AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
800
PENERAPAN MEDIA MONTASE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERBICARA SISWA KELAS V SD NEGERI 07/III SUNGAI ABU
KABUPATEN KERINCI
Siti Asiah
1
, A A Musyaffa
2*
Ilyas Idris
3
, Istari Rezkia Meinal
4
1, 2,3
Dosen Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4
Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
1
2
3
4
Email: istarire[email protected]
*Corespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penerapan media montase untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa kelas V SD Negeri 07/III Sungai Abu Kabupaten Kerinci. Adapun proses siklus
yang meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi menjadi
bagian dari pelaksanaan penelitian ini. Berdasarkan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi,
data yang diperoleh lalu diolah melalui reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menemukan bahwa penerapan media montase untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) guru menggunakan strategi
bercerita (2) guru menyiapkan alat dan bahan gambar-gambar dari berbagai referensi sesuai
subtema materi pembelajaran berupa koran, majalah, ataupun gambar dari internet. (3) guru
membagi siswa secara klasikal dari kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa tiap kelompok,
berpasangan kemudian individu. (4) guru memberikan reward seperti simbol bintang yang
bersinar. Sedangkan Untuk hasil proses pembelajaran pada keterampilan berbicara ditunjukkan dari
hasil pada tiap siklus yang telah dilaksanakan, ketercapaian tersebut dengan rata-rata pra tindakan
44,42% , siklus I mengalami peningkatan mencapai rata-rata 54,80% sedangkan siklus II
meningkat signifikan mencapai 80,57%.
Kata Kunci: Penerapan, Media Montase, Keterampilan Berbicara
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
This study discusses the application of montage media to improve the speaking skills of fifth grade
students at SD Negeri 07/III Sungai Abu, Kerinci Regency. The cycle process which includes four
stages, namely planning, implementation, observation and reflection becomes part of the
implementation of this research. Based on observation, interview and documentation techniques,
the data obtained is then processed through data reduction, data display, and drawing conclusions.
The results of the study found that the application of montage media to improve students' speaking
skills was carried out in the following steps: (1) the teacher used a storytelling strategy (2) the
teacher prepared tools and drawing materials from various references according to the sub-theme of
learning material in the form of newspapers, magazines, Or pictures from the internet. (3) the
teacher divides students classically from groups consisting of 4-5 students per group, in pairs then
individually. (4) the teacher gives rewards such as a shining star symbol. Whereas the results of the
learning process on speaking skills are shown from the results in each cycle that has been carried
out, the achievement is with an average pre-action of 44.42%, the first cycle has increased to an
average of 54.80% while the second cycle has increased significantly to 80.57%.
Keyword: Application, Montage Media, Speaking Skills
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
801
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa dengan pengaruhnya
meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung
jawab moral dalam segala perbuatannya. Orang dewasa yang dimaksud adalah orang tua si
anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk
mendidik, misalnya guru sekolah, pemuka agama dan sebagainya.
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang diharapkan berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek
kehidupan lainnya. Pembangunan pendidikan digunakan sabagai suatu wahana proses
transisi yang disengaja atau terencana agar berbagai segi kehidupan sistem sosial yang
terkenanya dapat meningkat atau menjadi lebih baik. (Agung, 2012:21-22). Pendidikan
tradisional masih sangat dianggap kolot, konvensional dan tidak mengikuti perkembangan
zaman, tetapi pada sisi yang lain pendidikan tradisional pada kenyataanya memiliki akar
yang kuat yang ikut serta membangun peradaban manusia (Musyaffa et al., 2020, p. 16).
