Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
227
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
Pemanfaatan linguistik generatif transformasional
dalam pengajaran pengembangan kalimat berbasis
muatan lokal pada Siswa Sekolah Dasar
I Kadek Adhi Dwipayana
a,1
, Putu Andyka Putra Gotama
b,2
, Ida Bagus Putrayasa
c,3
a,b,c
Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha
1
adhi.dwipayana@student.undiksha.ac.id;
2
3
*
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 15 Maret 2023
Direvisi: 24 Juli 2023
Disetujui: 7 Oktober 2023
Tersedia Daring: 1 Januari 2024
Penelitian ini menggunakan pendekatan library reseach yang
mengutamakan analisis filosofis dibandingkan pengujian data empiris. Ada
tiga point penting yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran
analisis kalimat pada siswa sekolah dasar menggunakan pendekatan
linguistik generatif transformatif, penerapan jenis transformasi dalam
pembelajaran analisis kalimat, dan relevansi pembelajaran analisis kalimat
dengan pemanfaatan muatan lokal. Hasil pengkajian ini diproyeksikan untuk
digunakan sebagai sumber rujukan penerapan pendekatan pengajaran
bahasa yang lebih menumbuhkembangkan daya kreativitas berbahasa,
terutama penggunaan kalimat. Pendekatan linguistik generatif
transformasional yang dikembangkan oleh Chomsky, menawarkan kerangka
kerja teoretis yang menarik untuk memahami variasi kalimat dan
transformasi struktural yang mendasarinya. Implementasi pengajaran
analisis kalimat berdasarkan pendekatan linguistik generatif
transformasional pada siswa sekolah dasar memerlukan langkah-langkah
penerapan yang sesuai dengan tingkat pengembangan kognitif dan
kemampuan bahasa siswa di jenjang sekolah dasar, yaitu tahapan awal
(siswa kelas satu dan dua), tahapan menengah (siswa kelas tiga dan empat),
dan tahapan lanjutan (siswa kelas lima dan enam). Implementasi
pendekatan linguistik generatif transformasional dapat dilakukan dengan
beberapa tahapan, yaitu pengenalan ide dasar gramatika generatif,
pemahaman struktur dasar kalimat, pemahaman transformasi sintaksis,
latihan transformasi dan studi kasus. Inklusi budaya lokal dapat
dimanfaatkan dalam pengajaran kalimat pada siswa sekolah dasar. Siswa
dapat menggunakan bahasa dalam konteks budaya mereka sendiri,
mempertimbangkan variasi dalam ekspresi bahasa, dan menggali implikasi
budaya dari struktur kalimat.
Kata Kunci:
Pengajaran Kalimat
Linguistik Generatif
Transformasional
Muatan Lokal
ABSTRACT
Keywords:
Sentence Teaching
Transformational Generative
Grammar
Local Content
This research uses a library research approach that prioritizes philosophical
analysis over empirical data testing. There are three important points studied
in this research, namely learning sentence analysis in elementary school
students using a transformative generative linguistic approach, the
application of types of transformation in learning sentence analysis, and the
relevance of learning sentence analysis by utilizing local content. The results of
this study are projected to be used as a reference source for language teaching
guidelines that further develop language creativity, especially the use of
sentences. The generative transformational linguistic approach developed by
Chomsky, offers an interesting theoretical framework for understanding
sentence variation and its underlying structural transformations.
Implementation of sentence analysis teaching based on a transformational
generative linguistic approach to elementary school students requires
implementation steps that are appropriate to the level of cognitive
development and language skills of students at the elementary school level,
namely the initial stage (first and second grade students), the middle stage
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
228
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
(third grade students and four), and advanced stages (fifth and sixth grade
students). Implementation of the transformational generative linguistic
approach can be carried out through several stages, namely introducing the
basic ideas of generative grammar, understanding the basic structure of
sentences, understanding syntactic transformations, transformation exercises
and case studies. Local cultural inclusion can be utilized in teaching sentences
to elementary school students. Students can use language in their own cultural
context, consider variations in linguistic expression, and explore the cultural
strengths of sentence structure.
©2024, I Kadek Adhi Dwipayana, Putu Andyka Putra Gotama, Ida Bagus Putrayasa
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Bahasa merupakan keterampilan yang esensial dalam pembelajaran di sekolah, dan
kemampuan memahami dan menggunakan kalimat yang benar adalah inti dari penguasaan
bahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang sekolah berbasis pada genre teks
(Agustina, 2017). Saat ini, metode pengajaran tata bahasa di sekolah masih cenderung
mengikuti pendekatan tradisional, yang seringkali kurang menarik dan kurang memotivasi
siswa untuk memahami struktur kalimat secara mendalam. Penguasaan keterampilan bahasa
pada tingkat sekolah dasar merupakan landasan penting untuk kesuksesan akademis siswa di
tingkat yang lebih tinggi. Salah satu aspek utama dari penguasaan bahasa adalah kemampuan
untuk memahami dan menggunakan kalimat dengan benar. Meskipun sejumlah metode
pengajaran bahasa telah diterapkan di tingkat sekolah dasar, perluasan penggunaan pendekatan
linguistik generatif transformasional dalam pengajaran kalimat di tingkat ini masih merupakan
area yang belum banyak dijelajahi.
