Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 142-147
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
142
Tammara Anwari Putri et.al (Implementasi manajemen pembelajaran .)
Implementasi manajemen pembelajaran Kelas Inklusi
di SMA Kartini Batam
Tammara Anwari Putri
a,1
, Dian Hidayati
b,2
, Sukirman,
c,3
abc
Fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
1
tammara2107046028@webmail.uad.ac.id;
2
3
*Email: dian.hidayati@mp.uad.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 13 Maret 2023
Direvisi: 16 Juli 2023
Disetujui: 14 Oktober 2023
Tersedia Daring: 1 Januari 2024
SMA Kartini Kota Batam sejak awal pendiriannya merupakan Sekolah umum
yang memberikan layanan akademik kepada kategori siswa umum. Pada
tahun 2012 terdapat siswa yang teridentifikasi berkebutuhan khusus. Sejak
2012 Hingga saat ini SMA Kartini Batam telah menerima siswa
berkebutuhan khusus total sejumlah 9 siswa. Adapun tujuan dari penelitian
ini ialah untuk menganalisis implementasi pendidikan inklusif di SMA
Kartini Batam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, dan
menurut tempatnya penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian
deskriptif yakni penelitian yang menggambarkan keadaan, atau
mendeskripsikan suatu keadaan yang diteliti. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi yang direduksi
kemudian diambil kesimpulan. Proses analisis data dilakukan dengan
analisis kualitatif. Hasil dari penelitian terdapat langkah yang dilakukan oleh
sekolah yaitu melakukan perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan
serta evaluasi yang menyeluruh sehingga peserta didik dapat meningkatkan
hasil pembelajaran dengan baik.
Kata Kunci:
Manajemen pembelajaran
Sekolah inklusi
Siswa inklusi
ABSTRACT
Keywords:
Learning management
Inclusive school
Inclusion student
Since its inception, Kartini High School in Batam City has been a public
school that provides academic services to the general student category. In
2012, some students were identified as having special needs. Since 2012,
Kartini Batam High School has accepted nine students with special needs.
This research aims to analyze the implementation of inclusive education at
SMA Kartini Batam. This research is a descriptive qualitative research, and
according to the place, this research is a field research. Descriptive research
describes a situation or describes a situation under study. Data collection
techniques using observation, interviews, and reduced documentation are
then draw conclusions. The process of data analysis is done by qualitative
analysis. The research results are steps taken by the school, namely
planning, organizing, and implementing, as well as comprehensive
evaluation to improve students learning outcomes.
©2024, Tammara Anwari Putri, Dian Hidayati, Sukirman
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pendidikan inklusif dipandang baik karena selain memanusiakan manusia pendidikan
inklusif yang diterapkan di Indonesia diharapkan mampu memeratakan pendidikan bagi PDBK
di mana ABK tidak harus ke SLB untuk mendapatkan layanan pendidikan dikarenakan jumlah
SLB tidak sebanyak sekolah reguler, sehingga PDBK dapat mencari sekolah terdekat dan
mudah diakses oleh ABK, maka pemerataan pendidikan dan layanan pendidikan bagi seluruh
anak Indonesia dapat terpenuhi. Pendidikan inklusif juga sebagai salah satu bentuk
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 142-147
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
143
Tammara Anwari Putri et.al (Implementasi manajemen pembelajaran .)
perwujudan dari Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak yang
memastikan setiap anak mendapatkan akses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas tanpa
diskriminasi.
Pendidikan inklusi merupakan sebuah upaya reformasi dalam bidang pendidikan.
Sebab, selama ini pendidikan bagi ABK diselenggarakan secara segregasi (pemisah).
Mayoritas Sekolah Menengah Atas hanya menerima siswa dengan kecukupan kualitas fisik
dan non-fisiknya, namun terdapat sekolah khusus yang diperuntukkan bagi siswa yang
mempunyai kebutuhan khusus dikarenakan tidak tercukupinya standar fisik dan non fisik yang
dimilikinya. Sistem pendidikan Indonesia menempatkan kelompok siswa yang dimaksudkan
tersebut dalam lembaga formal Sekolah Luar Biasa atau sering masyarakat menyebutnya
dengan Sekolah Luar Biasa atau SLB.
