AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1373
KONSELING KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK MODELING SIMBOLIS
MELALUI FILM PENDEK UNTUK MEREDUKSI PERUNDUNGAN VERBAL
Halida
1
dan Zaky Ibrahim Zayn Borneo
2
1
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, 78124, Indonesia
2
Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia
Jalan Prof. Selo Soemardian, Depok, Jawa Barat 16424, Indonesia
1
2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mereduksi perundungan verbal dengan menggunakan konseling kelompok
menggunakan teknik modeling simbolis melalui film pendek pada siswa. Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian kuantitatif, design Quasi Exsperimental yaitu Pre test-Post test Control Group
Design, populasinya siswa kelas VII SMPN 4 Pontianak. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik non probability sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner perundungan verbal,
disebar secara langsung ke siswa dalam kelas. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, data
yang dideskripsikan adalah hasil pretest dan posttest dari kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol. Dari data tersebut dihitung rata-rata, ragam/varians, simpangan baku, nilai tertinggi, dan nilai
terendah. Data yang digunakan adalah data interval, analisisnya dilakukan melalui statistik non
parametrik. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t sampel berpasangan. Hasil penelitian
mengungkap terdapat perbedaan signifikan hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen yang
menggunakan konseling kelompok dengan teknik modeling simbolis melalui film pendek. Sedangkan
kelas kontrol menggunakan konseling kelompok konvensional. Rata-rata pre-test kelas eksperimen
yakni 118,71 lalu setelah diberikan perlakuan terjadi penurunan tingkat perundungan verbal menjadi
77,14. Sedangkan nilai rata-rata pada pre-test kelas kontrol dengan konseling kelompok konvensional
sejumlah 120,71 menurun menjadi 105,14. Berdasarkan output Pair 1, diperoleh nilai sig. (2-tailed)
sebesar 0.000 < 0.05 berarti terdapat perbedaan rata- rata tingkat perundungan verbal pada korban untuk
pre-test dan post-test kelas eksperimen. konseling kelompok dengan teknik pemodelan simbolis
menggunakan film pendek maupun menggunakan diskusi mampu mereduksi perundungan verbal pada
siswa. Konseling kelompok dengan film pendek yang diputar mampu mempengaruhi jiwa dan perasaan
siswa sehingga mampu untuk lebih kuat dan tegar dalam menghadapi perundungangan verbal dari
sekitar siswa.
Kata Kunci: Konseling kelompok, Modeling simbolis, Film pendek, Perundungan verbal
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRCT
This research aims to reduce verbal bullying by using group counseling using symbolic modeling
techniques through short films for students. This type of research uses quantitative research, Quasi
Experimental design, namely Pre test-Post test Control Group Design, the population is class VII
students at SMPN 4 Pontianak. The sampling technique was carried out using a non-probability
sampling technique. Data was collected using a verbal bullying questionnaire, distributed directly to
students in class. The method used is the descriptive method, the data described are the results of the
pretest and posttest from the experimental group and the control group. From this data, the average,
variance, standard deviation, highest value and lowest value are calculated. The data used is interval
data, the analysis is carried out using non-parametric statistics. Hypothesis testing using paired sample
t-test. The research results revealed that there were significant differences in the pre-test and post-test
results in the experimental class which used group counseling with symbolic modeling techniques
through short films. Meanwhile, the control class used conventional group counseling. The pre-test
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1374
average for the experimental class was 118.71, then after being given treatment, the level of verbal
bullying decreased to 77.14. Meanwhile, the average score in the control class pre-test with
conventional group counseling was 120.71, decreasing to 105.14. Based on the output of Pair 1, a sig
value is obtained. (2-tailed) of 0.000 < 0.05 means there is a difference in the average level of verbal
bullying among victims for the pre-test and post-test of the experimental class. Group counseling using
symbolic modeling techniques using short films and discussions can reduce verbal bullying among
students. Group counseling with short films shown is able to influence students' souls and feelings so
that they are able to be stronger and tougher in facing verbal bullying from around students.
Keywords: Group counseling, Symbolic modeling, Short films, Verbal bullying
PENDAHULUAN
Sejumlah penelitian dari Unesco (2017) melaporkan bahwa anak-anak berusia 13
hingga 15 tahun mengalami tindak kekerasan dimensi sosial dan budaya baik di dalam dan
di luar sekolah (Halida, Mappiare-at, et al., 2022). Data dari Badan Pusat Statistik (2020)
mengkonfirmasi tingginya tindak kekerasan baik verbal maupun fisik pada kalangan remaja
di Indonesia. Pada tahun 2018, sebanyak 3,75% terjadi konflik melibatkan peserta didik
dengan 5,9% konflik yang belum terselesaikan (Badan Pusat Statistik, 2020). Menurut data
dari Unicef sebanyak 41% pelajar berusia 15 tahun pernah mengalami perundungan
setidaknya beberapa kali dalam satu bulan, menurut studi PISA (Program Penilaian Pelajar
Internasional). Jajak pendapat U-Report terhadap 2.777 anak muda Indonesia berusia 14-24
tahun menemukan bahwa 45% dari mereka pernah mengalami perundungan daring. Tingkat
pelaporan dari anak laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (49%
dibandingkan dengan 41%). Jenis perundungan daring yang paling banyak terjadi menurut
1.207 responden U-Report. Pelecehan melalui aplikasi chatting (45%), penyebaran
foto/video pribadi tanpa izin (41%), dan jenis pelecehan lain (14%) (Unicef, 2017).
Perilaku agresif di kalangan anak muda, termasuk kekerasan dan perundungan,
memiliki kaitan dengan meningkatnya resiko gangguan psikis dalam rentang kehidupan,
fungsi sosial yang buruk dan proses pendidikan. Upaya-upaya untuk menumbuhkan
solidaritas, menghargai perbedaan, toleransi, kejujuran dan kedamaian di kalangan peserta
didik hendaklah mengambil tempat di sekolah (UNESCO, 2000)(Unesco, 2000).
