Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
14
Penguatan nilai-nilai gotong royong dalam
masyarakat di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri,
Kabupaten Wonogiri
Aryo Danurwindo
a,1
, Maria Helena Sri Rahayu
b,2
, Petrus Andi Ciptandriyo
c,3
a,b,c
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjend Sujono Humardani No.1 Jombor Sukoharjo,
Jawa Tengah, kode pos 57521
1
aryodw21@gmail.com;
2
3
petrusandi1104@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 9 Maret 2023
Direvisi: 22 Juli 2023
Disetujui: 4 Oktober 2023
Tersedia Daring: 1 Januari 2024
Gotong royong merupakan ciri khas masyarakat Indonesia dan telah
menjadi salah satu identitas nasional Indonesia. Namun gotong royong
mengalami kemunduran karena tumbuhnya sikap individualisme di
masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang
penguatan nilai-nilai gotong royong yang selama ini dilakukan masyarakat
desa Jendi. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kualitatif
deskriptif dengan melakukan wawancara dan observasi langsung. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan gotong royong pada
masyarakat desa Jendi dapat memberikan penguatan terhadap nilai-nilai
yang terkandung dalam gotong royong. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai-
nilai kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong, sosialisasi, keikhlasan,
tanggung jawab, persatuan dan kesatuan. Nilai-nilai tersebut menyadarkan
masyarakat akan pentingnya gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat.
Kata Kunci:
Gotong royong
Masyarakat
Nilai-nilai gotong royong
ABSTRACT
Keywords:
Community
Gotong royong
Gotong royong values
Gotong royong is a characteristic of Indonesian people and has become one of
the national identities of Indonesia. However, the gotong royong era
experienced a decline due to the growing attitude towards individualism in
society. The purpose of this study is to examine how the values of Gotong
Royong are reinforced through the communities of Jendi village. This study
used a descriptive qualitative research technique by conducting interviews and
direct observations. The results of this study indicate that mutual cooperation
activities in Jendi village communities can lead to strengthening of values
contained in mutual cooperation. These values include the values of
togetherness, kinship, mutual aid, sociability, integrity, responsibility,
solidarity and togetherness. These values make people realize the importance
of mutual cooperation in social life.
©2024, Aryo Danurwindo, Maria Helena Sri Rahayu, Petrus Andi Ciptandriyo
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara majemuk dengan banyak suku, agama, bahasa, kepercayaan dan
adat istiadat yang berbeda. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 ada sekitar 1.340
kelompok etnis di Indonesia. Keberagaman suku bangsa di Indonesia menimbulkan latar
belakang budaya yang berbeda pada setiap daerah, sehingga diperlukan nilai-nilai persatuan
Indonesia untuk mewujudkan persatuan di Indonesia. Salah satu alat yang mempersatukan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
15
bangsa Indonesia adalah kebudayaan nasional, yang menurut Tantawi (2019) kebudayaan
nasional terdiri dari bahasa Indonesia, musyawarah, gotong royong dan batik. Indonesia dikenal
sebagai negara yang melindungi nilai-nilai budaya luhur para pendahulunya. Contoh budaya
yang telah dibudayakan dan dilestarikan hingga saat ini adalah budaya gotong royong.
Gotong royong adalah suatu jenis kepedulian sosial yang dibentuk dengan bantuan orang
lain yang diberikan untuk membantu kepentingan individu atau kepentingan kelompok yang
dilandasi sikap tolong menolong oleh setiap individu (Sudrajat, 2014). Gotong royong memiliki
banyak keuntungan bagi masyarakat, hal ini diperkuat oleh pendapat Sudrajat (2014), bahwa
masyarakat mendapat manfaat dari kegiatan ini melalui gotong royong, antara lain. Pertama,
pekerjaan lebih mudah dilakukan karena dilakukan secara bersama-sama. Kedua, dapat
menciptakan atau memperkuat hubungan hamonis antar individu dalam masyarakat. Ketiga,
kegiatan gotong royong dapat mempersatukan seluruh masyarakat desa tanpa membedakan
suku, agama dan status sosial. Dari sini dapat disimpulkan bahwa gotong royong adalah
perwujudan penyelesaian perkerjaan yang dilakukan dengan kolaboratif dan sukarela, yang
dengannya masyarakat dapat melebur menjadi satu.
Gotong royong merupakan budaya yang diakui sebagai budaya nasional karena dipraktikkan
oleh seluruh suku bangsa Indonesia dan tersebar secara nasional. Dewantara (2017), menyatakan
gotong royong artinya bergandengan tangan dan berjalan bersama bahu-membahu, ini adalah
pengakuan bahwa semua orang adalah putra dan putri ibu pertiwi yang memiliki hak dan
kewajiban yang sama, meskipun cara mereka menerapkan, menjalankan, dan menggunakannya
dalam kehidupan sehari-hari dapat berbeda. Irfan (2017), menyatakan bahwa pelaksanaan
gotong royong bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Contohnya orang Jawa melakukan
gotong royong, seperti membangun rumah dan saat adanya pesta pernikahan, sedangkan orang
Toraja melakukan gotong royong, sejenis kerja bakti sosial mereka bergiliran membantu di
ladang milik warga lainnya.