Dampak dari anak-anak dibeda-bedakan kan adalah mengahambat sosialisasi siswa
inklusif sedangkan siswa inklusif berhak mendapatkan Pendidikan yang layak dan tidak
dibedakan dengan siswa lainnya. Survei awal penulis di lokasi penelitian, SMA Kartini Batam
ditemukan bahwa secara kelembagaan sekolah tersebut bukan kategori Sekolah Luar Biasa
namun terdapat tiga siswa yang terkendala keterbatasan kemampuan menerima materi
pelajaran lebih lambat dari teman sekelasnya. Terkait kondisi di lokasi penelitian tersebut,
kebijakan sekolah dalam memberikan layanan akademik terbaiknya adalah dengan
menyampaikan materi dan muatan pelajaran disesuaikan dengan kapasitas kemampuan siswa
tersebut dalam menerima pelajaran sekolah. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk
menganalisis implementasi pendidikan inklusif di SMA Kartini Batam Alasan peneliti
melakukan penelitian di SMA Kartini Batam disebabkan karena di SMA ini menerima siswa
inklusif tentunya mendapat pengetahuan serta pengalaman lebih dari Sekolah lain, hal inilah
yang ingin di teliti oleh peneliti terkait implementasi manajemen pembelajaran inklusif di
SMA Kartini Batam tersebut. Terkait fakta di lokasi penelitian, guna pencapaian target
pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus maka pemerintah telah menetapkan
penyelenggaraan pendidikan inklusi baik secara kelembagaan maupun sekolah umum yang
melayani aktivitas akademik kepada siswa berkebutuhan khusus. Landasan filosofis, yuridis
dan empiris Kementrian Pendidikan Nasional tercermin dari tidak adanya diskriminasi dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan termasuk terhadap siswa berkebutuhan khusus.
Sedangkan dasar hukum penyelenggaraan sekolah inklusi didasarkan pada UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 49: Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh Pendidikan.
Penelitian yang relevan permah di tulis oleh Anggia Ayu Sebrina & Dadang Sukirman
dari Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2018 dalam Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan
yang berjudul Implementasi Kurikulum Pada Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif .
Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah penulis mengarah pada
implementasi manajemen pembelajaran kelas inklusif DI SMA. Saat melakukakan
pengamatan pertama terkait sekolah tersebut adalah sekolah umum yang menerima siswa
berkebutuhan khusus. Penulis ingin mengetahui pengelolaan manajemen pembelajaran untuk
beberapa anak inklusif di sekolah tersebut.
2. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, dan menurut tempatnya penelitian
ini adalah penelitian lapangan. Penelitian deskriptif yakni penelitian yang menggambarkan
keadaan, atau mendeskripsikan suatu keadaan yang diteliti. (Sugiyono, 2019) Keadaan yang
digambarkan adalah proses pembelajaran anak inklusi di SMA Kartini Kota Batam. Penelitian
ini direncakan untuk mendapatkan kesimpulan komprensif terkait tema dan judul penelitian
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 142-147
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
144
Tammara Anwari Putri et.al (Implementasi manajemen pembelajaran .)
yang telah ditentukan. Kategorisasi sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data
primer dan sekunder. Data primer bersumber dari wawancara, dokumen pembelajaran (RPP,
Silabus dll), dan observasi. Sejumlah data pokok yang diperoleh penulis di lokasi penelitian
dan data sekunder berupa catatan lapangan dan data yang ditemukan penulis secara tidak
direncanakan di lokasi penelitian SMA Kartini Kota Batam. Teknik pengumpulan data adalah
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penellitian adalah
mendapatkan data. Tanpa adanya teknik pengumupulan data, maka peneliti juga ditakutkan
tidak mendapatkan data yang sesuai dengan standar. Pengumpulan data dapat menggunakan
sejumlah teknik, peneliti akan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan uji kredibilitas. Dan uji kredibilitas data
ini akan digunakan dengan triangulasi, yakni triangulasi sumber. Sugiyono dalam bukunya
menjelaskan bahwa triangulasi sumber adalah suatu pengujian kredibilitas dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. (Sugiyono P. D., 2016) Bagan
sebagaimaa terlampir
3. Hasil dan Pembahasan
A. Perencanaan Manajemen Pembelajaran di SMA Kartini Batam
Dari hasil penelitian yang di peroleh tentang proses manajemen pembelajaran kelas
inklusi dapat disimpulkan bahawa perencanaan merupakan upaya pendidik agar menjadi lebih
professional, adanya perencanaan ini akan mendorong pendidik lebih kreatif dalam memilih
cara, strategi, pendekatan, dan metode tertentu agar tepat dengan materi yang akan di pelajari.