Peserta didik wajib mendapatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Tujuan
bimbingan dan konseling di sekolah memperkuat program pendidikan yang ada di sekolah.
Diharapkan tujuan tersebut dapat membantu peserta didik meraih kebahagiaan dan
kesejahteraan sebagai individu dan makhluk sosial. Tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah ini sebagaimana dinyatakan dalam Undangundang Sistem Pendidikan (UUSPN)
tahun 2003 (UU No. 20/2003) yaitu mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang berbudi
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1375
pekerti luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani serta
rasa tanggung jawab ke masyarakat dan kebangsaan.
Layanan yang tepat memberikan perubahan besar terhadap penurunan pelaku
perundungan verbal sehingga dapat memanusiakan manusia. Manusia hidup bersama
dengan yang lain merupakan fakta yang tidak dapat disangkal. Tidak mungkin hidup tanpa
orang lain, suatu kelompok berada dalam kenyamanan, keselarasan dan ketentraman
bilamana berhasil membangun harmoni sosial. Dari situlah suatu keindahan komunitas sosial
merekat untuk saling menghargai, memahami dan toleransi sehingga melahirkan persatuan
dan saling menyayangi. Keselarasan dan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari mesti
dapat diciptakan dengan berbagai upaya. Setiap akan melakukan tindakan, individu
memikirkan respon-respon sosial orang lain (Bandura, 2001, 2005). Sebelum bertindak,
individu dapat memikirkan secara matang, agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Individu yang bermoral melahirkan keserasian, kenyamanan dan kedamaian (Bandura,
2016).
Penggunaan layanan konseling kelompok dalam penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian yang diungkapkan oleh (Berg et al., 2006; Brabendar & April, 2009) individu
dapat mengarahkan pemikiran, sikap maupun perilaku individu agar lebih berdaya buat diri
sendiri maupun orang lain. Memperoleh pengalaman emosi dalam berinteraksi dengan
individu yang berbeda budaya (Cross & Papadopoulos, 1994). Melalui konseling kelompok
membantu siswa berani dalam berkomunikasi, mengurangi tindak kekerasan pada
oranglain, menggunakan pikiran yang rasional sebelum bertindak sehingga menjadi manusia
seutuhnya. Selain itu konseling kelompok membantu peserta didik melakukan penyesuaian
sosial, emosi, dan intelektual untuk membantu proses tumbuh kembang mereka menjadi
individu yang dapat berfungsi seutuhnya (Gysbers & Henderson, 2012).
Pelaksanaan konseling kelompok menggunakan video karena lebih efektif waktu dan
efisien tempat. Video bisa diulang-ulang jika ada sesuatu yang akan dibahas lebih mendalam,
atau ada yang terlewat dalam menontonnya. Melalui media video, Guru BK dapat
memvariasikan layanan sehingga tidak membosankan peserta didik. Layanan konseling
menggunakan video dianjurkan karena mencegah depresi pada remaja akibat tekanan sosial
(Gladstone et al., 2015). Pemberian video dalam layanan konseling mampu meningkatkan
kompetensi sosial individu (Catterall, 1987; Hoogerheide et al., 2016). Alur cerita dalam
video mungkin tidak sama persis mewakili kehidupan, namun dapat berfungsi sebagai
metafora dalam kehidupan sehingga lebih bermakna. Makna dalam video dapat membingkai
ulang masalah, dan memodelkan pemecahan masalah sehat yang dapat diterapkan dalam
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1376
kehidupan mereka sendiri (Păsărelu & Dobrean, 2018). Video berisi film pendek, dapat
membantu para terapis merawat individu yang mengalami tekanan sosial dikarenakan ras,
karier, dan gender (Tamm & Tulviste, 2015). Video membantu individu menguasai
keterampilan, mensejahterakan perasaan individu dan meningkatkan prestasi (Costuchen &
Dimitrova, 2022; Poonsawad et al., 2022).
Konseling kelompok diberikan oleh Guru BK berfungsi memberikan bantuan kepada
peserta didik untuk mencegah berkembangnya perundungan pada siswa. Saat menonton film
pendek tema perundungan, kognitif siswa mengaitkan dengan keadaan dirinya sebagai
pelaku perundungan untuk mau berubah dengan tidak melakukan hal-hal yang merugikan
oranglain.
Dipilihnya siswa kelas VII SMP karena siswa mengalami masa transisi dari anak-anak
ke remaja awal. Pada masa ini terjadi ambigu, ingin bergaul bebas, suka meniru perilaku
orang lain, terjadi gejolak jiwa dengan teman sebaya (Santrock, 2012). Berdasarkan rentang
usia 12 sampai dengan 15 tahun, individu berada pada tahap operasi formal, yaitu tahap
berpikir yang dicirikan dengan kemampuan berpikir secara hipotesis, logis, abstrak, dan
ilmiah (Asrori, 2018). Pada usia ini, siswa mulai dapat mengemukakan pendapatnya secara
individual, mampu menganalisis kejadian sosial di sekitarnya secara abstrak, mampu berpikir
kritis, mampu berpendapat sehingga kegiatan yang bersifat kelompok dapat dimanfaatkan
untuk memberikan pengalaman.
Sasaran layanan yaitu aspek pribadi sosial, pada layanan pribadi memfokuskan
peserta didik untuk memahami diri, mengoptimalkan kelebihan diri, menjadikan siswa insan
yang bertanggungjawab. Layanan sosial peserta didik bisa memahami keberagaman budaya,
nilai-nilai, norma, sikap sosial positif. Salah satu fungsi layanan bimbingan dan konseling di
SMP adalah mengembangkan kepribadian sosial dan karakter setiap siswa (Halida et al.,
2020). Perkembangan optimal perkembangan peserta didik bukan sebatas tercapainya
prestasi sesuai kapasitas intelekstuak dan minat yang dimiliki, melainkan memungkinkan
peserta didik mampu mengambil pilihan yang tepat dan bertanggungjawab terhadap
dinamika kehidupan yang dihadapi (Permendikbud, 2014).
