AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1338
KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SFBC MENINGKATKAN
SELF EFFICACY SISWA SMP NEGERI 19 PONTIANAK
Mahza Summiyati
1
, Muhammad Asrori
2
dan Amallia Putri
3
1, 2, 3
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tanjungpura Pontianak
Jl. Profesor H. Hadari Nawawi, Bansir Laut, Kec. Pontianak Tenggara, Kota Pontianak,
Kalimantan Barat, 78115
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efisiensi terapi kelompok Solution Focused Brief Therapy
(SFBC) sebagai sarana untuk meningkatkan tingkat efikasi diri pada siswa kelas tujuh di SMP N 19
Pontianak. Metodologi penelitian yang dipilih adalah eksperimen, khususnya menggunakan
pendekatan penelitian pre-experimental design dengan desain penelitian pre-test-post-test one
group design. Partisipan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Secara khusus, sampel yang terdiri dari 10 orang dengan efikasi diri yang rendah diambil
dari populasi yang terdiri dari 31 orang. Berdasarkan data yang telah dihitung, skor rata-rata pre-
test (sebelum menerima intervensi) adalah 96 yang termasuk dalam kategori rendah, sedangkan
post-test (setelah pemberian intervensi) memiliki skor rata-rata 136 yang termasuk dalam kategori
tinggi. Statistik T diperoleh dengan menggunakan Paired sample T-test, dengan hasil -3,928,
disertai dengan tingkat signifikansi (nilai Sig). Nilai p-value sebesar 0,03, yang dihitung dengan
menggunakan uji dua sisi (two tailed test), lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesis nol (Ho) ditolak. Oleh
karena itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada efikasi diri siswa sebelum dan sesudah
menerima perlakuan konseling kelompok SFBC. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa konseling kelompok SFBC menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan
tingkat efikasi diri siswa kelas VII yang terdaftar di SMP N 19 Pontianak.
Kata Kunci: konseling kelompok, SFBC, self-efficacy
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
The primary objective of this study is to examine the efficiency of Solution Focused Brief therapy
(SFBC) group therapy as a means of enhancing the self-efficacy levels among seventh-grade
students at SMP N 19 Pontianak. The chosen research methodology was experimentation,
specifically employing a pre-experimental design research approach with a pre-test-post-test one
group design. The participants in this study were selected using a purposive sampling technique.
Specifically, a sample of 10 individuals with poor self-efficacy was drawn from a population of 31
individuals. Based on the computed data, the mean score of the pre-test (before to receiving any
intervention) was 96 within the low category, while the post-test (after the administration of
treatment) had an average score of 136 within the high group. The T statistic was derived using the
Paired sample T-test, yielding a result of -3.928, accompanied by a significance level (Sig value).
The p-value of 0.03, calculated using a two-tailed test, is less than the significance level of 0.05.
This indicates that the alternative hypothesis (Ha) is accepted, while the null hypothesis (Ho) is
rejected. Therefore, there is a significant difference in student self-efficacy before and after
receiving SFBC group counseling treatment. Based on the findings, it can be inferred that SFBC
group counseling demonstrates efficacy in enhancing the self-efficacy levels of seventh-grade
students enrolled at SMP N 19 Pontianak.
Keywords: group counseling, SFBC, self-efficacy
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1339
PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang alamiah mempunyai pertahanan
diri yang berbeda-beda. Setiap manusia pasti akan menempuh cara-cara untuk mencapai
hal-hal yang ingin mereka capai. Namun disamping itu pastinya harus mempunyai
kepercayaan dan keyakinan diri untuk mencapai kesuksesan yang dituju, hal ini disebut
dengan efikasi diri (self efficacy). Self efficacy secara umum diartikan sebagai kemampuan
individu untuk berfikir positif bahwa dirinya dapat mengerjakan dan menyelesaikan
sesuatu yang dianggap sulit serta dapat memutuskan sesuatu dengan berfikir positif.