Adapun proses perencanaan manajemen pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut
adanya assessment atau identifikasi sebagai proses penyaringan kepada semua siswa yang baru
masuk sekolah yang menunjukkan tanda-tanda berkebutuhan khusus, kemudian menentukan
tujuan pembelajaran, melakukan perencanaan pengelolaan kelas, pengorganisasian bahan
materi, kemudian untuk membantu proses manajemen pembelajaran pada kelas inklusi di
sekolah ini juga mempunyai Kerjasama dengan psikolog Yayasan yang akan datang jika
diperlukan, bahkan psikolog tersebut datang ke sekolah sekolah setiap sebulan sekali.
Dalam proses perencanaan pembelajaran di kelas inklusi ini guru di sekolah ini
melakukan perencanaan terhadap seumber dan media belajar yang akan digunakan di kelas,
misalnya menggunakan aplikasi Quiziz yang sudah di siapkan sebagai aplikasi belaajar siswa.
Kemudian guru mempunyai perencanaan terhadap strategi pembelajaran di kelas yang
menyesuaikan dengan kebutuhan siswanya agar menghindari diskriminatif dalam pelayanan.
Selain itu guru yang mengajar di kedua kelas inklusi tersebut mempunyai perencanaan
prosedur mengajar yang sudah di siapkan dalam bentuk lembar kerja siswa yang beragam
sesuai kebutuhan siswa, jadi untuk siswa inklusi mempunyai lembar kerja khusus. Selain itu
untuk merencanakan penilaian siswa sehari sebelum mengajar guru merencanakan penilaian
untuk program evaluasi yang sudah disesuaikan dengan kurikulum ubtuk siswa inklusi.
Terkait dengan penelitian diatas maka, ( Clark & Yinger, 1998; karweit) dalam (Prof. Dr.
T.G Raturmanan, 2020)mengungkapkan bahwa perencanaan mempengaruhi apa yang akan
dipelajari peserta didik, karena perencanaan mentransformasikan waktu dan materi kulikulum
yang tersedia menjadi kegiatan-kegiatan, pekerjaan-pekerjaan, dan tugas-tugas untuk peserta
didik. Sedangkan, (Stubs, 2002) dalam (Prof. Dr. Munawir Yusuf, 2020) bahwa salah satu
keberhasilan dan keberlangsungan Pendidikan inklusif didasarkan adanya kerangka yang kuat,
Pendidikan inklusif perlu didukung oleh adanya kerangka nilai-nilai, keyakinan, prinsip, dan
indicator keberhasilan . kerangka akan melandasi cara pandang dan kesadaran dalam rangka
mewujudkan Pendidikan yang bermutu dan ramah terhadap semua anak.
B. Pengorganisasian Manajemen Pembelajaran Kelas Inklusif di SMA
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 142-147
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
145
Tammara Anwari Putri et.al (Implementasi manajemen pembelajaran .)
Stoner, freeman dan gilbert, 1995 dalam (Dr. H. Furtasan Ali Yusuf, 2021)
mengungkapkan pengorganisasian merupakan proses manajerial yang berkelanjutan, dengan
mengintergrasikan manusia ke dalam tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai
tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan kegiatan merancang, mengelompokkan,
membagi tugas, mendelegasikan, menetapkan, hubungan kerja dalam mencapai tujuan yang
efisien. Samuel dalam (Winardi, 2017)pengorganisasian merupakan proses dimana ditetapkan
penggunaan teratur, semua sumber daya didalam sistem manajemen yang ada. penggunaan
tersebut menekankan pencapaian sasaran-sasaran sistem manajemen yang bersangkutan, dan ia
bukan saja membantu membuat sasaran-sasaran menjadi jelas tetapi menjelaskan pula sumber
daya sumber daya seperti apa yang dignakan untuk mencapainya.