Modeling merupakan proses belajar dengan mengamati perilaku orang lain. Hasil
permodelan cenderung menyerupai bahkan sama perilakunya dengan perilaku orang yang
ditiru. Bila individu dapat belajar dengan mengamati, maka mereka pasti memfokuskan
perhatiannya, mengkonstruksikan gambaran, mengingat, menganalisis, dan membuat
keputusan-keputusan yang mempengaruhi pelajaran (Bandura, 2005). Teknik modeling
simbolis telah banyak diterapkan pada kasus-kasus perundungan, kasus rendahnya rasa
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1377
percaya diri maupun kurangnya interpersonal seseorang (Corey, 2016; Halle et al., 2016;
Hidayah et al., 2019).
Untuk menguji bahwa konseling kelompok dengan teknik modeling simbolis
menggunakan film pendek efektif menurunkan perundungan verbal siswa, maka dilakukan
penelitian eksperimen. Hal ini berdasarkan bahwa (1) di dalam film tema perundungan
mengandung nilai-nilai karakter, sesuai dengan konteks program bimbingan pribadi-sosial.
Oleh karena itu, peran Guru BK sangat vital dalam menunjang program Pemerintah demi
menyukseskan P5; (2) hasil kajian literatur dan hasil survey di lapangan, permasalahan
siswa SMP, akhir-akhir ini menuntut peserta untuk dapat mengembangkan diri dengan
menghargai oranglain, bertanggungjawab bagi dirinya maupun masyarakat sekitar agar dapat
menjadi warga negara yang bertanggung jawab; (3) hasil penelitian terdahulu terdapat
beberapa teknik yang telah digunakan untuk menurunkan perundungan siswa, namun belum
masih terdapat kelemahan-kelemahan. Adapun kelemahan-kelamahan ditemui, diantaranya
sampel terlalu sedikit sehingga sulit untuk digeneralisasi. Dari aspek metode, jarang
menggunakan perbandingan dua metode yang dieksperimenkan. Belum adanya validasi ahli
dibidang konten dan uji keefektifan. Indikator yang diteliti dalam penelitian belum mencakup
apa yang akan di ukur secara mendalam.
Dari beberapa kelemahan hasil penelitian terdahulu di atas, maka penelitian ini dibuat
untuk mengatasi kelemahan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan mengatur strategi
yang komprehensif dan kolaboratif. Memadukan dan menggabungkan semua unsur menjadi
satu kesatuan yaitu konseling kelompok, teknik modeling simbolis dan media teknologi
berupa film pendek. Strategi tersebut masih jarang ditemukan dari penelitian sebelumnya.
Alasan inilah yang membuat peneliti berusaha mengeksplor, mengelaborasi dan
mengekperimenkan berbagai unsur sehingga menjadi suatu kemasan teknik modeling yang
menarik dan penuh dengan kebaruan sehingga mengesankan untuk dipraktekkan oleh para
Guru BK dan peserta didik. Oleh karena itu, intervensi konseling kelompok dengan teknik
modeling simbolis menggunakan film pendek dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan
afektif siswa dalam merumuskan karakter menghargai keberagaman dan perbedaan. Dari
latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan konseling
kelompok dengan teknik modeling simbolis menggunakan film pendek untuk mengurangi
perundungan verbal pada siswa kelas VII SMPN 4 Pontianak.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1378
METODE
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan pretest posttest control group
design. Instrumen yang diberikan kepada sampel yaitu instrumen yang dikembangkan sendiri
oleh penulis. Instrumen yang sama diberikan baik sebelum maupun sesudah perlakuan. Uji
validitas instrumen menggunakan SPSS versi 26.0 for windows. Tingkat perundungan verbal
dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Instrumen yang diberikan
terdiri dari 50 item, saat uji coba terbatas, 15 item dinyatakan gugur. Item yang gugur tidak
dimasukkan untuk uji berikutnya. Hasil uji validitas instrumen yang diberikan kepada 35
responden menunjukkan nilai terendah 0,360 sebesar dan tertinggi sebesar 0,782 serta r-tabel
pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 0,349. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai 0,920
atau lebih besar dari r-tabel sebesar 0,349 yang berarti instrumen dinyatakan reliabel. Subyek
pada kelompok eksperimen desain ini menggunakan dua kelompok yang dinamakan dengan
kelompok eksperimen terdiri dari kelompok A & kelompok B sebagai kelompok kontrol.
Pada kelompok A dan B diberikan pretest, selanjutnya pada kelompok A diberikan
intervensi teknik modeling simbolis menggunakan film pendek dan kelompok B
menggunakan metode diskusi. Setelah diberikan perlakuan selanjutnya 2 kelompok
eksperimen diberikan posttest. Di bawah ini digambarkan alur cerita.
Gambar 1. Tahap penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan utama. Empat tahapan tersebut
meliputi tahap kajian literatur dan melakukan prariset dengan mencari data di lapangan berupa
wawancara ke Guru BK, tahap kedua memberikan pret test perundungan verbal, tahap ke tiga
yaitu melaksanakan penelitian atau memberikan perlakuan dan tahap ke empat memberikan
post test perundungan verbal baik kepada kelompok A maupun kepada kelompok B. Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 4 Pontianak yang memiliki
perundungan tinggi sebagai korban. Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara atau
metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selama
penelitian (Creswell, 2012). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang utama adalah
skala perundungan verbal yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Skala perundungan verbal
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1379
disebarkan ke siswa, skala perundungan verbal sebagai korban ini diberikan sama saat prestest
dan posttest.
