AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
821
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN ANAK USIA 5-6
TAHUN DI RAUDHATUL ATHFAL BAKTI 100 CERIA
KOTA PADANG
Adri Yanti
1
, Farida Mayar
2
1,2
Program Studi Magister Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengambarkan pembelajaran kewirausahaan bagi anak usia dini. Jenis
penelitian ini kuantitatif menggunakan model Research and Development. Adapun model
pengembangan yang digunakan adalah model 4-D. Teknik pengumpulan data lembar angket
validasi, instrument kepraktisan dan instrument keefektifan. Teknik analisis data terdiri dari
analisis data validasi pembelajaran, analisis praktikalitas pembelajaran kewirausahaan dan analisis
efektifitas pembelajaran. Hasil penelitian mengambarkan bahwa hasil pengamatan keterlaksanaan
RPPH dengan persentase 94,25% berada pada kategori valid, Respon siswa terhadap
praktikalitaspembelajaran kewirausahaandengan persentase dengan 90,25% berada pada kategori
sangat sesuai, Respon guru terhadap Pratikalitas Modul Pembelajaran Kewirausahaan dengan
persentase 90,25%, Uji efektifitas, aktifitas siswa dengan rata-rata 76,38 berada pada kategori
tinggi dan hasil belajar siswa berkembang sangat baik.
Kata Kunci: Pembelajaran, Kewirausahaan, Anak Usia 5-6 Tahun
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
This study aims to describe entrepreneurship learning for early childhood. This type of research is
quantitative using the Research and Development model. The development model used is the 4-D
model. Data collection techniques validation questionnaires, practicality instruments and
effectiveness instruments. Data analysis techniques consist of learning validation data analysis,
practical analysis of entrepreneurship learning and analysis of learning effectiveness. The results of
the study illustrate that the results of observing the implementation of RPPH with a percentage of
94.25% are in the valid category, student responses to the practicality of entrepreneurship learning
with a percentage of 90.25% are in the very appropriate category, teacher responses to the
practicality of the Entrepreneurship Learning Module with a percentage of 90.25%, Effectiveness
test, student activity with an average of 76.38 is in the high category and student learning outcomes
are developing very well.
Keyword: Learning, Entrepreneurship, Children Aged 5-6 Years
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian hidup, selama hidup orang akan terus belajar, program
kegitan belajar merupakan sarana pengembangan keterampilan hidup bagi anak-anak
diluar situasi yang dihadapinya dirumah. Dengan melihat beragam perilaku dalam konteks
yang lebih luas, anak-anak diharapkan mempunyai cara pandang yang luwes dan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar rumah. Oleh karena itu, pendidikan anak usia
dini menjadi satu satu hal yang penting untuk diperhatikan. Perkembangan pada masa usia
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
822
dini ini akan menjadi dasar dan penentu bagi perkembangan anak selanjutnya(Suryana,
2013).
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman
belajar anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan
otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi
psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga
pendidikan. Artinya, pendidikan usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja
seperti hal nya interaksi manusia yang terjadi dalam keluarga, teman sebaya dan dari
hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan perkembangannya.
Kewirausahaan bagi pembelajaran anak usia dini (Arifin,2012) menjelaskan, sejak
usia dini hendaknya peserta didik mulai diajarkan kreativitas dan kemandirian dengan cara
memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan imajinasinya melalui berbagai
macam kegiatan dari yang sederhana menuju kompleks, mudah ke sulit, mengelola diri
sehingga mampu menghidupi dirinya sendiri. Jika demikian maka anak akan dapat berfikir
untuk memberikan manfaat bagi orang lain, merasa dirinya berharga bagi orang lain dan
lingkungannya. Hal ini sejalan dengan upaya untuk membentuk generasi yang berkarakter.
(3) menyebutkan salah satu pelayanan pendidikan untuk membangun karakter yakni
melalui pendidikan wiraswasta (wirausaha).
Karakter yang kuat akan menjadikan seseorang memiliki mental yang tangguh dalam
menghadapi tantangan dunia.Berwirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tetapi
juga bisa menjadi bagian dari dunianya anak-anak (Kosn, N. N. A. M., 2016 dalam (4).
Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa dijalankan sendirian, namun
membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang dewasa, orangtua maupun guru. Anak-
anak yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapati manfaat untuk bekal
masa depan kelak. Pada tahapan usia dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan
pembelajaran wirausaha akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang
terlatih sejak dini (4), termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan, menjadi modal
utama produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan semestinyatidak hanya berfokus pada
pengembangan kecerdasan intelektual anak, tetapi juga fokus pada pengembangan karakter
atau pribadi anak agar sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Sekolah merupakan
salah satu agen sosialisasi yang berperan untuk membentuk pengetahuan, sikap, nilai,
norma, perilaku esensial, dan harapan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat.
Sekolah perlahan menjadi agen pengganti terhadap apa yang dilakukan oleh keluarga
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
823
seiring dengan intensifnya anak memasuki ruang sosial dari ruang sekolah. Melalui
pendidikan yang berlangsung di sekolah maka diharapkan akan terlahir generasi-generasi
yang memiliki karakter kuat untuk mampu bersaing di era globalisasi(5)
Dewasa ini masyarakat mulai menyadaripentingnya pendidikan sejak usia dini.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat
14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai denganusia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Pendidikan pada usia dini atau dikenal dengan masa golden age
menjadi begitu penting karena pada usia ini anak akan sangat mudah menyerap berbagai
informasi dan stimulus yang diberikan.
Jumlah wirausaha di Indonesia pada 2007 baru mencapai 0,18%, sedangkan idealnya
Indonesia memiliki 2% wirausaha dari total jumlah penduduk untuk menuju ke posisi
negara yang dikatakan negara maju (Jamal Ma’mur,2011: 10-11). Mengembangkan
karakter entrepreneur, bukan berarti menciptakan pedagang atau wirausaha saja. Lebih
dari itu, jiwa kewirausahaan (entrepreneur)ini dipandang sebagai satu ciri karakter yang
memiliki kekuatan pribadi dalam menghadapi tantangan dunia. Seorang dengan karakter
entrepreneur ini, diharapkan mampu menjadi penggerak kemajuan bangsa. Sejalan dengan
misi Universitas Negeri Padang yang memiliki program kewirausahaan seperti
menyelenggarakan kerjasama yang produktif dan tujuan Universitas Negeri Padang seperti
menghasilkan lulusan yang unggul dan berkarakter, mewujudkan universitas yang mandiri
dan meningkatkan kuantitas dan kualitas kerjasama yang produktif.
Karakter yang kuat akan menjadikan sesorang memiliki mental yang tangguh dalam
menghadapi tantangan dunia. Seorang entrepreneur yang memiliki karakter entrepreneur
akan menjaga kualitas diri agar selalu bekerja keras, pantang menyerah, kejujuran, dan
kreatif. Tanpa karakter tersebut maka seorang entrepreneur akan mudah gagal dalam
karirnya. Tidak hanya seorang entrepreneur saja, profesi lain pun membutuhkan karakter
yang kuat guna mempertahankan eksistensi dirinya dan mampu berkontribusi dan mampu
memberikan pengaruh dalam hal kebaikan kepada masyarakat.
Observasi awal yang diamati di Raudhatul Athfal (RA) Bakti 100 Ceria. yang
memilki grand design khusus untukmengembangkan karakter anak. Sebuah TK yang
digunakan peneliti dalam Praktek Pengalaman Lapangan, dijumpai proses pembelajaran
dikelas belum optimal dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasidalam pembelajaran
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
824
kewirausahaan anak usia dini 5-6 tahun. Meskipun guru melakukan proses penanaman
nilai karakter namun belum terinternalisasi dengan baik pada kewirausahaan anakusia 5-6.
Sebagian anak menunjukkan sikap-sikap seperti kurang bertanggung jawab,mudah putus
asa, dan mudah menyalahkan orang lain. Sebagai contoh, apabila guru memberikan sebuah
tugas baru kepada anak-anak, maka sebagian anak akan mengatakan ketidaksanggupan
untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut tanpa berusaha terlebih dahulu.Fenomena ini
menunjukkan kurangnya penempaan soft skill anak agar memiliki karakter positif.
Pada dasarnya anak usia TK adalah individu yang aktif, memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, gigih dan memiliki karakteristik yang unik pada masing-masing
individu.Berdasarkan hasil observasi peneliti, RA Bakti 100 Ceria telah melaksanakan
kegiatan-kegiatan kewirausahaan pada anak didik seperti adanya market day, cooking day
namun belum memiliki perencanaan dengan baik tentang kewirausahaan pada anak didik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sofino (2020) pembelajaran kewirausahaan pada anak
PAUD hasil penanaman nilai karakter kewirausahann dalam pembelajaran dapat dimulai
dari sejak usia dini. Karakter yang kuat akan menjadikan sesorang memiliki mental yang
tangguh dalam menghadapi tantangan dunia, pembelajaran kewirausahaan melalui
kegiatan market day, kelas memasak, outing class.