Pendekatan linguistik generatif transformasional, yang dikembangkan oleh Noam
Chomsky, menawarkan kerangka kerja teoretis yang menarik untuk memahami variasi kalimat
dan transformasi struktural yang mendasarinya (Suhardi, 2017). Menurut Arnawa (2008: 115),
dasar asumsi dari linguistik transformasional adalah (1) bahasa merupakan produk manusia
yang kreatif. Dengan bunyi dan kaidah terbatas manusia dapat memproduksi kalimat yang
tidak terbatas dan mampu dipahami oleh mitra tutur. (2) Bahasa merupakan proses mentalistik
diekspresikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. (3) Bahasa merupakan proses produktif dan
kreatif, analisisnya tidak dapat dilepaskan dari hakikat bahasa yang utuh, yaitu aspek fonologi
dan semantik. (4) Formulasi matematis dapat digunakan sebagai dasar membangun kaidah
bahasa yang produktif. Linguistik transformasional mengungkapkan bahwa kaidah dasar dapat
menghasilkan ekspresi lingual dengan jumlah tidak terbatas. Linguistik transformasional
menurut Arnawa (2008) memiliki dikotomi yang merupakan impelementasi dari sifat bahasa
yang produktif dan kreatif, yaitu competence dan performance, deep structure dan surface
structure. Meskipun telah digunakan secara luas dalam penelitian linguistik, penerapan
linguistik generatif transformasional dalam pengajaran kalimat di tingkat pendidikan dasar
masih terbatas. Siswa sekolah dasar seringkali menghadapi tantangan dalam memahami dan
memproduksi kalimat yang benar secara gramatikal. Metode pengajaran yang kurang menarik
dan kurang sesuai dengan pemahaman siswa tentang tata bahasa dapat menjadi hambatan
dalam pengembangan kemampuan bahasa mereka di tingkat dasar.
Penelitian kognitif menunjukkan bahwa pembelajar bahasa kedua (anak-anak sekolah
dasar) memiliki kemampuan untuk menginternalisasi struktur bahasa dan pola-pola sintaktis
(Brown, 1941: 74). Menurut teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget, kemampuan
berbahasa anak sekolah dasar dapat dikalisifikasi menjadi tahap preoperasional (siswa kelas
satu dan dua), tahapan konkret operasional (siswa kelas tiga dan empat), dan tahapan formal
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
229
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
operasional (siswa kelas lima dan enam). Oleh karena itu, diperlukan metode pengajaran yang
dapat mengakomodasi perkembangan kognitif mereka. Pendekatan linguistik generatif
transformasional dapat menjadi pendekatan yang tepat untuk memberikan dasar konseptual
yang kuat. Pendidikan awal yang baik dalam tata bahasa membentuk dasar yang kuat untuk
kemampuan berbahasa yang lebih kompleks di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk
memastikan bahwa metode pengajaran di sekolah dasar tidak hanya mengejar pemahaman tata
bahasa secara formal tetapi juga memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif tentang
struktur kalimat. Linguistik generatif transformasional menawarkan variasi dalam pengajaran
pengembangan kalimat bagi siswa sekolah dasar. Linguistik generatif transformasional
menurut Arnawa (2008) memiliki prinsip kerja analitik, seperti (1) tata bahasa ini dapat
mengungkapkan sebanyak mungkin kalimat dengan berpijak pada data empiris. (2) Tata
bahasa generatif dapat merumuskan kaidah yang memunculkan kalimat dengan jumlah yang
tidak terbatas. (3) Sistem kaidah bahasa dapat dianlisis secara komprehensif pada masing-
masing komponen sehingga menghasilkan kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis. (4)
Setiap bahasa memiliki struktur dalam (deep structure) dan struktur permukaan (surface
structure).
Linguistik generatif transformasional menawarkan pemanfataan teori konseptual yang
dapat membantu siswa memahami bagaimana kalimat dihasilkan melalui transformasi
struktural (Suhardi, 2017). Dengan memperkenalkan konsep ini secara kontekstual dan
menarik, diharapkan siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
tata bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi pendekatan linguistik
generatif transformasional dalam pengajaran pengembangan kalimat pada siswa sekolah dasar.
Dengan fokus pada interaktivitas, keterlibatan siswa, dan penggunaan konteks yang relevan
dengan kehidupan mereka, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan dasar untuk
pengembangan metode pengajaran bahasa yang lebih efektif di tingkat ini.
Pengajaran kalimat melalui pendekatan linguistik generatif transformasional dapat
dilakukan dengan insersi muatan lokal. Pemanfaatan muatan lokal sekitar siswa merupakan
strategi pengajaran yang dapat membuat pembelajaran lebih relevan, bermakna, dan terhubung
dengan lingkungan sehari-hari siswa. Lingkungan sekitar siswa, termasuk sekolah dan
lingkungan lokal, adalah sumber daya potensial yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengajaran kalimat. Pengajaran kalimat berbasis muatan lokal dapat memberikan kontribusi
pada pemahaman dan penerapan tata bahasa sesuai dengan kurikulum. Integrasi konteks
lingkungan lokal dalam pengajaran kalimat tidak hanya memenuhi standar kurikulum tetapi
juga dapat membentuk dasar pengembangan keterampilan bahasa yang lebih luas.
Pentingnya pengajaran yang relevan dengan konteks siswa, dapat semakin meningkatkan
motivasi dan minat dalam pembelajaran bahasa. Mengaitkan pembelajaran kalimat dengan
muatan lokal sekitar siswa dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan
bermakna. Muatan lokal sekitar siswa, seperti cerita rakyat, tarian, lagu daerah, tradisi,
kebudayaan, atau lingkungan lokal, adalah sumber daya yang dapat digunakan untuk
memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Menggunakan sumber daya ini sebagai alat
pembelajaran dapat membantu siswa mengidentifikasi dan membuat kalimat secara
kontekstual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efektivitas pengajaran kalimat dengan
pendekatan linguistik generatif transformasional berbasis muatan lokal pada siswa sekolah
dasar. Dengan fokus pada penerapan konsep tata bahasa dalam konteks lingkungan sekitar,
diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru tentang strategi pengajaran
yang dapat meningkatkan pemahaman dan motivasi siswa dalam mempelajari kalimat. Dengan
melibatkan muatan lokal sebagai komponen integral dalam pengajaran kalimat, diharapkan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
230
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan metode pengajaran bahasa
yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa sekolah dasar.
