa Serumpun untuk
mengembangkan atau mempertunjukan kembali Tari Radat Selimut Putih.
Menjadi hal yang menarik proses manajemen sebuah pertunjukan yang didasari proses
revitalisasi sebelumnya untuk dibahas lebih lanjut. Kesadaran akan minimnya profit yang
didapat serta modal perseorangan atau swadaya kelompok yang cukup besar menjadikan hal
ini jarang ditemui dalam beberapa pembahasan mengenai manajemen seni pertunjukan yang
dilakukan. Mengingat hal utama dalam perencanaan managemen adalah mengatur bagaimana
hasil bisa dimaksimalkan dengan upaya-upaya perencanaan di dalamnya. Proses revitalisasi
Tari Radat Selimut Putih ini awalnya didasari oleh penggagas sebagai mahasiswa yang peduli
tentang keberlangsungan salah satu kesenia trdisi yang ada di daerah asalnya. Kemudian hal
tersebut juga mendukung Khalida Islamia sebagai penggagas untuk mendapatkan gelar
sarjananya.
Dalam pelaksanaannya pertunjukan hasil revitalisasi Tari Radat Selimut Putih
dipertontonkan di depan masyarakat Desa Serumpun yang terletak di Kecamatan Salatiga
Kabupaten Sambas. Penggagas juga mengundang desa-desa sekitar sebagai upaya pengenalan
kembali tari ini kepada masyarakat khususnya generasi muda dengan harapan dapat menjaga
keberlangsungan kesenian Tari Radat Selimut Putih itu sendiri. Penampilan-penampilan
beberapa kelompok Dzikir Maulid untuk memeriahkan acara yang telah diselenggarakan juga
sebagai ajang silaturahmi masyarakat dari berbagai desa di Kecamatan Salatiga Kabupate
Sambas. Penampilan empat belas kelompok Dzikir Maulid serta penampilan Tari Radat
Selimut Putih diakhiri dengan kegitan saprahan atau makan bersama sebagai prosesi akhir
acara. Dengan demikian, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses
revitalisasi dan pelestarian seni tradisional, termasuk Tari Radat Selimut Putih. Melalui
pendidikan, generasi muda dapat belajar tentang nilai-nilai budaya, sejarah, dan manajemen
seni pertunjukan, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan dalam menjaga
keberlangsungan kesenian tradisional di masa depan. Pendidikan memiliki peran penting
dalam memastikan bahwa generasi muda memahami, menghargai, dan melanjutkan warisan
budaya dan seni tradisional. Dengan memasukkan seni tradisional ke dalam kurikulum
pendidikan formal dan memanfaatkan pendidikan non-formal untuk proses revitalisasi, kita
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
352
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
dapat memastikan bahwa nilai-nilai budaya dan seni tradisional tetap hidup dan berkembang.
Dengan demikian, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga
keberlangsungan seni tradisional dan melestarikan warisan budaya bagi generasi mendatang.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
digunakan untuk menjelaskan secara lengkap dan jelas hasil penelitian yang dilakukan.
Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi, analisis data bersifat induktif dan kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Prosedur
penelitian yang digunakan meliputi observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi.
Observasi dilakukan secara partisipatif, dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang
diamati. Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber yang terlibat langsung dalam
proses pementasan dan memahami tahapan manajemen di dalamnya. Studi pustaka dilakukan
untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber tertulis yang relevan dengan topik
penelitian. Sedangkan dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data dari dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan proses revitalisasi Tari Radat Selimut Putih.
Data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data tersebut kemudian dianalisis secara
induktif dan kualitatif. Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai
sumber, kemudian mengelompokkan data tersebut berdasarkan tema atau kategori tertentu.
Setelah itu, data dianalisis secara mendalam untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang topik penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan triangulasi data
untuk memastikan keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi data dilakukan dengan
membandingkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti narasumber, studi pustaka,
dan dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh akurat dan
dapat dipercaya.
Dalam kesimpulan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa proses revitalisasi Tari Radat
Selimut Putih memerlukan manajemen yang terorganisir dengan baik, mulai dari perencanaan
hingga pementasan atau pendokumentasian kesenian tersebut. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pendidikan dapat memainkan peran penting dalam melestarikan dan mempromosikan
kebudayaan, terutama dalam konteks seni pertunjukan.
