AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
890
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT-BASED LEARNING
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOLABORASI, KEMAMPUAN
REGULASI DIRI, DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF
PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TOPIK PEMBELAHAN SEL
PADA SISWA SMA KELAS XII IPA
Semuel Riak
1
dan Hananto
2
1, 2
Magister Teknologi Pendidikan, Universitas Pelita Harapan
The Plaza Semanggi, Jl. Jend. Sudirman No.50, RT.1/RW.4, Karet Semanggi,
Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12930
1
2
ABSTRAK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pada perubahan pada kebutuhan masyarakat
untuk bisa menjawab tantangan yang ada. Di abad 21 ini pendidikan perlu untuk mengembangkan
berbagai keterampilan dalam diri peserta didik seperti kolaborasi, regulasi diri dan berpikir kreatif.
Keterampilan ini pada siswa kelas XII IPA SMA XYZ Jakarta Utara masih rendah dan perlu untuk
ditingkatkan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis penerapan model Project Based
Learning dalam pengajaran Biologi topik Pembelahan Sel dalam meningkatkan keterampilan
kolaborasi, regulasi diri dan berpikir kreatif siswa kelas XII IPA SMA XYZ Jakarta Utara.
Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kemmis dan
MC Taggart yang dilaksanakan dalam tiga siklus di mana setiap siklus terdiri dari tahapan
perencanaan, observasi, tindakan dan refleksi. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu rubrik penilaian untuk mengukur keterampilan kolaborasi, kemampuan regulasi diri serta
keterampilan berpikir kreatif. Nilai rata-rata keterampilan kolaborasi siklus satu 50,0, siklus dua
62,7 dan siklus tiga 88,9. Nilai kemampuan regulasi diri pada siklus satu yaitu 35,5, pada siklus
dua 52,4 dan siklus tiga 88,1. Keterampilan berpikir kreatif pada siklus satu 46,0, siklus dua 61,1
dan siklus tiga 87,3. Data tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Project Based
Learning dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi, regulasi diri dan berpikir kreatif pada
pembelajaran biologi topik pembelahan sel siswa kelas XII IPA di Sekolah XYC, Jakarta Utara.
Kata kunci: Kolaborasi, regulasi diri, berpikir kreatif, Project Based Learning (PjBL), Peneitian
Tindakan Kelas.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
Advances in science and technology have led to changes in people's needs to be able to
respond to existing challenges. In the 21st century, education needs to develop various
skills in students such as collaboration, self-regulation, and creative thinking. These skills
in students of class XII IPA SMA XYZ North Jakarta are still low and need to be improved.
This study aims to analyze the implementation of the Project-Based Learning model in
teaching Biology on the topic of Cell Division in improving collaboration, self-regulation,
and creative thinking skills for class XII IPA students at SMA XYZ Jakarta Utara. This
study used the Classroom Action Research by Kemmis dan MC Taggart model which was
carried out in three cycles where each cycle consisted of planning, observation, action,
and reflection stages. The instrument to be used in this study is an assessment rubric to
measure collaboration skills, self-regulation abilities, and creative thinking skills. The
average score of collaboration skills in cycle one was 50.0, cycle two was 62.7, and cycle
three was 88.9. The value of self-regulation ability in cycle one was 35.5, in cycle two was
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
891
52.4, and in cycle three was 88.1. Creative thinking skills in cycle one 46.0, cycle two 61.1,
and cycle three 87.3. The data shows that the Project-Based Learning model can improve
collaboration skills, self-regulation, and creative thinking in biology learning on the topic
of cell division for class XII IPA students at XYZ School, North Jakarta.
Keyword: Collaboration, self-regulation, creative thinking, Project Based Learning (PjBL), Classroom
Action Research.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan bangsa untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul sehingga mampu mendukung
percepatan pembangunan dan kemajuan suatu negara. Hal ini dinyatakan dalam Undang-
undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional agar
setiap individu memiliki pertumbuhan kepribadian dalam kemampuan diri yang terus
berkelanjutan dari setiap generasi untuk menciptakan kualitas manusia Pancasila. Hal ini
menjelaskan bahwa setiap individu perlu mengembangkan setiap potensi dalam dirinya
agar menjadi unggul, mampu berkontribusi pada berbagai bidang sesuai dengan
kemampuannya untuk ikut dalam persaingan global dan menjadi seorang pembelajar
sepanjang hayat yang tidak terbatas pada segala tempat dan waktu. Hal tersebut
mendukung perubahan dalam pendidikan yang terjadi pada masa kini di mana
perkembangan dengan pesat pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga proses
pengajaran dalam mendidik disesuaikan dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan merupakan proses yang dinamis sehingga diperlukan keselarasan dalam
pola pengajaran sesuai dengan perkembangan zaman dan tantangannya untuk bisa
mempersiapkan generasi yang bisa menjawab kebutuhan setiap zamannya. Pada abad 21
ini pendidikan memiliki karakteristik seperti yang disampaikan oleh Hasibuan dan
Prastowo (2019) di antaranya: “Kreatif dan inovatif (creative and innovative), sifat berfikir
kritis (the nature of critical thinking), pengintegrasian ilmu (integration of science), mudah
mendapatkan informasi (easy to get knowledge), berjiwa komunikatif dan kolaboratif
(communicative and collaborative spirit), menghargai perbedaan pendapat (respect
differences of opinion) pendidikan sepanjang hayat (long life education)”.