Penelitian sejenis tentang penerapan pendekatan linguistik generatif transformasional
pernah dilakukan oleh Basit & Umah (2019) Aplikasi Teori Generatif-Transformasi dalam
Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Nurussalam Krapyak Yogyakarta
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Arab tidak mesti dilakukan latihan
intensif kemampuan berbahasa adalah proses kreatif, maka pembelajar harus diberikan
kesempatan yang luas untuk mengkreasi ujaranujaran dalam situasi komunikatif yang
sebenarnya. Resita (2013) dengan judul penelitian Kalimat Tunggal Bahasa Indonesia:
Analisis Transformasi Generatif menyatakan bahwa kalimat tunggal dalam Bahasa Indonesia
dapat bertransformasi dengan bentuk yang beragam. Ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia
memiliki variasi yang cukup kompleks. Wahyudi, dkk (2021) dengan judul Proses
Transformasi Kalimat dalam Buku Bacaan Anak Kelas Tinggi menunjukkan bahwa buku
bacaan anak Sarabba untuk Bapak karya Yunita Candra Sari ditemukan data sebanyak 35 data
berupa kata dan kalimat yang telah mengalami transformasi. Terdapat transformasi jenis
penambahan konjungsi, transformasi penambahan tanya, transformasi penambahan perintah,
transformasi negatif, transformasi penggabung. Niswah (2023) dengan judul Aplikasi Teori
Generatif-Transformasi dalam Pembelajaran Nahwu di Pondok Pesantren Al-Hikmah Al-
Fathimiyyah Malang menunjukkan bahwa teori transformatif generatif yang sejatinya
membicarakan perihal kaidah dan tata bahasa dapat diimplementasikan dalam pembelajaran
tata bahasa Arab.
Berdasarkan beberapa penelitian sejenis di atas, dapat dibandingkan bahwa penelitian ini
memiliki unsur novelty, yakni pendekatan linguistik generatif transformasional belum banyak
digunakan dalam pembelajaran analisis kalimat dalam bahasa Indonesia. Pendekatan tata
bahasa generatif transformasional sangat relevan diterapkan dalam pembelajaran kalimat di
sekolah dasar. Penerapan pendekatan ini memberikan peluang kepada pembelajar bahasa di
sekolah dasar untuk aktif dan kreatif memproduksi kalimat berdasarkan proses transformasi.
Ironisnya, pendekatan ini sebagian besar digunakan dalam pembelajaran bahasa asing, seperti
pembelajaran bahasa Arab. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini layak dilakukan untuk
memberikan referensi dan panduan teoretis bagi guru-guru bahasa Indonesia, terutama jenjang
sekolah dasar untuk menerapkan pendekatan linguistik generatif transformasional dalam
pembelajaran analisis kalimat.
2. Metode
Penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian kepustakaan. Penelitian jenis ini
merupakan salah satu penelitian kualitatif yang lebih mengutamakan analisis filosofis daripada
pengujian secara empiris (Muhadjir, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk menggali
pengetahuan konseptual tentang pemilihan teori linguistik yang tepat digunakan sebagai
variasi pengajaran pengembangan kalimat bagi siswa sekolah dasar. Dokumen-dokumen,
seperti literature berbagai pendekatan linguistik, dokumen kurikulum bahasa Indonesia 2013
maupun kurikulum Merdeka Belajar, dan silabus pelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar
merupakan sumber data primer dalam penelitian ini. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa di
dalam penelitian library research ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara lain
transferability, dependablity, dan konfirmability. Untuk memenuhi kriteria yang disebutkan
Sugiyono (2012) tersebut, dilakukan triangulasi sumber data melalui wawancara informan
kunci, yaitu guru bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Hasil pengkajian
diproyeksikan sebagai sumber rujukan mengembangkan pendekatan pengajaran bahasa yang
lebih menumbuhkembangkan daya kreativitas berbahasa, terutama penggunaan kalimat.
Diharapkan pengajaran bahasa terutama analisis kalimat menggunakan pendekatan linguistik
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
231
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
generatif transformasional memberikan peluang kepada siswa untuk lebih kreatif, ekspresif,
dan inovatif memproduksi kalimat. Selain itu, penelitian ini dapat menambah wawasan
pengajar bahasa Indonesia dengan menitikberatkan pada potensi siswa sebagai manusia yang
mampu meproduksi kalimat dengan jumlah tidak terbatas. Dengan demikian, pengajaran
bahasa tidak hanya berkubang pada tataran tata bahasa struktural saja.
3. Hasil dan Pembahasan
Pengajaran bahasa berdasarkan pemanfaatan tata bahasa generatif transformasional
merupakan salah konsep pengajaran bahasa yang mengacu pada aspek-aspek pokok seperti
aspek kreativitas bahasa, distingtif bahasa, dan pembawaan (innate) yang melandasi dasar
analisisnya yang tidak dimiliki oleh konsep linguistik lainnya. Aspek kreativitas bahasa adalah
kemampuan pemakai bahasa untuk mengahasilkan, mengucapkan, dan memahami kalimat-
kalimat yang belum pernah didengar. Chomsky (1965) menyatakan bahwa aspek kreativitas
bahasa dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu competence dan performance manusia dalam
berbahasa. Competence adalah kemampuan pemakai bahasa untuk menghasilkan dan
memahami kalimat-kalimat yang benar dan berdasarkan tata bahasa, sedang performance
adalah ucapan-ucapan yang pernah atau akan dihasilkan oleh pemakai bahasa yang disebut
pula bentuk konkretnya (Chomsky, 1965: 4). Aspek distingtif bahasa menurut Samsuri (dalam
Suhardi, 2017) yaitu kemampuan pemakai bahasa untuk dapat membedakan ujaran-ujaran
yang merupakan kalimat-kalimat bahasanya dan ujaran kalimat yang bukan bahasanya.
Chomsky menyatakan bahwa manusia dikodratkan memiliki kemampuan pembawaan yang
memungkinkan manusia mampu membuat dan memeproduksi kalimat-kalimat baru yang
belum pernah didengar atau diucapkan.