Teknik analisis data merupakan suatu bagian dari proses penelitian yang mencoba
menyusun secara sistematis atau mengklasifikasikan data-data yang telah didapat (Nazier,
2016). Analisa data diawali dengan melaporkan statistik deskriptif yang telah diukur atau
diobservasi sebelumnya serta data yang dihimpun melalui prettest dan posttest berupa rata-rata
(means), standard deviation (SD) dan rentang (range). Data kuantitatif perundungan verbal
siswa dari hasil posttest bertujuan melihat signifikansi perubahan antara sebelum dan sesudah
diberikan intervensi bagi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis data
menggunakan Uji wilcoxon signed test merupakan uji nonparametris yang digunakan untuk
mengukur perbedaan 2 kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval, data
berdistribusi tidak normal. Uji ini juga dikenal dengan nama uji match pair test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data pretest diberikan pada siswa sebanyak 35 siswa kelas VII SMPN 4 kota Pontianak,
setelah data masuk yang dikirim siswa kemudian data tersebut diolah. Dari data tersebut
diperoleh gambaran data terkait rata kemudian untuk dijadikan sampel penelitian sebanyak 14
siswa yang mempunyai tingkat tinggi sebagai korban perundungan verbal. Dari 14 siswa itu
dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa dikelompokkan pada kelompok eksperimen
dan 7 siswa dikelompokkan pada kelompok kontrol. Demografi partisipan diperoleh informasi,
yaitu usia dan jenis kelamin. Semua responden duduk di kelas VII SMP se-kota Pontianak.
Tabel 1. demografis kelompok eksperimen dan kelompok control
Jenis kelamin responden
N (%)
Mean
Median
SD
Range
Laki-laki
7 (50)
1,00
1,00
0,000
0
Perempuan
7 (50)
2,00
2,00
0,000
0
Usia responden (laki-laki)
12 tahun
3 (0,42)
1,00
1,00
0,000
0
13 tahun
3 (0,42)
2,00
2,00
0,000
0
14 tahun
1 (0,14)
3,00
3,00
0,000
0
Usia responden (perempuan)
12 tahun
4 (0,57)
1,00
1,00
0,000
0
13 tahun
2 (0,28)
2,00
2,00
0,000
0
14 tahun
1 (0,14)
3,00
3,00
0,000
0
Dari tabel 1 di atas, diketahui responden berjumlah 14 orang terdiri dari 7 laki-laki dan 7
perempuan terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk usia responden
laki-laki terbagi menjadi 3 kelompok umur. Umur 12 tahun ada 3 responden, umur 13 tahun
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1380
ada 3 responden dan 14 tahun ada 1 responden. Untuk usia responden perempuan juga terbagi
menjadi 3 kelompok umur. Umur 12 tahun ada 4 responden, umur 13 tahun ada 2 responden
dan 14 tahun ada 1 responden. Responden semuanya berasal dari kelas VII SMP.
Selanjutnya pada disajikan kategori perbedaan tingkat perundungan verbal sebelum dan
sesudah perlakuan. Pada tabel 2 disajikan kategori perundungan verbal sebagai korban
kelompok eksperimen dan tabel 3 kategori perundungan verbal sebagai korban kelompok
kontrol eksperimen di bawah ini.
Tabel 2. Kategori perundungan verbal kelompok eksperimen
Kategori
kategori
Sesudah perlakuan
Jumlah
persentasi
Jumlah
persentasi
Sedang
2
28,5
Rendah
4
57,1
Tinggi
5
71,4
Sedang
3
42,8
Total
7
100
Total
7
100
Dilihat dari kategorisasi pada tabel 2 di atas, ada 2 siswa masuk dalam kategori sedang
tingkat perundungan verbal sebagai korban sebelum diberikan perlakuan dan ada 5 siswa
masuk dalam kategori tinggi tingkat perundungan verbal sebagai korban. Namun setelah
diberikan perlakuan dengan teknik modeling simbolis menggunakan film pendek, terdapat 4
orang siswa mengalami penurunan tingkat perundungan masuk kategori rendah dan 3 orang
siswa masuk kategori sedang. Hal ini membuktikan bahwa tingkat perundungan verbal sebagai
korban menurun karena mereka sudah mengetahui teknik dalam mencegah perundungan.
Tabel 3. Kategori perundungan verbal sebagai korban kelompok kontrol
Perundungan Verbal kelompok kontrol
Kategori
(sebelum perlakuan)
kategori
(sesudah perlakuan)
Jumlah
persentasi
Jumlah
persentasi
Sedang
4
57,1
Rendah
2
28,5
Tinggi
3
42,8
Sedang
5
71,4
Total
7
100
Total
7
100
Pada tabel 3 di atas, ada 4 siswa masuk dalam kategori sedang tingkat perundungan
verbal sebelum diberikan perlakuan dan ada 3 siswa masuk dalam kategori tinggi tingkat
perundungan verbal. Namun setelah diberikan perlakuan secara konvensional dengan metode
berdiskusi terdapat 2 orang siswa mengalami penurunan tingkat perundungan masuk dalam
kategori rendah dan 5 orang siswa masuk dalam kategori sedang. Hal ini membuktikan bahwa,
maka tingkat perundungan verbal sebagai korban menurun karena mereka sudah mengetahui
teknik dalam mencegah perundungan.
Di bawah ini disajikan data deskripsi statistik kelas eksperimen dan kelas dan kelas
kontrol:
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1381
Tabel 4. Data deskriptif pre-test & post-test kelas kontrol & kelas eksperimen
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pre-Test Eksperimen
7
109
133
118.71
9.250
Post-Test Eksperimen
7
71
85
77.14
5.273
Pre-Test Kontrol
7
114
133
120.71
6.499
Post_Test Kontrol
7
90
119
105.14
9.822
Valid N (listwise)
7
Berdasarkan tabulasi data di atas, diketahui terdapat perbedaan hasil pre-test dan post-
test pada kelas eksperimen yang menggunakan konseling kelompok dengan teknik
modelling simbolis melalui film pendek dan kelas kontrol yang menggunakan konseling
kelompok konvensional. Merujuk pada tabel 4.4, rata-rata pre-test kelas eksperimen yakni
118,71 lalu setelah diberikan perlakuan konseling kelompok dengan teknik modeling
simbolis melalui film pendek terjadi penurunan tingkat perundungan verbal menjadi
77,14. Sedangkan nilai rata-rata pada pre-test kelas kontrol dengan konseling kelompok
konvensional sejumlah 120,71 menurun menjadi 105,14. Dari data tersebut, dapat
disimpulkan kedua kelas mengalami perubahan namun perubahan yang lebih signifikan
terjadi di kelas eksperimen.