Keterampilan kolaborasi menurut Saleh (2020) yaitu adanya pola dan bentuk
hubungan yang dilakukan antar individu ataupun organisasi yang berkeinginan untuk
saling berbagi, saling berpartisipasi secara penuh, dan saling menyetujui atau bersepakat
untuk melakukan tindakan bersama dengan cara berbagi informasi, berbagi sumber daya,
berbagi manfaat, dan berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan bersama
untuk menggapai sebuah cita-cita untuk mencapai tujuan bersama ataupun untuk
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
892
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh mereka yang berkolaborasi.”
Keterampilan kolaborasi juga dinyatakan oleh Sunbanu, Mawardi dan Wardani (2019)
sebagai sebuah proses dalam belajar yang dilakukan secara bersama-sama untuk
mengimbangi perbedaan pandangan, pengetahuan, berperan dalam diskusi dengan
memberikan saran, mendengarkan, dan mendukung satu sama lain.” Fitriyani, Jalmo dan
Yolida (2019) yang menerangkan bahwa keterampilan kolaborasi merupakan sebuah
interaksi yang dilakukan untuk bisa bekerja bersama dan menjadikan satu kegiatan sebagai
usaha kolektif yang mampu diselesaikan secara efisien dan lebih mudah sesuai dengan
tujuan bersama. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, keterampilan kolaborasi
dapat disimpulkan sebagai kemampuan yang dimiliki individu untuk bisa bekerja bersama
dengan orang lain yang melibatkan proses komunikasi serta keterlibatan aktif untuk bisa
menghasilkan keputusan dan berdampak pada tujuan bersama. Pada abad 21 ini siswa
harus dibekali dengan salah satu kecakapan hidup untuk dapat bersaing di dunia global
yaitu salah satunya adalah keterampilan kolaborasi sebagaimana dinyatakan oleh Mahanal
(2014) bahwa globalisasi dan munculnya teknologi mendorong manusia untuk bekerja
bersama sehingga kolaborasi menjadi penting dan diperlukan oleh pelajar/mahasiswa dan
juga para pekerja. Hasil bekerja bersama akan memberikan hasil yang lebih holistik serta
kontribusi dari setiap individu mampu memberikan pengetahuan yang lebih banyak
dibandingkan dengan kerja individual.
Berdasarkan pada data hasil observasi serta wawancara yang dilakukan kepada dua
guru subjek lainnya yang mengajar di kelas XII IPA Sekolah XYZ diperoleh kesimpulan
bahwa keterampilan kolaborasi siswa masih kurang. Dalam bekerja kelompok banyak
siswa yang tidak ingin mengambil peran tetapi mengharapkan teman kelompoknya untuk
bisa menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini menyebabkan pendistribusian tugas dalam
kelompok tidak merata dan tidak sesuai dengan setiap kemampuan murid. Hal ini
menyebabkan guru ikut dalam pembelajaran kelompok untuk membagi tugas secara merata
dan semua bisa berpartisipasi, namun tugas yang telah ditentukan tidak bisa diselesaikan
oleh siswa tersebut dan menjadikan teman kelompok yang lainnya yang melanjutkan dan
menyelesaikannya. Indikator yang ditentukan dalam penelitian ini sebagai indikator
keterampilan kolaborasi yaitu kemampuan mengambil tanggung jawab pribadi atas
kontribusinya sendiri pada tugas kelompok, mendorong interaksi kelompok yang efektif,
dan mengelola pembagian tugas dalam aktivitas kelompok.
Kemampuan regulasi diri dinyatakan OECD dalam Programme for International
Student Assessment (PISA) bahwa regulasi diri adalah monitoring and control of one’s
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
893
metacognitive, cognitive, behavioural, motivational and affective processes while
learning”. Putrie (2021) menerangkan regulasi diri sebagai kemampuan individu yang
secara sistematis mengontrol dan mengarahkan pikiran dan kehendak serta mengatur diri
sendiri dengan menentukan tujuan dan tindakan-tindakan yang akan berdampak pada
pencapaian tujuan tersebut. Dari berbagai macam definisi yang diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan regulasi diri merupakan proses yang secara sadar
dilakukan oleh individu dalam mengontrol dan mengatur perilakunya untuk bisa penetapan
tujuan, pemantauan diri, instruksi diri, dan penguatan diri dan mengevaluasi diri.
