AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
649
PENERAPAN P5: KOLABORASI PELAJARAN ILMU SOSIAL EKONOMI SAINS
DAN SENI BUDAYA PADA KURIKULUM MERDEKA
Mega Cantik Putri Aditya
Pendidikan Seni Pertunjukkan Universitas Tanjungpura Pontianak
Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi kota Pontianak
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi kurikulum merdeka terhadap salah satu SMA
Swasta di Kota Pontianak. Penerapan kurikulum merdeka di SMAS Kemala Bhayangkari
membangun karakter dan kompetensi peserta didik melalui penguatan projek profil pelajar
Pancasila (P5). Perwujudan P5 mengkolaborasikan pelajaran Ekonomi dan Seni Budaya pada fase
E (kelas 10). Metode penelitian kualitatif jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dalam penelitian yaitu penerapan kurikulum
merdeka di SMAS Kemala Bhayangkari hanya pada kelas jenjang terendah saja, yaitu kelas 10.
Penerapan kurikulum merdeka sangat memiliki perbedaan sebelum diterapkannya tersebut, dimana
proses pembelajaran kurikulum merdeka dominan menggunakan kegiatan proyek oleh siswa.
SMAS Kemala Bhayangkari hanya menggunakan 3 proyek, diantaranya Bhineka Tunggal Ika,
Kewirausahaan dan Membangun Jiwa Raga. Setiap proyek memiliki hasil berupa pengetahuan dan
karya cipta atau praktek. Pelaksanaan proyek tersebut, memiliki dampak bagi sekolah, guru dan
peserta didik. Dampaknya siswa lebih aktif, guru lebih inovatif dan sekolah selalu siap melakukan
pelatihan dan mengupgrade pengetahuan guru.
Kata Kunci: Kolaborasi; Kurikulum merdeka; Penerapan P5
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
The purpose of this study was to find out the implementation of the independent curriculum for one
of the private high schools in Pontianak City. The implementation of the independent curriculum at
SMAS Kemala Bhayangkari builds the character and competence of students through
strengthening the Pancasila student profile project (P5). The P5 embodiment collaborates
Economics and Cultural Arts lessons in phase E (grade 10). The qualitative research method is
descriptive type. Data collection techniques are observation, interviews and documentation. The
results in this research are the application of the independent curriculum at SMAS Kemala
Bhayangkari only in the lowest grade level, namely grade 10. The implementation of the
independent curriculum was very different before its implementation, where the learning process of
the independent curriculum dominantly used project activities by students. SMAS Kemala
Bhayangkari only uses 3 projects, including Unity in Diversity, Entrepreneurship and Building
Soul and Body. Each project has outcomes in the form of knowledge and creative work or practice.
The implementation of the project has an impact on schools, teachers and students. The impact is
that students are more active, teachers are more innovative and schools are always ready to
conduct training and upgrade teacher knowledge.
Keyword: Collaboration; Independent curriculum; Application of P5
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan perangkat pada setiap mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh lembaga penyelenggara pendidikan berisi rancangan pelajaran yang
diberikan pendidik kepada peserta didik dalam satu jenjang pendidikan. Pendidik memiliki
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
650
peran penting dalam menerapkan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pendidik harus
menempatkan dan menjadikan siswa manusia yang kuat dalam menghadapi tantangan
kedepannya dan membentuk kepribadian yang baik sesuai dengan lingkungannya (Davis,
2020).
Nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan siswa dalam pembelajarnnya dapat
membantu siswa memiliki pemahaman materi yang diajarkan dengan mengaitkan
lingkungannya (Yusof et al., 2021). Berdasarkan pernyataan tersebut, guru dituntut harus
pandai dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik dengan mengaitkan kondisi
dilingkungan sekitarny agar siswa dapat berpikir secara kritis. Bahkan guru didorong untuk
dapat memahami kondisi setiap siswanya. Tidak disarankan guru menyimpulkan
persamaan kemampuan siswanya. Baik dari sisi pengetahuan hingga kehidupan sosialnya.
Sekolah memiliki peran penting dalam menciptakan sistem sosial yang sama rata terhadap
latar belakang peserta didiknya (Ramadhan et al., 2018).