Ghufron dan Risnawati (2012, h.76-77) self efficacy adalah salah satu aspek self konwledge
yang mempengarhui aktivitas sehari-hari karena menentukan pandangan dan tindakan
seseorang untuk mencapai tujuanya dan memprediksi tantangan mendatang.
Sedangkan menurut Bandura (1997, h.159) “people are spareddepression not byan
optimistic dispotionbut because belief in their abilities to master evens thath befall them
fosters an optimistic outlook on future outcomes.” Lalu Ftiriana (2015, h.90) menjelaskan
self efficacy adalah kemampuan seseorang untuk mengkoordinir dirinya sendiri yang
diwujudkan melalui tindaka upaya memenuhi tujuan tertentu. Self efficacy bukanlah sifat
kepribadiaan, namun kognisi yang relatif spesifik, yang hanya dapat difahami dan
didefinisikan dalam kaitannya dengan perilaku dan situasi tertentu.
Rendahnya self efficacy siswa membuat siswa tidak mempunyai keyakinan akan
kompetensi diri yang dimilikinya, siswa cendrung lebih mudah menyerah dan mengeluh
terhadap hal-hal yang dianggap sulit bahkan tidak ingin megambil tanggung jawab/tugas
dikarenakan tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Menurut UU RI No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 1 Ayat 1“guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengaharhkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Kemendikbud (2016) sistem pendidikan
yang terpadu memiliki komponen salah satunya bimbingan dan konseling berfungsi
sebagai fasilitator pengembangan individu untuk mencapai kemandirian yang diwujudkan
dengan kemampuan siswa memahami pribadi dan lingkungan, mengontrol, memutuskan
dan mengaplikasikan diri penuh tanggungjawab, agar aman, tentram dan sejahtera dalam
berkehidupan. Maka dari itu peranan guru BK penting dalam membantu siswa yang
memiliki self efficacy yang rendah. Terdapat faktor-faktor penyebab siswa mempunyai self
efficacy rendah, salah satunya ketidakpercayaan pada kemampuan dirinya sendiri.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1340
Peningkatan self efficacy siswa dapat ditingkatkan melalui konseling kelompok Solution
Focused Brief Counseling atau yang sering disebut SFBC.
Prayitno (2017) konseling kelompok yaitu bantuan dari tenaga ahli kepada inidivu
yang mengalami masalah melalui dinamika kelompok. Sedangkan menurut Fauzi (2018,
h.38) konseling kelompok yaitu aktivitas bantuan yang diberikan konselor terhadap
konseli, bersifat pencegahan (preventif) dan pengembangan (development) dalam
memecahkan masalah konseli, sehingga konseli dapat mencapai pertumbuhan dan
perubahan pribadi ke arah yang positif. SFBC menurut Mulawarman (2019, h.46) SFBC
merupakan salah satu pendekatan konseling post-modern dengan mengedepankan daya
pada diri konseli untuk mencari jalan keluar atau solusi, sehingga konseli akan memilih
sendiri tujuan yang hendak ia capai.” Dapat diartikan secara singkat SFBC berprinsip
memfokuskan pada masa mendatang dan mengarah pada tujuan bukan pada permasalahan
yang ada, namun dengan mencari penyelesaian permasalahan agar dapat menentukan
tindakan kedepannya yang akan ia ambil atau pilih. Prayitno (2017) bahwa konseling
kelompok terdapat empat tahapan antaralain tahap pembukaan, peralihan, kegiatan dan
pengakhiran. Sedangkan tahapan SFBC terdiri dari pembinaan hubungan, identifikasi
masalahan terpecahkan, menetapkan tujuan, merancang danmelaksanakan intervensi,
terminasi, evaluasi dan tindak lanjut. Juga sangat ditekankan untuk membangun hubungan
yang baik dan kolaboratif diawal, agar mempermudah keberlangsungan pemberian
konseling. Pada penelitian ini digunakan teknik SFBC exception finding questions, miracle
questions, scaling questions dan teknik campuran.