Gramatika generatif merupakan inti dari tata bahasa generatif-transformasional.
Gramatika ini dirancang untuk menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa tertentu dengan
dua komponen utama, yaitu komponen pembentuk dan transformasional. Komponen
pembentuk (phrase structure grammar): menunjukkan struktur dasar kalimat. Sedangkan,
komponen transformasional: menunjukkan aturan-aturan yang menghasilkan variasi kalimat
melalui transformasi. Chomsky membedakan antara kalimat dasar (deep structure) dan
kalimat terbentuk (surface structure). Kalimat dasar mencakup makna dasar kalimat,
sementara kalimat terbentuk adalah hasil dari transformasi struktur dasar. Pada tataran
sintaksis pengajaran bahasa dengan pendekatan tata bahasa generatif transformasional
memungkinkan pembelajar melakukan perubahan struktur kalimat dari bentuk satu menjadi
bentuk lain tanpa mengubah maknanya. Transformasi dapat digunakan untuk menghasilkan
variasi kalimat dan menyederhanakan struktur kalimat.
3.1 Implementasi Pengajaran Kalimat Berdasarkan Pemanfaatan Tata Bahasa
Generatif Transformasional pada Siswa Sekolah Dasar
Berdasarkan studi empirik, siswa jenjang sekolah dasar memiliki tingkat kemampuan
pengusaan kalimat yang dapat diamati sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif. Menurut
Jean Piaget ada tiga tahapan perkembangan kognitif anak yang memengaruhi tingkat
penguasaan kalimatnya, yaitu tahapan preoperasional, tahapan konkret operasional, dan
tahapan formal operasioanl. Tahapan preoperasional (siswa kelas satu dan dua) mulai
mengenal kalimat sederhana dengan struktur dasar kalimat, seperti subjek dan predikat
berdasarkan lingkungan sekitar. Siswa juga mulai memahami dasar-dasar waktu (masa lalu,
masa kini, masa depan). Tahapan konkret operasional (siswa kelas tiga dan empat), mulai
mengembangkan kosakata mereka untuk merinci dan memperkaya kalimat. Penggunaan kata-
kata yang lebih spesifik dan beragam. Siswa mulai membuat kalimat yang lebih kompleks
dengan menambahkan klausa atau frasa. Pemahaman struktur kalimat yang lebih rumit.
Tahapan formal operasional (siswa kelas lima dan enam), kemampuan ini memungkinkan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
232
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
mereka untuk mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuan lebih lanjut dengan cara yang
lebih kompleks. Dalam konteks bahasa, ini dapat tercermin dalam kemampuan mereka untuk
menguasai bahasa dengan struktur sintaksis dan semantik yang lebih kompleks, serta untuk
mengungkapkan ide dan gagasan yang lebih abstrak. Siswa mulai dapat mengenali dan
menggunakan frasa dan klausa dalam kalimat mereka. Pemahaman tentang struktur kalimat
yang semakin mendalam. Siswa dapat menganalisis kalimat-kalimat yang kompleks,
mengidentifikasi unsur-unsur tata bahasa. Pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep
tata bahasa.
Implementasi pengajaran analisis kalimat berdasarkan pendekatan linguistik generatif
transformasional pada siswa sekolah dasar memerlukan langkah-langkah penerapan yang
sesuai dengan tingkat pengembangan kognitif dan kemampuan bahasa siswa di jenjang ini.
Berikut adalah tahapan implementasi yang dapat dilakukan untuk siswa sekolah dasar:
Tahapan pengenalan konsep dasar, dapat dilakukan melalui dua hal, yaitu (1) pengenalan
ide dasar gramatika generatif dan (2) perkenalan kalimat dasar dan kalimat terbentuk. Pada
tahapan (1) pengenalan ide dasar gramatika generatif dimulai dengan penjelasan gambaran
umum tentang bagaimana kalimat dibentuk dan dianalisis menggunakan pendekatan generatif
transformasional. Guru dapat menggunakan contoh kalimat sederhana dan ilustrasi untuk
menanamkan konsep. Tahapan (2) perkenalan kalimat dasar dan kalimat terbentuk dapat
dilakukan dengan memperkenalkan kepada siswa tentang konsep kalimat dasar dan kalimat
terbentuk. Guru dapat menggunakan contoh yang relevan dan aktivitas interaktif untuk
membantu siswa memahami perbedaan antara kalimat dasar dan kalimat terbentuk.
Tahapan pemahaman struktur dasar kalimat dapat dilakukan dengan mengajak siswa
menganalisis struktur kalimat sederhana dengan mengidentifikasi subjek, predikat, dan objek.
Menggunakan kalimat-kalimat yang terkait dengan muatan lokal sekitar siswa baik tentang
seni tari, seni musik tradisional, tradisi, maupun budaya. Guru dapat menggunakan cerita
naratif untuk memperkenalkan konsep operasi kalimat. Siswa dapat melakukan perpindahan
elemen dalam kalimat untuk menggambarkan transformasi struktural.
Tahapan pemahaman transformasi sintaksis dilakukan dengan dua hal, yaitu (1) penerapan
transformasi pasif dengan aktivitas bermain peran dan (2) 5W+1H -Movement melalui
pertanyaan dan diskusi kelompok. Pada langkah (1) penerapan transformasi pasif dengan
aktivitas bermain peran dapat dilakukan dengan strategi permainan peran untuk mengajarkan
transformasi pasif suatu kalimat kepada siswa. Siswa dapat berperan sebagai elemen dalam
kalimat dan mengalami proses transformasi. Tahapan (2) 5W+1H-movement (fenomena dalam
tata bahasa yang melibatkan perpindahan unsur kata tanya (interrogative pronoun) atau kata
tanya terkait (interrogative phrase) dari posisi asalnya ke posisi awal atau tertentu dalam
kalimat) melalui pertanyaan dan diskusi kelompok dilakukan dengan mengajak siswa
membentuk pertanyaan dari kalimat pernyataan menggunakan 5W+1H. Diskusi kelompok
untuk menerapkan konsep 5W+1H-movement dalam konteks sehari-hari.
