AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1497
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM POLA PEMBINAAN
SANTRI KELAS XI A (PUTRA) MA AL-JAUHAREN DI PONDOK
PESANTREN AL-JAUHAREN KEL. TANJUNG JOHOR
KEC. PELAYANGAN KOTA JAMBI
Pahmi H.
1
, Siti Tiara Maulia
2
, Ekawarna
3
1,2,3
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Universitas Jambi
Jl. Jambi - Muara Bulian No. KM. 15, Mendalo Darat, Kota Jambi
1
2
3
ABSTRAK
Implementasi nilai-nilai Pancasila di Pondok Pesantren harus optimal untuk membentuk santri
yang ideologis, nasionalis, dan agamis, serta mencegah perilaku menyimpang. Ini membantu santri
menjadi mandiri, bertanggung jawab, dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah serta
pengambilan keputusan. Pengaruh besar pengurus dan pembina pondok pesantren memengaruhi
bagaimana santri mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Penelitian di Pondok Pesantren Al-Jauharen
Kota Jambi menggunakan metode data deskriptif kualitatif dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Validitas data diuji menggunakan triangulasi teknik, sumber data, dan waktu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila pada santri kelas XI A Putra di
Pondok Pesantren Al-Jauharen telah dilakukan secara menyeluruh melalui pendidikan formal dan
nonformal. Kendala pembina termasuk lingkungan yang kurang mendukung, karakteristik santri
yang beragam sulit membentuk kesesuaian dengan nilai-nilai Pancasila, dan kurangnya
pemahaman santri terhadap nilai-nilai tersebut.
Kata Kunci: Implementasi,Pancasila, Pembinaan, Pesantren.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
The implementation of Pancasila values in Islamic boarding schools must be optimal to form
ideological, nationalist and religious students, as well as prevent deviant behavior. This helps
students become independent, responsible, and improves problem-solving and decision-making
skills. The great influence of Islamic boarding school administrators and supervisors influences
how students practice the values of Pancasila. Research at the Al-Jauharen Islamic Boarding
School in Jambi City uses qualitative descriptive data methods with observation, interviews and
documentation. The validity of the data was tested using triangulation of techniques, data sources
and time. The results of the research show that the implementation of Pancasila values in class XI
A male students at the Al-Jauharen Islamic Boarding School has been carried out thoroughly
through formal and non-formal education. Coaching obstacles include an unsupportive
environment, the diverse characteristics of the students, making it difficult to conform to the values
of Pancasila, and the students' lack of understanding of these values.
Keywords: Implementation, Pancasila, Development, Islamic Boarding Schools
PENDAHULUAN
Dasar negara, ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila
maka harus ditanamkan dimulai dari sekolah Kelompok Bermain sampai sekolah tingkat
perguruan tinggi, di tiap sekolah Pancasila wajib di kenalkan, di ajarkan, di tanamkan pada
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1498
semua peserta didik dan juga anggota masyarakat. Banyak sekali pengaruhnya bagi peserta
didik di era digital ini, bukan saja pengaruh positif akan tetapi pengaruh negatif juga tidak
dapat kita hindari begitu saja, apalagi peserta didik saat ini rasa keingintahuannya lebih
kuat dari pada peserta didik di tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu di perlukan bentuk
kerjasama yang saling menguntungkan antara pihak sekolah dengan orang tua agar
penyatuan visi, misi dan harapan sekolah serta orang tua ke depannya menjadi generasi
yang patut di banggakan dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun lamanya,
namun terpendam bisu disebabkan oleh masuknya kebudayaan barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak hanya falsafah negara, tetapi juga falsafah bangsa Indonesia
(Soekarno).Pancasila sudah sangat jelas merupakan ideologi bangsa Indonesia yang
terbentuk dari tingkah laku, kebudayaan, dan sejarah masyarakat Indonesia yang telah ada
jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh
moerdiono yakni ideologi adalah a system of ideas, akan mensistematiskan seluruh
pemikiran mengenai kehidupan ini dan melengkapinya dengan sarana serta kebijakan dan
strategi dengan tujuan menyesuaikan keadaan nyata dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam filsafat yang menjadi induknya (Yanah,2020:2).