Beberapa penelitian terdahulu, hasil penelitian yang menujukkan konseling
kelompok SFBC mampu meningkatkan self efficacy siswa. Seperti penelitian oleh Kus
Hendar tahun 2019, Sri Wahyuningsih tahun 2023 dan Erik Idawati tahun 2020. Sama
halnya dengan penelitian yang akan dilakukan untuk melihat tingkat self efficacy siswa
sebelum dan setelah diberikan konseling kelompok SFBC, serta apakah ada perbedaan
signifikan sebelum dan setelah diberikan konseling kelompok SFBC.
Faktanya kondisi dilapangan menujukkan bahwa terdapat 10 dari 31 siswa kelas VII
memiliki self efficacy tergolong rendah dari hasil penyeberan angket self efficacy yang
dilakukan oleh peneliti, wawancara bersama guru Bimbingan dan Konseling dan buku
kasus sekolah. Rendahnya self efficacy siswa juga ditunjukan perilaku/sikap yang tidak
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi diri, khawatir berlebihan, berfikiran negatif atau
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1341
pesimis, tidak mempunyai keyakninan dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab serta
mudah menyerah.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu adanya pemberian perlakuan yaitu
konseling kelompok SFBC upaya meningkatkan self effcacy siswa kelas VII SMP N 19
Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi objektif dan
mendeskripsikan tentang efektivitas konseling kelompok SFBC untuk meningkatkan self
efficacy siswa dan melihat tingkat self eficacy siswa sebelum dan setelah diberikan
perlakuan serta signifikasi antara sebelum dan setelah pemberian perlakuan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif statistik dengan metode
eksperimen pola pre-test dan post-test. Sugiyono (2017) “metode kuantitatif merupakan
metode penelitian yang didasari oleh atau sampel dengan tujuan menguji teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan landasan filsafat positivisme yang dilakukan terhadap
populasi antar variabel.” Suryani dan Hendrayani (2015, h.116) penelitian eksperimen
dilakukan bertujuan untuk mencari pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian
eksperimen memiliki ciri utama yaitu meneiliti hubungan sebab-akibat sehingga terdapat
hipotesis yaitu uji analisis dan uji statistik, dengan rancangan penelitian one group pretest-
posstest.
Teknik pengumpulan data merupakan suatu atau berbagai cara yang digunakan untuk
pengumpulan/penghimpunan/pengambilan data penelitian. Sejalan dengan pendapat Nazir
(2017, h.153) teknik pengumpulan data adalah suatu cara tersistematis serta terstandar
demi mendapatkan data penelitian.Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah secara tidak langsung yaitu melalui intrumen penelitian.
Menurut Sugiyono (2017), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk menilai fenomena alam maupun sosial yang diamati secara kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang diberikan kepada partisipan.
Menurut Rohardjo, Susiolo, dan Gudnanto (2013, p.95), kuesioner adalah suatu bentuk alat
komunikasi tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari subjek penelitian.
Kuesioner dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan yang harus dijawab
secara tertulis. Kuesioner tertutup yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
Likert, seperti yang disarankan oleh Sugiyono (2019, p.146). Skala Likert adalah alat yang
dapat diandalkan untuk menilai sikap, pendapat, dan perspektif individu atau kelompok
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1342
tentang suatu topik tertentu. Skala ini terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu: sangat sesuai
(SS), sesuai (S), ragu-ragu (R), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Dalam
penelitian ini, kuesioner yang digunakan terdiri dari 54 item pernyataan, dimana 32 di
antaranya dianggap valid dan reliabel. Menurut Arikunto (2010, p.211), validitas mengacu
pada sejauh mana suatu instrumen secara tepat mengukur apa yang ingin diukur. Studi
yang dilakukan oleh Arifin (2013) menguji reliabilitas dengan menggunakan uji varian,
yang menunjukkan hasil yang konsisten ketika diberikan pada kelompok yang sama dalam
beberapa kesempatan.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas VII SMPN 19 Pontianak.
Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan prosedur purposive sampling, yang
melibatkan pemilihan subset tertentu dari populasi. Menurut Sugiyono (2019, p.133),
pendekatan purposive sampling adalah jenis pengambilan sampel yang melibatkan
pemilihan partisipan berdasarkan kriteria tertentu. Teknik penelitian ini mencakup dua
tahap yang berbeda: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap awal melibatkan
persiapan berbagai komponen, termasuk pengembangan dan penyebaran kuesioner efikasi
diri, pembuatan desain pemberian layanan, pelaksanaan pre-test, dan pemilihan sampel
penelitian melalui teknik purposive sampling. Tahap implementasi melibatkan pemberian
konseling kelompok SFBC dengan total lima sesi dalam seminggu, seperti yang
digambarkan dalam Bagan 1. Metodologi yang digunakan untuk analisis data adalah
dengan menggunakan statistik kuantitatif, yaitu melalui perangkat lunak IBM SPSS
Statistic Version 25, untuk mendapatkan data statistik.
Gambar 1. Tahapan Pemberian Layanan
Konseling Kelompok SFBC
Pertemuan Ke-5
Terminasi, Evaluasi dan
Tindak lanjut
Pertemuan Ke-4 Merancang
dan Melaksanakan Intervensi
dengan Teknik SFBC
Gabungan
Pertemuan Ke-1 Pembinaan
Hubungan baik dengan Teknik
SFBC Exception Finding
Questions
Pertemuan Ke-2 Identifikasi
Masalah yang dipecahkan
dengan Teknik SFBC
Miracle Questions
Pertemuan Ke-3
Penetapan Tujuan
dengan Teknik SFBC
Scaling Questions
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1343
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil penyebaran angket setelah di uji validitas, self efficacy siswa kelas
VII sebelum diberikan konseling kelompok SFBC tergolong dalam beberapa kategori.
Terdiri dari 31 siswa yaitu berada di kategori sangat rendah tidak ada, di kategori rendah
berjumlah 10 siswa. Siswa yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa yang memiliki
self efficacy tergolong pada kategori rendah, sebelum diberikan perlakuan yaitu FM = 94,
AD = 100, SPA = 100, VG = 103, EK = 109, KAG = 109, PI = 110, Re = 110, SA = 113,
dan AR = 115. Hasil ini diperoleh melalui penyebaran angket sebelum pemberian
perlakuan kemudian hasil ini diolah secara manual menggunakan Microsoft Excel dan
bantuan program IBM SPSS Statistic Versi 25. Sedangkan kategorisasi diperoleh melalui
perhitungan Standar Deviasi (SD) yaitu dengan nilai rata-rata 135 dan nilasi SD adalah 8.
Setelah diberikan konseling kelompok SFBC sebanyak lima kali pertemuan, terdapat
perubahan kategori self efficacy dari hasil pre-test ke post-test. Hasil skor post-test
penelitian ini terdapat 3 siswa dengan kategori sedang, 6 siswa dengan kategori tinggi dan
1 siswa dengan kategori sangat tinggi. Adapaun hasilnya yaitu FM = 143, AD = 133, SPA
= 136, VG = 133, EK = 125, KAG = 124, PI = 150, Re = 126, SA = 138, dan AR = 145.
Hasil ini diperoleh melalui penyebaran angket setelah pemberian layanan dan diolah
dengan Microsoft Excel dengan bantuan program IBM SPSS Statistic Versi 25. Signifikasi
atau perbedaan self efficacy siswa kelas VII SMP N 19 Pontianak sebelum dan setelah
diberikan konseling kelompok SFBC dilakukan pengujian hipotesis. Perbedaan self
efficacy siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan, dapat dilihat pada tabel 1. dan
gambar 1.
Tabel 1. Hasil Pre-Test dan Post-test
No.