Tahapan penerapan kalimat kompleks dilakukan dengan meningkatkan kompleksitas
kemampuan penguasaan kalimat dengan memperkenalkan frasa dan klausa. Siswa berlatih
menganalisis dan merangkai kalimat yang melibatkan struktur hierarkis. Guru dapat
merangkaikan kegiatan dengan kreatif seperti menulis cerita atau membuat skenario
menggunakan preposing dan postposing. Pada tahapan ini guru membantu siswa memahami
perubahan dalam arti kalimat akibat proses transformasi.
Tahapan latihan transformasi dan studi kasus dilakukan dengan memberikan latihan-
latihan dan studi kasus yang melibatkan transformasi kalimat yang diperoleh dari lingkungan
sekitar siswa. Guru memberikan pendampingan saat siswa berlatih menerapkan konsep-konsep
yang telah dipelajari. Selanjutnya, pembelajaran diarahkan dengan diskusi kelompok untuk
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
233
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
berbagi solusi dan strategi penerapan transformasi kalimat. Guru memberikan umpan balik
konstruktif dan menjawab pertanyaan siswa.
Tahapan penulisan dengan transformasi dilakukan dengan memberikan tugas kepada
siswa menulis yang melibatkan transformasi kalimat yang diperoleh melalui proses observasi
lingkungan terdekat. Guru memberdayakan dukungan individual dan kelompok untuk
memastikan pemahaman siswa terhadap proses transformasi kalimat dengan benar. Guru dan
siswa bersama-sama melakukan proses peer review untuk membantu siswa memperbaiki dan
memahami solusi lainnya. Koreksi bersama-sama dilakukan dengan efektif untuk menjelaskan
kesalahan umum dan memperkuat pemahaman terkait proses konsep transformasional suatu
kalimat.
Tahapan evaluasi dan refleksi dilakukan dengan tugas proyek akhir yang melibatkan
analisis kalimat dan transformasi sintaksis. Menilai pemahaman dan penerapan konsep secara
menyeluruh yang dilakukan oleh siswa. Tahapan terakhir, yaitu siswa merefleksikan
pengalaman mereka dalam mengikuti pelajaran.
3.2 Penerapan Jenis Transformasi dalam Pengajaran Kalimat pada Siswa Sekolah
Dasar
Tipe-tipe transformasi dalam bahasa Indonesia menurut Samsuri (1978: 288), digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu transformasi tunggal ialah transformasi yang didasari oleh sebuah
penanda frase (gatra), transformasi gabungan ialah apabila terdapat dua penanda frase atau
lebih yang setara sebagai dasarnya yang dipetakan menjadi sebuah struktur luar dengan
operator-operator gabungan, dan transformasi rapatan ialah apabila sebuah penanda frase
sebagai struktur paduan (SP) dirapatkan ke dalam penanda frase lain yang berlaku sebagai
struktur matriks (SM). Khusus transformasi gabungan dan transformasi rapatan memiliki
konsep yang sama sehingga dikelompokkan menjadi satu payung dengan istilah transformasi
ganda. Berdasarkan pandangan Samsuri (1978) tersebut maka penerapan jenis transformasi
dalam pembelajaran analisis kalimat di sekolah dasar dapat diklasifikasikan menjadi dua garis
besar, yaitu pembelajaran transformasi tunggal dan transformasi gabungan/ ganda.
Pembelajaran kalimat dengan menggunakan pendekatan tata bahasa generatif transformasional
memberikan peluang kepada siswa sekolah dasar untuk lebih kreatif memproduksi kalimat
dengan berbagai jenis transformasinya. Selain itu, penerapan pendekatan ini dapat
memperkaya pembendaharaan kalimat siswa baik pada tataran kalimat tunggal maupun
kalimat ganda/ majemuk.
1) Transformasi Kalimat Tunggal
Konsep transformasi kalimat tunggal melibatkan perubahan struktur atau bentuk
kalimat asli tanpa mengubah maknanya secara mendasar. Transformasi ini dapat
membantu dalam menyajikan informasi dengan cara yang berbeda, meningkatkan variasi
ekspresi, dan memperdalam pemahaman tata bahasa. Berikut adalah beberapa konsep
dasar dalam transformasi kalimat tunggal:
a. Transformasi Tunggal Permutasian
Transformasi tunggal permutasian adalah suatu metode untuk mengubah urutan dari
suatu kata atau frase dengan cara menukar/ mengubah posisi strukturnya. Berikut adalah
beberapa contoh kalimat transformasi tunggal permutasian:
Kalimat awal: Tarian Barong itu sangat bagus.
Transformasi tunggal permutasian: Sangat bagus tarian barong itu.
b. Transformasi Tunggal Penambahan
Transformasi tunggal penambahan melibatkan penyisipan atau penambahan kata atau
frasa ke dalam kalimat tanpa mengubah struktur. Berikut adalah beberapa contoh kalimat
dengan transformasi tunggal penambahan:
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
234
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
Kalimat awal: Tirta suka membaca buku di perpustakaan.
Transformasi tunggal penambahan: Tirta suka membaca buku fiksi di
perpustakaan.
c. Transformasi Tunggal Penggantian
Transformasi tunggal penggantian melibatkan penggantian satu kata atau frasa
dengan kata atau frasa lain dalam suatu kalimat tanpa mengubah struktur kalimat secara
keseluruhan. Berikut adalah beberapa contoh kalimat dengan transformasi tunggal
penggantian:
Kalimat awal: Juniari menyayi lagu Bungan Sandat.
Transformasi tunggal penggantian: Juniari menyayi lagu daerah Bali.
d. Transformasi Tunggal Penghilangan
Transformasi tunggal penghilangan melibatkan penghapusan atau penghilangan kata
atau frasa atau unsur-unsur dari suatu kalimat. Berikut adalah beberapa contoh kalimat
dengan transformasi tunggal penghilangan:
Kalimat awal: Saya berpidato bahasa Bali.