Gotong royong memiliki tempat khusus dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
kesehariannya, orang Indonesia dan gotong royong tidak bisa dipisahkan, terutama masyarakat
yang tinggal di desa. Gotong royong adalah bagian dari kehidupan sosial dan budaya Indonesia
(Nurlatifah 2017). Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangan zaman nilai-nilai
gotong royong semakin menurun hal ini disebabkan meningkatnya sikap individulisme di
kalangan masyarakat. Hal ini didukung oleh Artini, Sunarto Amus, dan Mahmud (2013) yang
menjelaskan penyebab memudarnya nilai-nilai gotong royong, yaitu disebabkan oleh beberapa
faktor, termasuk faktor ekonomi, faktor kesibukkan, faktor kebersamaan dan faktor yang paling
berpengaruh yaitu faktor modernisasi. Dalam diskusi interaktif "Mas Ganjar Menyapa",
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mengatakan bahwa budaya gotong royong di desa dan
kota semakin memudar karena perkembangan zaman dan kesibukan setiap orang yang tidak mau
berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat. Selain itu, berdasarkan kajian yang dilakukan di
Jakarta oleh Dasa (2022), ditemukan bahwa memperkuat nilai-nilai gotong royong saat ini sulit
dilakukan karena perkembangan teknologi yang serba sederhana dan praktis. Tanpa perlu
berinteraksi langsung dengan orang lain, kebiasaan baru ini menyebabkan budaya gotong royong
menjadi semakin asing bagi kehidupan masyarakat saat ini
Berdasarkan fakta-fakta yang disebutkan di atas, terlihat bahwa kesadaran masyarakat
terhadap semangat dan praktik gotong royong semakin menurun. Meskipun demikian, ada
beberapa tempat di Indonesia yang masih menjunjung tinggi semangat gotong royong dan
melaksanakan kegiatan gotong royong. Salah satunya adalah Desa Jendi, Kecamatan Selogiri,
dan Kabupaten Wonogiri. Meskipun dalam perkembangannya terjadi penurunan kesadaran
masyarakat terhadap pelaksanaan gotong royong, namun masyarakat di sana masih memupuk
semangat gotong royong dan berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong, seperti kerja bakti
kebersihan, gotong royong perbaikan jalan, gotong royong melakukan upacara adat dan mash
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
16
banyak lagi. Oleh karena itu, tujuan penulis adalah ingin mengkaji apa saja bentuk-bentuk
penguatan terkait nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan gotong royong di Desa Jendi,
Selogiri, Wonogiri.
2. Metode
Penelitian dilaksanakan di Desa Jendi, yang terletak di Kecamatan Selogiri, Kabupaten
Wonogiri. Metode kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian
yang bertujuan mengungkap situasi sosial dengan cara mendeskripsikannya secara akurat
menggunakan fakta-fakta kemudian memverbalkannya melalui teknik pengumpulan dan analisis
data melalui wawancara dan observasi langsung (Fadli, 2021).
Objek penelitian ini adalah bagaimana pandangan masyarakat tentang gotong royong, nilai-
nilai apa saja yang terkandung di dalamnya, dan bagaimana upaya penguatan gotong royong
oleh masyarakat desa Jendi. Sumber data primer untuk penelitian ini adalah observasi dan
wawancara mendalam. Teknik pengumpulan data adalah salah satu proses penelitian yang paling
penting (Sugiyono, 2013). Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini
adalah: (a) Wawancara, yaitu mewawancarai tokoh RW, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda.
Melalui wawancara, diperoleh informasi kegiatan gotong royong yang dilakukan, serta fakta
tentang pelaksanaan gotong royong di desa Jendi. (b) Observasi, Pengamatan langsung
dilakukan dalam penelitian ini, yang tujuannya untuk memantau kegiatan gotong royong
masyarakat desa Jendi. Setelah mengumpulkan data, untuk menentukan validitasnya, peneliti
menggunakan triangulasi sumber untuk meninjau kembali data yang diperoleh dari berbagai
sumber. Dalam penelitian ini ia terdiri dari tiga narasumber yaitu ketua RW, tokoh masyarakat,
dan tokoh pemuda. Kemudian dilakukan pengecekan dengan membandingkan hasil wawancara
ketua RW dengan wawancara tokoh masyarakat dan wawancara pimpinan pemuda.