Implementasi pengajaran nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan, kondisi siswa
dapat seperti memberikan penugasan yang mampu menimbulkan kemampuan berpikir
kritis siswa terhadap lingkungannya dan pandai dalam mengaitkan kehidupan sosialnya
dengan pembelajaran yang diterima di sekolah. Adapun sistem pendidikan dari Ki Hadjar
Dewantara, memiliki kesamaan dengan sistem pembelajaran dalam kurikulum merdeka
yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Sistem Pendidikan Ki Hajar Dewantara
masih sangat relevan diterapkan hingga saat ini. Salah satu buktinya pada implementasi
kurikulum merdeka yang bertujuan membangun karakter dan kompetensi siswa.
Kurikulum merdeka dilakukan hanya memperhatikan kesiapan dari setiap satuan
pendidikan dan tidak secara menyeluruh. Kurikulum dalam pendidikan sebagai pintu
masuk yang didalamnya terdapat pengajaran yang diajarkan berbagai mata pelajaran secara
lintas kurikuler (Reichert et al., 2021). Pada kurikulum merdeka, adanya projek penguatan
profil pelajar Pancasila (P5) yang telah diatur dalam keputusan Kepala BSKAP tentang
dimensi, elemen dan Subelemen profil Pelajar Pancasila pada kurikulum Merdeka.
Kegiatan dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila tidaklah merujuk pada Capaian
Pembelajaran yang juga dikembangkan dalam kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka hadir setelah kurikulum darurat selama masa pandemi Covid-19
dan proses pembelajaran yang berlangsung secara daring. Kurikulum merdeka belum
seutuhnya diterapkan, hal ini karena tenaga pendidikan sedang menyesuaikan dengan
sumber daya yang ada. Pada kurikulum merdeka berorientasi agar peserta didik memiliki
kepedulian, aktif dan peka terhadap lingkungannya serta memberikan pemahaman terhadap
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
651
masalah yang dihadapi.. Namun pada dasarnya, kurikulum dalam penerapannya sangatlah
fleksibel dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik (Muhtifah & Muskania, 2017).
Percobaan kurikulum merdeka oleh satuan pendidikan cenderung masih diterapkan kepada
siswa kelas terendah. Berbeda dengan kurikulum merdeka, kurikulum merdeka hanyalah
sebagai pelengkap atau penyempurna dari kurikulum 2013. Tidak secara total unsur-unsur
pada kurikulum 2013 dihilangkan. Hadirnya kurikulum merdeka pasca penerapan
pembelajaran daring dirancang sebagai bagian dari upaya mengatasi krisis belajar yang
telah dihadapi.
Pada kurikulum merdeka projek P5 dapat diimplementasikan dua atau lebih satu
pelajaran atau saling berkolaborasi. Diantaranya pelajaran yang dapat dikolaborasikan
dalam kurikulum merdeka yaitu pada pelajaran Ekonomi dan Seni Budaya di SMAS
Kemala Bhayangkari. Kolaborasi dalam P5 dapat diawali dengan memilih atau merancang
dimensi-dimensi profil pelajar Pancasila sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
didik dengan tetap memperhatikan minat, bakat, potensi dan passion setiap peserta didik.
Implementasi P5 dalam kurikulum merdeka, peserta didik berperan sebagai subyek
pembelajaran, fasilitator pembelajaran dan pendukung projek penguatan profil pelajar
Pancasila. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidik perlu memiliki pemahaman yang
optimal mengenai projek penguatan profil pelajar Pancasila. Untuk itu, satuan pendidikan
dapat memberikan pengembangan kapasitas untuk memperkuat kemampuan pendidik
dalam melaksanakan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Pelatihan terhadap guru
untuk meningkatkan kompetensi guru agar mampu tersentuh dampaknya kepada siswa
(Silver, 2022). Sebagaimana pada kurikulum merdeka dalam pembelajaran intrakurikuler
yang merujuk pada Capaian Pembelajaran yang disediakan Pemerintah harus benar-benar
dipahami. Kurikulum merdeka memiliki program yang bertujuan membentuk karakter
siswa. Sebagaimana pada kurikulum 2013. Dimana kurikulum merdeka sebagai
penyempurna dan pelengkap dari kurikulum 2013 yang sangat berorientasi pada
bagaimana karakter peserta didik terbentuk. Perubahan karakter yang lebih baik
merupakan salah satu bukti keberhasilan dalam pendidikan. Karakter diartikan sebagai
kumpulan dari ciri khas kepribadian yang terbentuk dari pikiran, perasaan dan tindakannya
(Qin, C., Cheng, X., Huang, Y., Xu, S., Liu, K., Tian, M., ... & Chen, 2022). Pendidikan
karakter berperan penting dalam membentuk generasi muda yang berakhlak mulia,
berkompeten, bertanggung jawab dan memiliki jiwa demokratis (Murdiono, M.,
Miftahuddin, M., & Kuncorowati, 2017). Karakter pada dasarnya bukanlah hal yang baru,
pendidikan sebenarnya seumuran dengan pendidikan itu sendiri (Ramdhani, 2017).