Nama
Tingkat Self
efficacy
Post-
Test
Tingkat Self
efficacy
1
FM
Rendah
143
Tinggi
2
AD
Rendah
133
Tinggi
3
SPA
Rendah
136
Tinggi
4
VG
Rendah
133
Tinggi
5
EK
Rendah
125
Sedang
6
KAG
Rendah
124
Sedang
7
PI
Rendah
150
Sangat Tinggi
8
RE
Rendah
126
Sedang
9
SA
Rendah
138
Tinggi
10
AR
Rendah
145
Tinggi
Rata-rata
Rendah
136
Tinggi
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1344
Gambar 1. Hasil Pre-test dan Post-test
Signifikasi melalui pengujian hipotesis yaitu uji analisis dan uji statistik, uji analisis
sendiri meliputi uji normalitas dan homogenitas. Ghozali (2018, h.161) “uji normalitas
digunakan untuk menguji data pada persamaan regresi berdistribusi normal atau tidak.”
Kelayakan data diuji dengan uji normalitas Shapiro-Wilk sebab sampel pada penelitian ini
kurang dari 100 orang, dan digunakan bantuan program IBM SPSS Statistic Versi 25.
Adapun hasil perhitungan diperoleh nilai signifikan sebelum diberikan perlakuan adalah
0.057 yang mana lebih besar dari 0.05 dan nilai setelah diberikan perlakuan 0.568 yang
mana lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai sebelum diberikan
perlakuan dan nilai setelah diberikan perlakuan berdistribusi normal. Adapun hasil
perhitungan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Pre-test
850
10
0,057
Post-test
941
10
0,568
Sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah butir
soal/data dari sampel yang dianalisis itu homogen atau tidak. Pengujian homogenitias pada
penelitian ini dilakukan dengan uji Levene’s Test menggunakan IMB SPSS Versi 25 dengan
taraf signifikan 0.05. dengan hipotesis jika signifikan > 0.05 maka variansi setiap sampel
sama dan jika signifikan < 0.05 maka variansi setiap sampel tidak sama. Berdasarkan hasil
perhitungan uji homogenitas dapat diketahui nilai signifikan 0.269 > 0.05, yang artinya
94
100 100
103
109 109
110
111
113
115
143
133
136
133
125
124
150
126
138
145
0
20
40
60
80
100
120
140
160
FM AD SPA VG EK KAG PI RE SA AR
Hasil Pre-Test
Hasil Post-Test
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1345
bahwa varian data dari sampel sama/homogen. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas
df1
df2
Sig.
Self
efficacy
Based on Mean
1
18
.269
Based on Median
1
18
.291
Based on Median and
with adjusted df
1
13.160
.296
Based on trimmed
mean
1
18
.283
Selanjutnya signifikasi meliputi uji yang kedua yaitu uji statistik, melalui teknik
analisis Paired Sampel t-test dengan hasil nilai t adalah -3.928 dan signifikan (2-tailed)
adalah 0.003. Dengan demikian diartikan bahwa 0.003 < 0.05 yang artinya terdapat
perbedaan signifikan self efficacy siswa antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan
Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Paired Sampel Statistic Paired Sampel Statistic
Mean
N
Std. Deviation
Std. Eror mean
Pair 1
Pre-test
113.40
10
17.898
5.501
Post-test
135.80
10
9.874
3.122
Paired Samples Correlation
N
Correlation
Sig.
Pair 1
Pre-test & Post-test
10
0.218
0.544
Paired Sampel Test
Paired Differences
95% Confidance
Interval of the
Differnce
Mean
Std.