Analisis Data Pre-Test & Post-Test
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat perundungan verbal
yang dialami siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan baik dari kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
Tabel 5. hasil pre-test & post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
Perundungan Verbal
Kode
Kelompok Eksperimen
Kode
Kelompok Kontrol
Skor Pre-
test
Skor Post-
test
Selisih
Skor Pre-
test
Skor Post-
test
Selisih
AP
129
79
50
FA
116
110
6
CIP
119
82
37
JAMA
125
107
18
DM
109
71
38
MAR
117
101
16
IW
110
76
34
NH
133
97
36
KLC
113
85
28
RAL
119
112
7
MN
118
76
42
R
121
119
2
NT
133
71
62
ZDF
114
90
24
Jumlah
831
540
Jumlah
845
804
Data pada tabel 5 dijabarkan lagi ke dalam histogram agar lebih jelas untuk melihat
tingkat perbedaan kelompok eksperimen. Untuk melihat tingkat penurunan perundungan verbal
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat melalui grafik dibawah ini:
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1382
Gambar 2. Grafik skor pre-test & post-test kelas eksperimen
Gambar 3. Grafik skor pre-test & post-test kelas kontrol
Pengujian Hipotesis
a. Hasil uji homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui varian populasi sama atau tidak.
Tabel 4 Tes homogenitas
Levene
Statistic
df1
df2
Sig.
Tingkat
perundungan
Verbal Siswa
Based on Mean
3.424
1
12
.089
Based on Median
3.118
1
12
.103
Based on Median and with adjusted df
3.118
1
7.461
.118
Based on trimmed mean
3.286
1
12
.095
Berdasarkan data diatas, diketahui nilai signifikansi (Sig) Based on Mean adalah sebesar
0.89 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data post-test kelas eksperimen dan
data post-test kelas kontrol adalah sama (homogen).
b. Independent Sample Test
Independent Sample Test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-
rata antara dua kelompok sampel (kelas kontrol & kelas eksperimen) yang tidak berhubungan
atau bebas. Di bawah ini disajikan hasil dari uji independent sampel test.
0
100
200
AP CIP DM IW KLC MN NT
KELAS EKSPERIMEN
Pre-test Post-Tes
0
50
100
150
FA JAMA MAR NH RAL R ZDF
KELAS KONTROL
Pre-Test Post-Test
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1383
Tabel 5 Hasil uji independent sample test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F
Sig.
t
Df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differ
ence
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower
Upper
Tingkat
Verbal
Bullying
Equal
variances
assumed
3.424
.089
-6.402
12
.000
-37.714
5.891
-50.550
-24.878
Equal
variances
not assumed
-6.402
7.526
.000
-37.714
5.891
-51.450
-23.978
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0.000 < 0.05 sehingga
dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat verbal bullying antara kelompok eksperimen yang
menggunakan teknik modellng simbolis melalui film pendek dengan kelompok kontrol yang
menggunakan konseling kelompok konvensional. Sehingga dapat disimpulan bahwa terdapat
perbedaan pemberian layanan konseling kelompok menggunakan teknik modelling simbolis
melalui film pendek dengan konseling kelompok konvensional dalam mereduksi tingkat
perundungan verbal pada siswa kelas VII SMPN 4 Pontianak.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling kelompok menggunakan teknik modeling
simbolis menggunakan film pendek dapat mereduksi perundungan verbal siswa. Perundungan
verbal dapat menurun secara stabil setelah empat kali mengikuti konseling kelompok TMS-FP.
Penurunan perundungan verbal pada siswa yang dicapai siswa kelas VII SMPN 4 Pontianak
ditunjukkan secara stabil.
Sebanyak 7 siswa dipilih mengikuti konseling kelompok dengan teknik modeling
simbolis menggunakan film pendek (kelas eksperimen) berdasarkan skor angket tertinggi
terkait korban perundungan. Penentuan jumlah anggota kelompok dalam konseling disesuaikan
dengan pendapat (Corey, 2016) jumlah anggota kelompok dapat berkisar antara 5 hingga 10
orang. Merujuk kalimat di atas maka dalam penelitian ini jumlah yang ideal dipilih 7 siswa
tersebut. Ketujuh siswa ini memiliki permasalahan yang serupa yakni perundungan verbal
(verbal bullying) dari teman hingga keluarga. Permasalahan tersebut memerlukan penanganan
yang tepat sehingga diberikanlah konseling kelompok. Teknik modeling simbolis dipilih
karena dinilai efektif dalam menangani permasalahan siswa tersebut, hal ini didukung oleh
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1384
pendapat (Halida, Putri, et al., 2022) modeling simbolis mengajarkan pada tingkah laku
harmoni konseli, dengan dipertunjukkan melalui simbol, video, kata-kata ataupun gambar.
Pelaksanaan konseling kelompok dimulai dengan tahap pembukaan, yang dilakukan yaitu
berdoa bersama, kemudian membahas materi perundungan verbal, mengulas teknik modeling
simbolis dan konseling kelompok. Setelah dirasa siap, Guru BK mempersiapkan untuk tahap
berikutnya. Pada kegiatan inti, siswa dipertontonkan video perundungan yang berisi materi
perundungan verbal. Dilanjutkan membahas poin-poin penting tema perundungan verbal dan
video modeling dengan cara berdiskusi, ditutup dengan menyimpulkan materi yang dibahas.
Berdasarkan wawancara dengan Guru BK, pada awal-awal pelaksanaan kegiatan,
harmonisasi para peserta konseling kelompok belum nampak kompak, siswa masih tampak
malu-malu dan belum begitu akrab. Hal ini disebabkan karena mereka belum saling bertatap
muka. Setelah pertemuan selanjutnya terlihat perubahan yang signifikan, para siswa mulai aktif
saat pelaksanaan layanan. Terbukti saat berdiskusi siswa dengan senang hati memberikan opini
dan pendapatnya terkait perundungan verbal yang terjadi di kalangan mereka dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka secara bergantian memberikan ide, wawasan maupun opini terkait
perundungan verbal.