Dari hasil penelitian yang diperoleh tentang pengorganisasian manajemen pembelajaran
kelas inklusif dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pengorganisasian ini dapat membantu
mengkondisikan pembelajaran siswa terutama di kelas inklusif. pengorganisasian manajemen
pembelajaran ini dapat mendukung proses pengelolaan kelas guna melayani macam-macam
kebutuhan peserta didik secara maksimal. Baik itu pengorganisasian yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru Mapel, Guru BK sangat penting dilakukan agar lebih
efektif dalam menentukan tujuan pembelajaran di kelas. Perbedaan manajemen pembelajaran
kelas inklusi dengan kelas reguler terletak pada implementasi kurikulumnya, penilaian
pembelajaran, pengorganisasian dalam menyiapkan siswa belajar, merencanakan strategi
pendekatan pembelajaran, sumber media yang digunakan, serta standar kenaikan kelasnya.
Tentunya perbedaan yang paling menonjol antara kelas reguler dan inklusi di sekolah ini lebih
menerapkan prinsip welcoming school artinya sekolah ini terbuka untuk siswa inklusi serta
dalam pembelajaran menerapkan nindividual pengajaran artinya siswa saat belajar dengan
topik yang sama , jam pembelajaran yang sama, tempat atau ruang kelas yang sama anak
diberi layananan secara individual walaupun tanpa guru pendamping khusus.
C. Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Kelas Inklusif di SMA Kartini Batam
Proses actuating adalah proses yang utama dalam pelaksanaan rangkaian manajemen
karena dalam proses inilah merupakan inti dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu proses
implementasi. Pada proses pelaksanaan manajemen pembelajaran memiliki proses manajemen
yang cukup baik hanya saja ada beberapa kendala dalam melaksanakan pmebelajaran tersebut
terutama pada guru-guru baru yang memang belum berpengalaman mengajar di kelas inklusi
maka yang dilakukan pihak manajemen kepada guru yang mengajar adalah memberikan
kesempatan untuk berkonsultasi kepada guru BK dan Psikolog Yayasan untuk membantu
kesulitan tersebut. Selain itu temuan lain yang ditemukan peneliti adalah belum adanya
fasilitas penunjang guru dalam melaksankan pembelajaran yaitu perpustakaan khusus yang
bisa digunakan untuk siswa inklusif biasanya di dalam pepustkaan khusus ini ada buku khusus
untuk siswa inklusif, tetapi di sekolah ini belum ada. Selain itu sekolah ini juga belum
mempunyai shadow teacher sebagai guru pendamping khusus siswa inklusif. selama ini guru
pendamping siswa inklusif masih guru BK.
Untuk kurikulum yang digunakan kurikulumnya masih menggunakan kuriklum campuran,
yaitu kurikulum k13 untuk siswa kelas XI dan kurikulum merdeka untuk siswa kelas X. untuk
siswa inklusif pada penerapan kurikulumnya tetap menggunakan kurikulum yang berlaku
tetapapi didukung dengan modifikasi atau penyederhanaan terhadap siswa inklusif. artinya
dalam pelaksanaannya siswa inklusif tidak di tuntut untuk melakukan pembelajaran serratus
persen sesuai capaian kurikulum yang berlaku.
D. Evaluasi Manajemen Pembelajaran Kelas Inklusif di SMA Kartini Batam
Rancangan atau evaluasi hasil belajar siswa senantiasa harus disesuaikan dengan jenis
kurikulum yang digunakan, oleh karena itu instrument pelaksanaan hasil belajar siswa perlu
sisesuaikan dengan karakteristik kurikulum ysng digunakan pulaDari hasil penelitian diperoleh
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 142-147
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
146
Tammara Anwari Putri et.al (Implementasi manajemen pembelajaran .)
bahwa untuk kenaikan kelas di SMA Kartini menggunakan acuan raport umum yaitu
Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Untuk evaluasi pembelajaran seperti Ulangan
Harian , Ujian sekolah, serta ujian lainnya siswa inklusif ini mengikuti peraturan sekolah yang
telah ditetapkan namun untuk pelaksanaan ujiannya siswa siswi ini didampingi oleh guru
tujuannya untuk membantu mendiktekan soal sedangkan untuk ujian praktek mereka tetap
ujian seperti biasa namun untuk penilaiannya sistem penilaian mereka dibedakan antara sistem
penilaian siswa inklusif dengan siswa regular.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Manajemen Pembelajaran kelas
minklusif Di SMA Kartini Batam, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Proses
perencanaan pembelajaran kelas inklusif merupakan dasar sebagai proses pelaksanaan
manajemen pembelajaran kelas inklusif. salah satunya perencanaan dalam manajemen
pembelajaran kelas inklusif adalah adanya assessment saat PPDB.