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam kehidupan santri itu sangat penting karna
nilai-nilai pancasila itu harus ditanamkan didalam diri setiap warga Negara Indonesia, dan
semestinya nilai-nilai itu harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai
Pancasila yang terkandung didalam teks Pancasila memberikan suatu pedoman yang sangat
baik dan apabila dipraktekkan akan membuat kehidupan warga negara Indonesia lebih
bermartabat (Maulia, 2017:48). Namun hanya saja dan faktanya nilai-nilai pancasila ini
semakin terkikis oleh arus globalisasi yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan dampak positif maupun negaif. Pelaksanaan nilai-nilai pancasila semakin
mengalami kemerosotan. Oleh karnanya penulis sangat tertarik untuk mengetahui seberapa
jauh pengetahuan dan pemahaman serta pengamalan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan
sehari-hari dilingkungan pondok pesantren terkhusus pada santri yang sebentar lagi akan
beranjak menuju kedunia perkuliahan ataupun kemasyarakat yakni santri yang berada
dikelas 5 (lima) secara pondok namun secara formal yaitu kelas XI A (Putra) MA
(Madrasah Aliyah). Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman maupun peradaban khususnya anak muda/remaja mampu menjadi
factor hilangnya pengetahuan dan pemahaman serta pengamalan nilai-nilai Pancasila yang
menjadi pondasi beridiologi dalam bernegara. Ditambah dengan statement atau vonis
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1499
masyarakat luas bahwa pendidikan disebagian pondok pesantren itu akan melahirkan
fikiran-fikiran yang radikal, arogan, liberal, dan sampai kepada fikiran yang merusak akan
kesatuan persatuan negara Indonesia. Maka dari itu, hal tersebut yang harus diluruskan
bahwa pada umumnya pendidikan dipondok pesantren itu baik dan terpuji ditambah
pembelajarannya yang khusus mengenai penguatan keagamaan keislamaan dan jelas ajaran
keislaman sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan semua nilai-nilai yang ada di
dalam teks Pancasila. Hanya saja didalam pengelolaan pendidikan dan ajaran yang
digunakan dimasing-masing instansi pendidikan khususnya pondok pesantren mungkin
beberapa memang ada yang menyimpang dari pada nilai-nilai yang tercantum di teks
Pancasila yang menjadi dasar bernegara.
Pondok Pesantren Al-Jauharen merupakan salah satu sarana pendidikan yang
diharapkan dapat membentuk santri yang mampu mengembangkan skill (keterampilan),
bakat serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap santri tanpa meninggalkan ranah kognitif
(berfikir rasional), maupun ranah religius terutama dalam hal berperilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Pondok pesantren Al-Jauharen memiliki 5 (lima) jenjang
pendidikan tingkat yakni Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Diniyah Taklimiyah,
Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Fokus penelitian ini
nantinya pada tingkat SLTA yakni MA (Madrasah Aliyah).
Oleh karena itu, sangat diperlukan peran seorang pembina dalam memberikan
bimbingan dan pembelajaran dalam rangka menanamkan dan memupuk kembali
pengetahuan dan pemahaman serta pengamalanuntuk menerapkan nilai-nilai Pancasila
didalam berkehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pola
Pembinaan Santri Kelas XI A (Putra) MA (Madrasah Aliyah) Al-Jauharen Di
Pondok Pesantren Al-Jauharen Kel. Tanjung Johor Kec. Pelayangan Kota Jambi”.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pola Pembinaan Santri kelas XI A (Putra)
MA (Madrasah Aliyah) Al-Jauharen di Pondok Pesantren Al-Jauharen Kel. Tanjung Johor
Kec. Pelayangan Kota Jambi ?
2. Kendala yang timbul pada pembina dalam mengimplementasikan nilainilai Pancasila dalam
pola Pembinaan Santri kelas XI A (Putra) MA (Madrasah Aliyah) Al-Jauharen di Pondok
Pesantren Al-Jauharen Kel. Tanjung Johor Kec. Pelayangan Kota Jambi ?
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1500
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Jl. KH. A. Majid, RT 04/02 Kel. Tanjung Johor Kec.
Pelayangan Kota Jambi. Pondok Pesantren Al-Jauharen di wilayah Kelurahan Tanjung
Johor Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, sekitar 6 KM melalui jalan darat dan sungai
batang hari dari pusat Kota Jambi. Secara georafis Pondok Pesantren Al-Jauharen terletak
disekitar daratan dan aliran sungai batang hari, sehingga mudah dijangkau dengan
transportasi darat maupun transportasi laut. Lingkungan Pondok Pesantren Al-Jauharen
merupakan area pemukiman penduduk dan berdekatan dengan area pertaniandengan
adanya persawahan yang berada dibelakang Pondok Pesantren Al-Jauharen.
Penelitian ini dilakukan selama 6 (Enam) bulan, dimulai dari bulan April sampai
bulan September.Penelitian dimulai dengan studi awal dan penyususan proposal pada
bulan April. Kemudian dilanjutkan dengan seminar proposal pada bulan Juni. Setelah itu
dilanjutkan dengan pengumpulan data sebelum melakukan perizinan penelitian dibulan
Juli. Kemudian penulis melanjutkan pengolahan, penganalisisan ,pemaknaan data dan
penyajian data serta melakukan penyusunan laporan akhir pada bulan September.
Tabel.1 Waktu Penelitian
No
Kegiatan
Bulan ke-
6
7
8
9
10
11
1
Studi Awal
2
Penyusunan Proposal
3
Seminar Proposal
4
Perizinan
5
Validasi Instrumen Penelitian
6
Pengumpulan Data
7
Analisa Data
8
Penyusunan Laporan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1501
9
Desiminasi Hasil Laporan
10
Penyusunan Laporan Akhir
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif. Pendekatan Penelitian kualitatif
menurut Sugiyono (2020:9-10) menyebutkan bahwa metode penelitian kualitatif
merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau
enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti
adalah sebagai instrument kunci pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data
kualitatif, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena, dan
menemukan hipotesis.