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
652
Sehingga guru sebagai fasilitator siswa diberikan keleluasaan untuk memilih
berbagai perangkat pengajaran, agar pembelajaran mampu disesuaikan dengan kebutuhan
siswa, selain itu juga perencanaan proses pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian
siswa melalui pendidikan karakter. Pendidikan merupakan tonggak kehidupan manusia
yang membutuhkan waktu untuk menjadi manusia yang lebih baik (Huckaby et al., 2020).
Dalam penerapan kurikulum merdeka, guru memiliki peran penting untuk mencapai
kesuksesan dan keberhasilan adaptasi siswa dalam menghasilkan produk praktek di
sekolah. Namun tidak hanya itu, kepribadian dan karakter juga dituntut dapat terbentuk
selama proses pengajaran di sekolah.
Guru sebagai sumber daya manusia berperan dalam mengembangkan kepribadian
siswa melalui belajar (Prancisca, S., Nurani, L. M., & Chappell, 2023). Pengalaman guru,
pengetahuan dan keyakinan guru dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi prestasi
siswa (Cao, Y., Grace Kim, Y. S., & Cho, 2022). Prestasi guru sebagai fasilitator dan
motivator siswa diantaranya yaitu siswa akan merasakan dan menunjukkan ekspresi
bahagiah ketika guru tersebut baru saja datang atau sekedar dilihat oleh siswa. Oleh karena
itu proses pembelajaran tentunya akan berdampak pada keberhasilan siswanya. Secara
realitas, guru merupakan aktor yang berperan membantu perkembangan pengetahuan
siswa. Walaupun pekerjaan yang tidak begitu sedikit, namun guru tetap harus menjadi
seseorang yang pandai dan senantiasa mengikuti pelatihan demi anak bangsa dan masa
depan bangsa yang lebih baik. Proses menggali ilmu bagi guru tidaklah selesai ketika telah
memperoleh gelar. Sebagaimana menurut observer Indonesia, yaitu Rocky Gerung,
menurutnya gelar yang diperoleh oleh seseorang bukan bukti bahwa seseorang tersebut
telah memiliki banyak ilmu, namun hanya begitu bahwa seseorang tersebut pernah
bersekolah. Dalam hal ini menunjukkan bahwa pendidikan selalu mengikuti perkembangan
zaman. Pendidikan Indonesia terus mengalami perubahan disebabkan beban moral zaman
(Marisa, 2021).
Tujuan pendidikan dapat tercapai tidak terlepas dari peran seorang guru (Sidik,
2016). Tujuan pada penelitian inti yaitu memaparkan proses pelaksanaan projek penguatan
profil Pancasila melalui kolaborasi pelajaran Ekonomi dan Seni Budaya serta dampak
kegiatan projek Pancasila tersebut. Adanya bakat, minat dan passion peserta didik menjadi
salah satu pertimbangan guru mengkolaborasikan kedua pelajaran tersebut yang mampu
terwujud dengan maksimal walaupun terus membutuhkan perbaikan.
SMA Kemala Bhayangkari memiliki total 691 siswa secara keseluruhan. Pada kelas
10 terdapat 277 siswa, kelas 11 terdapat 191 siswa, dan kelas 12 berjumlah 222 siswa.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
653
SMA Kemala Bhayangkari menerapkan Kurikulum Merdeka pada kelas 10 pada tahun ini,
pembelajaran terbagi menjadi 2, yaitu intra dan proyek (P5), namun tidak semua projek
diterapkan di SMAS Kemala Bhayangkari. Intrakurikuler dimaksudkan sebagai
pembelajaran secara resmi yang ditetapkan oleh sekolah untuk materi belajar dan diikuti
siswa selama proses kegiatan belajar, sementara proyek dimaksudkan untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan dan membuahkan hasil manfaat yang diinginkan.