3. Hasil dan Pembahasan
Pandangan Masyarakat Tentang Kegiatan Gotong Royong di Desa Jendi
"Gotong royong" berasal dari bahasa Jawa yang berarti mengangkat beban bersama. Gotong
royong adalah kegiatan yang umum dilakukan di daerah-daerah di Indonesia, sebagian besar
dilakukan oleh masyarakat agaris tradisional. Sementara itu, Dewantara W Agustinus (2017)
dalam bukunya Betapa Indahnya Negara Gotong Royong (Indonesia di Mata Sukarno),
menjelaskan bahwa gotong royong berarti bekerja sama untuk mencapai hasil yang diinginkan
dan dalam pelaksanaannya, gotong royong mengandung arti kerja sama, musyawarah mufakat,
kebersamaan, dan menghargai satu sama lain. Setiap daerah di Indonesia pada hakekatnya
menerapkan tradisi gotong royong, namun setiap daerah berbeda pelaksanaannya, hal ini juga
dijelaskan dalam buku Khasanah Budaya Lokal, Pengantar Memahami Budaya Daerah di
Nusantara karya (Murniatmo Gatot, Sumintarsih, dan Harnoko Darto, 2013). Buku tersebut
menjelaskan bagaimana pelaksanaan gotong royong di daerah Indonesia, misalnya masyarakat
Sumbawa di Nusa Tenggara Barat bekerja sama dalam melakukan basiru, yaitu melaksanakan
gotong royong seperti membersihkan belukar, membakar dahan-dahan, membuat pagar, berburu
dan sebagainya. Daerah Bali gotong royong dengan mesilih bahu, yaitu gotong royong dalam
kegiatan pertanian. Di wilayah Sumatera Selatan, gotong royong berbentuk bawe atau boan,
yaitu bergantian gotong royong untuk mengolah ladang milik orang lain. Berdasarkan pengertian
diatas menunjukan bahwa kegiatan gotong royong dilaksanakan hampir diseluruh wilayah
Indonesia, namun implementasinya tergantung pada kondisi geografis dan budaya pada wilayah
masing-masing.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan gotong royong merupakan tindakan yang dapat dilakukan
secara bersama-sama untuk mempercepat dan menyelesaikan pekerjaan. Hal serupa juga
dilakukan warga Desa Jendi, berdasarkan pendapat ketua RW berinisial S (51 tahun).
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
17
Beranggapan bahwa kegiatan gotong royong di desa Jendi sudah ada sejak lama, karena itu,
nilai-nilai gotong royong sudah tertanam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa, dan ia
percaya bahwa kegiatan gotong royong memberikan dampak positif salah satunya adalah
meringankan suatu perkerjaan, karena dilakukan dan dilaksanakan secara bersama-sama.
Menurutnya, manfaat gotong royong yang paling penting adalah mereka dapat menumbuhkan
dan memperkuat rasa kebersamaan dan kekeluargaan, sehingga dapat menciptakan lingkungan
yang harmonis di kehidupan sehari-hari masyarakat.
Kegiatan gotong royong di desa Jendi dilakukan secara fleksibel dan menyesuaikan dengan
masyarakat di desa tersebut. Di desa Jendi, pelaksanaan kegiatan gotong royong meliputi
berbagai kegiatan, antara lain pembangunan yang pelaksanaannya seperti memperbaiki sarana
umum, misalnya perbaikan jalan, pembuatan drainase, pemasangan lampu jalan, pemasangan
umbul-umbul dalam rangka kegiatan tertentu dan kegiatan lainnya. Sedangkan terkait hal
kebersihan, kegiatan gotong royong yang dilakukan dalam bentuk kebersihan lingkungan umum,
seperti pembersihan selokan, pembersihan sungai, pembersihan jalan desa, dan kegiatan
kebersihan lainnya. Di desa Jendi, kegiatan gotong royong tidak hanya tentang kebersihan desa,
Selain itu, ada acara ritual adat yang diadakan pada waktu dan tempat tertentu, seperti
pernikahan, khitanan, dan bersihan desa/ ruwatan yang dilakukan oleh masyarakat desa terkait,
yang dilaksanakan secara bersama-sama dari awal hingga akhir acara.
Berdasarkan bentuk-bentuk di atas, pelaksanaan gotong royong dilakukan atas kesadaran
diri masyarakat. Ia beranggapan bahwa membantu sesama, menjaga dan merawat desa serta
segala kepentingan bersama lainnya merupakan tanggung jawab bersama dan kebutuhan
masyarakat itu sendiri. Berdasarkan wawancara dengan tokoh pemuda, N (28 tahun) menyatakan
bahwa salah satu faktor utama terbentuknya gotong royong di desa Jendi adalah masyarakat
sadar bahwa mereka hidup bersama di dalam lingkungan yang sama dalam jangka waktu yang
panjang, maka sejak awal masyarakat sudah tertanam untuk saling berkerja sama demi
membangun desa, dan menurutnya melakukan gotong royong juga dapat menumbuhkan rasa
solidaritas di antara masyarakat, sehingga dapat menimbulkan kepekaan sosial, yang membuat
masyarakat dengan sadar dan tanpa keberatan melakukan kegiatan gotong royong.