Uji Validitas Data
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi.Teknik triangulasi bisa diibaratkan sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.triangulasi diartikan
sebagai teknik yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber
untuk mendapatkan hasil yang rinci dan valid dengan berbagai cara dan pada berbagai
waktu. Penerapan triangulsi ini adalah dengan membandingkan dan mengecek kembali
informasi yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan2 (dua)triangulasi data.
a. Triangulasi Teknik
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang
diperlukan antara lain adalah metode observasi, yaitu untuk memastikan secara langsung
mengenai peristiwa yang akan diteliti, kemudian metode wawancara yakni untuk
memastikan kebenarannya dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam bagaimana
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pola pembinaan santri kelas XI A (putra) MA Al-
Jauharen. Dan terakhir yaitu dengan metode dokumentasi yakni dengan melihat arsip
ataupun catatan harian pelanggan santri dan dengan dokumentasi berupa foto-foto.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1502
b. Triangulasi Sumber Data
Peneliti dalam penelitian ini mencari tau bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
pola pembinaan santri kelas XI A (putra) MA Al-Jauharen. Sebagai hasilnya peneliti
mengumpulkan dan menguji data dari informan yang mereka yakini memiliki pengetahuan
tentang topik utama penelitian yang terdiri atas santri, guru bidang studi PPKn dan guru BK.
Sehingga data yang terkumpul akan menghasilkan pembuktian darai banyak sumber dan
peneliti juga akan menemukan berbagai sudut pandang terhadap masalah yang diteliti.
c. Triangulasi waktu
Yakni pengujian kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara melakukan
pengecekkan dengan metode wawancara dan wawancara ataupun dengan lainnya
dalam bentuk waktu atau situasi yang berbeda serta dilakukan secara berulang-ulang
terhadap masalah yang diteliti.
Teknik Analisis Data
Miles & Huberman (2014:17) menyebutkan bahwa teknik analisis data dalam
peneltian kualitatif meliputi:
a. Pengumpulan Data
Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini melibatkan
transkrip wawancara, men-scanning materi, mengetik data lapangan atau memilah-
milah dan menyusun data tersebut kedalam jenisjenis yang berbeda tergantung pada
sumber informasi.
b. Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tak perlu dan mengorganisasikan data-data yang telah di reduksi
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan menjadi tema.
c. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, cart, atau grafis.
Pada penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
tabel, bagan dan hubungan antar kategori. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, dan tersusun sehingga akan semakin mudah dipahami.
d. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verivication)
Kesimpulan merupakan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan
bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan berikutnya. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1503
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Tahap persiapan
a. Menentukan tempat dan jadwal penelitian
b. Melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi terkait isu yang akan
diteliti.
c. Membuat desain penelitian
d. Menentukan subjek penelitian
e. Mempersiapkan sarana dan prasana yang akan digunakan dalam penelitian
f. Menyiapkan surat izin penelitian
2) Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti mulai melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Setelah data terkumpul, data selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
3) Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan tahapan akhir penelitian. Pada tahapan ini peneliti
melakukan penulisan dan penyusunan laporan hasil penelitian berdasarkan data yang
telah diperoleh. Hasil data tersebut dijelaskan secara deskripsi dengan melihat
bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam pola pembinaan santri kelas XI
A (putra) MA Al-Jauharen di Pondok Pesantren Al-Jauharen Tanjung Johor Kota
Jambi.
HASIL PENELITIAN
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pola Pembinaan
Ditinjau dari Kurikulum Pesantren dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila pada
kehidupan santri di pondok pesantren terdapat dua aspek yakni aspek melalui pendidikan
formal dan pendidikan nonformal. Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan yang
berinisial (AR).
Berdasarkan hasil observasi langsung dikelas maupun diasrama bahwa seorang guru
sekaligus pembina berperan memberikan pemahaman, pembelajaran dan mengarahkan
santri agar dapat menerapkan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila baik di
sekolah, asrama maupun di lingkungan masyarakat. Guru berperan dalam pembinaan
santri yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila dari sila pertama hingga sila kelima.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1504
Terutama dalam membentuk sikap yang religius sesuai dengan tujuan pesantren tanpa
harus melupakan nilai humanitas, nasionalis, demokrasi dan keadilan. Sesuai dengan
pernyataan salah satu informan yang berinisial (IY).
Pada dasarnya implementasi nilai-nilai pancasila santri kelas XI A (putra) MA Al-
Jauahren sudah diterapkan sesuai dengan yang siampaikan oleh AR bahwa “Alhamdulillah
implementasi nilai Pancasila sudah dilakukan” (Wawancara, 04 Oktober 2023).
Pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila dalam pola pembinaan menajdi salah
satu sebab dilakukannya penerapan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila pada santri kelas IX A (Putra) MA
Al-Jauharen menjadi sangat penting untuk dilaksanakan dan sudah terlaksana dengan baik.
Pengamalan Nilai-Nilai Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Dalam hal ini para santri ketika mereka berada di kelas maupun diasrama maka
Pembina melakukan pembinaan yang sesuai dengan sila pertama seperti melaksanakan
shalat secara berjamaah, mengikuti kegiatan kemasji dan dan berkegiatan keagamaan
lainnya. Dalam pembinaan pada pendidikam formal Pembina memberikan pembelajaran
dengan mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan berdo’a bersama.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan nilai-nilai pancasila
sila pertama yaitu dengan membiasakan santri menanamkan budaya-budaya islami seperti:
melaksanakan shalat berjamaah, mengikuti kegiatan kemasjidan, membaca do’a sebelum
memulai pembelajaran dan sesudah pembelajaran memberi salam kepada Pembina.
Pengamalan Nilai-nilai Sila ke II (Kemanusiaan Adil dan Beradab)
Mengembangkan sikap saling menghargai dan mencintai sesama manusia serta
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Nilai dari sila kedua yang lain yaitu dengan tidak
membeda-bedakan santri dan menjunjung tinggi hak tanpa melihat suku, agama, ras dan
status sosial. Dalam kegiatan pembinaan santri kelas XI A MA Al-Jauahren, hal ini
dilakukan pembina dengan memberikan kesempatan yang sama kepada santri untuk
menyampaikan pendapat di asrama maupun di kelas dan siswa mempunyai hak yang sama.
Sikap saling peduli terhadap sesama manusia sudah tercermin dalam beberapa
kegiatan santri, selain itu pesantren juga membiasakan santri untuk mau membantu santri
yang sedang dalam kesusahan. Sesuai dengan yang disampaikan oleh S bahwa : “Sila
kedua dengan menanamkan kebersamaan yang indah, saling menyayangi, berbagi ketika
ada rezeki seperti ketika mendapatkan kiriman dari orang tua mereka saling berbagi”.
(Wawancara, 04 Oktober 2023).
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1505
Selain itu Pembina menanamkan sikap bagaimana berlaku adil terhadap diri sendiri
maupun ke orang lain. Sesuai dengan yang disampaikan oleh IY bahwa : ”Pada sila kedua
kemanusiaan yang adil dan beradab. Apabila sudah masuk dalam lingkungan pondok
pesantren pasti akan diajarkan bagaimana untuk menjadi orang yang adil. Adil dalam
memilih sesuatu, serta adil dalam memutuskan suatu perkara. Di dalam lingkungan pondok
pesantren santri dituntut untuk bisa menjadi pribadi yang adil serta beradab. Karena pada
dasarnya akhlak dalam setiap hal itu sangatlah penting, orang pintar tidak akan ada apa-
apanya apabila dia tidak berakhlak, maka dari itu santri diajarkan sejak dini agar bias
menjadi orang berakhlak ketika keluar dari lingkungan pondok pesantren”. (Wawancara,
04 Oktober 2023).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Implementasi nilai-nilai
Pancasila Implementasi Nilai-nilai sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dengan
membiasakan santri untuk mengembangkan budaya senyum, salam, sapa, dan saling
menghormati serta berlaku adil.
Pengamalan Nilai-nilai sila ke 3 (Persatuan Indonesia)
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai-nilai yang dapat menjadikan Indonesia
bersatu, tidak terpecah belah dan menumbuhkan rasa nasionalisme serta kebersamaan
sebagai suatu bangsa. Persatuan Indonesia menghendaki warga masyarakat bersatu padu
demi mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa dan negara berdaulat, sesuai dengan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Berdasarkan hasil observasi, santri memang terlihat melaksankan piket kelasnya
masing-masing. Mereka ada yang menyapu lantai, membuang sampah, atau membagikan
buku kepada teman-temannya.
Pada kelas XI A (putra) MA Al-Jauahren juga dipasang gambar foto Presiden, Wakil
Presiden, dan Burung Garuda Pancasila sebagai wujud rasa cinta terhadap tanah air. Pada
dinding setiap ruang kelas juga di pajang beberapa karya santri seperti hasil kaligrafi, hasil
menggambar siswa, dan hasil kreasi santri lainnya. .
Pengamalan Nilai-nilai Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan)
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanann Dalam
Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilai demokrasi. Demokrasi harus dijamin secara
bebas tetapi juga harus disertai dengan rasa tanggung jawab, menjamin hak warga negara
untuk menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan dilaksanakan secara bulat dan
bijaksana disertai dengan rasa kejujuran dan tanggung jawab.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1506
Kegiatan pembinaan kelas XI A MA Al-Jauharen Pondok Pesantren berdasarkan
observasi langsung ke lapangan, pembina selalu memberikan kesempatan kepada santri
untuk bertanya ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam kelas maupun di asrama.