Kemampuan regulasi diri dalam pembelajaran menjadi satu komponen yang diperlukan
dan penting. Schunk dan Dale (2018) lebih lanjut menyatakan 5 keunggulan yang akan
dimiliki oleh seorang individu yang memiliki kemampuan regulasi yaitu: 1) Melibatkan
perilaku, kognitif, metakognitif, dan motivasi aktif dalam pembelajaran dan kinerja
seseorang. 2) Penetapan tujuan dan upaya memicu pengaturan diri dengan
mempertahankan fokus siswa pada aktivitas yang diarahkan pada tujuan dan penggunaan
strategi yang relevan dengan tugas. 3) Ini adalah proses dinamis dan siklus yang terdiri dari
loop umpan balik. 4) Ini adalah penekanan pada motivasi, atau mengapa orang memilih
untuk mengatur diri sendiri dan mempertahankan upaya mereka. 5) Mengelola emosi serta
mengelola energi untuk mencapai tujuan. Indikator kemampuan regulasi diri yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan manajemen waktu, kemampuan untuk
memantau keseluruhan proses serta melakukan pengaturan belajar secara mandiri, dan
kemampuan mengevaluasi diri.
Berdasarkan pada data hasil observasi serta wawancara yang dilakukan kepada dua
guru subjek lainnya yang mengajar di kelas XII IPA Sekolah XYZ diperoleh kesimpulan
bahwa kemampuan regulasi diri siswa masih kurang. Apabila siswa diberikan suatu tugas
untuk dikerjakan atau diselesaikan dalam kurun waktu tertentu, siswa belum bisa membuat
rencana kerja sesuai dengan waktu yang diberikan, serta siswa belum bisa memantau
progres tugas yang dikerjakan secara mandiri, di mana guru terus mengulang dan
memberikan instruksi yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga tugas yang diberikan juga
dikumpulkan melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, siswa memiliki
kesulitan untuk bisa meregulasi diri dengan baik. Indikator kemampuan regulasi diri yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan manajemen waktu, dan kemampuan
mengevaluasi diri dan kemampuan untuk memantau keseluruhan proses serta melakukan
pengaturan belajar secara mandiri.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
894
Keterampilan berpikir kreatif dalam The Cambridge Framework for Life
Competencies (2020) merupakan konsep kompleks yang dapat didefinisikan sebagai
kecenderungan atau kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide yang orisinil dan
inovatif serta alternatifnya, atau setiap kemungkinan yang muncul untuk dielaborasikan.
Berpikir kreatif dikemukakan juga oleh Siswono yaitu “suatu kebiasaan dari pemikiran
yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imajinasi, mengungkapkan (to reveal)
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung (unveil) ide-ide yang menakjubkan
dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan.” Dari uraian di atas, keterampilan berpikir
kreatif adalah proses berpikir yang mampu untuk menggunakan berbagai pengetahuan
untuk bisa menghasilkan berbagai gagasan, inovasi serta karya yang baru.Berpikir kreatif
seperti yang dijelaskan oleh Febrianti, Djahir dan Fatimah (2016) akan mendukung setiap
peserta didik menjadi lebih terpacu dalam belajar dan lebih kreatif, mengembangkan
kemampuan berpikir untuk bisa berwawasan luas. Hanipah, Yuliani dan Maya (2018)
menerangkan lebih lanjut bahwa pentingnya berpikir kreatif akan mengembangkan
kemampuan berpikir dan menjadikan pembelajaran yang semula sulit akan perlahan terasa
lebih mudah dan menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan.
Berdasarkan pada data hasil observasi serta wawancara yang dilakukan kepada dua
guru subjek lainnya yang mengajar di kelas XII IPA Sekolah XYZ diperoleh kesimpulan
bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa masih kurang. Siswa dalam melaksanakan
pembelajaran mandiri maupun kelompok memiliki kendala memiliki kesulitan
mengeksplorasi pembelajaran lebih mendalam sesuai instruksi yang telah diberikan oleh
guru sehingga kurang mampu untuk memahami setiap bagian topik dengan benar. Hal ini
menyebabkan pengerjaan tugas yang diberikan tidak bisa maksimal karena mereka kurang
bisa menghasilkan berbagai ide atau gagasan untuk bisa merancang dan mengerjakan tugas
yang diberikan dengan baik. Murid dalam mengerjakan diberikan kebebasan dalam untuk
bisa menyelesaikan tugas namun sebagian besar masih mengikuti seperti contoh yang
diberikan dan tidak mengeksplorasi pada sumber lain yang membuat hasil pengerjaan
tugas kurang maksimal. Hal ini menyatakan bahwa siswa kurang mampu untuk bisa
membangkitkan ide-ide yang menarik dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan
menerapkannya dengan baik untuk memperoleh hasil yang yang lebih baik. Indikator
keterampilan berpikir kreatif yang akan dipakai pada penelitian ini adalah kemampuan
mempersiapkan kreativitas, kemampuan membangkitkan ide serta kemampuan
menerapkan ide dan memecahkan masalah.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
895
Untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi, regulasi diri dan keterampilan berpikir
kreatif, maka diperlukan suatu model pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut.