3. Hasil dan Pembahasan
Untuk memudahkan pemahaman dan pembacaan, hasil dan pembahasan tidak dipisah
dalam penulisannya. Hasil dan pembahasan harus menjawab permasalahan dan tujuan
penelitian. Subjudul hasil dan pembahasan disajikan terpisah. Pembahasan merupakan bagian
yang memiliki porsi paling banyak dalam badan artikel, minimum 60% dari keseluruhan
artikel.
Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih
Tari Radat Selimut Putih di Desa Serumpun, yang hampir punah, memberikan contoh
konkret tentang bagaimana pendidikan dapat menjadi jembatan dalam usaha revitalisasi
kebudayaan. Melalui inisiatif pendidikan dan kegiatan revitalisasi, identitas masyarakat Desa
Serumpun yang terwakili dalam tarian ini dapat lebih dikenal dan diapresiasi oleh masyarakat
Kabupaten Sambas secara keseluruhan. Pentingnya peran pendidikan dalam proses revitalisasi
Tari Radat Selimut Putih tercermin dalam proses kegiatan revitalisasi tersebut. Melalui
tahapan observasi, wawancara, proses latihan, dan penampilan pertunjukan, pendidikan
memfasilitasi transfer pengetahuan dan keterampilan dari pelaku tradisi kepada generasi
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
353
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
berikutnya. Dalam hal ini, Dulham sebagai pencipta dan pelatih dari tarian ini memainkan
peran penting. Meskipun telah memasuki masa tua, kontribusinya dalam mempertahankan
tarian tersebut menjadi inspirasi bagi upaya pemeliharaan warisan budaya.
Melibatkan seniman-seniman dari berbagai desa dalam kegiatan revitalisasi Tari Radat
Selimut Putih menunjukkan bagaimana pendidikan memperluas cakupan revitalisasi ke level
yang lebih luas. Manusia membutuhkan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya dan melalui
pendidikan masyarakat dapat terbentuk di masa depan (Pratama et al. 2023). Dengan
melibatkan komunitas yang lebih besar, pendidikan memungkinkan adanya pertukaran
pengetahuan, pengalaman, dan kolaborasi antarbudaya yang dapat memperkaya dan
memperluas pengaruh revitalisasi. Tahapan-tahapan dalam proses revitalisasi ini menyoroti
bagaimana pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman
praktis yang langsung terlibat dalam pemeliharaan kebudayaan. Dengan melibatkan siswa,
masyarakat, dan seniman lokal, pendidikan memungkinkan penyampaian nilai-nilai budaya
secara langsung, menghidupkan kembali minat terhadap warisan budaya yang hampir hilang.
Kegiatan seperti Dzikir Maulid yang terlibat dalam revitalisasi juga mencerminkan
bagaimana pendidikan dapat menggabungkan aspek keagamaan atau budaya lainnya dalam
upaya melestarikan tradisi. Kolaborasi ini menggambarkan pentingnya pendidikan dalam
mengaitkan aspek-aspek budaya yang berbeda untuk menciptakan pengalaman revitalisasi
yang lebih kaya dan inklusif. Dengan demikian, melalui pendidikan yang terarah, strategis,
dan terlibat secara aktif dalam kegiatan revitalisasi, tradisi seperti Tari Radat Selimut Putih
dapat tetap hidup, memberikan kontribusi pada identitas masyarakatnya, serta menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari warisan budaya yang berharga bagi Kabupaten Sambas dan
masyarakatnya.
Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih di Desa Serumpun membuka peluang untuk
pengintegrasian pendidikan dalam pemeliharaan warisan budaya. Kolaborasi antara penari dan
pemusik yang dulunya aktif pada periode tertentu (1999-2003), narasumber, serta seniman dari
kesenian Dzikir Maulid menyoroti bagaimana pendidikan dapat menjadi penggerak utama
dalam upaya revitalisasi. Melalui keterlibatan mereka, proses revitalisasi menjadi lebih
inklusif, mengajarkan dan mendorong pengetahuan budaya dari generasi sebelumnya kepada
yang lebih muda. Peran masyarakat, terutama di Desa Serumpun, dalam mendukung upaya
revitalisasi menunjukkan bagaimana pendidikan tidak hanya terjadi di lingkungan formal,
tetapi juga melalui pengalaman dan kegiatan di komunitas. Pendidikan dalam konteks ini
melibatkan peningkatan kesadaran, apresiasi, dan dukungan terhadap kebudayaan lokal.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan revitalisasi menyoroti peran pendidikan dalam
memperkenalkan kembali tarian ini kepada masyarakat luas (Mimin, Kisamlu, dan Belolon,
2023). Melalui pertunjukan yang dilakukan sebagai hasil revitalisasi, tari tradisional ini mulai
dikenal kembali oleh masyarakat di beberapa desa di Kabupaten Sambas. Pendidikan di sini
berperan dalam menyebarkan pemahaman dan apresiasi terhadap seni tradisional kepada
audiens yang lebih luas (Apridawati, 2023). Deskripsi tentang ciri khas Tari Radat Selimut
Putih, baik dari segi gerak, musik, maupun kostum, menyoroti bagaimana pendidikan turut
berperan dalam menjaga keautentikan dan keaslian dari warisan budaya. Melalui pengetahuan
yang dipelajari, baik dari para penari, pemusik, maupun komunitasnya, pendidikan memainkan
peran penting dalam melestarikan detil-detil penting dari sebuah tradisi budaya.
Pendidikan juga memiliki peran dalam mempertahankan nilai-nilai estetika dari tarian ini.
Deskripsi gerak yang sederhana namun mengandung keindahan, perpaduan antara lambat dan
cepat dalam musik, serta penggunaan kostum serba putih yang memiliki keunikan tersendiri,
semuanya menjadi pelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai seni yang terkandung
dalam budaya mereka. Dengan demikian, melalui pendidikan yang terlibat aktif dalam proses
revitalisasi, tari tradisional seperti Radat Selimut Putih dapat terus dilestarikan, dikembangkan,
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
354
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
dan dikenal oleh masyarakat luas, memastikan keberlangsungan warisan budaya yang
berharga bagi generasi mendatang.
Keterkaitan antara musik dalam iringan Tari Radat Selimut Putih dengan pendidikan
menekankan pentingnya pendekatan budaya dan nilai-nilai spiritual dalam proses
pembelajaran. Musik yang menyertai tarian ini bukan hanya sebagai alat pengiring, tetapi juga
sebagai wahana pendidikan moral dan spiritual. Syair-syair yang mengingatkan akan
kematian, perintah, dan larangan Allah SWT menjadi aspek penting dalam pendidikan nilai-
nilai agama dan etika. Melalui tarian ini, pendidikan memfasilitasi pemahaman mendalam
terhadap pesan-pesan spiritual, mengajarkan pentingnya menjalani kehidupan yang sesuai
dengan ajaran agama, dan mengingatkan akan kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek
kehidupan. Penggunaan Tar, Gedombak, Tamborin, dan Romba dalam permainan musik
menunjukkan bagaimana pendidikan tidak hanya terbatas pada pembelajaran teori, tetapi juga
pada pengalaman praktis yang memperkaya pemahaman akan kebudayaan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Kebudayaan merupakan seluruh tindakan manusia dalam kehidupan
masyarakat yang di biasakan dengan belajar (Tindarika dan Ramadhan, 2021).
Dulu, musik untuk Tari Radat Selimut Putih dilakukan secara live, memberikan
pengalaman langsung bagi penonton dan penari untuk lebih memahami makna syair yang
disampaikan. Ini menunjukkan peran langsung pendidikan dalam memberikan pengalaman
belajar yang mendalam. Meskipun saat ini mungkin tidak dilakukan secara live, pendidikan
dapat memfasilitasi pemahaman mendalam melalui metode-metode pengajaran yang
melibatkan pemutaran rekaman, diskusi, dan refleksi. Pendidikan dalam konteks ini menjadi
jembatan antara seni budaya dan nilai-nilai spiritual.