Pada Kurikulum Merdeka pekerjaan proyek dibagi menjadi tujuh yaitu Bangunlah
Jiwa dan Raganya, Berekayasa dan Berteknologi Untuk Membangun NKRI, Bhinneka
Tunggal Ika, Gaya Hidup Berkelanjutan, Kearifan lokal, Kewirausahaan, dan Suara
Demokrasi. Namun SMAS Kemala Bhayangkari hanya menerapkan 3 proyek.
Di SMAS Kemala Bhayangkari, projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) guru
menyusun modul sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. SMA Swasta Kemala
Bhayangkari membutuhkan adaptasi untuk menerapkan kurikulum merdeka. Usaha
dilakukan sekolah yaitu melalui pelatihan atau seminar untuk memberikan pemahaman dan
strategi yang tepat dalam menerapkan kurikulum merdeka ini sesuai dengan lingkungan
masing-masing setiap satuan pendidikan. pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
dengan mendeksripsikan dari hasil temuan dalam penelitian bagaimana proses perubahan
kurikulum 2013 menuju kurikulum merdeka yang hanya sebagai penyempurna dari
kurikulum 2013 di sekolah swasta, yaitu di SMA Swasta Kemala Bhayangkari.
Sebelum beranjak dari bagaimana proses perubahan kurikulum 2013 ke kurikulum
merdeka di SMAS Kemala Bhayangkari, pada penelitian dengan topik penelitian proses
perubahan kurikulum 2013 menuju kurikulum merdeka, tentunya terdapat penelitian yang
sejalan atau relevan dengan penelitian ini. Diantaranya topik penelitian ini yang relevan
dengan studi literatur dengan judul penelitian pengaruh penerapan kurikulum merdeka
belajar terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari perbandingan penerapan kurikulum
2013 yang dilakukan oleh (Panginan, V. R., & Susianti, 2022). Adapun hasil temuan yang
relevan dengan penelitian ini yaitu adanya perbedaan signifikan merujuk pada hasil ujian
tengah semester selama penerapan kurikulum 2013 dan hasil ujian tengah semester pada
semester genap setelah diterapkannya kurikulum merdeka. Namun dalam penelitian
tersebut tidak memaparkan bagaimana proses pelaksanaan maupun perbedaan selama
penerapan kurikulum merdeka sehingga siswa memiliki hasil pembelajaran yang lebih baik
daripada selama penerapan kurikulum 2013. Adapun pada penelitian ini peneliti
memaparkan berdasarkan hasil penelitian apa saja proses dilakukan sekolah dalam
penerapan kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka dengan cenderung memprioritaskan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
654
proyek dalam P5 kurikulum merdeka dari pelaksanaan hingga dampak atau perubahan,
baik psoitif dan negatif yang dialami sekolah hingga peserta didik.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan deksirptif. Lokasi penelitian di satuan pendidikan Yayasan Kemala
Bhayangkari, yaitu SMAS Kemala Bhayangkari Kecamatan Sungai Raya, Kalimantan
Barat. Teknik pengumpulan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi
dilakukan secara langsung dalam waktu lebih dari satu hari, kemudian sebelum melakukan
pengamatan dalam proses pembelajaran didalam kelas, Peneliti membuat panduan
observasi yang sesuai dengan rumusan penelitian. Kemudian data diperoleh melalui
wawancara, sebagaiamana pada teknik observasi, sebelum bertatap muka dengan
narasumber. Peneliti membuat instrumen pedoman wawancara sebagai kesiapan dalam
melakulan wawancara. Sehingga wawancara dalam penelitian ini termasuk wawancara
terarah. Selanjutnya dokumentasi dilakukan dengan memperoleh foto atau gambar-gambar
yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Setelah data diperoleh, penyajian data, analisi
data dan pengecekkan keabsahan data dilakukan selama peneliti berada di lapangan.