Error
Mean
Lower
Upper
T
Df
Sig. (2-
tailed)
Pair 1
-22,400
5.702
-35,299
-9.500
-3.928
9
0.003
Untuk melihat seberapa besar pengaruh konseling kelompok SFBC terhadap self-
efficacy pada siswa digunakan effect size. Perhitungan diperoleh bahwa nilai rata-rata Uji-T
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1346
adalah 22,40 dan standar deviasi adalah 18,03. Nilai Cohen’s d adalah 1,24. Jadi Effect
SIze konseling kelompok SFBC adalah sangat besar. Adapun hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kategorisasi Effect-Size Menurut Cohen’s d
Cohen’s d
Effect Size
0.20
Small (Kecil)
0.50
Medium (Sedang)
0.80
Large (Besar)
1.20
Very Large (Sangat Besar)
PEMBAHASAN
Secara umum self efficacy siswa kelas VII SMP N Pontianak sebelum diberikan
konseling kelompok SFBC pada kategori rendah dengan persentase 32% dengan jumlah 10
siswa, kategori sedang dengan persentase 37% dengan jumlah 12 siswa, kategori tinggi
dengan persentase 29% dengan jumlah 9 siswa dan kategori sangat tinggi dengan
persentase 2% dengan jumlah 1 siswa. Hasil pre-test merupakan nilai awal untuk
membandingkan atau melihat perbedaan self efficacy siswa sebelum dan setelah diberikan
konseling kelompok SFBC. Layanan konseling kelompok SFBC merupakan salah satu
alternatif untuk meingkatkan self efficacy siswa yang rendah. Tujuan SFBC menurut Slavin
(2017) membantu siswa berfikir postif agar dapat mengalami perubahan yang bermakna
ditunjukkan melalui sikap, tindakan dan mampu mengasumsi apa yang dibicarakan dapat
berhasil.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh hasil yaitu hipotesis
yang diterima adalah hipotesis alternatif (Ha) yang artinya terdapat perbedaan signifikan
tingkat self efficacy siswa sebelum dan setelah pemberian konseling kelompok SFBC.
Konseling kelompok SFBC diadakan sebanyak lima kali pertemuan dengan teknik tertentu,
Mulawarman (2015, h.7) “teknik dirancang dan dikembangkan dalam rangka membantu
konseli secara sadar membuat solusi atas permasalahan yang ia hadapi.”. Post-test
diberikan kepada siswa untuk mengukur tingkat self efficacy setelah diberikan perlakuan.
Skor tertinggi sebelum diberikan perlakuan adalah 115 dan setelah diberikan perlakuan
adalah 145.
Berdasarkan hasil pre-test terdapat 10 orang siswa yang tergolong kategori rendah,
sehingga 10 orang siswa tersebut yang diberikan perlakuan konseling kelompok SFBC.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1347
Pendekatan SFBC memiliki lima tahapan tersendiri dalam proses konseling kelompok,
menurut Seligman dan Reichenberg (dalam Mulawarman 2019, h.59-62) yaitu pembinaan
hubungan baik (extablishing relationshp), identifikasi masalah yang dipecahkan
(identifiying a solvable complaint,) penetapan tujuan (establishing goals), merancang dan
melaksanakan intervensi (designing and implimenting intervention), dan terminasi,
evaluasi dan tindak lanjut (termination, evaluation and follow-up).
Pertemuan pertama pembinaan hubungan baik (extablishing relationship) dengan
teknik SFBC exception finding question yang diberikan saat dinamika kelompok
berlangsung, bertujuan untuk membangun kerjasama dengan guru BK (kolaborator),
membangun rasa kepercayaan klien agar klien merasa aman dan nyaman selama konseling
kelompok berlangsung sebagaimana dijelaskan oleh Mulawarman (2019). Pada pertemuan
ini dijelaskan mengenai apa itu konseling kelompok, SFBC dan self efficacy dengan
harapan sebagai pengantar pemberian layanan, dan dipaparkan denmengenai karakteristik
self efficacy secara mendalam lalu siswa dimintai mengidentifikasi dirinya apakah
termasuk inidividu yang memiliki self efficacy rendah atau tinggi. Pertemuan kedua
identifikasi masalah yang dipecahkan (identifiying a solvable complaint) dengan teknik
SFBC miracle questions, fokus pertemuan kedua untuk meningkatkan aspek self efficacy
“level”. Pertanyaan keajaiban diberikan secara bertahap pada tahap kegiatan layanan
berlangsung. Setiap anggota kelompok akan diberikan pertanyaan keajaiaban sesuai
dengan kesulitan self efficacy aspek level. Bandura (1997, h.42) proses ini siswa mulai
memiliki keyakinan bahwa mereka mampu memikirkan masalah-masalah tingkat
kesuliatan dalam mengerjakan tugas, dan mereka mampu memberikan solusi dari masalah
tingkat kesulitan tugas, serta memperkirakan hasil dan konsekuensi dari penyelesaian atau
solusi yang mereka pilih.