Berdasarkan hasil wawancara lainnya, dengan tokoh masyarakat desa Jendi yang berinisial
MTB (39 tahun) berpendapat bahwa kegiatan gotong royong memberikan dampak positif bagi
masyarakat selain dapat menjadikan lingkungan menjadi bersih dan nyaman. gotong royong juga
menciptakan rasa kebersamaan dan persatuan dalam masyarakat, dimana dengan gotong royong
masyarakat dapat berbaur menjadi satu antara muda dan tua, tanpa membedakan ras, kelas sosial
dan segala perbedaan lainnya, masyarakat bahu membahu berkerja sama untuk menyelesaikan
pekerjaan bersama. Menurutnya, kegiatan gotong royong harus dilestarikan karena dalam
praktiknya memberikan banyak manfaat bagi daerah setempat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pandangan masyarakat desa Jendi tentang kegiatan
gotong royong yang telah dilakukan selama ini berdampak positif pada lingkungan sekitar.
Mereka beranggapan dengan adanya kegiatan gotong royong dapat meringankan suatu pekerjaan
dan dengan gotong royong kebersihan membuat lingkungan menjadi lebih bersih, lebih rapi serta
nyaman untuk ditinggali. Masyarakat juga beranggapan bahwa dengan kegiatan gotong royong
dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan, sehingga menciptakan kondisi
masyarakat yang harmonis tanpa membedakan agamanya, tidak membedakan suku budaya dan
kelas sosialnya, mereka semua dapat berbaur menjadi satu untuk sebuah tujuan bersama.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kegiatan Gotong Royong di Desa Jendi
Gotong royong merupakan tradisi yang sudah lama dipraktikkan sebagian besar masyarakat
Indonesia, dan kegiatan tersebut masih berlaku hingga saat ini, yang kemudian membentuk
perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan gotong royong juga terkandung nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia. Menurut Fusnika, Hartini, dan Cahyati (2022), dalam penelitiannya
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
18
menyatakan bahwa budaya gotong royong memiliki nilai-nilai gotong royong antara lain:
kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong, sosialisasi, keikhlasan, tanggung jawab, dan
persatuan & kesatuan. Dengan terdapat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya gotong
royong, diharapkan masyarakat memahami nilai-nilai ini dalam kegiatan gotong royong.
Sementera itu berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, teridentifikasi nilai-nilai yang
terkandung dalam kegiatan gotong royong di desa Jendi. Nilai-nilai ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai Kebersamaan
Menjadi makhluk sosial, manusia biasanya membutuhkan bantuan orang lain dalam
menjalani kehidupan sehari-harinya. Fakta tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak
terbiasa hidup sendiri, hal itulah yang mendorong manusia untuk hidup bergotong royong
antara satu sama lainnya sehingga secara otomatis dapat membentuk rasa kebersamaan di
dalam lingkungan sosial. Menurut Simon (2016), harus ada unsur-unsur yang harus dimiliki
untuk menciptakan kebersamaan dalam masyarakat yaitu: visi, kepentingan bersama, rendah
hati dan tanpa pamrih. Rasa kebersamaan yang dimiliki suatu masyarakat menimbulkan rasa
empati yang besar sehingga dapat memotivasi satu sama lain untuk memecahkan masalah
yang menghalangi tujuan bersama. Menurut Budiuzzaman (2010), menjelaskan bahwa
kebersamaan yang tumbuh dalam masyarakat menciptakan kehidupan yang damai dan
membawa keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penelitian penulis, kegiatan gotong royong masyarakat desa Jendi
menunjukkan bahwa terdapat nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan di desa Jendi terlihat dari
kepedulian dan semangat warga untuk bergotong royong, misalnya saat masyarakat
mengadakan kegiatan gotong royong membersihkan sungai. Mereka dengan antusias
mengikuti kegiatan tersebut, pada awal kegiatan masyarakat bersama-sama pergi ke tempat
kegiatan, setelah selesai mereka beristirahat dengan menikmati hidangan yang tersedia atau
biasa disebut dengan istilah wedangan. Dalam kondisi seperti itulah, interaksi sosial secara
otomatis muncul sehingga menciptakan suasana kebersamaan. Contoh lain adalah pada saat
diadakannya acara pernikahan/ hajatan, masyarakat disana ikut berpartisipasi, berkumpul dan
berinteraksi satu sama lainnya dengan tujuan membantu dari awal pelaksanaan kegiatan,
hingga akhir kegiatan tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa gotong royong yang
dipraktikkan di desa Jendi dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, melalui kegiatan tersebut
dapat menciptakan interkasi sosial antara masyarakat satu dengan lainnya tanpa membedakan
latar belakangnya setiap individu, mereka percaya bahwa kegiatan gotong royong dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan sehingga menciptakan kondisi harmonis di lingkungan
masyarakat.