METODE PENELITIAN
Model pengembangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model Research
and Development. Adapun model pengembangan yang digunakan adalah model 4-D terdiri
atas empat tahap yaitu: Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop
(Pengembangan), Disseminate (Penyebarluasan). Instrumen yang di gunakan untuk
mengumpulkan data dalam pengembangan ini adalah lembar angket validasi, instrument
kepraktisan, instrument keefektifan. Teknik analisis data terdiri dari analisis data validitas
pembelajaran kewirausahaan, analisis praktikalitas pembelajaran kewirausahaan, analisis
efektivitas pembelajaran kewirausahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model pembelajaran kewirausahaan bagi anak usia dini dapat digunakan oleh guru
Raudhatul Athfal Bakti 100 Ceria dan siswa Raudhatul Athfal Bakti 100. Perangkat
pembelajaran berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Perangkat
pembelajaran yang dijadikan pedoman diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa dan menanamkan nilai-nilai kewirausahaan sejak usia dini pada diri siswa
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
825
pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistem kinerja, berorientasi pada
pengembangan kecakapan hidup anak, pelaksanaan pendidikan secara berulang-ulang
(Suryana, 2013).Menjabarkan pendapat dari Masitoh (2005: 141), pada pembelajaran anak
usia dini, penetapan materi atau bahan yang akan diajarkan harus sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai. Materi pelajaran biasanya berkaitan dengan pengertian atau konsep,
prinsip, fakta atau pemecahan masalah. Materi atau bahan pembelajaran harus
dikembangkan berdasarkan pengalaman atau hal-hal yang sudah diketahui anak, berharga,
dan menyenangkan untuk dipelajari anak.
Perangkat pembelajaran pendidikan kewirausahaan dapat digunakan oleh guru dan
siswa Raudatul Athfal dan menjadi contoh bagi guru dan calon guru dalam membuat
perangkat pembelajaran. Selain itu guru dan calon guru diharapkan memahami cara
membuat perangkat pembelajaran yang baik dan benar agar siswa aktif dalam belajar,
karena perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru sangat menentukan keberhasilan
siswa. Hal ini sangat sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 bahwa “iklim pembelajaran
yang kondusif akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan bermakna” (Mulyasa, 2006:33). Bila hal ini dapat diwujudkan oleh guru sudah
tentu hasil pembelajaran yang baik akan sangat mudah dicapai.
Pada dasarnya, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui validitas,
pratikalitas dan efektifitas dari perangkat pembelajaran berorientasi Pendidikan Karakter
yang dikembangkan.
1. Validitas Perangkat Pembelajaran
Validasi yang dilakukan pada penelitian ini menekankan pada validitas internal
(rasional) dengan menggunakan kriteria yang ada di dalam produk pengembangan.
Validitas internal yang digunakan meliputi validitas isi (content validity) dan validitas
konstruksi (construct validity). Untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan
pendapat dari ahli. Ahli yang menilai validitas perangkat pembelajaran kewirausahaan
ini adalah orang-orang yang berpengalaman dalam bidangnya. Hal ini sesuai dengan
Riduwan (2007:97), untuk menguji validitas konstruksi (construct validity), dapat
digunakan pendapat dari ahli (judgment validity)”.
Berdasarkan hasil validasi dari validator, RPPH berorientasi pembelajaran
kewirausahaan yang telah dikembangkan berada pada kategori sangat valid. Hal ini
diperoleh dari hasil analisis data nilai validitas yang diberikan oleh validator yaitu 3,77
berada pada kategori sangat valid. Hal ini berarti bahwa RPPH yang dikembangkan telah
dapat dijadikan sebagai panduan dalam proses pembelajaran untuk tema kebutuhanku.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
826
Berdasarkan Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
PAUD, Dokumen KTSP terdiri dari : Dokumen 2 berisi perencanaan program semester
(Prosem), rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM), dan rencana
pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang dilengkapi dengan rencana penilaian
perkembangan anak.