Kemudian peneliti Kembali melakukan tanya jawab kepada narasumber ketika terdapat
data belum jelas dan belum jenuh. Setelah tidak ada lagi data baru, kemudian peneliti
melakukan penyajian data dengan menarik kesimpulan yang awalnya belum jelas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kolaborasi P5 dalam Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka dimaksudkan sebagai kurikulum untuk mengembangkan
karakter dan kompetensi peserta didik serta untuk mengasah minat dan bakat anak sedini
mungkin sehingga mengurangi materi yang diberikan dan lebih fokus kepada praktek.
Pembelajaran seringkali hanya berfokus menghafal pada informasi dari guru saja
(Ramadhan, 2021). Sehingga hal demikian harus mengalami perubahan yang lebih baik.
Sudah shearusnya pendidikan saat ini selalu menguatamakan karakter. Minimal salah
memberikan dampak perubahan terhadap perilaku peserta didik. Hal ini dikarenakan
semakin banyak beban moral yang dihadapi tenaga pendidik akibat perubahan zaman.
Melalui kurikulum merdeka mengandung beberapa fungsi dalam menghadapi tantangan
dunia. Diantaranya yaitu bagaimana peserta didik mengenal kepribadian bangsanya dan
memiliki pengetahuan dalam memfilter budaya bangsa asing.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
655
Adapun pada proses pembelajaran dengan berdasarkan pada kurikulum merdeka di
SMAS Kemala Bhayangkari, siswa lebih banyak diarahkan dalam membuat suatu hasil
karya yang dikenal dengan proyek atau berkaitan dengan praktek. Kurikulum merdeka
diterapkan mengisyarakatkan bahwa sekolah harus menyadari bahwa setiap peserta didik
memiliki minat yang berbeda-beda (Pratikno, Y., Hermawan, E., & Arifin, 2022).
Kurikulum dibutuhkan untuk menjadikan peserta didik memiliki pengathuan dan mampu
melaksanakan (Zorluoğlu et al., 2019). Sehingga praktek dalam kurikulum merdeka
berusaha mentimuluskan kemampuan setiap siswa. Contohnya saja dalam kegiatan proyek
atau berkenaan dengan praktek atau berbasis proyek dengan kolaborasi. Perubahan
kurikulum yang terus berubah salah satu faktornya ialah tantangan perkembangan ilmu
pengetahuan yang membutuhkan strategi agak perserta didik mampu menyesuaikan.
Perlunya inovasi terus menerus dalam pembelajaran. Pembelajaran yang hanya
sekedar menghafal akan menurunkan motivasi belajar peserta didik (Pan, Lai & Kuo,
2022). Pembelajaran menghafal termasuk kategori inovatif pada masanya, namun di zaman
sekarang ini pembelajaran hanya sekedar menghafal sudah sangat konvensional.
Pembelajaran yang mampu menyadarkan siwa untuk bergerak belajar merupakan
pembelajaran yang terus diusahakan. Sebagaimana diketahui bahwa begitu banyak
distraksi anak muda untuk belajar. Revolusi pada abad 21 ini tidak hanya menuntut siswa
memiliki pengetahuan teoritis, namun keterampilan yang mencakup mampu berkolaborasi,
memiliki pemikiran kritis, komunikatif dan kreatif merupakan hal yang diutamakan
(Zubaidah, 2019). Kegiatan pembelajaran kurikulum merdeka berbasis proyek dalam P5,
di SMAS Kemala Bhayangkari proyek yang dijalankan ialah hanya Bhinneka Tuggal Ika,
Bangunlah Jiwa Raga dan Kewirausahaan/Profil Pancasila penetapan tersebut dilakukan
berdasarkan pertimbangan sekolah. Proyek adalah pembelajaran berbasis proyek yang
konstektual dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Pembelajaran berbasis proyek
diterapkan oleh guru tidak sekedar karena tuntutan kurikulum. Namun mulai dari
perencanaan hingga tahap akhir perencanaan memiliki makna dan fungsi setiap prosesnya
yang ditujukan untuk peserta didik. Pembelajaran kategori proyek memiliki nilai
mengasah soft skills dan hard skills peserta didik (Effrisanti, 2015). Kurikulum hadir untuk
menyesuaikan dengan relevansi dari peserta didik demi mendorong keterampilan pribadi
dalam berbagai situasi dan kondisi serta soft skills dan hard skills (Fatimah, D., Isfiaty, T.,
Dharmawan, C., Derwentyana, R., & Maharlika, 2022). Untuk menunjang berhasilnya
pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka, tentunya diperlukan kerjasama antara
guru, murid dan wali murid itu sendiri. Pembelajaran berbasis kewirausahaan membantu
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
656
memberikan penerangan peserta didik untuk membangun mental dan keterampilannya dan
melampaui zona nyamannya (Sorokin, P. S., & Chernenko, 2022). Pendidikan yang
menekankan pada kebhinekaan atau semangat nasionalisme dalam suatu bangsa (Kim &
Choi, 2020). Hal tersebut sebagai bekal peserta didik dalam dunia kerja ketika menghadapi
berbagai latar belakang manusia, tidak menavigasi budaya, berikir terbuka serta saling
menguatkan. Sedangkan proses pembelajaran dalam proyek bangunlah jiwa raga yang
berkaitan dengan kesehatan peserta didik. Memberikan kesenangan kepada peserta didik
sekaligus memberikan kemampuan menyadari serta membiasakan hidup sehat yang
berdampak besar dalam kehidupan (Yonathan et al., 2021).