Pendidikan lebih mengarah pada makna proses internalisasi dan sosialisasi yang
dilakukan seorang individu terhadap nilai-nilai, norma, dan aturan dari lingkungan sistem
sosial di sekitarnya, yang lebih lanjut menjadikannya sebagai bagian dalam diri dan
mekanisme kontrol bagi perwujudan perilaku. Melalui pendidikan, berlangsung proses
pewarisan nilai, norma, aturan budaya yang didukung oleh suatu sistem sosial dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan harus mempunyai landasan yang jelas dan terarah. Landasan tersebut
sebagai acuan atau pedornan dalam proses penyelenggaraan pendidikan, baik dalam
institusi pendidikan formal, non-formal maupun informal. Yang dimaksud landasan yang
jelas dan terarah adalah bahwa pendidikan harus berprinsip pada pengokohan moral-agama
anak didik di samping aspek-aspek lainnya. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk
mengantarkan anak didik agar dapat berpikir, bersikap, dan berperilaku secara terpuji
(akhlak al-karimah). Upaya tersebut bisa dilakukan oleh para pendidik (guru).
Pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan, merupakan masa untuk meletakan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri,
disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi
dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan
anak tercapai secara optimal. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah masa keemasan
hanya akan datang sekali dalam hidupnya dan tidak akan datang lagi di masa remaja,
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
802
dewasa hingga tua.
Salah satu kemampuan anak yang sangat perlu dikembangkan adalah kemampuan
keterampilan bahasa. Keterampilan berbicara adalah aktivitas yang dilakukan untuk
berkomunikasi sehingga dapat menghasilkan arah komunikasi yang jelas, dan
bagaimanakah cara menunjukkan keterampilan berbicara, salah satunya cara dengan
berinteraksi dengan teman sebaya serta memberanikan diri untuk tampil di depan kelas jika
guru memberikan tugas. Melalui serangkaian cara di atas dapat dikatan jika keterampilan
berbicara dapat membina hubungan sosial antar siswa dan juga guru serta mengajarkan
siswa agar lebih percaya diri (Waris, 2020: 2).
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan. Biasanya anak-anak pada mulanya
mempelajari bahasa dengan cara menyimak selanjutnya berbicara, setelah itu baru membaca
dan menulis. Menyimak dan berbicara merupakan kaitan komunikasi dua arah secara
langsung, yang merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication Brooks
(Tarigan, 2008: 186).
Salah satu keterampilan berbahasa yang penting peranannya dalam melahirkan
generasi masa yang cerdas dan kreatif adalah keterampilan berbicara. Kemampuan
berbicara dengan baik, siswa akan bisa menyalurkan ide-ide dan perasaannya secara cerdas
sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan
mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan
tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu,
keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis
karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau
perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara
juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa
berkomunikasi dengan lingkungannya sesuai dengan konteks dan situasi tutur saat sedang
berbicara.
Observasi awal oleh peneliti pada tanggal 14 – 16 November 2022 di Sekolah Dasar
07/III Sungai Abu pada keterampilan berbicara siswa untuk menyampaikan atau
mempresentasikan hasil tugas belum mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan yang
diharapkan. Selain itu, siswa belum dapat mempertanggungjawabkan hasil presentasi tugas
di depan umum. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran mata pelajaran bahasa
Indonesia di sekolah dimana menjadi tugas semua pihak sekolah, terutama guru bahasa
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
803
Indonesia. Peran guru sangat penting dalam membantu siswa untuk terampil berbicara.
Selain itu siswa belum dapat berkomunikasi dengan baik pada situasi formal di kelas
karena rendahnya kemampuan mereka dalam berbicara. Sehingga keterampilan berbicara
siswa masih berada pada tingkat yang rendah, terutama pilihan katanya, kalimatnya tidak
efektif, struktur tuturannya rancu, dan tidak komunikatif. Sebagai contoh rendahnya
keinginan siswa untuk berbicara dalam proses belajar khususnya siswa Sekolah Dasar
07/III Sungai Abu jika diberikan tugas oleh guru di kelas masih banyak yang belum mampu
menjelaskan hasil kerjanya, mereka hanya mengerjakan tetapi belum terbiasa menjelaskan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah karena kurangnya perhatian siswa pada saat
pelajaran berlangsung di kelas.