Dari hasil validasi RPPH berorientasi Pendidikan Karakteryang dinilai oleh
validator berada pada ketegori sangat valid dengan nilai rata-rata 3,77 telah sesuai
dengan format dan komponen-komponen RPP. Kegiatan pembelajaran meliputi tahap
eksplorasi, elaborasi dan korfirmasi yang terintegrasi nilai-nilai karakter secara eksplisit.
Menurut Patimah (2011), RPP yang berwawasan nilai-nilai karakter dapat dilakukan
penambahan atau modifikasi dari kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran
mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai karakter.
Skenario pembelajaran yang disusun dapat mengarahkan siswa untuk memiliki
pengetahuan sesuai dengan perkembanganhya dimulai dari belum berkembang, mulai
berkembang, berkembang dengan baik dan berkembang sangat baik. Modul
pembelajaran kewirausahaan yang telah dikembangkan dinilai oleh validator berada pada
kategori sangat valid. Hal ini diperoleh dari hasil analisis data nilai validitas yang
diberikan oleh validator yaitu 3,78. Menurut kategori hasil penilaian validator yang
diperoleh bahwa modul pembelajaran kewirausahaan berada pada kategori sangat valid.
Kegiatan dalam modul dapat membangkitkan aktivitas, keterampilan dan
pemahaman konsep peserta didik. Sehingga proses pembelajaran menjadi interaktif,
inovatif, tertantang dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan Suyitno (1997:40) bahwa,
“Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan modul ini dalam proses pembelajaran
adalah mengaktifkan peserta didik, membantu peserta didik dalam pemahaman konsep
dan melatih keterampilan, serta menambah informasi peserta didik.
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator pada perangkat
pembelajaran kewirausahaan yang dikembangkan berupa RPPH, dan Modul berada
dalam kategori sangat valid. Validasi yang dilakukan pada penelitian ini menekankan
pada validitas isi dan validitas konstruksi. Validitas isi dinyatakan valid oleh validator
karena perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah sesuai dengan materi yang
seharusnya disajikan, dapat dikatakan bahwa keabsahan isi perangkat pembelajaran ini
dapat dipertanggungjawabkan karena telah dinilai oleh para pakar.
Validitas konstruk juga dinyatakan valid oleh validator karena konstruk perangkat
pembelajaran kewirausahaan yang dikembangkan telah memenuhi syarat-syarat
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
827
penyusunan perangkat pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono
(2008:173) bahwa “Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Hasil validasi menunjukkan
bahwa perangkat pembelajaran yang dihasilkan telah teruji kualitasnya dan telah
dinyatakan valid oleh validator. Tahap selanjutnya dalam penelitian ini dapat dilanjutkan
yaitu pada tahap ujicoba.
2. Praktikalitas Perangkat
Praktikalitas perangkat yang dikembangkan dapat diketahui dari pelaksanaan uji
coba. Data praktikalitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan diperoleh dari hasil
pengamatan keterlaksanaan RPP, respon guru dan respon siswa.
a. Keterlaksanaan RPPH
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan RPHP di Raudathul
Athfal Ceria 100 yang digunakan dalam uji coba berada dalam kriteria baik dengan
nilai rata-rata 3,7. Keterlaksanaan ini didukung oleh ketersediaan perangkat
pembelajaran lainnya yang dikembangkan oleh peneliti, seperti modul. Dalam hal ini,
dapat diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dengan
mudah dilaksanakan oleh guru, artinya perangkat yang dikembangkan praktis.
Menurut Akker dan Plomp (Vila, 2009:87) bahwa perangkat dapat dikatakan praktis,
jika guru dapat menggunakan perangkat tersebut untuk melaksanakan pembelajaran
secara logis dan berkesinambungan, tanpa banyak masalah.Dengan demikian,
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dapat digunakan sebagai contoh
pada sekolah lain yang memerlukannya.
b. Respon Siswa terhadap Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran
kewirausahaan, anak usia dini di Raudhatul Athfal Ceria 100 memberikan respon
secara umum sangat sesuai. Hasil analisis angket respon siswa terhadap praktikalitas
perangkat pembelajaran yang dikembangkan menunjukkan bahwa siswa tertarik
mempelajari modul karena memiliki tampilan yang menarik. Warna-warna yang
dipilih untuk teks, gambar dan latar belakang buku siswa dan modul merupakan
warna-warna kontras yang mendukung pembelajaran. Menurut Walker (Rahmat,
2010:277), warna memiliki efek fisiologis terhadap kecemasan, denyut jantung, dan
aliran darah. Setiap warna memiliki panjang gelombang, dan setiap panjang
gelombang dapat mempengaruhi tubuh dan otak secara berbeda. Warna dominan yang
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
828
banyak digunakan adalah ungu, sebagai salah satu warna terbaik untuk merangsang
pembelajaran (Rahmat, 2010:277).