2. Nilai Kekeluargaan
Kekeluargaan, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berasal dari kata
"keluarga", mengandung arti dua orang atau lebih yang hidup bersama karena hubungan
darah. Namun pada hakekatnya rasa kekeluargaan tidak hanya dapat ditemukan dalam
hubungan keluarga, tetapi rasa kekeluargaan juga dapat diwujudkan dalam masyarakat. Hal
ini bisa terjadi apabila dalam kelompok masyarakat tersebut menunjukkan solidaritas yang
tinggi dan terus dipupuk maka secara otomatis akan memunculkan rasa kekeluargaan antara
setiap individu dalam lingkungan masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sasmita
(2018), bahwa rasa kekeluargaan adalah perasaan yang saling terhubungan atau empati antara
individu dengan orang lain dalam suatu kelompok, yang menimbulkan perasaan atau
pemikiran yang sama dengan orang atau kelompok tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh penulis, kegiatan gotong royong masyarakat
desa Jendi memiliki nilai kekeluargaan. Hal ini tercermin dalam pelaksanaan ruwatan atau
tradisi kebersihan desa yang dilakukan setahun sekali. Kegiatan tersebut di lakukan oleh
masyarakat desa dengan cara bersama-sama. Adapun kegiatan gotong royong yang dilakukan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
19
adalah pembersihan lingkungan desa, seperti jalan, parit, area masjid dan pembersihan area
kuburan, kegiatan kebersihan tersebut dilakukan oleh bapak-bapak dan pemuda desa.
Sementara itu, ibu-ibu melakukan kegiatan memasak bersama dan salah satu makanannya
dihidangkan setelah kerja bakti. Puncak acara adalah di malam hari ketika masyarakat
berkumpul untuk berdoa bersama lalu menikmati hidangan yang telah disiapkan. Kegiatan
tersebut berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, hal ini tercermin dalam
pelaksanaannya yaitu masyarakat secara langsung berpartisipasi dari awal hingga akhir,
sehingga menciptakan rasa keakraban antar warga, terciptanya suasana yang harmonis dan
terciptanya ikatan solidaritas yang tinggi, sehingga secara otomatis dapat memunculkan rasa
kekeluargaan di antara semua individu di lingkungan sosial.
3. Nilai Tolong Menolong
Sebagai makhluk sosial, manusia diharuskan berbaur dengan makhluk sosial lainnya.
maka dalam keberlangsungannya manusia harus didorong untuk memiliki sikap tolong
menolong, karena pada dasarnya manusia tidak dapat menjalani kehidupannya tanpa bantuan
dan dukungan orang lain. Dalam gotong royong, tolong-menolong dipahami sebagai tindakan
membantu, baik materil maupun non materil, dengan tujuan untuk memperlancar atau
menyelesaikan pekerjaan. Secara tidak langsung, gotong royong dapat meningkatkan
kesadaran setiap individu untuk saling tolong menolong. Hal ini juga dipertegas Rolitia,
Achdiani, dan Eridiana (2016), bahwa gotong royong memiliki fungsi sebagai bentuk tolong
menolong yang didalamnya terdapat unsur kesukarelaan, tidak ada paksaan meskipun begitu
masyarakat mampu melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik.
Hasil penelitian penulis terlihat bahwa gotong royong masyarakat desa Jendi
menunjukkan terdapat nilai tolong menolong diantara masyarakat desa. Hal ini terlihat dari
kegiatan gotong royong kerja bakti, yaitu ketika ada salah satu warga desa rumahnya
terdampak bencana alam para warga secara sepontan membantu memperbaiki baik tanpa
diminta dan tanpa dibayar. Nilai tolong menolong juga ditunjukkan ketika salah satu warga
terkena bencana atau sakit, seluruh warga akan membantu warga yang terkena dampak.
Kegiatan ini merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, sehingga tolong
menolong dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan untuk membantu orang lain.