Manajemen pertunjukan revitalisasi Radat Selimut Putih
Pengelolaan revitalisasi Tari Radat Selimut Putih melibatkan unsur-unsur manajemen
yang juga memiliki implikasi edukatif yang signifikan:
1. Man (Manusia): Dalam kepanitiaan revitalisasi, terjadi kolaborasi dan pembagian
peran yang mirip dengan struktur organisasi. Ini bisa menjadi pembelajaran bagi
mahasiswa atau siswa tentang pentingnya kerja tim, tanggung jawab, dan kerja sama
dalam mencapai tujuan bersama.
2. Money (Uang): Uang menjadi modal penting dalam menghidupkan kembali seni
pertunjukan tradisional. Pengelolaan dana dari berbagai sumber menjadi pelajaran
penting dalam pendidikan terkait manajemen keuangan, pembelajaran tentang
bagaimana mengatur dan mengelola anggaran.
3. Material (Bahan): Bahan dalam manajemen adalah elemen esensial untuk operasional
perusahaan, mirip dengan pentingnya bahan-bahan dalam seni pertunjukan. Dalam
pendidikan, revitaslisasi tarian khas tradisional ini dapat memberikan pemahaman
mendalam tentang pentingnya memelihara dan memahami bahan-bahan budaya
sebagai bagian dari warisan.
4. Machines (Mesin): Penggunaan mesin dalam kegiatan persiapan menjadi bagian
penting dalam efisiensi kerja. Hal ini bisa menjadi pembelajaran dalam pendidikan
tentang adaptasi teknologi dalam melestarikan tradisi budaya, bagaimana teknologi
dapat mendukung proses revitalisasi.
5. Method (Metode): Metode kerja yang dilakukan dengan tradisi gotong-royong
menunjukkan pentingnya kerjasama masyarakat dalam kegiatan revitalisasi. Dalam
pendidikan, hal ini menggambarkan nilai-nilai kolaborasi, komitmen, dan tanggung
jawab yang dapat dipelajari dalam manajemen acara.
6. Market (Pasar): Meskipun tidak komersial, revitaslisasi seni ini juga memiliki
dampak sosial dan ekonomi pada daerah setempat. Melalui pendidikan, mahasiswa
atau siswa dapat memahami bagaimana kegiatan budaya dapat memberikan dampak
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
355
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
ekonomi pada masyarakat setempat dan pentingnya mengelola budaya secara
berkelanjutan.
Dengan menghubungkan unsur-unsur manajemen ini dengan revitaslisasi seni tradisional,
pendidikan memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana manajemen dapat diterapkan
dalam konteks praktis, khususnya dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya.
4. Kesimpulan
Dalam konteks pendidikan, revitalisasi seni pertunjukan tradisional seperti Tari Radat
Selimut Putih memiliki dampak yang signifikan. Proses revitalisasi ini tidak hanya
mempertahankan warisan budaya, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap
pendidikan, terutama dalam hal pengembangan karakter, pemahaman budaya lokal, dan
pembelajaran lintas disiplin. Pertama, revitalisasi seni pertunjukan tradisional dapat menjadi
sarana pendidikan karakter. Melalui proses pembelajaran dan praktik seni pertunjukan, baik
siswa maupun masyarakat dapat mengembangkan nilai-nilai seperti kerjasama, disiplin,
ketekunan, dan rasa tanggung jawab. Dalam konteks Tari Radat Selimut Putih, para pelaku
seni belajar untuk bekerja sama dalam mempersiapkan pementasan, menunjukkan disiplin
dalam latihan, dan menumbuhkan ketekunan untuk mempelajari gerak-gerak tari yang khas.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan karakter yang saat ini menjadi fokus utama dalam
sistem pendidikan di banyak negara.
Kedua, revitalisasi seni pertunjukan juga dapat menjadi sarana untuk memahami dan
memelihara budaya lokal. Dalam konteks pendidikan, hal ini dapat diintegrasikan ke dalam
kurikulum untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Melalui pembelajaran seni
pertunjukan tradisional, siswa dapat belajar tentang sejarah, nilai-nilai, dan makna-makna
yang terkandung dalam budaya lokal mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan apresiasi
terhadap warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas budaya siswa. (Suriyanisa et al.