Permasalahan dalam kemampuan kolaborasi, regulasi diri dan berpikir kreatif dapat
ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran Project-Based Learning karena
Project-Based Learning menjadikan murid terlibat dalam satu penyelesaian proyek yang
harus mereka selesaikan. Peran aktif dan keterlibatan siswa akan dilakukan sesuai tahapan
dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Project-Based Learning dengan
melakukan kegiatan persiapan dan perencanaan, eksplorasi pada topik yang lebih
mendalam serta menghasilkan suatu gagasan yang bisa digunakan untuk membuat suatu
proyek atau produk sesuai dengan topik pembelajaran untuk dipresentasikan hasilnya dan
dievaluasi. Waras dalam Yance, Ramli, dan Mufit (2013) menjelaskan project-based
learning sebagai suatu pembelajaran yang akan menghasilkan suatu karya berupa produk
yang dikembangkan lewat kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran oleh siswa
secara berkelompok dengan mengorganisasikan pembelajaran, melakukan kegiatan
menelaah atau mengkaji, memecahkan masalah serta membuat sintesis. Tahapan
pelaksanaan model project-based learning (Sudrajat dan Hernawati, 2020) dalam kegiatan
pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut: 1) Pengenalan masalah/Penentuan
Pertanyaan Mendasar. 2) Penyusunan Rancangan Projek. 3) Penyusunan Rencana Kerja. 4)
Pelaksanaan dan Monitoring Projek. 5) Pengujian Hasil/Presentasi. 6) Evaluasi dan
Refleksi.
Dengan demikian, penerapan model pembelajaran Project-Based Learning dipilih
dalam penelitian ini sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi, regulasi
diri, dan keterampilan berpikir kreatif yang perlu untuk ditingkatkan oleh siswa di kelas
XII IPA SMA XYZ Jakarta Utara. Berdasarkan uraian permasalahan dan Batasan dalam
penelitian ini, maka rumusan masalah yang ditentukan adalah sebagai berikut:1)
Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Project-Based learning terhadap
peningkatan keterampilan kolaborasi siswa pada pembelajaran Biologi topik Pembelahan
Sel? 2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Project-Based learning terhadap
peningkatan keterampilan regulasi diri siswa pada pembelajaran Biologi topik Pembelahan
Sel? 3) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Project-Based learning terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Biologi topik
Pembelahan Sel?. Tujuan penelitian yang ditetapkan dengan mengacu pada rumusan
masalah di atas yaitu untuk menganalisis:
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
896
1) Penerapan model pembelajaran Project-Based Learning terhadap perkembangan
keterampilan kolaborasi siswa pada pembelajaran Biologi topik Pembelahan Sel.
2) Penerapan model pembelajaran Project-Based Learning terhadap perkembangan
keterampilan regulasi diri siswa pada pembelajaran Biologi topik Pembelahan Sel.
3) Penerapan model pembelajaran Project-Based Learning terhadap perkembangan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Biologi topik Pembelahan
Sel.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK). Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian
yaitu model spiral dari Kemmis dan McTaggart. Dalam model ini, terdapat siklus yang
harus dilakukan yang terdiri dari 4 tahapan yang harus dilakukan sebagai prosedur
penelitian. Satu putaran (siklus) yaitu terdiri dari: (1) Perencanaan (planning), (2) tindakan
(acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting) (Wiriaatmadja, 2009). Dalam
penelitian ini menggunakan tiga siklus dimana setiap siklus menggunakan 4 tahapan
penelitian. Tahapan pertama rencana (planning) menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan yang akan dilaksanakan
pada tahapan tindakan. Tahapan tindakan (acting) adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan. Pengamatan (observing) menjadi kegiatan
yang berlangsung bersamaan dengan tindakan yang dilakukan oleh pengamat dengan
mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat.
Refleksi (reflecting) merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah didapatkan dan menjadi evaluasi diri Subjek penelitian adalah siswa di kelas XII
IPA SMA XYZ di Jakarta Utara yang berjumlah 7 siswa yang terdiri dari enam siswa laki-
laki dan satu siswa Perempuan. Penelitian dilaksanakan di kelas XII IPA SMA XYZ di
Jakarta Utara yang berlokasi di Jalan Raya Pegangsaan Dua No. 145, Kecamatan Kelapa
Gading, Jakarta Utara. 14240. Penelitian ini secara efektif dimulai bulan Juli 2022 hingga
bulan November 2022.
