generatif transformasional memberikan peluang kepada siswa untuk lebih kreatif, ekspresif,
dan inovatif memproduksi kalimat. Selain itu, penelitian ini dapat menambah wawasan
pengajar bahasa Indonesia dengan menitikberatkan pada potensi siswa sebagai manusia yang
mampu meproduksi kalimat dengan jumlah tidak terbatas. Dengan demikian, pengajaran
bahasa tidak hanya berkubang pada tataran tata bahasa struktural saja.
3. Hasil dan Pembahasan
Pengajaran bahasa berdasarkan pemanfaatan tata bahasa generatif transformasional
merupakan salah konsep pengajaran bahasa yang mengacu pada aspek-aspek pokok seperti
aspek kreativitas bahasa, distingtif bahasa, dan pembawaan (innate) yang melandasi dasar
analisisnya yang tidak dimiliki oleh konsep linguistik lainnya. Aspek kreativitas bahasa adalah
kemampuan pemakai bahasa untuk mengahasilkan, mengucapkan, dan memahami kalimat-
kalimat yang belum pernah didengar. Chomsky (1965) menyatakan bahwa aspek kreativitas
bahasa dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu competence dan performance manusia dalam
berbahasa. Competence adalah kemampuan pemakai bahasa untuk menghasilkan dan
memahami kalimat-kalimat yang benar dan berdasarkan tata bahasa, sedang performance
adalah ucapan-ucapan yang pernah atau akan dihasilkan oleh pemakai bahasa yang disebut
pula bentuk konkretnya (Chomsky, 1965: 4). Aspek distingtif bahasa menurut Samsuri (dalam
Suhardi, 2017) yaitu kemampuan pemakai bahasa untuk dapat membedakan ujaran-ujaran
yang merupakan kalimat-kalimat bahasanya dan ujaran kalimat yang bukan bahasanya.
Chomsky menyatakan bahwa manusia dikodratkan memiliki kemampuan pembawaan yang
memungkinkan manusia mampu membuat dan memeproduksi kalimat-kalimat baru yang
belum pernah didengar atau diucapkan.
Gramatika generatif merupakan inti dari tata bahasa generatif-transformasional.
Gramatika ini dirancang untuk menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa tertentu dengan
dua komponen utama, yaitu komponen pembentuk dan transformasional. Komponen
pembentuk (phrase structure grammar): menunjukkan struktur dasar kalimat. Sedangkan,
komponen transformasional: menunjukkan aturan-aturan yang menghasilkan variasi kalimat
melalui transformasi. Chomsky membedakan antara kalimat dasar (deep structure) dan
kalimat terbentuk (surface structure). Kalimat dasar mencakup makna dasar kalimat,
sementara kalimat terbentuk adalah hasil dari transformasi struktur dasar. Pada tataran
sintaksis pengajaran bahasa dengan pendekatan tata bahasa generatif transformasional
memungkinkan pembelajar melakukan perubahan struktur kalimat dari bentuk satu menjadi
bentuk lain tanpa mengubah maknanya. Transformasi dapat digunakan untuk menghasilkan
variasi kalimat dan menyederhanakan struktur kalimat.
3.1 Implementasi Pengajaran Kalimat Berdasarkan Pemanfaatan Tata Bahasa
Generatif Transformasional pada Siswa Sekolah Dasar
Berdasarkan studi empirik, siswa jenjang sekolah dasar memiliki tingkat kemampuan
pengusaan kalimat yang dapat diamati sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif. Menurut
Jean Piaget ada tiga tahapan perkembangan kognitif anak yang memengaruhi tingkat
penguasaan kalimatnya, yaitu tahapan preoperasional, tahapan konkret operasional, dan
tahapan formal operasioanl. Tahapan preoperasional (siswa kelas satu dan dua) mulai
mengenal kalimat sederhana dengan struktur dasar kalimat, seperti subjek dan predikat
berdasarkan lingkungan sekitar. Siswa juga mulai memahami dasar-dasar waktu (masa lalu,
masa kini, masa depan). Tahapan konkret operasional (siswa kelas tiga dan empat), mulai
mengembangkan kosakata mereka untuk merinci dan memperkaya kalimat. Penggunaan kata-
kata yang lebih spesifik dan beragam. Siswa mulai membuat kalimat yang lebih kompleks
dengan menambahkan klausa atau frasa. Pemahaman struktur kalimat yang lebih rumit.
Tahapan formal operasional (siswa kelas lima dan enam), kemampuan ini memungkinkan