Stoner, freeman dan gilbert, 1995 dalam (Dr. H. Furtasan Ali Yusuf, 2021)
mengungkapkan pengorganisasian merupakan proses manajerial yang berkelanjutan, dengan
mengintergrasikan manusia ke dalam tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai
tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan kegiatan merancang, mengelompokkan,
membagi tugas, mendelegasikan, menetapkan, hubungan kerja dalam mencapai tujuan yang
efisien. Samuel dalam (Winardi, 2017)pengorganisasian merupakan proses dimana ditetapkan
penggunaan teratur, semua sumber daya didalam sistem manajemen yang ada. penggunaan
tersebut menekankan pencapaian sasaran-sasaran sistem manajemen yang bersangkutan, dan ia
bukan saja membantu membuat sasaran-sasaran menjadi jelas tetapi menjelaskan pula sumber
daya sumber daya seperti apa yang dignakan untuk mencapainya.
Dari hasil penelitian yang diperoleh tentang pengorganisasian manajemen pembelajaran
kelas inklusif dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pengorganisasian ini dapat membantu
mengkondisikan pembelajaran siswa terutama di kelas inklusif. pengorganisasian manajemen
pembelajaran ini dapat mendukung proses pengelolaan kelas guna melayani macam-macam
kebutuhan peserta didik secara maksimal. Baik itu pengorganisasian yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru Mapel, Guru BK sangat penting dilakukan agar lebih
efektif dalam menentukan tujuan pembelajaran di kelas. Perbedaan manajemen pembelajaran
kelas inklusi dengan kelas reguler terletak pada implementasi kurikulumnya, penilaian
pembelajaran, pengorganisasian dalam menyiapkan siswa belajar, merencanakan strategi
pendekatan pembelajaran, sumber media yang digunakan, serta standar kenaikan kelasnya.
Tentunya perbedaan yang paling menonjol antara kelas reguler dan inklusi di sekolah ini lebih
menerapkan prinsip welcoming school artinya sekolah ini terbuka untuk siswa inklusi serta
dalam pembelajaran menerapkan nindividual pengajaran artinya siswa saat belajar dengan
topik yang sama , jam pembelajaran yang sama, tempat atau ruang kelas yang sama anak
diberi layananan secara individual walaupun tanpa guru pendamping khusus.
C. Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Kelas Inklusif di SMA Kartini Batam
Proses actuating adalah proses yang utama dalam pelaksanaan rangkaian manajemen
karena dalam proses inilah merupakan inti dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu proses
implementasi. Pada proses pelaksanaan manajemen pembelajaran memiliki proses manajemen
yang cukup baik hanya saja ada beberapa kendala dalam melaksanakan pmebelajaran tersebut
terutama pada guru-guru baru yang memang belum berpengalaman mengajar di kelas inklusi
maka yang dilakukan pihak manajemen kepada guru yang mengajar adalah memberikan
kesempatan untuk berkonsultasi kepada guru BK dan Psikolog Yayasan untuk membantu
kesulitan tersebut. Selain itu temuan lain yang ditemukan peneliti adalah belum adanya
fasilitas penunjang guru dalam melaksankan pembelajaran yaitu perpustakaan khusus yang
bisa digunakan untuk siswa inklusif biasanya di dalam pepustkaan khusus ini ada buku khusus
untuk siswa inklusif, tetapi di sekolah ini belum ada. Selain itu sekolah ini juga belum
mempunyai shadow teacher sebagai guru pendamping khusus siswa inklusif. selama ini guru
pendamping siswa inklusif masih guru BK.
Untuk kurikulum yang digunakan kurikulumnya masih menggunakan kuriklum campuran,
yaitu kurikulum k13 untuk siswa kelas XI dan kurikulum merdeka untuk siswa kelas X. untuk
siswa inklusif pada penerapan kurikulumnya tetap menggunakan kurikulum yang berlaku
tetapapi didukung dengan modifikasi atau penyederhanaan terhadap siswa inklusif. artinya
dalam pelaksanaannya siswa inklusif tidak di tuntut untuk melakukan pembelajaran serratus
persen sesuai capaian kurikulum yang berlaku.
D. Evaluasi Manajemen Pembelajaran Kelas Inklusif di SMA Kartini Batam
Rancangan atau evaluasi hasil belajar siswa senantiasa harus disesuaikan dengan jenis
kurikulum yang digunakan, oleh karena itu instrument pelaksanaan hasil belajar siswa perlu
sisesuaikan dengan karakteristik kurikulum ysng digunakan pulaDari hasil penelitian diperoleh