Hasil pengamatan sementara menunjukkan bawah siswa yang dinilai sudah terampil
berbicara dalam situasi formal di kelas hanya sedikit sekali. Siswa yang memiliki
kemampuan berbicara atau kelancaran berbicara hanya tertentu saja, siswa yang belum
lancer berbicara terlihat masih banyak yang belum memahami ketepatan pilihan kata
(diksi) saat berbicara, struktur kalimat yang disampaikan siswa juga belum efektif
ditambah lagi kelogisan (penalaran) yang sulit disampaikan oleh siswa serta berbicara yang
dilakukan siswa belum focus meskipun komunikatif/kontak mata dilakukan secara
langsung.
Pengamatan peneliti juga menemukan bahwa metode yang digunakan guru
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan cara berbicara di awal pelajaran,
menjelaskan cara mengerjakan soal selanjutnya siswa mengerjakan soal latihan. Selain
metode yang kurang kreatif guru juga kurang bisa membangkitkan motivasi belajar siswa
dan kurang berinteraksi dengan siswa. Guru belum bisa memaksimalkan alat peraga atau
media maupun pendukung yang lainnya, guru juga belum memahami hakikat pembelajaran
Bahasa Indonesia karena hanya menekankan pada produk saja sehingga muncul anggapan
dari diri para siswa bahwa pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang
sangat penting dan menarik dan identik dengan hafalan. Keadaan siswa yang kurang aktif
dalam mengikuti pembelajaran menyebabkan materi yang disampaikan oleh guru kurang
dipahami dengan baik oleh siswa sehingga menyebabkan hasil belajar siswa yang rendah
dan belum sesuai dengan yang diharapkan. Atas realitas yang ada, peneliti merasa
termotivasi untuk mengadakan penelitian untuk mengukur sejauh mana tingkat
keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai landasan teori dalam penerapan
media montase di sekolah dan membuktikan kebenaran teori tentang manfaat media
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
804
pembelajaran yang di kemukakan oleh Sari et al. (2019: 4) bahwa salah satu manfaat
penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar adalah media pembelajaran
memperjelas penyajian pesan pada proses komunikasi edukatif serta media pembelajaran
meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan dari media montase
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas dan mengetahui bagaimana hasil
proses pembelajaran dalam keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 07/III Sungai
Abu.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian tindakan kelas ini
direncanakan terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan
empat fase, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan
refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus. Namun demikian
keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian pada akhir siklus tertentu
sepenuhnya tergantung pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir.
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab guru khususnya dalam
pengelolahan pembelajaran. Melalui PTK, guru dapat meningkatkan kinerjanya secara
terus menerus, dengan cara refleksi diri (self reflection), yakni upaya menganalisis
untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran sesuai dengan
program pembelajaran yang telah disusunnya, dan diakhiri dengan melakukan refleksi.
PTK merupakan kegiatan ilmiah yakni proses berfikir yang sistematis dan empiris dalam
upaya memecahkan masalah yaitu masalah, proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru
itu sendiri dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar (Sanjaya, 2013: 13–14).
PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat
masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan.
Setting penelitian atau tempat lokasi penelitian adalah di Kelas V SD Negeri 07/III
Sungai Abu Kabupaten Kerinci. Subjek penelitian didatangi dan diwawancarai untuk
diamati atau diobservasi secara berurutan. Adapun subjek atau responden dalam penelitian
ini yaitu guru Kelas V sebagai Key Informan (informan kunci), dan siswa kelas V
berjumlah 26 orang sebagai informan utama.
Untuk memudahkan analisis setiap aspek yang muncul dalam masing- masing
komponen pembelajaran diberikan penilaian dengan menggunakan score Skala Likerd
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
805
yaitu score yang berskala 1 sampai dengan 5. Nilai setiap komponen dari masing-masing
pertemuan dijumlah dan dihitung menggunakan rumus statistik deskriptif yaitu
menggunakan analisis persentase kemudian dideskripsikan (Sudijono, 1999, p. 40).