Transformasi tunggal penghilangan: “Saya berpidato.”
e. Transformasi Aktif Menjadi Pasif:
Mengubah kalimat aktif ke kalimat pasif dengan memindahkan fokus dari pelaku aksi
(subjek) ke objek atau penerima aksi.
Contoh:
Aktif: “Niken membaca aksara Bali itu.”
Pasif: “Aksara Bali itu dibaca oleh Niken.”
f. Transformasi Pasif Menjadi Aktif:
Mengubah kalimat pasif ke kalimat aktif dengan menyesuaikan struktur untuk
menonjolkan pelaku aksi.
Contoh:
Pasif: “Gambelan itu dimainkan oleh Lingga.”
Aktif: “Lingga memainkan gambelan itu.”
g. Transformasi Pertanyaan:
Mengubah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan dengan penambahan kata
tanya seperti “apakah.”
Contoh:
Pernyataan: “Mereka akan pergi ke Pura.”
Pertanyaan: “Apakah mereka akan pergi ke Pura?”
h. Transformasi Pertanyaan (siapa):
Mengubah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan dengan memindahkan kata
tanya ke posisi awal klausa “siapa.”
Contoh:
Pernyataan: “Komang Bagus memberikan bunga cempaka kepada siapa?”
Pertanyaan: “Siapa yang diberikan bunga cempaka oleh Komang Bagus?”
i. Transformasi Kalimat Negatif:
Mengubah kalimat afirmatif menjadi kalimat negatif dengan menambahkan kata
“tidak.”
Contoh:
Afirmatif: “Saya suka pelajaran menari.”
Negatif: “Saya tidak suka pelajaran menari.”
j. Transformasi Kalimat Sebab-Akibat:
Mengubah kalimat sebab-akibat dengan memanipulasi urutan frasa untuk
menonjolkan hubungan sebab-akibat.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
235
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
Contoh:
Pernyataan: “Karena hujan, kami membatalkan menari barong.”
Sebab-Akibat: “Kami membatalkan menari barong karena hujan.”
k. Transformasi Kalimat Bersyarat:
Mengubah kalimat menjadi kalimat bersyarat dengan menambahkan klausa
kondisional.
Contoh:
Pernyataan: “Jika Komang memiliki waktu, Komang akan membantu.”
Bersyarat: “Komang akan membantu jika Komang memiliki waktu.”
l. Transformasi Kalimat Kondisional:
Mengubah kalimat menjadi kalimat kondisional dengan menyusun klausa
kondisional.
Contoh:
Pernyataan: "Jika Pak Agung datang, kita akan latihan menari."
Kondisional: "Kita akan latihan menari jika Pak Agung datang."
m. Transformasi Kalimat Afirmatif Menjadi Kalimat Negatif:
Mengubah kalimat afirmatif menjadi kalimat negatif dengan menyusun kembali
struktur.
Contoh:
Afirmatif: "Saya sudah membaca buku itu."
Negatif: "Saya belum membaca buku itu."
n. Transformasi Kalimat Aktif Menjadi Kalimat Pasif (Modal Verbs):
Mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dengan mempertahankan modal verbs.
Contoh:
Aktif: "Mereka harus menyanyikan lagu nasional itu."
Pasif: "Lagu nasional itu harus dinyanyikan oleh mereka."
o. Transformasi Kalimat Interogatif Menjadi Kalimat Deklaratif:
Mengubah kalimat interogatif menjadi kalimat deklaratif dengan menghilangkan
unsur pertanyaan.
Contoh:
Interogatif: "Apakah kamu tahu jawabannya?"
Deklaratif: "Kamu tahu jawabannya."
p. Transformasi Kalimat Deklaratif Menjadi Kalimat Interogatif:
Mengubah kalimat deklaratif menjadi kalimat interogatif dengan menambahkan unsur
pertanyaan.
Contoh:
Deklaratif: "Kamu suka calonarang."
Interogatif: "Apakah kamu suka calonanarang?
2) Transformasi Kalimat Gabungan/Ganda
Transformasi gabungan merujuk pada proses menggabungkan dua atau lebih kalimat
atau frasa menjadi satu kesatuan kalimat dengan mengubah struktur atau bentuknya.
Transformasi ini berguna untuk menyusun informasi dengan cara yang lebih efisien dan
terorganisir. Transformasi gabungan memungkinkan siswa sekolah dasar untuk
menyampaikan informasi dengan cara yang lebih terstruktur dan jelas, menciptakan
hubungan antara berbagai unsur dalam kalimat. Berikut adalah beberapa konsep
transformasi gabungan yang umum:
a. Transformasi Gabungan Kesejajaran
Transformasi kesejajaran adalah proses mengubah atau menggabungkan kalimat atau
frasa sehingga memiliki susunan atau struktur yang sejajar atau seimbang secara sintaktis.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
236
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
Tujuan utama dari transformasi kesejajaran adalah mencapai keseimbangan dalam
ekspresi atau penyampaian informasi.
Contoh:
Kalimat 1: Surya pintar memainkan gambelan.
Kalimat 2: Surya pintar memainkan angklung.
Kalimat Transformasi: Surya pintar memainkan gambelan dan angklung.
b. Transformasi Gabungan Pemilihan
Transformasi gabungan pemilihan adalah suatu bentuk penggabungan dua atau lebih
kalimat atau frasa yang menekankan pada pemilihan atau alternatif. Transformasi ini
digunakan untuk menyampaikan informasi dengan cara yang lebih padu dan efektif.
Transformasi jenis ini dapat direalisasikan dengan menggunakan atau untuk
menghubungkan dua atau lebih kalimat atau frase.
Contoh:
Kalimat 1: De Gus membuat wayang.
Kalimat 2: De Gus menari kecak.