Hal itu terlihat dengan banyaknya santri yang bertanya dan menyampaikan
pendapatnya di dalam proses pembelajaran. Pembina juga menanggapi pertanyaan ataupun
masukan dari para santri.
Susunan kepengurusan kelas yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara ada
dalam setiap kelas. Dalam hal ini santri dilatih untuk dapat memimpin dan menjalankan
tugasnya di kelas. Dalam pemilihan pengurus kelas dilakukan dengan musyawarah kelas,
seperti yang dikemukakan oleh informan (S) bahwa :“Sila keempat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, santri diajarkan
bagaimana memutuskan suatu masalah dengan cara musyawarah dan mufakat agar dapat
menghasilkan keputusan yang baik. Baik itu masalah ketika di asrama maupun di sekolah.
Seperti Pemilihan ketua-ketua kelas dan jajarannya. Hal ini dilakukan untuk melatih para
santri untuk bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya”. (Wawancara, 04 Oktober
2023).
Hal lain yang sudah dilakukan pesantren yaitu dengan melatih siswa untuk berani
memimpin teman-temannya. Hal itu dilakukan dengan kegiatan memimpin baris masuk ke
kelas dan memimpin do’a sebelum memulai pembelajaran, memimpin kegiatan-kegiatan
kemasjidan. santri mendapatkan giliran secara bergantian setiap hari untuk melaksankan
tugas tersebut. Berdasarkan observasi, siswa sudah melaksankan hal tersebut dengan baik.
Dalam hal ini Pembina berperan penting dalam mengawasi para santri dalam
menyelesaikan permasalahan sekecil apapun.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan yang berinisial (JJP) bahwa : “Sila
keempat ini kami diajarkan mengamalkan bagaiman berdiskusi dengan baik dan
bermusyawarah dengan baik terutama dalam berorganisasi”. (Wawancara, 04 Oktober
2023).
Berdasarkan uraian keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi nilai-
nilai Pancasila sila Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan dalam kegitan pembinaan santri kelas XI A MA Al-Jauahren
yaitu pembina memberikan kesempatan yang sama kepada santri untuk dapat
menyampaikan pendapatnya, di dalam kelas juga terdapat susunan kepengurusan kelas
yang ditentukan dengan cara musyawarah, dan penyelesaian masalah dengan musyawarah
untuk mendapat keputusan yang adil dan bijaksana.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1507
Pembina juga memberikan tanggung jawab kepada santri untuk berani memimpin
temannya secara bergantian dalam beberapa kegiatan seperti memimpin baris,
melaksanakan kegiatan kemasjidan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya.
Pengamalan Nilai-nilai Sila 5 (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Kegiatan Pembinaan santri kelas XI A MA Al-Jauahren, Pembina memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap santri dalam berpendapat dan Pembina juga
menanggapi pertanyaan atau pendapat santri tersebut tanpa membeda-bedakan santri.
Pembina membina santri sesuai dengan apa yang santri-santri butuhkan
Dalam kegiatan sehari-hari santri juga tidak memilih-milih dalam berteman. Santri
mau berteman dengan siapa saja di dalam lingkungan pesantren. Pada dasarnya pembinaan
santri kelas XI A MA Al-Jauahren ini mengutamakan keadilan dalam membentuk karakter
santri yang sesuai dengan nilai-nilai
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi nilai-nilai sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam kegiatan pembinaan diwujudkan
pembina dengan memberikan kesempatan yang sama kepada para santri untuk berpendapat
dan berlaku adil terhadap santri. pembina juga memberikan kesempatan sama kepada santri
untuk dapat memimpin temannya dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan pada rana
pendidikan formal maupun melalui rana pendidikan nonformal. Para santri juga terlihat
tidak pilih-pilih dalam berteman.
Kendala Pembina dalam Mengimplementasikan Nilai-nilai Pancasila dalam
Pembinaan Santri
Pada pembinaan santri untuk mengimplementasikan nilai-nilai pancasila ditemukan
berbagai kendala. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial
(AR) yang mengatakan bahwa :
“Kendala Pembina dalam menerapkan nilai-nilai pancasila di pondok pesantren itu
banyak namun ada beberapa kendala yang memang lebih mendominan kaitannya dengan
pembinaan santri karena sumber atau asal daripada santrisantri ini inputnya itu beraneka
ragam, bermacam-macam ada keanekaragaman tetapi yang menonjol itu karena santri itu
membawa karakter dari kampung masing-masing. Karena berbedanya karakter-karakter
itu maka kita harus lihat bagaimana karakter-karakter itu bias saling memahami satu
sama lain”. (Wawancara, 04 Oktober 2023)
Lingkungan santri di kampung yang kurang baik dan kebiasaan di kampung santri
yang kurang baik akan terbawa ke Pesantren, hal itu akan menyulitkan pembina dalam
upaya implementasi nilainilai Pancasila santri kelas XI A MA Al-Jauahren.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1508
Upaya yang juga dilakukan Pembina dalam mengatasi kendala tersebut yakni dengan
pembiasaan santri ketika diasrama, selalu diingatkan, dibimbing, dan selalu diawasi dalam
berbagai kegiatan-kegiatan baik itu pada saat santri berada di sekolah maupun pada saat
santri di asrama. Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan AR mengatakan bahwa :
“Untuk mengatasi beberapa kendala yang ada pada pembinaan ini maka kami
sebagai pembina membiasakan santri untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di
pesantren dengan terus mengawasi dan mengingatkan”. (Wawancara, 04 Oktober 2023)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kendala yang dialami pembina
dalam implementasi nilai-nilai Pancasila yaitu jika lingkungan santri di lingkungan
masyarakat saat pulang kampung kurang mendukung maka akan sulit untuk menanamkan
nilai-nilai Pancasila di pesantren, selain itu karakter santri dan kebiasaan santri di luar
pesantren yang kurang baik yang kadang ada yang sulit untuk dinasehati juga menjadi
kendala bagi pembina dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila santri kelas XI A
MA Al-Jauahren.