4. Nilai Sosialisasi
Di era globalisasi, kehidupan masyarakat cenderung menjadi pribadi yang individualis,
sehingga kesadaran akan pentingnya hidup sosial bermasyarakat dengan lingkungan sekitar
nampaknya semakin berkurang. Menurut Anwar (2018), sosialisasi adalah pengenalan,
penghayatan seseorang terhadap norma-norma yang berlaku dimasyarakat sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan pola perilaku masyarakat sekitarnya. Pada pelaksanaan gotong
royong memiliki nilai sosialisasi, karena terdapat aktivitas kegiatan komunikasi antar anggota
masyarakat satu dengan lainnya sehingga dapat menjaga keberlangsungan proses sosial dalam
kehidupan bermasyarakat di era globalisasi ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis terlihat bahwa gotong royong masyarakat
desa Jendi juga menunjukkan adanya nilai sosialisasi. Hal ini tercermin dalam proses sebelum
melakukan kegaiatan kebersihan/kerja bakti. Sebelum pelaksanaan kegiatan kerja bakti,
warga terlebih dahulu mengadakan musyawarah di balai desa membahas tentang kegiatan
kerja bakti yang akan dilakukan. Pada proses musyawarah tersebut mempertemukan semua
masyarakat antara orang tua dan pemuda, baik warga baru dan lama, untuk berdiskusi
membahas tentang kegiatan kerja bakti yang akan dilaksanakan. Proses ini secara tidak
langsung mengenalkan betapa pentingnya nilai sosialisasi kepada generasi muda bahwa
bersosial perlu dilakukan agar proses sosial di masyarakat tetap dapat berjalan dengan baik.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
20
5. Nilai Keikhlasan
Dalam kegiatan gotong royong terkandung nilai keikhlasan, karena dalam
pelaksanaanya mengajarkan setiap individu untuk rela berkorban dan mengesampingkan
kepentingannya sendiri demi mewujudkan kepentingan orang atau kelompok lain. Menurut
Anggraeni, dkk (2018), mengatakan bahwa keikhlasan adalah memberikan tenaga, uang, atau
barang kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Keikhlasan dalam kegiatan gotong
royong bisa berbentuk apa saja, seperti mengorbankan waktu, tenaga dan materi.
Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa terdapat nilai keikhlasan dalam gotong
royong yang dilaksanakan masyarakat desa Jendi. Hal ini tercermin dari kegiatan gotong
royong rewangan, yaitu ketika ada penyelenggaraan hajatan yang digelar oleh salah satu
warga, dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh elemen warga RT baik orang tua dan para
pemuda, baik saudara maupun bukan, semua ikut berpartisipasi membantu sampai selesai
tanpa meminta imbalan apapun.
6. Nilai Tanggung Jawab
Dalam kehidupan sosial, tanggung jawab merupakan sikap penting untuk setiap individu,
karena manusia terikat terhadap lingkungan sosialnya. Menurut Fitriastuti (2014),
menjelaskan bahwa tanggung jawab adalah cara seseorang bertindak atau berperilaku dalam
memenuhi kewajibannya terhadap dirinya sendiri, komunitas, lingkungan, negara, dan Tuhan.
Setiap anggota masyarakat harus menyadari tanggung jawabnya dalam kehidupan
bermasyarakat, agar dapat menciptakan kondisi yang positif bagi dirinya dan lingkungannya.
Berdasarkan penelitian penulis menunjukkan adanya nilai tanggung jawab dalam
kegiatan gotong royong masyarakat desa Jendi. Hal ini tercermin dari pelaksanaan kegiatan
gotong royong yang secara umum mayoritas warga melaksanakan kegiatan dengan penuh
tanggung jawab, mereka bersedia mau mengikuti kegiatan gotong royong dari awal hingga
selesai sampai akhir kegiatan.
7. Nilai Persatuan & Kesatuan
Persatuan dan kesatuan memiliki arti menyatukan perbedaan dan mampu menjadi satu
kesatuan. Gotong royong dapat menumbuhkan nilai persatuan & kesatuan, karena dalam
pelaksanaan kegiatan ini ini dikerjakaan secara bersama-sama oleh sekelompok orang yang
berbeda latar belakang dan bertempat tinggal di wilayah yang sama. Hal ini diperkuat dengan
sudut pandang Fusnika, Hartini, dan Cahyati (2022), bahwa kegiatan dilakukan bersama-sama
dapat menciptakan ikatan saling memiliki dan menimbulkan rasa memelihara kepentingan
bersama, maka berdasarkan ikatan dan perasaan yang sama itulah dapat menumbuhkan nilai
persatuan dan kesatuan di lingkungan bermasyarakat.
Hasil penelitian penulis kegiatan gotong royong dilakukan oleh masyarakat desa Jendi,
menujukkan bahwa adanya nilai persatuan dan kesatuan, hal ini tercermin dalam pelaksanaan
semua kegiatan gotong royong dalam kegiatan tersebut semua masyarakat berkumpul
melebur menjadi satu untuk mencapai tujuan yang telah disepakati tanpa membedakan status
ekonomi, agama, dan usia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan gotong royong
memiliki kemampuan untuk menghilangkan semua perbedaan di lingkungan masyarakat.
Upaya Penguatan Kegiatan Gotong Royong di Desa Jendi
Gotong royong merupakan tindakan yang dilandasi kepedulian terhadap sesama dan
dibangun atas kesadaran pribadi yang mengutamakan kepentingan umum dibandingkan
kepentingan pribadi. Keberadaan tradisi gotong royong merupakan warisan masa lalu yang
ditransformasikan secara turun menurun sehingga menjadikannya sebagai warisan budaya yang
perlu dikembangkan dalam kehidupan masa kini (Dasa, dkk 2022). Namun arus perkembangan
zaman memuculkan sikap individualisme di dalam kehidupan bermasyarakat sehingga membuat
rasa keberasamaan dalam masyarakat mulai menurun. Sikap individualisme ini muncul
dikarenakan salah satunya adalah kemajuan tekonologi, masyarakat merasa sangat dimudahkan
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
21
dengan teknologi modern sehingga mereka tidak merasa membutuhkan bantuan dari orang lain.