Melihat dari hasil refleksi dan wawancara setelah perlakuan selesai, nampak jelas
perubahan perundungan verbal siswa menurun sebagai korban. Perlakuan yang dilakukan
melalui layanan konseling kelompok selama empat kali pertemuan dengan durasi kurang lebih
50 menit menurunkan perundungan verbal. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan TMS
FP berjalan baik pada sampel penelitian di kelas VII SMPN 4 Pontianak. Penelitian ini
menggunakan video modeling dengan film pendek agar tujuan tercapai dalam mereduksi
perundungan verbal siswa. Dengan demikian peneliti fokus pada tujuan penelitian yang
ditetapkan yaitu merancang intervensi. Berdasarkan hasil penelitian (Ma & Li, 2021)
mengatakan rancangan intervensi menggunakan video dilakukan secara cermat akan
memberikan dampak yang signifikan dalam psikososial remaja. Digunakannya video karena
lebih kekinian, menyesuaikan dengan zaman dan situasi, lebih mudah dan siswa menerima
lebih nyaman dan lebih praktis karena bisa dibawa kemana-mana. Dengan bantuan video siswa
tertarik untuk menontonnya, mampu mencegah dan memperkuat diri agar tidak terkena
perundungan verbal ke dalam kehidupan sehari-hari. Selama pelaksanaan konseling kelompok
dikelas eksperimen ini, film pendek dipertontonkan kepada siswa, bagaimana caranya
mencegah agar tidak terjadi korban perundungan yang merusak mental. Film tersebut memuat
materi mengenai perundungan verbal.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1385
Hasil penelitian terdahulu mengatakan bahwa penggunaan video dalam konseling lebih
efektif mencegah remaja mengalami depresi karena tekanan sosial (Gladstone et al., 2015). Hal
senada diungkapkan bahwa video dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-
pesan perbedaan sosial dan budaya, mencegah rasa depresi akibat tekanan teman sebaya dan
perbedaan gender (Lewis et al., 2019). Melalui adegan video, siswa dapat mengidentifikasi diri
mereka dengan karakter di dalam alur cerita video tersebut. Video juga menampilkan warna,
gerak dan suara, hal tersebut merupakan daya tarik tersendiri karena siswa mampu menyerap
pesan yang disampaikan. Hasil riset menyimpulkan bahwa pemodelan menggunakan video
mempengaruhi aspek afektif (Bonney et al., 2018). Pembelajaran menggunakan media virtual
mengubah perilaku belajar (Tserklevych et al., 2021).
Kefektifan pelaksanaan video modeling simbolis dilakukan oleh (Hoogerheide et al.,
2016), ia menemukan bahwa sebanyak 167 siswa menengah berhasil meningkatkan hasil
belajar melalui video modeling berupa rekaman model mendemonstrasikan bagaimana cara
menyelesaikan tugas belajar dengan baik. Tidak kalah pentingnya penelitian yang dilakukan
(Liu et al., 2021; Tian et al., 2016) dilakukan pada 324 sampel pada siswa kelas 4 sampai
dengan kelas 6 SD, mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pemodelan
efektif meningkatkan rasa syukur, prososial dan kesejahteraan.
Penelitian yang dilakukan (Bandura, 2002) mengungkapkan penggunaan teknik modeling
simbolis dapat mengubah perilaku individu, budaya serta merta melekat dalam diri seseorang.
Budaya dalam pemodelan dapat memberikan warna tersendiri. Hal ini menandakan bahwa
budaya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan seseorang, dengan budaya individu tumbuh
menjadi pribadi yang berkarakter.
Manusia hidup banyak dengan belajar, melalui belajar individu dapat mengubah perilaku
yang tidak baik menjadi baik. Lingkungan sangat berpengaruh pada perubahan perilaku
seseorang. Pada penelitian ini konsep belajar yang diutamakan untuk mengubah perilaku
seseorang yaitu memformulasi teknik modeling simbolis dengan muatan lokal.
Sama halnya di kelas eksperimen, kelas kontrol juga beranggotakan 7 orang dengan
durasi 50 menit setiap pertemuannya. Pemberian konseling kelompok konvensional (teknik
diskusi) menjembatani siswa untuk menceritakan pengalaman verbal bullying yang mereka
alami lalu saling memberi masukan oleh masing-masing anggota. Ternyata juga efektif
menurunkan perundungan sebagai korban. Penurunan perundungan verbal terlihat signifikan
setelah diberikan teknik modeling simbolis. Data tersebut menggambarkan bahwa perubahan
pengetahuan, pemahaman dan perilaku setelah penelitian dilaksanakan. Memberikan layanan
konseling kelompok menggunakan TMS-FP merupakan tantangan bagi Guru BK agar lebih
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1386
professional dapat merancang, melaksanakan dan mengevaluasi. Guru BK dituntut kompeten
agar dapat merancang dan mengembangkan program sehingga layanan semakin berkualitas
(Ramli et al., 2020).
Besarnya keefektifan konseling kelompok dengan TMS-FP karena gubahan isi video
yang ditayangkan sangat mengena dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hasil temuan peneliti
memperkuat apa yang dikatakan teori kognitif sosial, komunikasi simbolik memberikan
pengaruh pada pemikiran dan tindakan manusia (Bandura, 2001). Melalui simbol-simbol dan
pesan verbal oranglain dapat memberikan makna, bentuk, maupun kesimpulan terhadap
pengalaman yang didapat (Bandura, 2005). Pemodelan simbolis yang menarik dan bervariasi
melalui video atau media visual lainnya menunjukkan perubahan sikap, respon emosional dan
gaya perilaku baru pada anak-anak maupun orang dewasa.