Upaya yang dilakukan pesantren untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan
pembiasaan di pesantren, diingatkan di asrama, dan dilakukan kegiatan-kegiatan positif
santri kelas XI A MA Al-Jauahren dan memberikan peraturan yang akan diberikan sanksi
apabila peraturan tersebut dilanggar serta dengan memanfaatkan sarana dan prasarana
dalam upaya mendorong santri untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dan
terhindar dari kendala-kendala yang ada didalmnya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap informan kepala pondok/mudir, pembina, dan
guru Pondok Pesantren Al-Jauharen serta dilakukannya observasi dan pengumpulan
beberapa dokumen maka diperoleh informasi dan pembahasan sebagai berikut:
Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Pola Pembinaan
Berdasarkan hasil penelitian, Pembina Pondok Pesantren Al-Jauharen sudah
berupaya mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dari sila I (satu) sampai sila ke V
(lima).
Pondok Pesantren mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai
pembinaan santri. Implementasi nilai-nilai pancasila dicerminkan dalam keseharian antar
anggota pesantren, baik antara Pembina dengan Pembina, Pembina dengan guru, Pembina
dengan santri, maupun santri dengan santri lainnya.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1509
Perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila di pesantren merupakan miniatur
budaya yang ada di Indonesia ras, suku, serta budaya. Namun, di pesantren hanya terdapat
ajaran yang berbasis Islam, sesuai dengan latar belakang pesantren adalah pendidikan
Islam pertama kali di Indonesia.
Pancasila merupakan sublimasi nilai-nilai budaya yang menyatukan masyarakat
Indonesia beragam suku, ras, bahasa, agama, pulau, menjadi bangsa yang satu, damai dan
tenteram tidak ada permusuhan antara satu dan yang lain (Rachmah, 2013).
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut sebagai berikut :
Pengamalan Nilai-nilai Sila I (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembinaan santri di Pondok Pesantren Al-
Jauharen yang mengimplementasikan nilai-nilai pancasila sila I (satu) baik dalam
pembinaan pendidikan formal maupun nonformal yakni dengan melaksanakan shalat
berjamaah, mengaji, belajar ilmu-ilmu agama, mengikuti kegiatan-kegiatan kemasjidan,
membudidayakan berdo’a sebelum dan sesudah belajar, memberi salam ketika bertemu
pembina maupun guru.
Kegiatan ini dilakukan santri setiap hari. Selain itu, pada saat santri berada di
sekolah masing-masing tingkatan wajib melaksanakan shalat duhur berjamaah di masjid
baik itu untuk santri yang mondok maupun santri yang pulang pergi. Setiap jam shalat
maka para santri akan segera bergegas ke masjid, Setiap selesai shalat santri melakukan
kegiatan dzikir, dan membaca surah-surah pendek.
Kegiatan implementasi nilai-nilai pancasila sila yang pertama di Pondok Pesantren
Al-Jauharen sudah mencerminkan nilai-nilai pancasila sila pertama.
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawantahan atau perwujudan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (Maulia, 2017:47)
Implementasi Nilai Sila II (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
Pembinaan di Pondok Pesantren Al-Jauharen menunjukkan adanya ilmplementasi
nilai-nilai pancasila sila kedua. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa
implementasi nilai-nilai kemanusian Yang Adil dan Beradab dengan membiasakan santri
untuk mengembangkan budaya sapa, salam dan saling menghormati baik itu kepada
Pembina, guru, ataupun sesama teman.
Kegiatan ini dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari santri baik ketika mereka di
sekolah, asrama maupun ketika diluar lingkungan pesantren. Pembina dalam mendidik
santri memberikan contoh yang sesuai terlebih dahulu seperti ketika menegur santri dengan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1510
kata-kata yang baik dan sopan. Pembina juga memberikan kesempatan yang sama kepada
santri-santri tanpa harus melihat latar belakang santri dalam proses pembinaan.