2023) mengatakan kekuatan masyarakat kita terdapat pada solidaritasnya, budaya akan
bertahan jika masyarakat masih saling memelihata budaya tersebut.
Selain itu, revitalisasi seni pertunjukan tradisional juga dapat menjadi sumber
pembelajaran lintas disiplin. Proses revitalisasi ini melibatkan berbagai aspek, termasuk
sejarah, seni, budaya, manajemen acara, dan keterlibatan masyarakat. Dalam konteks
pendidikan, hal ini dapat diintegrasikan ke dalam beragam mata pelajaran seperti sejarah, seni,
bahasa, dan manajemen. Siswa dapat belajar tentang proses revitalisasi seni pertunjukan
sebagai studi kasus yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu, sehingga memperluas
wawasan dan pemahaman mereka.
Selain itu, proses revitalisasi seni pertunjukan juga dapat menjadi sarana untuk
membangun keterampilan sosial dan kepemimpinan. Melalui keterlibatan dalam proses
revitalisasi, siswa dapat mengembangkan keterampilan komunikasi, negosiasi, dan
kepemimpinan. Mereka belajar bekerja dalam tim, berinteraksi dengan beragam pihak terkait,
dan memahami pentingnya kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini sejalan dengan
perkembangan keterampilan abad ke-21 yang menjadi fokus utama dalam pendidikan
kontemporer. Dengan demikian, revitalisasi seni pertunjukan tradisional seperti Tari Radat
Selimut Putih memiliki dampak yang positif dalam konteks pendidikan. Proses revitalisasi ini
tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pengembangan karakter, pemahaman budaya lokal, pembelajaran lintas
disiplin, dan pengembangan keterampilan sosial. Oleh karena itu, integrasi seni pertunjukan
tradisional ke dalam kurikulum pendidikan dapat menjadi langkah yang penting dalam
memperkaya pengalaman belajar siswa dan memperkuat hubungan mereka dengan budaya
lokal.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 348-356
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
356
Mega Cantik Putri Aditya (Revitalisasi Tari Radat Selimut Putih….)
5. Daftar Pustaka
Apridawati, Netty Kusuma. 2023. “Peran Ilmuwan Muslim Dalam Pemeliharaan Dan
Penyebaran Warisan Kebudayaan Islam.” SKULA: Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Madrasah 3(1): 17687.
Bahri, Samsul. 2019. “Pengembangan Pendidikan Islam Di Era 4.0.” Jurnal Transformatif
(Islamic Studies) 3(2): 24175.
Hardiansyah, M. A., Ramadhan, I., Suriyanisa, S., Pratiwi, B., Kusumayanti, N., & Yeni, Y.
2021. “Analisis Perubahan Sistem Pelaksanaan Pembelajaran Daring Ke Luring Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di SMP.” Jurnal Basicedu 5(6),: 5840-5852.
Mardiyanti, Lisa Ranti et al. 2022. “Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Model Blended
Learning Berbasis Media Google Classroom.” Jurnal Pendidikan dan Konseling 5(1):
134958.
Mimin, Davit, Tenas Kisamlu, and Handrianus Koli Belolon. 2023. “Dewan Adat Suku Ngalum:
Warisan Pengetahuan Tradisional Untuk Generasi Milenium Di Papua.” UNES Law Review
6(2): 644657.
Miswar, Muhammad Dedy et al. 2023. Peta Jalan Kepemimpinan HMI. Nas Media Pustaka.
Nugraha, Taufan Jaya, Nuraini Asriati, and Iwan Ramadhan. 2023. “Efektivitas Penilaian Hasil
Belajar Berbasis Kahoot! Dalam Pembelajaran Sosiologi Di SMA Negeri 2 Pontianak.”
Sustainable Jurnal Kajian Mutu Pendidikan 6(2): 31931.
Prasetya, Irwan Adhi, and Iwan Ramadhan. 2024. “Implementasi Motion Grafis Video Animasi
2D Untuk Pengenalan Seni, Budaya, Dan Kuliner Khas Di Provinsi Kalimantan Barat.”
Academy of Education Journal 15(1): 3452.
Pratama, Surya et al. 2023. “Merdeka Curriculum: Learning Systems and Challenges at Islamic
Schools in Pontianak City.”