(Ngafifi 2014).
Kegiatan gotong royong memberikan pengaruh yang nyata terhadap kehidupan
bermasyarakat, tetapi seiring berjalannya waktu semangat gotong royong mulai menurun, maka
harus dilakukan upaya penguatan gotong royong, mengingat gotong royong merupakan warisan
budaya dengan falsafah luhur yang didalamnya terkandung nilai-nilai, misalnya. intregritas,
kebangsaan, dan kebersamaan. Ada beberapa pendekatan dalam rangka penguatan kegiatan
gotong royong terutama bagi generasi muda yaitu melalui keteladanan, kebiasan, hukuman dan
penghargaan (Hasbullah, 2006). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan AGIL
(Adaptation, Goal Attainment, Integration, and Latency). Untuk menganalisis upaya penguatan
gotong royong di desa Jendi. Menurut Saputra dan Sartika (2021), menjelaskan bahwa skema
AGIL yang diperkenalkan oleh Talcott Parson dalam teori fungsional struktural, suatu sistem
sosial agar mampu bertahan dan berfungsi dengan baik dalam masyarakat harus menjalankan
empat fungsi antara lain;
1. Adaption, yakni sebuah sistem harus mampu bertahan dan dapat menyesuaikan dengan
perkembangan yang terjadi di lingkungan. Bahwa dalam hal ini gotong royong masyarakat
desa Jendi harus dapat mengikuti perkembangan zaman sehingga keberadaannya tidak
hilang dan selaras dengan kehidupan masyarakat saat ini. Hasil penelitian dilakukan oleh
penulis menunjukan bahwa di desa Jendi dalam pelaksanaan kegiatan gotong royong
melibatkan semua elemen masyarakat baik orang tua dan pemuda karang taruna.
Semuanya terlibat dari awal saat musyawarah hingga saat pelaksanaan kegiatan gotong
royong hal ini bertujuan untuk melestarikan semangat dan nilai nilai gotong royong dalam
kehidupan bermasyarakat bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya generasi muda desa.
2. Goal attainment adalah sistem yang harus dapat merumuskan tujuan dan berusaha untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa desa
Jendi melakukan kegiatan gotong royong bertujuan untuk mencapai tujuan yang disepakati
sebelumnya melalui musyawarah bersama di balai RT, selain itu tujuan utama kegiatan
gotong royong juga untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, keakrabaan dan keharmonisan
antara masyarakat desa.
3. Integration, yakni sebuah sistem dapat mengatur hubungan antar komponen-komponen
agar sistem dapat berfungsi dengan baik. Dalam pelaksanaannya, kegiatan gotong royong
harus dapat melebur ke dalam semua komponen di masyarakat. Berdasarkan penenlitian
yang dilakukan penulis fungsi ini dapat dilihat dalam pelaksanaan gotong royong di desa
Jendi, semua komponen di dalam masyarakat baik dari latar belakang pendidikan,
keagamaan, kelas sosial dan dari latar belakang yang berbeda dapat dapat berbaur menjadi
satu, untuk bekerja sama dengan satu sama lain dengan tujuan dan kepentingan yang sama.
4. Latey, setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki dan menjaga suatu sistem
tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menujukan bahwa dalam hal ini
masyarakat di desa Jendi melakukan upaya pemelihara untuk mempertahankan kegiatan
gotong royong yang dipraktikkan masyarakat sejak lama dengan menjaga agar kegiatan
gotong royong tetap berlangsung, dengan cara mensosialisasikan dan melibatkan secara
aktif generasi muda dalam setiap kegiatan gotong royong dari awal musyawarh hingga
pelaksanaanya. Dan melakukan evaluasi ketika kegiatan tersebut telah selesai, agar dapat
memperbaiki kesalahan dan ketika ada kekurangan dalam kegiatan.