Pertemuan ketiga penetapan tujuan (establishing goals) dengan teknik SFBC scaling
questions dan fokus pertemuan untuk meningkatkan “strenght”. Anggota kelompok
menganalisis dirinya mengenai seberapa besar tingkat kekuatan dalam mengerjakan tugas
dan bertanggung jawab pada suatu perihal. Siswa diberikan lembar kerja peserta didik
dengan pertanyaan tujuan apa yang ingin mereka capai dalam mengikuti konseling
kelompok dan memberikan skala 1 10 seberapakah kekuatan yang dimiliki dalam
mengerjakan sebuah tugas atau menyelesaikan suatu tanggung jawab, proses ini bertujuam
agar dapat mengubah pandangan dalam situasai problematik atau pada situasi masalah
yang dihadapi dan mengakses solusi dan kelebihan yang dimiliki individu penda
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1348
Mulawarman (2019). Pertemuan keempat merancang dan melaksanakan intervensi
(designing and implimenting intervention) dengan teknik SFBC gabungan dan fokus
peningkatan aspek self efficacy. Siswa diberikan pertanyaan berupa pertanyaan berskala
seberapa mampu merancang sebuah pernyataan (saran) di dalam kelompok menjadi sebuah
solusi, pertanyaan pengecualian seperti yang mengarah pada hal-hal yang dilakukan saat
memiliki self efficacy yang tergolong tinggi, dan pertanyaan keajaiban yang mengarah
pada perasaan anggota kelompok ketika masalah yang dihadapi selesai dan hal apa yang
diwujudkan untuk menyelesaikan masalah yang dialami. Dengan harapan siswa dapat
merancang dan melaksanakan intervensi dari alternatif penyelesaian masalah (solusi) yang
didapatkan melalui dinamika kelompok dan arahan oleh pemimpin kelompok. Intervensi
guna menghambat pola-pola perilaku bermasalah dengan cara menujukkan alternatif dari
permasalahan yang ada Mulawarman (2019, h.61).
Pertemuan kelima terminasi, evaluasi dan tindak lanjut (termination, evaluation and
follow-up) serta pemberian post-test. Pada pertemuan ini dilakuakn refleksi materi
pertemuan pertama hingga keempat, dengan tujuan self efficacy siswa meningkat dan
mengaplikasikan sikap yang lebih adaptif yang menunjukkan peningkatan self efficacy dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lalu sebelum pemberian post-tets peneliti
menanyakan kemantapan peningkatan self efficacy siswa apakah sudah sama dengan
karakteristik siswa self efficacynya tinggi sesuai dengan aspek yang ditingkatkan Bandura
(1997). Setelah itu siswa diberikan post-test bertujuan untuk melihat peningkatan self
efficacy pada siswa setelah diberikan konseling kelompok SFBC. Adapun hasil penelitian
terdapat perbedaan signifikan sebelum dan setelah pemberian konseling kelompok SFBC
untuk meningkatkan self efficacy siswa kelas VII SMP N 19 Pontianak.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, ditarik simpulan bahwa konseling kelompok
SFBC efektif untuk meningkatkan self efficacy siswa kelas VII SMP N 19 Pontianak.
Sejalan dengan beberapa peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Kus Hendar pada tahun
2019, Sri Wahyuningsih pada tahun 2023 dan Erik Idawati pada tahun 2020, dari ketiga
hasil penelitian yaitu konseling kelompok SFBC dapat meningkatkan self-efficacy siswa.
Berdasarkan nilai rata-rata sebelum pemberian layanan termasuk kategori rendah dengan
rata-rata 96 dan nilai rata-rata setelah pemberian layanan termasuk kategori tinggi 136.