Untuk mengetahui peningkatan kompetensi siswa dalam kolaborasi, regulasi diri dan
berpikir kreatif dilakukan analisis data secara kuantitatif. Kegiatan analisis dilaksanakan
dengan cara membandingkan nilai dan skor dari ketiga kompetensi yang diperoleh siswa
pada setiap siklus, pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung. Skor
maksimal yang dapat diperoleh siswa dalam kolaborasi, regulasi diri dan berpikir kreatif
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
897
adalah 100 dengan nilai standar minimal yaitu 74. Perolehan nilai siswa pada kompetensi
kolaborasi, regulasi diri dan kemampuan berpikir kreatif dapat diketahui dengan
menggunakan rumus berikut:
Sementara itu, untuk mengetahui peningkatan nilai kompetensi yang diperoleh siswa pada
setiap siklus pembelajaran dilakukan dengan uji Normalitas Gain pada nilai kompetensi
kolaborasi, regulasi diri dan keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan rumus
berikut:
Kriteria rata rata N- Gain yaitu g < 0,3 dengan kategori rendah, 0,3 g < 0,7 dengan
kategori sedang, dan g ≥ 0,7 masuk dalam kategori tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterampilan Kolaborasi
Penilaian rubrik keterampilan kolaborasi dalam setiapa pembelajaran pada siklus
satu, dua dan tiga diperoleh nilai rata-rata seperti pada grafik berikut:
Grafik 1. Nilai rata-rata kolaborasi siklus satu, dua, dan tiga
Dari grafik diatas diperoleh peningkatan nilai rata-rata keterampilan kolaborasi pada
setiap siklus. Nilai rata-rata keterampilan kolaborasi siklus satu yaitu 50,0 dan meningkat
pada siklus dua menjadi 62,7 yang terus meningkat pada siklus ketiga dengan nilai 88,9.
Nilai N-gain pada siklus satu dan siklus tiga berdasarkan pada peroleh nilai disajikan
dalam tabel berikut:
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
898
Tabel 1. Nilai N-gain kolaborasi siklus satu, dua, dan tiga
Nama
Siklus 1 ke 2
Siklus 2 ke 3
EL
0,7
1,0
IJB
0,7
1,0
JLL
0,0
0,6
NNU
0,0
0,5
NN
0,3
0,8
SIT
0,3
1,0
XAT
0,3
0,7
Rata-Rata
0,3
0,7
Pada tabel tersebut diperoleh nilai rata-rata N-gain keterampilan kolaborasi pada
siklus satu ke dua yatu 0,3 dan masuk dalam ketegori rendah dan siklus dua ketiga tiga
yaitu 0,7 dan masuk dalam kategori sedang.
Penilaian rubrik keterampilan kolaborasi menggunakan model project-based
learning pada siklus satu, dua dan tiga diperoleh kenaikan rata-rata nilai N-Gain dari
keseluruhan siswa. Hal tersebut menerangkan lebih lanjut bahwa penerapan model project-
based learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa.
Seperti yang dijelaskan oleh Karomatunnisa. A.A, Sholih. J. A. U, Hanifah. N, Prihantini
(2022) kegiatan pembelajaran yang berfokus pada penugasan dalam bentuk proyek akan
dilaksanakan secara berkelompok sehingga melatih setiap siswa untuk bisa berkolaborasi
dalam pembelajaran. dimana siswa akan mengambil peran untuk berkontribusi serta
mendorong siswa untuk bisa berinteraksi bersama sama.
Dalam tahapan penerapan project-based learning seperti yang dijelaskan oleh
Sudrajat. A, dan Hernawati. E (2020) pada langkah kedua yaitu penyusunan rancangan
proyek menuntut setiap siswa untuk bisa berdiskusi dan mengkomunikasikan setiap
komponen proyek dalam kelompok sehingga mendorong proses kolaborasi antar siswa
dalam kelompok. Desain pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini pada tahapan
ketiga hingga keenam penerapan model project-based learning siswa akan mendengarkan
dan memberikan berbagai informasi yang diperlukan, mengambil peran mandiri dalam
penyelesaian proyek, mendistribusikan dan menerima tugas yang akan diselesaikan
sehingga siswa akan terus bekerja sama dengan kelompoknya. Hal tersebut juga
menerangkan bahwa terdapat berbagai aktivitas yang yang dapat dilakukan oleh siswa
dalam kelompok lewat penerapan pembelajaran yang berbasis pada proyek. Lebih lanjut
dijelaskan oleh (Megawati. A. Y. I, Lukito. A , Rachmasari. D. H, (2023) bahwa penerapan
model project-based learning merupakan salah satu alternatif model pembelajaran saat ini
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
899
yang inovatif “dapat menjadi alternatif pembelajaran yang inovatif dan efektif untuk
mengembangkan keterampilan kolaborasi pada siswa”.