Hal ini dilihat ketika Pembina memberikan kesempatan santri dalam berpendapat,
memimpin santri lain secara bergiliran, dan juga pembagian piket harian secara adil. Santri
juga telihat mempunyai kepedulian terhadap santri lain seperti saling berbagi, saling
membantu bekerja sama dalam kegiatan piket dan saling menhormati satu sama lain. Nilai
kemanusiaan yang beradab merupakan sebagai perwujudan nilai kemanusiaan sebagai
makhluk yang berbudaya moral dan beragama (Maulia, 2017:47).
Implementasi Nilai Sila III (Persatuan Indonesia)
Kegiatan piket di sekolah di semua tingkatan masing-masing, begitupun ketika
santri berada di asrama dengan pembagian setiap santri mendapat bagian yang sama setiap
minggunya dan untuk pembagian kelompok piket setiap Pembina mempunyai
pertimbangan tersendiri sesuai dengan keadaan santri. Setiap hari senin para santri wajib
melaksanakan upacara bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Nilai yang
terkandung dalam sila ketiga yang lain yaitu nilai persatuan, Pembina melaksanakan
pembagian kamar santri dengan membaurkan santri-santri tanpa membeda-bedakan
tingkatan sekolah, suku maupun ras.
Maka dengan itu santri memiliki rasa satu kesatuan satu dengan lainnya tanpa harus
membeda-bedakan antar tingkatan. Sila ketiga ini lebih di terapkan di pendidikan formal
seperti dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan para santri diajarkan tentang
sejarah bangsa dan negara, perjuangan para pejuang untuk memerdekakan negara dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan menumbuhkan santri untuk cinta tanah air.
Hasil penelitian sesuai dengan nilai-nilai sila ketiga menurut Rukiyati dkk (2013: 61)
menyatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia
adalah nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air, menggalang persatuan dan kesatuan
bangsa, menghilangkan penonjolan atau kekuasaan keturunan dan perbedaan warna kulit
serta menumbuhkan rasa senasib dan seperjuangan.
Implementasi Nilai Sila IV (Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan)
Implementasi nilai-nilai Pancasila sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dalam kegiatan pendidikan formal di
pesantren yaitu guru memberikan kesempatan yang sama kepada santri untuk
menyampaikan pendapatnya, seperti pada saat pembelajaran santri dibolehkan bertanya,
menyampaikan jawaban dan idenya.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1511
Pada pembinaan pendidikan formal di ruang kelas terdapat susunan kepengurusan
kelas yaitu ketua, sekretaris dang bendahara. Penentuan kepengurusan kelas dilaksanakan
secara musyawarah. Begitupun dalam pendidikan nonformal seperti dalam kegiatan rapat
Ikatan Pelajar Pondok Pesantren Al-Jauharen santri diberikan untuk berpendapat maupun
memberikan gagasannya, maupun pemilihan kepengurusan dilakukan secara musyawarah
mufakat.
Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Maulia (2017:47) Rakyat merupakan asal
mula kekuasaan negara, sehingga dalam sila keempat ini terkandung nilai demokrasi yang
secara mutlak harus dilaksanakan dalam bernegara. Rukiyati (2013: 62) juga menyatakan
bahwa hakikat utama sila keempat ini adalah demokrasi dan permusyawaratan.
Demokrasi dalam arti umum yaitu, pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Permusyawaratan artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru setelah
itu diadakan tindakan bersama.
Implementasi Nilai Sila V (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Implementasi nilai-nilai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
pembinaan diwujudkan Pembina dengan memberikan kesempatan yang sama kepada santri
untuk berpendapat dan berlaku adil terhadap santri. Pembina menanggapi pendapat santri
tanpa membeda-bedakan tingkatan santri. Santri juga tidak pilih-pilih dalam berteman.
Santri mau berteman dengan siapa sja baik itu bukan teman sekamarnya atau teman
sekelasnya. Santri juga saling berbagi dengan santri lainnya.
Kaelan (2014:60) mengemukakan bahwasannya sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia ini adalah tujuan dari sila pertama sampai sila keempat.maka sila kelima ini didasari
pada sila ketuhanan, kemanusiaan,persatuan,dan kerakyatan.
Rukiyati dkk (2013: 63) menyatakan pokok pikiran yang perlu dipahami dalam sila
kelima ini adalah kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan
meningkat, seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan
bersama menurut potensi masing-masing, serta melindungi yang lemah agar kelompok
warga masyarakat dapat bekerja sesuai bidangnya. Nilai keadilan harus tercermin dan
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kendala Pembina dalam Mengimplentasikan Nilai-nilai Pancasila dalam Pola
Pembinaan
Kendala Pembina dalam mengimplementasikan nilai-nilai pancasila ada beberapa
yaitu karena faktor lingkungan atau masyarakat kurang mendukung ketika santri belum
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1512
memasuki lingkungan pesantren dan juga ketika santri pulang kampung membuat Pembina
sulit menerapkan nilai-nilai pancasila dalam diri santri.