Kelompok dengan TMS-FP ini efektif menurunkan perundungan verbal siswa.
Keefektifan teknik ini terlihat dengan perbedaan skor yang didapat sebelum dan sesudah
perlakuan. Hasil tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru BK maupun siswa.
Pada lembar komitmen untuk melakukan perubahan tingkah laku yang diinginkan. Secara rinci
perubahan perilaku terlihat pada karakter berpegang teguh dengan pendirian dan menjaga harga
dengan menonton film pendek Siswa tampak antusias dalam menonton. Tercipta kebersamaan
karena saat menonton mereka dipersatukan dalam ruang kelas. Kebersamaan tersebut
menambah akrab saat mengupas tuntas materi saling menghargai.
Keefektifan KK TMS-FP terlihat juga siswa terampil memecahkan persoalan melalui
diskusi, mengupas isu-isu perundungan verbal di kalangan pelajar. TMS-FP dalam konseling
kelompok dapat melatih kemampuan berpikir karena mampu mengkaitkan pesan film pendek.
Efek positif dari teknik ini melatih siswa mengeluarkan pendapat sehingga yang tidak terbiasa
berbicara di depan orang ramai, lambat laun timbul keberanian untuk berpendapat.
Dari video yang ditonton tampak kesadaran untuk menjaga mental dan mencegah
oranglain melukai hati dan pikiran menjadi lebih baik yaitu menghargai keberagaman yang ada
di Indonesia baik dari bahasa, suku, budaya, sosial ekonomi maupun perbedaan fisik. Sikap
siswa lebih toleransi saat teman mengeluarkan pendapat dengan membiarkan teman berbicara,
kemudian baru menanggapi. Siswa juga lebih terbuka dalam mengungkap permaasalahan yang
dihadapi. Saat ada amsalah mereka bisa memecahkan dengan kepala dingin.
Berdasarkan hasil analisis data, kedua teknik konseling kelompok ini sama-sama
memberikan perubahan pada siswa yang mengalami perundungan verbal. Merujuk pada
pelaksanaan konseling kelompok menggunakan media film, terlihat antusiasme yang tinggi
dari siswa dalam mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan selama empat kali pertemuan.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1387
Siswa lebih aktif mendengarkan dan saling memberi saran satu sama lain agar dapat
menghindari perundungna verbal sebagai korban. Adanya media film membuat siswa mampu
menganalisis masalah yang kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang sedang mereka
alami. Hal ini yang menjadikan konseling kelompok dengan teknik modelling simbolis
menggunakan media film lebih efektif daripada konseling kelompok konvensional (teknik
diskusi).
Analisis deskriptif menunjukkan bahwa setelah KK TMS-FP siswa mampu menurunkan
rasa tertekan saat dirundung, mampu mencegah mental jatuh. Temuan yang didapat oleh
peneliti memperkuat apa yang telah dilakukan peneliti terdahulu. Sejumlah penelitian
sebelumnya juga mengungkapkan bahwa pemodelan simbolis tidak hanya menambah
penguatan perilaku, akan tetapi menghasil efek emosional yang merupakan konsekuensi
penguatan utama dalam program modifikasi perilaku.
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini yaitu konseling kelompok dengan teknik modeling simbolis
menggunakan film pendek efektif menurunkan perundungan verbal. Terdapat perbedaan tingkat
perundungan verbal dari sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Keefektifan kedua teknik
dalam konseling kelompok dibuktikan dengan menurunnya orang lain melakukan perundungan
pada anak yang dijadikan subyek penelitian. Konseling kelompok dengan TMS-FP
menggunakan video mampu memberikan perhatian siswa untuk mengikuti layanan ini. Isi film
mampu memberikan efek positif dalam mengubah pikiran dan perilaku siswa sehingga dapat
terbuka saat ada masalah, mampu menekan emosi saat orang lain melakukan perundungan,
mampu mencegah oranglain untuk melecehkan diri. Penampilan dari para pemain di dalam film
berpengaruh pada sikap dan perilaku terkait ketegaran tokoh yang dirundung. Jadi semua film
yang ditayangkan sangat menyentuh mampu memberikan efek perubahan pada pengetahuan,
pemahaman dan perilaku diri agar bisa mempertahankan harga diri dan mencegah perundungan
verbal. Dengan demikian konseling kelompok dengan teknik modeling simbolis menggunakan
film pendek mengurangi perundungan verbal siswa. Konseling kelompok menggunakan diskusi
juga memberikan magnet positif pada siswa. Diskusi yang dirancang guru BK mampu
memberikan nuansa baru dalam membahas korban perundungan verbal. Siswa di kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol larut dalam pembahasan menarik terkait perundungan verbal.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1388
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis pengucapkan terimakasih kepada Universitas Tanjungpura yang telah
membiayai penelitian ini, tak lupa penulis ucapkan kepada Guru BK di SMPN 4 Pontianak,
serta tiga orang mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling yang telah banyak dalam
pengambilan data di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, M. (2018). Developing Students’ Prosocial Behavior based on their Value Orientations.
Atlantis Press. Advance Is Social Science, Education and Humanities Research. 1st
International Conference on Information Technology and Education (ICE 2017), 174(Ice
2017), 8085. https://doi.org/10.2991/ice-17.2018.20
Badan Pusat Statistik, B.-S. I. (2020). Statistik Kriminal 2020, Criminal Statistic 2020. BPS
RI/BPS-Statistics Indonesia.
Bandura, A. (2005). Book reviews: Social foundations of thought and action: A social
cognitive theory. In Journal of Analytical Psychology (Vol. 50, Issue 3).
Berg, R. C. B., Landreth, G. L., & Fall, K. A. (2006). Group Counseling. Taylor & Francis
Group.