Kalimat Transformasi: De Gus membuat wayang atau menari kecak.
c. Transformasi Gabungan Perlawanan
Transformasi gabungan perlawanan atau kontras adalah suatu bentuk penggabungan
dua atau lebih kalimat atau frasa yang menekankan pada perlawanan, perbedaan, atau
kontras antara dua elemen atau gagasan. Transformasi ini digunakan untuk menyajikan
perbedaan atau konflik dengan cara yang terorganisir dan jelas. Transformasi ini ditandai
dengan penggunaan konjungsi tetapi dan melainkan. Berikut adalah beberapa konsep
dalam transformasi gabungan perlawanan atau kontras:
Contoh:
Kalimat 1: Andika tidak latihan megambel.
Kalimat 2: Andika bermain futsal.
Kalimat Transformasi: Andika tidak latihan megambel, melainkan bermain
futsal.
d. Transformasi Kalimat Gabungan Kondisional
Transformasi gabungan kondisional adalah suatu bentuk penggabungan dua atau
lebih kalimat atau frasa yang menekankan pada hubungan kondisional atau syarat.
Transformasi ini digunakan untuk menyajikan informasi dengan cara yang terstruktur
berdasarkan kondisi atau syarat tertentu.
Contoh:
Kalimat 1: Putu juara lomba menari.
Kalimat 2: Putu rajin berlatih.
Kalimat Transformasi: Putu juara lomba menari jika rajin berlatih.
e. Transformasi Kalimat Gabungan Kausal:
Transformasi gabungan kausalitas adalah suatu bentuk penggabungan dua atau lebih
kalimat atau frasa yang menekankan pada hubungan sebab-akibat atau kausalitas antara
peristiwa atau ide. Transformasi ini digunakan untuk menyusun informasi dengan cara
yang terstruktur berdasarkan hubungan sebab-akibat yang jelas.
Contoh:
Kalimat 1: "Penari tetap di dalam wantilan.”
Kalimat 2: "." Angin bertiup kencang.”
Kalimat Transformasi: Penari tetap di dalam wantilan karena angin bertiup
kencang.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
237
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
f. Transformasi Kalimat Gabungan Berparalelisme:
Transformasi gabungan berparalelisme melibatkan penggabungan dua atau lebih
kalimat atau frasa dengan menyusun unsur-unsur yang serupa secara paralel. Paralelisme
diterapkan untuk memberikan keseimbangan dan kejelasan dalam penyampaian informasi.
Transformasi gabungan berparalelisme membantu menciptakan kalimat yang lebih efektif
dan mudah dipahami dengan menyusun unsur-unsur yang serupa secara seimbang.
Contoh:
Kalimat 1: Arik membuat banten.
Kalimat 2: Ayah mengolah lawar.
Kalimat Transformasi: Arik membuat banten, sedangkan ayah mengolah lawar.
g. Transformasi Kalimat Gabungan Temporal:
Transformasi gabungan temporal adalah suatu bentuk penggabungan dua atau lebih
kalimat atau frasa yang menekankan pada hubungan waktu atau urutan peristiwa.
Transformasi ini digunakan untuk menyusun informasi dalam satu kalimat dengan cara
yang terstruktur secara temporal atau kronologis. Berikut adalah beberapa konsep dalam
transformasi gabungan temporal:
Contoh:
Kalimat 1: Arista telah pandai menari.
Kalimat 2: Arista berumur tujuh tahun.
Kalimat Transformasi: Arista telah pandai menari ketika berumur tujuh tahun.
h. Transformasi Gabungan Kehendak:
Transformasi gabungan kehendak melibatkan penggabungan dua atau lebih kalimat
atau frasa yang menekankan pada ekspresi keinginan, niat, atau hasrat. Transformasi ini
digunakan untuk menyusun informasi dengan cara yang terstruktur berdasarkan keinginan
atau kehendak tertentu. Proses penggabungan mempergunakan penanda gabung
kehendak yang dinyatakan dalam bentuk kata untuk dan guna.
Contoh:
Kalimat 1: Ratih semangat berlatih.
Kalimat 2: Ratih ikut lomba gebongan saat Hari Raya Saraswati.
Kalimat Transformasi: Ratih semangat berlatih untuk ikut lomba gebogan saat
Hari Raya Saraswati.
3.3 Relevansi Muatan Lokal dalam Pengajaran Kalimat pada Siswa Sekolah Dasar
dengan Pemanfaatan Tata Bahasa Generatif Transformasional
Relevansi muatan lokal dalam pengajaran kalimat pada siswa sekolah dasar sangat
penting karena dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan membuat pembelajaran lebih
bermakna. Menggunakan muatan lokal memungkinkan siswa untuk mengaitkan pembelajaran
dengan pengalaman mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Ini menciptakan konteks berarti
yang dapat membantu siswa memahami konsep analisis kalimat dengan lebih baik. Konteks
berarti dalam pembelajaran analisis kalimat berbasis muatan lokal mengacu pada upaya
menyajikan materi pembelajaran dalam konteks yang memiliki relevansi dan signifikansi bagi
siswa. Ini melibatkan pengintegrasian elemen-elemen lokal, seperti budaya, bahasa, cerita,
atau kejadian sehari-hari dalam pembelajaran analisis kalimat (Dwipayana dkk, 2022).
Pemahaman konteks berarti dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
Materi pembelajaran disajikan dalam konteks yang dapat diidentifikasi oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, penggunaan contoh kalimat yang sering digunakan
dalam percakapan sehari-hari atau dalam cerita lokal. Materi pembelajaran mencakup unsur-
unsur budaya lokal, seperti istilah khas, ungkapan tradisional, atau cerita rakyat. Ini membantu
siswa merasa terhubung dengan materi pembelajaran dan merasakan bahwa apa yang mereka
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
238
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
pelajari memiliki relevansi dengan identitas budaya mereka (Dwipayana & Astawan, 2021).