Kemampuan Regulasi Diri
Hasil penilaian yang dilakukan pada kemampuan regulasi diri siswa diperoleh nilai
rata-rata pada siklus satu, dua dan tiga seperti pada grafik berikut:
Grafik 2. Nilai rata-rata regulasi diri siklus satu, dua, dan tiga
Hasil yang disajikan pada grafik diatas menerangkan bahwa terjadi peningkatan
pada kemampuan regulasi diri siswa. Pada siklus satu diperoleh nilai rata-rata 36,5
meningkat menjadi 52,5 pada siklus kedua dan terus meningkat pada siklus ketiga dengan
peroleh nilai rata-rata 88,1. Perolehan nilai N-gain siswa pada siklus satu dan siklus tiga
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Nilai N-gain regulasi diri siklus satu, dua, dan tiga
Nama
Siklus 1 ke 2
Siklus 2 ke 3
EL
0,6
1,0
IJB
0,6
1,0
JLL
0,0
0,7
NNU
0,0
0,5
NN
0,5
1,0
SIT
0,2
1,0
XAT
0,0
0,6
Rata-Rata
0,3
0,8
Dari tabel tersebut diperoleh nilai kenaikan rata-rata N-Gain keseluruhan siswa pada
kemampuan regulasi diri siklus satu ke dua yatu 0,3 dan masuk dalam ketegori rendah dan
siklus dua ketiga tiga yaitu 0,8 dan masuk dalam kategori tinggi.
Hasil penilaian yang dilakukan pada siswa kelas XII IPA dalam penelitian ini
menggunakan rubrik kemampuan regulasi diri diperoleh kenaikan nilai rata-rata N-gain
pada siklus satu, dua, dan tiga. Hal tersebut menjelaskan bahwa penerapan model project-
based learning dalam proses belajar berdampak pada kemampuan siswa dalam mengelolah
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
900
waktu, menyusun rencana kerja dalam penyelesaian proyek, serta mampu melakukan
evaluasi dan refleksi diri. Kegiatan belajar yang dirancang berpusat pada siswa serta
mendorong siswa untuk bisa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pujiastuti. I,
(2021) menerangkan bawah model project-based learning merupakan suatu praktis dalam
dunia pendidikan yang berpusat pada siswa dan menekankan pada proses belajar aktif.
Dinata. P. A. C, Rahzianta, Zainuddin. M (2016) proses pembelajaran aktif dilakukan
dalam berbagai kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan regulasi diri siswa
dengan mengatur setiap jadwal belajar yang dimiliki, menentukan target belajar, mengatur
strategi yang akan dilakukan dalam belajar, melakukan pemantau diri dan melakukan
kegiatan refleksi diri. Lebih lanjut Nurfitriyanti, M (2016) menegaskan bahwa project-
based learning merupakan proses pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif
dan bertanggung jawab dengan memberikan kendali kepada siswa untuk bisa mengatur dan
mengkonstruksi belajar mereka sendiri sehingga mampu mengevaluasi proses belajar yang
dilakukan.
Pada Tahapan akhir dalam proses belajar yang dilakukan, setiap siswa diminta untuk
bisa merefleksikan proses belajar yang dilakukan. Proses ini menjadi sangat penting untuk
siswa bisa memperoleh masukan dan umpan balik dari diri sendiri dan teman sebaya untuk
dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Sartika (2021) Menerangkan lebih lanjut bahwa
proses pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan regulasi diri yaitu proses belajar
yang menitikberatkan pada kemampuan mengevaluasi dan refleksi, inisiatif pribadi,
ketekunan, dan keterampilan adaptif, dan partisipasi aktif.
Keterampilan Berpikir Kreatif
Perolehan hasil penilaian rata-rata pada siklus satu, dua dan tiga yang dilakukan
untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa digambarkan pada grafik sebagai
berikut:
Grafik 3. Nilai rata-rata regulasi diri siklus satu, dua, dan tiga
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
901
Informasi pada grafik diatas memperlihatkan nilai rata-rata keterampilan berpikir
kreatif setiap siswa yang mengalami peningkatan dari siklus satu dengan nilai 46,0
dilanjutkan pada siklus dua 61,1 dan siklus tiga 87,3. Penilaian N-gain yang diperoleh
siswa berdasarkan nilai yang diperoleh pada siklus satu dan siklus tiga disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 3. Nilai N-gain berpikir kreatif siklus satu, dua,dan tiga
Nama
Siklus 1 ke 2
Siklus 2 ke 3
EL
0,3
1,0
IJB
0,3
1,0
JLL
0,3
0,6
NNU
0,0
0,3
NN
0,6
1,0
SIT
0,6
1,0
XAT
0,0
0,7
Rata-Rata
0,3
0,7
Tabel tersebut menyajikan data nilai rata-rata peroleh N-gain siswa keterampilan
berpikir kreatif pada siklus satu ke dua yatu 0,3 dan masuk dalam ketegori rendah dan
siklus dua ketiga tiga yaitu 0,7 dan masuk dalam kategori sedang.
Perolehan hasil penilaian rata-rata pada siklus satu, dua dan tiga yang dilakukan
untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa menggunakan rubrik yang dilakukan
oleh kedua observer mengalami kenaikan nilai N-Gain. Hal tersebut menerangkan bahwa
penerapan model project-based learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif murid kelas XII IPA. Seperti yang dijelaskan oleh Tahmidate.
L, (2021) capaian kenaikan pada keterampilan berpikir kreatif siswa yaitu melalui
berbagai aktivitas dan pengalaman belajar seperti yang dilakukan pada berbagai tahapan
dalam penerapan model project-based learning. Oleh karena itu salah satu strategi dalam
pembelajaran untuk mengasah keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran
yang berbasis pada proyek. Sinta, M., Sakdiah, M., Novita, N., Ginting, FW., Syafrizal S.