Adapun rumus yang digunakan adalah:
P = x 100%
Keterangan:
P = Persentase
S = Skor hasil penelitian yang diperoleh dari angket siswa
N = Skor maksimal dari skala Likerd
Indikator keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat mencapai
kriteria baik atau minimal apabila 60% dengan 75% siswa menguasai bahan ajar dan 75%
atau lebih yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan minimal,
optimal, atau bahkan maksimal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Kondisi Pelaksanaan Pratindakan
Guru kelas sebagai pelaksana pembelajaran melakukan Pratindakan sebelum Siklus I
yaitu pada hari Senin tanggal 16 Januari 2023. Pelaksanaan Pratindakan ini menggunakan
tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berupa
lembar observasi check list, catatan-catatan selama proses kegiatan berlangsung, video,
gambar atau foto selama kegiatan berlangsung serta bukti tertulis berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, dan lembar wawancara.
Hasil keterampilan berbicara pada Pratindakan ini menunjukkan bahwa keterampilan
berbicara melalui penerapan media montase perlu ditingkatkan. Upaya peningkatan
keterampilan berbicara yaitu dengan media montase dengan tiap individu diawasi dan
didampingi oleh guru bersama peneliti. Hasil keterampilan berbicara Pratindakan disajikan
di bawah ini sebagai berikut:
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
806
Gambar 1. Grafik Pra Tindakan
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa hasil dari Pratindakan
menggunakan lembar observasi (checklist) pada indikator kelancaran berbicara 44,61%,
ketepatan pilihan kata 41,53%, penalaran 45,15% dan performance 46,15% sedangkan
untuk rata-rata pencapaian pada siswa hanya mencapai 44,42%. Hal ini termasuk kriteria
kurang baik belum mencapai kriteria baik atau minimal yakni 60%.
2. Kondisi Pelaksanaan Siklus I
Perencanaan dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan yaitu pada hari Senin tanggal
23 Januari 2023. Dalam pelaksanaan perencanaan penelitian ini kegiatannya yaitu
mengkoordinasikan terlebih dahulu tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
oleh peneliti dan guru kelas V. Koordinasi pembelajaran yang dilakukan yaitu sebelumnya
menentukan tema dan sub tema pembelajaran. Tema pembelajaran Sehat itu Penting,
subtema peredaran darahku sehat pada pembelajaran 3.
Pelaksanaan tindakan Siklus I dilakukan selama tiga kali pertemuan yakni pada
tanggal 23-25 Januari 2023.
Gambar 2. Grafik Siklus I
Dari hasil nilai grafik diatas, diketahui bahwa keterampilan berbicara menggunakan
media montase pada siklus 1 dapat dilihat indikator kelancaran berbicara mencapai
61,53%, ketepatan pilihan kata 50%, penalaran siswa 49,23% dan performance/ kontak
mata 58,46%. Sedangkan untuk rata-rata pencapaian keterampilan berbicara siklus I ini
Kelanc
aran
Berbic
ara
Ketepa
tan
Pilihan
Kata
Penala
ran
Perfor
mance
/Konta
k Mata
Rata-
rata
Keberh
asilan
Anak
Grafik Pencapaian
Keterampilan
berbicara Siklus I
61,53% 50,00% 49,23% 58,46% 54,80%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
Grafik Pencapaian
Keterampilan berbicara
Siklus I
Kelan
caran
Berbi
cara
Ketep
atan
Piliha
n
Kata
Penal
aran
Perfo
rman
ce/Ko
ntak
Mata
Rata-
rata
Keber
hasila
n
Anak
Grafik Pencapaian
Pra Tindakan
44,61% 41,53% 45,38% 46,15% 44,42%
39,00%
40,00%
41,00%
42,00%
43,00%
44,00%
45,00%
46,00%
47,00%
Grafik Pencapaian Pra
Tindakan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
807
mencapai 54,80% atau termasuk dalam kriteria cukup.
3. Kondisi Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan dalam proses perencanaan siklus II adalah hasil dari refleksi siklus I
dengan meminta siswa secara individu dan mandiri yang nantinya bergantian maju ke
depan kelas untuk bercerita dalam meningkatkan keterampilan berbicara menggunakan
montase karya sendiri. Adapun teknisnya siswa akan secara bergantian dan diacak oleh
guru bersama peneliti untuk tampil didepan kelas.