Penggunaan bahasa lokal atau dialek dalam contoh kalimat dapat membantu siswa mengenali
struktur kalimat yang umum digunakan dalam komunikasi sehari-hari mereka. Hal ini dapat
memperkuat keterampilan analisis kalimat dengan merujuk pada bahasa yang akrab bagi
siswa. Selain itu, guru dapat memasukan variasi bahasa lokal untuk membantu siswa
memahami bahwa ada beragam cara berkomunikasi, bahkan dalam konteks bahasa yang sama.
Hal ini dapat memperkaya pemahaman mereka tentang struktur kalimat yang bervariasi.
Siswa di sekolah dasar kecenderungan memiliki beragam latar belakang bahasa.
Memasukkan muatan lokal dapat memperkenalkan siswa pada beragam variasi bahasa yang
digunakan di komunitas mereka. Menyertakan muatan lokal dapat membantu siswa merasa
bangga dengan identitas budaya mereka. Ini membuka peluang untuk menjelajahi dan
menghargai kekayaan bahasa dan budaya lokal. Melibatkan unsur budaya lokal dapat
mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi dan merangsang pemikiran kritis. Mereka
dapat membahas penggunaan bahasa dalam konteks budaya mereka sendiri,
mempertimbangkan variasi dalam ekspresi bahasa, dan menggali implikasi budaya dari
struktur kalimat. Inklusi unsur budaya lokal menciptakan lingkungan pembelajaran yang
inklusif. Siswa merasa diakui dan dihargai karena bahasa dan budaya mereka menjadi bagian
integral dari proses pembelajaran.
4. Kesimpulan
Ada tiga tahapan perkembangan kognitif siswa sekolah dasar yang memengaruhi tingkat
penguasaan kalimatnya, yaitu tahapan preoperasioanl, tahapan konkret operasional, dan
tahapan formal operasioanl. Implementasi pengajaran analisis kalimat berdasarkan pendekatan
linguistik generatif transformasional pada siswa sekolah dasar memerlukan perencanaan yang
sesuai dengan tingkat pengembangan kognitif dan kemampuan bahasa siswa di jenjang ini.
Implementasi tersebut terdiri atas pengenalan ide dasar gramatika generatif, pemahaman
struktur dasar kalimat, pemahaman transformasi sintaksis, latihan transformasi dan studi
kasus.
Pembelajaran kalimat dengan menggunakan pendekatan tata bahasa generatif
transformasional memberikan peluang kepada siswa sekolah dasar untuk lebih kreatif
memproduksi kalimat dengan berbagai jenis transformasinya. Selain itu, penerapan
pendekatan ini dapat memperkaya pembendaharaan kalimat siswa baik pada tataran kalimat
tunggal maupun kalimat ganda/ majemuk. Pembelajaran analisis kalimat dengan pendekatan
linguistif generatif transformasional dapat diinsersikan dengan muatan lokal. Melalui inklusi
unsur budaya lokal dalam pembelajaran analisis kalimat, guru dapat menciptakan pengalaman
belajar yang lebih bermakna, memotivasi siswa, dan memperkaya pemahaman mereka tentang
bahasa dalam konteks budaya yang lebih luas.
5. Daftar Pustaka
Abdul Basit M., & Kholfatul Ummah R. (2019, April 24). Aplikasi Teori Generatif-
Transformasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Nurussalam
Krapyak Yogyakarta. Lisanan Arabiya: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 2(2), 155-171.
https://doi.org/https://doi.org/10.32699/liar.v2i02.648.
Agustina, E.S. (2017). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks: Representasi Kurikulum
2013. Aksara: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18(1), 84 99.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/aksara/article/view/13585/9818 .
Arnawa, Nengah. 2008. Wawasan Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Denpasar: Palawa sari.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 227-239
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
239
I Kadek Adhi Dwipayana et.al (Pemanfaatan linguistik generatif transformasional….)
Brown, H. Douglas. 1941. Principles of Language Learning and Teaching. United States of
America: San Francisco State University.
Cameroon, Lynne. 2002. Teaching Languages and Young Learners. Cambridge: University
Press.
Chomsky, Noam. 1965. Aspect of the Theory of Syntax. Cambridge: The MIT Press
Massachusetts Institute of Technology.
Dewi, Resinta. 2013. Kalimat Tunggal Bahasa Indonesia: Analisis Transformasi Generatif
(Tesis). Program Studi Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin
Makassar. http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/8351/2/resnitadew-976-1-13-resni-
9%201-2.pdf.
Dwipayana, I.K.A. & Astawan, N. 2021. Pengajaran Sastra Berdasarkan Pendekatan
Etnopedagogis Sebagai Alternatif Penguatan Literasi Budaya. Pedalitra: Prosiding
Pedagogi, Linguistik, dan Sastra, 1(1), 284-291.
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/pedalitra/article/view/1541.
Dwipayana, I.K.A., Adnyana, I.M., & Antari, N.L.P.S. 2022. Etnopedagogis Dalam
Pengajaran Sastra Sebagai Alternatif Penguatan Wawasan Kebhinekaan Global.
Pedalitra: Prosiding Pedagogi, Linguistik, dan Sastra, 2(1), 105-110.
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/pedalitra/article/view/2308.
Muhadjir, N. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Samsuri. 1969. Tata bahasa Generatif Tranformasi: Teori Keilmubahasaan yang Baru.
Malang: FKSS IKIP Malang.
Samsuri. 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Siminto. 2013. Pengantar Linguistik. Semarang: Cipta Prima Nusantara.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suhardi. 2017. Dasar-Dasar Tata Bahasa Generatif Transformasional. Yogyakarta: UNY
Press.
Wahyudi, Agus Budi. dkk. 2021. Proses Transformasi Kalimat dalam Buku Bacaan Anak
Kelas Tinggi. KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 5(1), 192-205.
https://doi.org/10.24176/kredo.v5i1.6249.
Yanda, Diyan Permata & Dina Ramadhanti. 2018. Perkembangan Kajian Linguistik: Bidang
Tata Bahasa. Padang: STIKP Sumbar Press.