Manajemen pengorganisasian pembelajaran kelas inklusif dilakukan oleh kepala sekolah,
waka kurikulum, guru mapel dan guru BK. Proses pengorganiasian tersebut antara lain
merancang proses pembelajaran, proses pengorganisasian kelas sebelum belajar diantaranya
memperhatikan kondisi ruangan sebelum belajar seperti kondisi fasilitas kelas yaitu AC,
pencahayaan kelas, kebersihan lingkungan kelas, serta adanya rapat bulanan di sekolah guna
mengetahui perkembangan siswa siswi di sekolah. kemudian terkadang sebagai proses
pengawasan kepada siswa inklusif terkadang pihak manajemen sekolah keliling saat
pembelajaran untuk mengawasi proses pembelajaran siswa inklusif di kelas.
Manajemen pelaksananaan pembelajaran di kelas inklusif pada sekolah tersebut
menggunakan kurikulum 2013 untuk kelas XI dan kurikulum merdeka untuk kelas X hanya
saja pada siswa inklusif dalam proses pembelajarannya di sederhanakan lagi tidak seperti
siswa regular lain. Untuk proses pembelajaran siswa inklusif belum didampingi shadow
teacher, karena di Sekolah tersebut belum ada Shadow teacher, dan belum ada perpustakaan
khusus untuk siswa inklusif. jadi, dalam pelaksanaannya ketika ada keuslitan yang membantu
mendampingi guru mata pelajaran adalah guru BK dan psikolog dari Yayasan yang membantu
datang ke sekolah jika diperlukan.
Manajemen evaluasi pembelajaran kelas inklusif dilaksanakan sesuai kurikulum yang
berlaku, untuk ujian seperti ulangan harian, UTS, Ujian Sekolah siswa siswi didapingi guru
BK dan di bantu oleh guru mata pelajaran untuk mendampingi mereka saat ujian berlangsung
sesuai dengan yang dijadwalkan oleh pihak kurikulum. Sedangkan raport evaluasi hasil
belajar siswa yang digunakan menggunakan raport umum sesuai dengan kurikulum yang
digunakan sekolah.
5. Ucapan Terima Kasih
Alhamdulilah puji syukur kepada Allah swt, karena kehendak dan ridho-Nya penulis
dapat menyelesaikan jurnal ini, kemudian dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih
kepada Keluarga tercinta, Dosen pembimbing jurnal ini yang tak henti mensupport serta
mengingatkan penulis untuk menyelesaikan jurnal ini. Dr. Dian Hidayati, MM. Dr. Sukirman,
M.Pd. Rekan prodi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program Magister Manejemen Pendidikan
UAD semester 2. Sekolah SMA Kartini Batam yang memberikan ruang dan kesempatan yang
luas untuk penulis melakukan penelitian.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 142-147
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
147
Tammara Anwari Putri et.al (Implementasi manajemen pembelajaran .)
6. Daftar Pustaka
Agung Setiawan. 2018. Manajemen Kurikulum Di Sekolah Dasar Dalam Pengembangan
Pendidikan Inklusif. Thesis :Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta:
Jakarta
Anggia Ayu Sebrina & Dadang Sukirma. 2018. Implementasi Kurikulum Pada Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusif . UPI : Bandung
Anjasari , Anggun Dyah. Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi pada jenjang SD, SMP, dan
SMA Kabupaten Sidoarjo.” JPI (Jurnal Pendidikan inklusi) 1, no. 2 (17 Maret
2018):91.https://doi.org/10.26740/inklusi.v1n2.p91-104.
Atmaja, J. R. (2019). Pendidikan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Dr. H. Furtasan Ali Yusuf, S. S. (2021). Manajemen Pendidikan. Depok: PT. Raja Grafindo
Persada.
Faradilla, C. (2013). Penerapan pendidikan inklusif pada pembelajaran taman kanak-kanak
kelompok A.
garnida, d. (2018). pengantar pendidikan inklusif. bandung: refika aditama.