(2022) menjelaskan kegiatan pembelajaran dalam menerapkan model project-based
learning menekankan pada proses belajar kontekstual yang dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan- kegiatan kompleks untuk melatih siswa dalam mengkonstruksi berbagai pola
pikir serta penyelesaian pada masalah secara realistis dan mandiri.
Pengerjaan proyek yang dilakukan mulai dari tahap perencanaan hingga tahap
presentasi membutuhkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti pemahaman
terhadap konsep pada proyek, penyusunan strategi dalam menyelesaikan proyek, bentuk
proyek yang harus dibuat, menentukan hal unik dari proyek yang membedakannya dari
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
902
proyek yang sejenis, serta pemaparan hasil proyek yang dilakukan. Berbagai kegiatan yang
dilakukan dalam mengerjakan proyek menjadi salah satu pendekatan saintifik. Seperti yang
dijelaskan lebih lanjut oleh Afriana, J., Permanasari, A., & Fitriani, A. (2016) bahwa
pembelajaran berbasis proyek pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik untuk
memberikan pengalaman berharga bagi siswa. Dimana pengalaman tersebut akan
mengembangkan potensi peserta didik baik critical thinking, communication,
collaboration, and creativity thinking sesuai dengan tuntutan pembelajaran abad 21”
(Karomatunnisa. A.A, Sholih. J. A. U, Hanifah. N, Prihantini, 2022). Penyelesaian proyek
yang dilakukan dalam penelitian ini juga dilaksanakan dalam kelompok agar mereka bisa
saling bertukar pikiran dan mampu memahami berbagai perspektif pemahaman antar
siswa. Hal tersebut lebih lanjut dinyatakan oleh Karomatunnisa. A.A, Sholih. J. A. U,
Hanifah. N, Prihantini (2022) bahwa “pengerjaan yang dilakukan secara berkelompok
dapat meningkatkan keterampilan kreativitas dan inovasi”. Proyek yang dikerjakan oleh
siswa selama pembelajaran melatih mereka untuk bisa terampil dalam berpikir secara
kreatif.
SIMPULAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas tentang penerapan model pembelajaran
project-based learning dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi, kemampuan regulasi
diri dan keterampilan berpikir kreatif pada pembelajaran biologi siswa di kelas XII IPA
Sekolah XYZ Jakarta Utara telah dilaksanakan dalam tiga siklus dengan tahapan
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi diperoleh kesimpulan seperti berikut:
1) Penerapan model pembelajaran project-based learning pada pembelajaran biologi
di kelas XII dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi dengan perolehan nilai N-
Gain siklus satu ke siklus dua 0,3 dan siklus dua ke siklus tiga 0,7.
2) Penerapan model pembelajaran project-based learning pada pembelajaran biologi
di kelas XII dapat meningkatkan kemampuan regulasi diri dengan perolehan nilai
N-Gain siklus satu ke siklus dua 0,3 dan siklus dua ke siklus tiga 0,8.
3) Penerapan model pembelajaran project-based learning pada pembelajaran biologi
di kelas XII dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dengan perolehan
nilai N-Gain siklus satu ke siklus dua 0,3 dan siklus dua ke siklus tiga 0,7.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
903
SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan model project-based learning untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi,
kemampuan regulasi diri dan keterampilan berpikir kreatif siswa maka diberikan saran
sebagai upaya perbaikan lebih lanjut seperti berikut:
Bagi Guru
1) Guru dapat menerapkan enam tahapan model pembelajaran project-based
learning secara berurutan dan dibagi ke dalam beberapa kali pertemuan sesuai
dengan waktu dan tujuan pembelajaran yang perlu dicapai. Aktivtas pada setiap
tahapan dapat disesuaikan dengan topik. Dalam penelitian ini tahapan pertama
yaitu pengenal masalah/penentuan pertanyaan mendasar sangat penting untuk
melibatkan siswa dalam proses diskusi untuk siap dalam proses pengerjaan
proyek.
2) Model pembelajaran project-based learning dapat dilaksanakan pada berbagai
mata pelajaran untuk mengoptimalkan kegiatan dan hasil belajar.
3) Model pembelajaran project-based learning dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan kolaborasi, kemampuan regulasi diri serta
keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan topik berbeda sesuai dengan
rancangan bahan ajar yang ditentukan.
Bagi Peneliti
1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi oleh peneliti lainnya yang akan
menerapkan model pembelajaran project-based learning dalam pembelajaran
untuk menilai keterampilan kolaborasi, kemampuan regulasi diri serta
keterampilan berpikir kreatif.
2) Model pembelajaran project-based learning dapat digunakan sebagai panduan
pelaksanaan pembelajaran untuk untuk meningkatkan berbagai kompetensi lain
seperti keterampilan berpikir kritis, dan komunikasi.