Penggunaan modul mendorong partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
Diskusi kelompok yang dilakukan siswa dapat membantu siswa dalam memahami
materi ajar. Pemahaman siswa dalam belajar dapat meningkatkan prestasi belajar dan
mereka termotivasi untuk terus belajar. Hal ini sesuai menurut pendapat Slameto
(2003:13) bahwa belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan atau keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Berdasarkan uraian hasil respon siswa di atas, disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran kewirausahaan yang dikembangkan bersifat praktis. Hal ini berarti
selain dapat digunakan oleh sekolah uji coba, perangkat pembelajaran yang
dikembangkan juga dapat digunakan oleh siswa pada sekolah lainnya.
c. Respon Guru terhadap Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru memegang peran yang sangat penting. Guru
harus terlibat dalam mendiskusikan materi pembelajaran dan mampu membantu
mengembangkan emosi dan kepekaan sosial siswa agar siswa menjadi lebih bertakwa,
menghargai ciptaan Allah SWT, mengembangkan keindahan dan belajar soft skill
yang berguna bagi kehidupan siswa selanjutnya. Menurut Sanjaya (2011:160) bahwa
pengalaman belajar meliputi sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk
memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia seutuhnya, yaitu beriman, bertakwa dan berakhlak
mulia dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Hal ini sangat sesuai dengan
peran guru dalam UU Guru dan Dosen no. 14 tahun 2005, dimana guru didefinisikan
sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Zubaedi,
2011:165).
Hasil analisis angket respon guru terhadap perangkat pembelajaran
kewirausahaan sangat sesuai dalam penggunaannya pada proses pembelajaran. Ini
berarti bahwa perangkat pembelajaran kewirausahaan bagi anak usia dini yang
dikembangkan dapat membantu guru dalam memberikan penjelasan agar mudah
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
829
untuk dipelajari dan anak dapat pengalaman langsung, hingga disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran yang dikembangkan bersifat praktis.
Dampak penggunaan perangkat pembelajaran kewirausahaan oleh guru adalah
memudahkan kerja guru dalam pengelolaan waktu proses pembelajaran. Ini berarti
tersedianya perangkat pembelajaran kewirausahaan dapat mengasah kemampuan
sofskill anak usia dini terutama dalam kewirausahaan sejak usia dini merupakan salah
satu faktor yang dapat menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya
(2011:274) bahwa perangkat pembelajaran memberikan kemudahan dan dapat
membantu guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran di
kelas.
3. Efektivitas Perangkat
Efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat dari aktivitas
dan hasil belajar siswa.
a. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu informasi
mengenai tanggapan siswa selama penggunaan perangkat pembelajaran kewirausahaan.
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses
pembelajaran. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Hal ini sesuai menurut Kemp dan
Jerrol (1994:144) bahwa, ”Aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilihat
berdasarkan keikutsertaan dan keterlibatannya dalam memberi respon”. Aktivitas
diperlukan dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk
mengubah tingkah laku menjadi kegiatan. Montessori (Sardiman, 2011:96) menyatakan
bahwa aktivitas dalam pembentukan diri adalah siswa itu sendiri, sedang pendidik
hanya memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan dilakukan
oleh siswa.
Dalam penelitian ini aktivitas siswa yang diamati oleh pengamat selama proses
pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran kewirausahaan anak usia
diniantara lain: memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, mempelajari
materi ajar, mengajukan pertanyaan pada guru, menjawab pertanyaan guru,
bekerjasama dalam kelompok maupun individu, mempresentasikan hasil kerja
kelompok, menanggapi hasil diskusi, menghargai pendapat teman.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
830
Pada aspek memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, mempelajari
materi, bekerjasama dalam kelompok maupun individu, menanggapi hasil diskusi, dan
menghargai pendapat teman berada pada kategori sangat tinggi, sehingga dapat
disimpulkan proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi
Pendidikan Karakter berhasil meningkatkan aktivitas siswa. Menurut Sriyono (Yasa,
2008:1) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau
rohani. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat mengerjakan tugas-tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta bertanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan.
b. Hasil Belajar
Untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat menguasai materi ajar, maka
dilakukan tes hasil belajar pada aspek kognitif. Menurut Syamsurizal, (2008), “Ranah
kognitif merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur taraf
kemampuan dalam penguasaan materi, alat ukurnya biasa disebut tes prestasi belajar”.