Garnida, D. (2018). pengantar pendidikan inklusif. Bandung: Refika Aditama.
Harjanto, D. (2011). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Indonesia. Permendiknas. Undang-undang nomor 70 Tahun 2009. Tentang penyelenggaraan
Sekolah Inklusif
Indonesia. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Nomor 11
tahun 2011. Tentang perlindungan Anak.
Indonesia. Peraturan Kemendikbut. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal
49
olivia, s. (2017). pendidikan inklusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus di integrasikkan
belajar di sekolah umum. yogyakarta: andi.
Prof. Dr. Munawir Yusuf, M. D. (2020). Cerdas Istimewa di Kelas Inklusi. Jakarta: PT.
Pernada.
Prof. Dr. T.G Raturmanan, M. d. (2020). Perencanaan Pembelajaran. Depok: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sakdiah, F. (2015). Implementasi pendidikan inklusif di sekolah negeri sumbersari , Malang.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, P. D. (2016). Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Sulthon. (2020). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: Raja Grafindo Persada.
Winardi, P. D. (2017). Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Rajawali pers.
yuwono, i. (2017). indikator pendidikan inklusif. banjarmasin: zifatma publisher.
Mahmudah Tahun 2016 dalam Jurnal Ilmiah Manajemen Pembelajaran Kelas Inklusi di SD
Negeri 7 Sidokumpul
Tyas Ratnawati. 2021 . Manajemen Pembelajaran Inklusif di SMPN 36 Jakarta. Thesis:
Universitas Negeri Jakarta: Jakarta
Perencanaan Kepala
Sekolah
Perencanaan Oleh
Kurikulum
Perencanaan Manajemen
Pembelajaran Oleh Guru BK
Pengorganisasian Bahan
Materi
Pengelolaan Kelas
Assesment
Penilaian
Sumber Belajar
Prosedur Pembelajaran
Tujuan Belajar
Tata Tertib
Membuat Perangkat
Pembelajaran
Media Pembelajaran
Panduan Materi Khusus
Menyiapkan Perangkat
Konseling
Faktor Pendukung
Manajemen Oleh Kepala
Sekolah Pembelajaran
Guru
Tanggung Jawab
Faktor Penghambat
Pembelajaran
Kelengkapan
Perangkat
Disiplin Guru
Perencanaan
Pembelajaran
Rapat Bulanan
Konsultasi
Asessment
Proses
Pengorganisasian
Merancang Proses
Pembelajaran
Menjalin Komunikasi
Proses
Pengorganisasian
Belajar Tenang
Tenang
AC, Kipas
Jumlah Siswa
Pencahayaan Kelas
Kebersihan & Keindahan Kelas
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Penurunan Standar
Konsultasi
Support
Pengalaman
Kerjasama yang
Unik
Kurikulum 2013
Kurikulum
Merdeka
Modifikasi
Kerjasama
yang
baik
Semangat
Mengajar
Pelaksanaan
Faktor
Pendukung
Pelaksanaan
Faktor
Penghambat
Shadow Teacher
Sarana Prasarana
Keterbatasan
Pengetahuan
Suasana Hati
Kesiapan
Siswa
Tidak Percaya
Diri
Pengawasan Manajemen.
Pembelajaran Kelas
Pengawasan
ke Kelas
Ke
Pengawasan
CCTV
Konseling
Siswa
Faktor Pendukung
Evaluasi oleh
Kepsek
Faktor Penghambat
Solusi
Guru Mau
diberi
Masukan
Guru Kekeuh
dengan Prinsipnya
Siswa Susah untuk
Kerjasama
Komunikasi yang
Baik
Evaluasi oleh Waka
Kurikulum
Faktor Pendukung
Faktor
Penghambat
Solusi
Komunikasi yang Baik
a. Minat Belajar
b. Tidak ada Motivasi
Belajar
c. Tidak Mengikuti Remedial
d. Kelas Kurang Nyaman
a. Motivasi
b. Pengkondisian Kelas
c. Dispensasi Waktu Lebih
Evaluasi oleh Guru BK
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
Solusi
Komunikasi yang
Baik
Tidak dijadikan
Acuan
a. Memusatkan Perhatian
Siswa
b. Mendampingi Siswa
Ujiabn