3) Jenis proyek yang akan dikerjakan oleh siswa dalam penerapan model belajar
project-based learning dapat berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi masing-
masing kelas.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
904
DAFTAR PUSTAKA
Afriana, J., Permanasari, A., & Fitriani, A. (2016). Penerapan Project Based Learning
Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Ditinjau dari Gender.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 202-212.
Cambridge.org. (2020). The Cambridge Life Competencies Framework: Creative Thinking.
Cambridge: Cambridge University Press.
Dinata, P. A., Rahzianta, & Zainuddin, M. (2016). Self Regulated Learning Sebagai
Strategi Membangun Kemandirian Peserta Didik Dalam Menjawab Tantangan Abad
21. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui
Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 (hal. 139-146).
Surakarta, Indonesia: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains.
Febrianti, Y., Djahir, F., & Fatimah, S. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Peserta DIdik dengan Memanfaatkan Lingkungan Pada Mata Pelajaran Ekonomi di
SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Profit, 3(1), 121-127.
Fitriani, D., Jalmo, T., & Yolida, B. (2019). Penggunaan Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi Dan Berpikir Tingkat Tinggi. Jurnal
Bioterdidik, 7(3), 77-87.
Hanipah, N., Yuliana, A., & Maya, R. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa MTs pada Materi Lingkaran. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP
Univ. Muhammadiyah Metro, 7(1), 80-86.
Hasibuan, A. T., & Prastowo, A. (2019). Konsep Pendidikan Abda 21: Kepemimpinan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia SD/MI. Magistra, 10(1), 26-50.
Karomatunnisa, A. A., Sholih, J. A., Hanifah, N., & Prihantini. (2022). Meta Analisis
Model Pembelajaran Project Based Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan
Keterampilan Abad 21,. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, 13(2), 522-
528.
Mahanal, S. (2014). Peran Guru dalam Melahirkan Generasi Emas dengan Keterampilan
Abad 21. Seminar Nasional Pendidikan HMPS Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Halu Oleo (hal. 1-16). Malang: Universitas Halu Oleo.
Megawati, A. Y., Lukito, A., & Rachmasari, D. H. (2023). Integrasi Project Based
Learning Dengan Stem Pada Pembelajaran Fisika Sebagai Pendekatan Efektif Untuk
Meningkatkan Keterampilan Abad 21. Jurnal Ilmiah Multidisplin Indonesia, 2(5),
892-904.
Nurfitriyanti, M. (2016). Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif, 6(2), 149-160.
OECD. (t.thn.). The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Dipetik 05 30, 2022, dari PISA 2025 Learning in the Digital World:
https://www.oecd.org/pisa/innovation/learning-digital-world/
Pujiastuti, I. (2021). Impementasi Project Based Learning Dalam Pembelajaran Abad 21
Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan
Purwokerto. Proceedings Series on Social Sciences & Humanities (hal. 1-13).
Purwokerto, Indonesia: Proceedings of the Integration of Disaster Mitigation
Learning in School.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
905
Putrie, C. A. (2021). Pengaruh Regulasi Diri Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
VIII Pada Mata Pelajaran IPS. Research and Development Journal Of Education,
7(1), 136-145. doi:http://dx.doi.org/10.30998/rdje.v7i1.8105
Saleh, C. (2020, Mei 31). Perpustakaan Nasional Universitas Terbuka. Diambil kembali
dari Kolaborasi Pemetintahan: https://pustaka.ut.ac.id/lib/dapu6107-kolaborasi-
pemerintahan/
Sartika, S. H. (2021). Motivasi Belajar dan Regulasi Diri Mahasiswa Selama Pandemi
Covid-19. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(1), 260-271.
doi:https://doi.org/10.51276/edu.v2i1.127
Schunk, & Dale, H. (2018). Handbook of Self-Regulation of Learning and Performance,
2nd Edition. New York: Routledge.
Sinta, M., Sakdiah, M., Novita, N., Ginting, F. W., & Syafrizal, S. (2022). Penerapan
Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Hukum Gravitasi Newton di MAS
Jabal Nur. Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan, 3(3), 24-28.
Sudrajat, A., & Hernawati, E. (2020). Modul Model-Model Pembelajaran. Jakarta:
Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan.
Sunbanu, H. F., Mawardi, & Wardani, K. W. (2019). Peningkatan keterampilan kolaborasi
siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif two stay two stray di sekolah
dasar. Jurnal Basicedu, 3(4), 2037-2041.
Tahmidate. L. (2021). Project-based Learning Untuk Mengembangkan Kompetensi 4C:
Implementasinya Pada Pembelajaran Sosiologi SMA. Jurnal Kajian Pendidikan dan
Pembelajaran, 3(2), 201-220. Diambil kembali dari http://sikola.ppj.unp.ac.id Email:
Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja
Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yance, R. D., Ramli, E., & Mufit, F. (2013). Pengaruh Penerapan Model Project Based
Learning (PjBL) Trahadap hasil Belajar Fisika SIswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Pillar of Physics Education, 1, 48-54.