Kegiatan perencanaan ini dilakukan pada hari Senin, 06 Februari 2023. Tema
pembelajaran sehat itu penting, subtema cara memelihara kesehatan organ peredaran darah
manusia, pembelajaran 2. Siklus II dilakukan dengan tiga kali pertemuan yakni pada
tanggal 06-08 Febrruari 2023. Teknisnya guru melakukan kegiatan apersepsi terhadap
subtema yang dibahas sebelumnya dan mengkaitkan dengan subtema yang akan dipelajari
pada minggu ini dengan masih menggunakan media montase.
Gambar 3. Grafik Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dari siklus II diketahui bahwa persentase keterampilan
berbicara pada tabel dan gambar diatas menunjukkan pencapaian pada indikator kelancaran
berbicara 87,69%, ketepatan pilihan kata 75,38%, penalaran 76,15% dan
performance/kontak mata 83,07% dengan rata-rata pencapaian 80,57% yang dalam hal ini
telah lebih dari 75% yang diharapkan pada indikator keberhasilan siswa yang menguasai
bahan ajar dan atau lebih menguasai proses pembelajaran secara optimal dengan kriteria
sangar baik.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan diketahui adanya
peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui media montase. Penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan selama enam kali tatap muka yang dibagi menjadi dua siklus,
dimana tiap siklus dilaksanakan dengan tiga kali tatap muka pertemuan. Peningkatan
Kela
ncar
an
Berb
icara
Kete
pata
n
Pilih
an
Kata
Pena
laran
Perf
orm
ance
/Kon
tak
Ma…
Rata
-rata
Kebe
rhasi
lan
Anak
Grafik Pencapaian
Keterampilan
Berbicara Siklus II
87,69% 75,38% 76,15% 83,07% 80,57%
65,00%
70,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
Grafik Pencapaian
Keterampilan Berbicara
Siklus II
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
808
tersebut terlihat pada pencapaian siklus II dengan kriteria keberhasilan sebesar 80,57%.
Adapun hasil rekapitulasi secara keseluruhan dari keterampilan berbicara dari mulai
pra tindakan (siklus) sampai siklus II yang telah dilaksanakan sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik Pencapaian Semua Tahap
Penelitian yang dilakukan secara kolaborasi ini antara guru kelas V dan peneliti
dilakukan selama enam kali tatap muka pertemuan dengan dua siklus. Pembelajaran di SD
N 07/III Sungai Abu Kabupaten Kerinci dilaksanakan sebagaimana yang telah dirancang
dan dijadwalkan sebelumnya. Semua kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media
montase berjalan dengan lancar walaupun ditemui kendala dan kesulitan ditengah
penelitian. Namun penggunaan media montase ini menjadikan pembelajaran lebih
menarik, siswa terlihat lebih antuasias dimana sebelumnya belum menggunakan media
montase tersebut. Keaktifan dalam keterampilan berbicara pada siswa juga mengalami
peningkatan dengan terlihat tercapaiannya indikator sesuai lembar pengamatan.
Ketika melihat suatu hal yang menarik perhatiannya, maka siswa secara spontan
langsung bertanya kepada gurunya atau bahkan ke orangtuanya. Rasa ingin tahu dan
antusias terhadap sesuatu tersebut akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut
berbicara. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan, kemampuan guru dalam
mendekatkan anak pada bahasa adalah kemampuan guru dalam mencari cara atau media
komunikasi yang sesuai dengan karakteristik siswa (Jubaedah, 2010: 35).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di kelas, media montase mampu dijadikan alat
untuk menstimulasi siswa agar mampu meningkatkan kemampuan berbicara, terlihat dari
bagaimana guru melakukan kegiatan melatih berbicara siswa melalui bantuan berbagai
gambar-gambar dari referensi dengan teknik menempelkan gambar-gambar tersebut
menjadi satu tema cerita tertentu. Dengan penggunaan media montase, siswa lebih
44,61%
41,53%
45,38%
46,15%
44,42%
61,53%
50%
49,23%
58,46%
54,80%
87,69%
75,38%
76,15%
83,07%
80,57%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Grafik Pencapaian
Keterampilan Berbicara Tiap
Tindakan Kelas
Pratindakan Siklus I Siklus II
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
809
terbantukan dalam berbicara secara lebih fasih dan lancar, siswa dimudahkan melihat
gambar-gambar yang menempel tersebut, sehingga mampu menceritakan alur cerita
sederhana menggunakan bahasa yang mudah dipahami tanpa memasukkan bahasa daerah,
ataupun pengulangan kalimat, kepercayaan diri siswa juga meningkat atau muncul
manakala mereka mampu menunjukkan hasil karya montasenya di depan kelas.