Dalam pelaksanaan penggunaan modul pembelajaran kewirausahaan pada anak
usia dini pada saat anak melakukan praktek mereka sangat antusias dan bersemangat
melakukan setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan isi modul yang ada. Dari hasil
yang diperoleh banyak anak yang telah berkembang dengan baik di dalam pembelajaran
terutama dalam praktek dalam melakukan kegiatan cooking day yang dilakukan oleh
peneliti dan di damping oleh guru di Raudhatul Athfal Ceria 100.
Kegiatan cooking class merupakan sebuah labolatorium nyata bagi anak sebagai
tempat bereksperimen, mereka dapat mempelajari berbagai pengetahuan dan ketrampilan
seperti mengenal nama-nama bahan makanan, hal itu dapat menambah kosakata anak,
mengukur bahan-bahan sesuai dengan resep dapat menambah pengetahuan anak tentang
volume dan konsep matematik, pada saat pencampuran bahan dan proses pembuatan
disana anak belajar dengan pendekatan saintifik, dan ketika membentuk adonan kue yang
sudah jadi merupakan latihan keterampilan motorik halus anak.
SIMPULAN
Berdasarkan pengembangan dan uji coba perangkat pembelajaran yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini. 1) Validitas dihasilkan modul
pembelajaran kewirausahaan pada tema kebutuhanku untuk siswa Raudhatul Athfal Ceria
100 atas RPPP, dan Modul, dengan kategori sangat valid. 2) Praktikalitas pembelajaran
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
831
kewirausahaanpada tema kebutuhanku untuk anak usia dini yang dilihat dari
keterlaksanaan RPPH oleh observer terhadap guru yang mengajar dengan kategori praktis
dengan skor (94,25). Praktikalitas modul juga diketahui dari hasil respon siswa yang telah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan modul memberikan hasil yang sangat sesuai
modul pembelajaran kewirausahaanpada kebutuhannku untuk anak usia dini dinyatakan
sangat praktis dengan skor (92.5), 3) Efektivitas penggunaan modul pembelajaran
kewirausahaan pada materi kebutuhanku diketahui melalui aktivitas siswa dan hasil
belajar. Aktivitas siswa selama pembelajaran sangat tinggi dan hasil belajar menunjukkan
hasil yang banyak kemampuan anak yang berkembang dengan baik dengan skor (90.25).
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis menyarankan hal-
hal sebagai berikut ini. 1) Guru Raudhatul Athfal berdasarkan hasil validitas, praktikalitas,
dan efektifitas yang telah dilaksanakan, modul pembelajaran kewirausahaandapat
digunakan sebagai salah satu alternatif perangkat dalam mengajarkan tema kebutuhannku
untuk siswa Raudhatul Athfal pada tema yang berbeda, 2) Peneliti lain, dapat
mengembangkan modul pembelajaran kewirausahaan pada tema lain sesuai dengan
kebutuhan anak usia dini. 3) Perlu penelitian lanjutan terhadap perubahan sikap siswa yang
telah belajar dengan perangkat pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin B& M. Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media; 2012.
Damsar. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana; 2011.
E. Mulyasa. 2006. Kurikulum yang di sempurnakan. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya
Erpidawati, Rantih Fadhlya Adri. 2017. Pengaruh Motivasi Kerja dan Insentif Terhadap
Kinerja Profesionalisme Guru SD Muhammadiyah Kota Padang. Jurnal Menara
Ilmu Vol XI (1)
Nurhafizah N. Bimbingan Awal Kewirausahaan pada Anak Usia Dini. J Konseling dan
Pendidik. 2018;6(2):20510.
Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Penelitian
Pemula. Alfabeta.
Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran dan Proses Pendidikan. Kencana.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soemanto, Wasty.2008, Pendidikan Wiraswasta, Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
832
Suryana, Dadan. (2013). Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak. UNP Press.
Suryana D. Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak. Padang: UNP Press; 2013.
Suryana D. Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan Praktik Pembelajaran). 2013;212.
Soemanto W. Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta: Bumi Aksara; 2008.