Pembina sudah menanamkan nilai-nilai pancasila di pesantren namun apabila di
lingkungan rumah santri mendapatkan contoh yang kurang baik dari lingkungan keluarga
maupun masyarakat tepat asal santri, maka hal ini akan mempengaruhi keberhasilan
penanaman nilai-nilai pancasila pada santri.
Hal ini sependapat dengan pendapat Rita Eka dkk (2013: 16) yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu pola asuh dan
kasih sayang dari orang tua. Bagaimana individu terbentuk dapat dipengaruhi oleh
pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah.
Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa santri yang sulit untuk di nasihati terutama
santri yang pulan pergi. Santri yang sulit dinasihati ini akan menyulitkan Pembina dalam
mengarahkan santri untuk dapat mengimplementasikan nilai-nilai pancasila. Kendala yang
lainnya juga yakni kurangnya pemahaman santri tentang nilai-nilai pancasila.
SIMPULAN
Implementasi nilai-nilai pancasila dalam pola pembinaan santri kelas XI A Putra di
Pondok pesantren Pondok Pesantren Al-Jauharen sudah dilaksanakan dan
diimplementasikan secara baik dan menyeluruh baik itu melalui pembinaan pendidikan
formal maupun pembinaan pendidikan nonformal.
Kendala Pembina dalam mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam pola
pembinaan santri kelas XI A Putra di Pondok pesantren Pondok Pesantren Al-Jauharen
yakni karena faktor lingkungan atau masyarakat yang kurang memadai, faktor karakter
santri yang berbeda-beda membuat Pembina sulit membentuk sikap santri yang sesuai
dengan nilai-nilai pancasila, dan kurangnya pemahaman santri terhadap nilai-nilai
pancasila itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Al Inu & Dewi. (2021) Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah dan di Masyarakat. Jurnal Kewarganegaraan. Vol. 5,
No.1, Hal : 259-267.
Ardhani, Della Marshandha., et. Al. (2022). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Kehidupan Sehari-Hari. Jurnal Gema Keadilan Vol. 9 Edisi II.
Arikunto, S. (2013) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1513
Asmaroin, Puji Ambiro. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa di Era
Globalisasi. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, No. 2.
Aqib, Z., & Amrullah, A. (2017). Ensiklopedia Pendidikan & Psikologi.
Yogyakarta: ANDI.
Batan. Najawi. Iswahyudi. (2021) Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Santri di Pondok Pesantren Muhammadiyah Al-Munawwaroh Malang. Jurnal Kajian
Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia. Vol. 1, No. 1, Hal : 20-25.
Hadi, Sutrisno. (2001). Metodologi Rasearch Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset.
Hendri. Darmawan. & Halimim (2018) Penanaman Nilai- Nilai Pancasila Pada Kehidupan
Santri Di Pesantren Syaikhona Moh. Cholil Bangkalan, Jurnal Civic.
Hidayat, T., & Purwokerto, U. M. (2019). Pembahasan Studi Kasus Sebagai Bagian
Metodologi Penelitian. Jurnal Study Kasus, Hal. 1-13.
Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila, Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualsasinya. Yogyakarta : Paradigma
Kaelan. (2014). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma
Khosiah, Nur. (2020). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Peserta Didik di Madrasah
Ibtidaiyah Mambail Falah Tongas Probolinggo. Jurnal Al-Insyiroh: Jurnal Studi
Keislaman Vol. 6, No. 1. Hal. 84-100.
Nurohmah. Rahma. Dkk. (2021) Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Sekolah
Dasar Dalam Kehidupan Sehari-hari. Jurnal On Early Childhood. Vol. 4, No. 3, Hal
: 116-124.
Rahayu, Ani. Sri. (2013) Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan PPKn, Jakarta: Bumi
Aksara.
Rukiyati. Dkk. (2013) Pendidikan Pancasila. UNY Press
Setijo & Panji (2015) Paradigma Terbaru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa.
Bandung : Alfabeta.
Sa’adah & Dewi (2021) Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui Pendidikan Bagi
Generasi Milenial. Jurnal Penelitian Ilmu Sosial. Vol. 1, No. 11, Hal: 364-370.
Sianturi, R.U. Yohana., Dinie Anggraeni Dewi. (2021). Penerapan Nilai Nilai Pancasila
dalam Kehidupan Sehari Hari Dan Sebagai Pendidikan Karakter. Jurnal
Kewarganegaraan Vol. 5 No.1.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
CV.
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.CV.
Surip, N. Syarbani, S., & Rahman. (2015). Pancasila dalam Makna Aktualisasi.
Yogyakarta: CV. Andi.
Sutrisno. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia. Pranada Media Group : Jakarta.
Tukiran, T., & Udhie, H. (2014) Pemimpin Berkarakter Pancasila. Bandung : Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1514
Usanto, Y. (2020). Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif. Journal of Scientific
Communication (Jsc), 1(1).
Yusanto, Y. (2020). Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif. Journal of Scientific
Communication (Jsc), 1(1).
Zubaidi & Kaelan (2012) Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Paradigma.