Maka dari itu, menurut Waris (2020: 13) pada dasarnya teknik montase memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari montase adalah membuat seseorang lebih
kreatif dan imajinatif dalam menciptakan karya seni, dan dengan montase dapat membantu
seseorang untuk membuat ilustrasi suatu keadaan, serta dapat memanfaatkan alatan bahan
yang ada disekitar kita. Sedangkan kelemahannya terdapat pada penyusunan gambar yang
kerap susah memadukan gambar yang satu dengan yang lainnya, agar bisa menjadi cerita
baru, dan tata letak gambar sulit ditentukan, agar bisa dilihat bagus dan sempurna.
Adapun guru merumuskan perencanaan, memastikan kesesuaian materi dengan
media yakni persiapan media melalui pemilihan warna, jumlah media, ukuran serta
kebutuhan siswa dan memperhatikan cahaya ruang kelas yang terang menjadi langkah bagi
guru dalam proses pembelajaran, penelitian lain dengan media kartu bergambar contohnya
juga dapat mengembangkan kemampuan membaca (berbicara). Sehingga menurut peneliti
bahwa media yang bervariasi dengan bentuk gambar memiliki kelebihan tersendiri, sama
halnya dengan media montase ini.
Keterampilan berbicara dimana siswa mampu menyampaikan pendapatnya,
menerima pendapat oranglain, mampu mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru,
mengembangkan dimensi bahasa yang dipengaruhi oleh nilai budaya, sosial di masyarakat,
nilai keagamaan, atau bahkan fantasi siswa ini merupakan bagian cara siswa mampu
berkomunikasi dengan baik agar komunikasi yang terjalin menjadi efektif.
KESIMPULAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri 07/III Sungai Abu
Kabupaten Kerinci dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan,
yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:
1. Penerapan dari media montase untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
kelas V SD Negeri 07/III Sungai Abu Kabupaten Kerinci dilakukan dengan langkah-
langkah: (1) guru menggunakan stategi bercerita (2) guru menyiapkan alat dan bahan
gambar-gambar dari berbagai referensi sesuai subtema bahasan materi pembelajaran
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
810
berupa koran, majalah, ataupun gambar dari internet. (3) guru membagi siswa secara
klasikal dari kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa tiap kelompok, berpasangan
kemudian individu. (4) guru memberikan reward seperti symbol bintang yang bersinar
2. Untuk hasil proses pembelajaran pada keterampilan berbicara ditunjukkan dengan
hasil pada tiap siklus yang telah dilaksanakan, ketercapaian tersebut dengan rata-rata
pra tindakan 44,42%, siklus I mengalami peningkatan mencapai rata-rata 54,80%
sedangkan siklus II meningkat signifikan mencapai 80,57%.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I. (2012). Panduan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana
Murni.
Jubaedah, E. (2010). Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Yogyakarta: FIP UNY.
Musyaffa, A. A., Khalik, A., Asiah, S., & Idris, I. (2020). Kapita Selekta Pendidikan: Dari
Makna Sampai Analisis (1st Edition). Bandung: Oman Publishing.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Sari, Helsy, I., Aisyah, R., & Irwansyah, F. S. (2019). Modul Media Pembelajaran.
Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
Sudijono, A. (1999). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Tarigan, H. G. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Waris, N. A. S. (2020). Penggunaan Karya Montase pada Keterampilan Berbicara Siswa
kelas V di SD Inpres Balaburu Kabupaten Gowa [Skripsi]. Universitas
Muhammadiyah Makssar.