Terdapat perbedaan signifikan self efficacy siswa antara sebelum dan setelah pemberian
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1349
konseling kelompok SFBC) yaitu nilai t-3.928 lalu nilai signifikan (2 tailed) 0.003 < 0.05
yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak, berbunyi Konseling kelompok SFBC efektif
untuk meningkatkan self efficacy siswa kelas VII SMP N 19 Pontianak”.
SARAN
Setelah penelitian dilakukan, terdapat beberapa saran dalam pelaksanaan penelitan.
Bagi guru BK diharapkan mengaplikaskan layanan konseling kelompok kognitif kepada
seluruh siswa, melalui konseling kelompok SFBC. Serta bagi peneliti selanjutnya yang
melakukan penelitian serupa supaya mengembangkan instrumen penelitian lain dan
menggunakan desain penelitian eksperimen berbeda seperti control group design.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2013). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka).
Bandura, Albert. (1997). Self efficacy The Exercise Of Control. New York: W.H. Freeman
and Company.
Elihami, E. (2021). E-LEARNING IN ISLAMIC EDUCATION AND PANCASILA ON
DURING COVID-19 PANDEMIC. Academy of Education Journal, 12(2), 303-
310. https://doi.org/10.47200/aoej.v12i2.746
Fauzi, Taty. (2018). Pelaksanaan Pelayanan Konseling Kelompok. Tira Smalkrt:
Tangerang.
Fitriana, Sitti and Ihsan, Hisyam dan Annas, Suwardi. (2015). Pengaruh Efikasi Diri,
Aktivitas, Kemandirian Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Hasil
Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP. Journal of Educational Science
and Technology (EST). Diunduh dari: https:// ojs.unm.ac.id/JEST/article/view/1517
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang
Ghufron, Nur dan Rini Risnawita. (2012). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Aruz Media.
Halida, H., Yuline, Y., Fergina, A., Putri, A., Dewantara, J., & Borneo, Z. (2023).
TINGKAT HARMONI SOSIAL SISWA SMP SE- KOTA PONTIANAK. Academy
of Education Journal, 14(2), 212-225. https://doi.org/10.47200/aoej.v14i2.1655
Haris, L. (2017). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU SISWA
BERWARGA NEGARA YANG BAIK DI SD JUARA KELURAHAN BACIRO
KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
1350
PELAJARAN 2016. Academy of Education Journal, 8(2), 226-269.
https://doi.org/10.47200/aoej.v8i2.372
Kusumawati, I. (2014). UPAYA LEMBAGA RIFKA ANNISA WOMEN’S CRISIS
CENTER DALAM MENANGANI KORBAN KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN. Academy of Education Journal, 5(2).
https://doi.org/10.47200/aoej.v5i2.115
Kemendikbud. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
SMP. In Direktorat jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan Kemendikbud RI.
Mulawarman. (2019). SFBC (Solution-Focused Brief Counseling), Konseling Singkat
Berfokus Solusi. Penerbit Kencana: Rawamangun, Jakarta Timur.
Mulawarman. (2015). Brief Counseling in Schools: a Solution-Focused Brief Counseling
(SFBC) Approach for School Counselor in Indo-nesia. Journal of Education and
Practice, 5 (21) : 68-72. Diunduh dari: 1- 354-Article Text-2643-1-10-20210610
Nazir, M. (2017). Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia: Bogor
Prayitno. (2017). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, K., & Kim, J. S. (2017). SFBT in Action Eating Disorders. Solution-Focused Brief
Therapy in Schools: A 360-Degree View of the Research and Practice Principles.
Rohardjo, Susilo, Gudnanto. (2013). Pemahaman Individu Teknik Nontes. Jakarta:
Kencana
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Suryani, Hendrayani. (2015). Metode Riset Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia Group.
Yuniar, A., & Suryaman, M. (2022). STUDENTS’ PERCEPTION OF ONLINE
LEARNING USING QUIZIZZ.COM AS A LEARNING MEDIA IN LEARNING
ENGLISH. Academy of Education Journal, 13(2), 263-272.
https://doi.org/10.47200/aoej.v13i2.1125