Bonney, E., Rameckers, E., Ferguson, G., & Smits-Engelsman, B. (2018). “Not just another
Wii training”: A graded Wii protocol to increase physical fitness in adolescent girls with
probable developmental coordination disorder-a pilot study. BMC Pediatrics, 18(1), 1
13. https://doi.org/10.1186/s12887-018-1029-7
Brabendar, V., & April, F. (2009). Group Development in Practice. In Amecican Psychological
Association (First Edit). Amecican Psychological Association.
http://annualreports.teliasonera.com/en/2015/directors-report/group-development-2015/
Catterall, J. S. (1987). An Intensive Group Counseling Dropout Prevention Intervention: Some
Cautions on Isolating At-Risk Adolescents Within High Schools. American Educational
Research Journal, 24(4), 521540. https://doi.org/10.3102/00028312024004521
Corey, G. (2016). Theory & Practice of Group Counseling (Ninth Edit). Cengage Learning.
Costuchen, A. L., & Dimitrova, D. D. (2022). Roman Palace: A Videogame for Foreign-
Language Vocabulary Retention. IJET, 17(05), 87102.
Creswell, J. W. (2012). Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research (Christina Robb (ed.); Fourth Edi). Pearson.
www.pearsonhighered.com
Cross, M. C., & Papadopoulos, L. (1994). Group Counseling for Elemantary and middle school
cildren. In Greenwood.
Gladstone, T., Marko-Holguin, M., Rothberg, P., Nidetz, J., Diehl, A., DeFrino, D. T., Harris,
M., Ching, E., Eder, M., Canel, J., Bell, C., Beardslee, W. R., Brown, C. H., Griffiths, K.,
& Van Voorhees, B. W. (2015). An internet-based adolescent depression preventive
intervention: Study protocol for a randomized control trial. Trials, 16(1), 117.
https://doi.org/10.1186/s13063-015-0705-2
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1389
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2012). Developing & managing your school guidance &
counseling program, 5th ed. In Developing & managing your school guidance &
counseling program, 5th ed.
Halida, Mappiare-at, A., Ramli, M., Jagad, A., Dewantara, A., & Fitriyah, F. K. (2022). Is
Symbolic Modeling Videos Containing Malay Values Effective to Improve Student’s
Social Harmony? Pegegog, 12(3), 144153. https://doi.org/10.47750/pegegog.12.03.16
Halida, Mappiare-AT, A., Ramli, M., & Radjah, C. L. (2020). Spectrum of Guidance and
Counseling Services Implementation in Strengthening Character in Junior High School.
Conference Proceeding, 501(Icet), 186192. https://doi.org/10.2991/assehr.k.201204.033
Halida, Putri, A., & Yuline. (2022). Pengembangan Video Modeling Simbolis Bermuatan
Kesenian Tundang untuk Meningkatkan Harmoni Sosial Siswa SMP. Jurnal Bimbingan
Dan Konseling Ar-Rahim, 6(1), 5561.
Halle, S., Ninness, C., Ninness, S. K., & Lawson, D. (2016). Teaching Social Skills to Students
with Autism: a Video Modeling Social Stories Approach. Behavior and Social Issues,
25(1), 4254. https://doi.org/10.5210/bsi.v25i0.6190
Hidayah, N., Ramli, M., & Hanafi, H. (2019). Modeling Technique on Madurese Culture
Based on Bhupa’ Bhabu Ghuru Rato’ Values. Advence in Social Sciensce, Education
and Humanities Research, Volume 285, 285(Icet), 245248. https://doi.org/10.2991/icet-
18.2018.48
Hoogerheide, V., Loyens, S. M. M., & van Gog, T. (2016). Learning from video modeling
examples: does gender matter? Instructional Science, 44(1), 6986.
https://doi.org/10.1007/s11251-015-9360-y
Lewis, N. A., Sekaquaptewa, D., & Meadows, L. A. (2019). Modeling gender counter-
stereotypic group behavior: a brief video intervention reduces participation gender gaps
on STEM teams. Social Psychology of Education, 22(3), 557577.
https://doi.org/10.1007/s11218-019-09489-3
Ma, H., & Li, J. (2021). An Innovative Method for Digital Media Education Based on Mobile
Internet Technology. International Journal of Emerging Technologies in Learning,
16(13), 6881. https://doi.org/10.3991/ijet.v16i13.24037
Nazier, M. (2016). Metode Penelitian. In Ghalia Bogor.
Păsărelu, C. R., & Dobrean, A. (2018). A video-based transdiagnostic REBT universal
prevention program for internalizing problems in adolescents: Study protocol of a cluster
randomized controlled trial. BMC Psychiatry, 18(1), 111.
https://doi.org/10.1186/s12888-018-1684-0
Permendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud RI, 145.
Poonsawad, A., Srisomphan, J., & Sanrach, C. (2022). Synthesis of Problem-Based Interactive
Digital Storytelling Learning Model Under Gamification Environment Promotes
Students ’ Problem-Solving Skills. 17(05), 103119.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No. 2 Tahun 2023
1390
Ramli, M., Hidayah, N., Eva, N., Nor, D. M. B. M., Saputra, N. M. A., & Hanafi, H. (2020).
The Counselors’ Need for the Development of A Solution-Focused Cybercounseling
Model for Junior High School Students. Proceedings - 2020 6th International
Conference on Education and Technology, ICET 2020, 209213.
https://doi.org/10.1109/ICET51153.2020.9276597
Santrock, J. W. (2012). Adolescence (fifteenth). Mc Graw Hill Education. https://www.m-
culture.go.th/mculture_th/download/king9/Glossary_about_HM_King_Bhumibol_Aduly
adej’s_Funeral.pdf
Tamm, A., & Tulviste, T. (2015). The Role of Gender, Values, and Culture in Adolescent
Bystanders’ Strategies. Journal of Interpersonal Violence, 30(3), 384399.
https://doi.org/10.1177/0886260514535097
UNESCO. (2000). UNESCO’S Work on Education for Peace and Non-Violence: Building
Peace Throungh Education. Unesco. https://books.google.co.
Unicef. (2017). Perundungan Di Indonesia: Fakta-fakta Kunci, Solusi, dan Rekomendasi untuk
setiap anak. 14. https://indonesia.ureport.in/v2/opinion/3454/