4. Kesimpulan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa proses penguatan
nilai-nilai gotong royong di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri dapat dilihat
dari tiga aspek berikut: Pertama, dari aspek pandangan masyarakat tentang gotong royong
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
22
menunjukkan bahwa mereka mengetahui kegiatan tersebut berdampak positif bagi lingkungan
tempat tinggalnya, mereka beranggapan bahwa gotong royong membuat pekerjaan menjadi lebih
mudah serta memunculkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan sehingga dapat menciptakan
keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua, dengan adanya nilai-nilai yang terdapat
dalam pelaksanaan kegiatan gotong royong terdiri dari: kebersamaan, kekeluargaan, tolong
menolong, sosialisasi, keiklahsan, tanggung jawab dan persatuan, menyadarkan masyarakat
betapa pentingnya melaksanakan kegiatan getong royong, sehingga diharapakan pelaksanaan
gotong royong tetap dilestarikan. Ketiga, upaya penguatan kegiatan gotong royong yang
dilakukan, dikarenakan kegiatan gotong royong dianggap sebagai kebutuhan bersama serta
kegiatan tersebut banyak memberikan efek positif terhadap lingkungan dan pelaksanaan upaya
penguatan gotong royong di desa Jendi bertujuan agar dapat melestarikan kegiatan gotong
royong agar tidak luntur karena perkembangan zaman.
5. Daftar Pustaka
Anggraeni, Novita, Charis Faozi, Shinta Muliawati, and Sely Andriani. 2018. Pola asuh
demokratis untuk mengembangkan perilaku altruisme anak di era global.” Journal of
Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2018), 2: 5768.
Anwar. 2018. “Paradigma sosialisasi dan kontribusinya.” Jurnal Al-Maiyyah 11(1): 6579.
Artini, Ni Putu Sri, Sunarto Amus, and Amran Mahmud. 2013. degradasi budaya gotong
royong pada masyarakat Bali Di Maleali Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.”
Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 168999.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/EduCivic/article/view/11205/8654.
Budiuzzaman. 2010. kebersamaan sebagai ciri masyarakat berbudaya.” makalah pada
seminar merekat bangsa yang telah terkoyak.
Dasa, Dani, and Dkk. 2022. “Globalisasi dan lunturnya budaya gotong royong masyarakat DKI
Jakarta.” Jurnal Kewarganegaraan 6(2): 525661.
Dewantara W Agustinus. 2017. Alangkah hebatnya negara gotong royong (Indonesia
Dalam Kacamata Soekarno). Yogyakarta.
Fadli, Muhammad Rijal. 2021. “Memahami desain metode penelitian kualitatif.” Humanika
21(1): 3354.
Fitriastuti. 2014. Peningkatan sikap kerja keras dan tanggung jawab siswa dalam
pembelajaran matematika melalui strategi course review horay.” universitas
muhammadiyah surakarta.
Fusnika, F, A Hartini, and M A Cahyati. 2022. Implementasi nilai gotong royong dalam
kehidupan bermasyarakat (Studi Kasus Kegiatan Kerja Bakti Di RT/RW: 009/002 Dusun
Keladan Tunggal ….” … : Jurnal Pendidikan 7(1): 1528.
http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/PEKAN/article/view/1628%0Ahttp://jurn
al.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/PEKAN/article/download/1628/1183.
Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2006.
Irfan, Maulana. 2017. “Metamorfosis Gotong Royong Dalam Pandangan Konstruksi Sosial.”
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 4(1): 1.
Murniatmo Gatot, Sumintarsih, and Harnoko Darto. 2013. Khazanah Budaya Lokal : Sebuah
Pengantar Untuk Memahami Kebudayaan Daerah Di Nusantara. Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa.
Academy of Education Journal
Vol. 15, No. 1, Januari 2024, Page: 14-23
ISSN: 1907-2341 (Print), ISSN: 2685-4031 (Online)
Aryo Danurwindo et.al (Penguatan nilai-nilai gotong royong….)
23
Ngafifi, Muhamad. 2014. “Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif
Sosial Budaya.” Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi 2(1): 3347.
Nurlatifah, Nurlatifah. 2017. “Gotong Royong Sebagai Wujud Integrasi Lokal Dalam
Perkawinan Adat Banjar Sebagai Sumber Pembelajaran Ips Di Desa Hakim Makmur
Kecamatan Sungai Pinang.” Jurnal Socius 6(1).
Rolitia, Meta, Yani Achdiani, and Wahyu Eridiana. 2016. “Nilai Gotong Royong Untuk
Memperkuat Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga.” Sosietas 6(1).
Saputra, I Putu Adi, and Lianda Dewi Sartika. 2021. Analisis Peranan Sunan Giri Dalam
Proses Islamisasi Di Jawa Berdasarkan Fungsi Agil.” Langgong: Jurnal Ilmu Sosial dan
Humaniora 1(1): 2330.
Sasmita, Wikan. 2018. “Tradisi Upacara Ritual Siraman Sedudo Sebagai Wujud Pelestarian
Nilai-Nilai Sosial.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3(2): 207.
Simon, Ridwan. 2016. “Transformasi Nilai Kebersamaan Dalam Musik Songah.” Metodik
Didaktik 10(1): 2336.
Sudrajat Ajat. 2014. “Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber
Pembelajaran IPS.” Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Alfabeta.
Tantawi, Isma. 2019. Dasar-Dasar Ilmu Budaya: Deskripsi Kepribadian Bangsa Indonesia.
Prenada Media, 2019.