Berikut pemaparan proyek diterapkan dalam kurikulum merdeka di SMAS Kemala
Bhayangkari, diantaranya sebagai berikut:
1. Bhinneka Tunggal Ika
Indonesia merupakan negara multikultural terbesar selain Amerika Serikat dan India
(Lestari, 2015). Sehingga melalui pendidikan pengenalan tentang kebudayaan Indonesia
dinilai sangat efektif. Hal tersebut tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
peserta didik. Indonesia yang dikenal sebagai negara multicultural, juga memiliki resiko
terhadap ketahanannya, khususnya jika anak muda tidak memiliki benteng dalam
menyikapi perbedaan (Nugraha, 2020).
Upaya yang dapat dilakukan tenaga pendidikan ialah melibatkan secara langsung
seperti kegiatan praktek kepada siswa dan mengamati secara langsung bagaimana
kehidupan masyarakat yang multicultural yang tidak jauh berada dengan lingkungannya.
Pembelajaran dalam Bhineka Tunggal Ika menurut Arif beragamnya suku serta etnis,
kemudian membangun keberagaman inklusif dengan saling toleransi (Puspita & Arif,
2014) ) sebagai. Pembelajaran dalam bingkai Bhineka Tungga Ika diimplementasikan
dengan cara kegiatan proyek. Pembelajaran berbasis proyek ialah proses pembelajaran
dengan memperdayakan siswa untuk mengembangkan produk yang aplikatif yang sesuai
dengan realitas dalam kehidupannya melalui usaha penyelidikkan (Arizona, K., Abidin, Z.,
& Rumansyah, 2020).
Di SMAS Kemala Bhayangkari, proyek yang digencarkan ialah sebuah kegiatan
besar tidak hanya dalam lingkup satu kelas Pada proyek ini terdapat beberapa kegiatan di
dalamnya, seperti menari tarian adat yang dimana dalam satu tarian yang akan ditampilkan
tarian dari berbagai daerah selain dari Kalimantan Barat. Kemudian ada proyek pembuatan
madding atau poster dengan tema tarian adat dan rumah adat di Nusantara. Selain itu ada
beberapa kelompok yang menyajikan tarian daerah yang dipadukan nyanyian lagu daerah
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
657
dari teman sekelompoknya serta cerita rakyat yang terdapat tarian, nyanyian dan lagu
daerah atau adat dan drama yang diambil dari cerita rakyat daerah Kalimantan Barat di
pamerkan atau ditampilan kepada siswa dan tenaga pendidikan SMAS Kemala
Bhayangkari. Tujuan pembelajaran dalam Bhineka Tungga Ika yaitu untuk mengenalkan
kepada anak muda bahwa kebudayaan lokal Indonesia sangatlah beragam dan tidak kalah
menarik (Aisara, F., Nursaptini, N., & Widodo, 2020).
Di SMAS Kemala Bhayangkari, proyek Bhinneka Tunggal Ika ini dilakukan secara
berkelompok namun untuk penilaiannya dilakukan secara individu. Guru bersangkutan
bertanggung jawab atas nilai setiap siswa. Sebelum pengambilan nilai, siswa berlatih di
Aula sekolah dan bergabung bersama kelas lainnya. Sehingga suasana akan menjadi ramai
dan ramah. Sekolah memfasilitasi peserta didik dengan terus mengembangkan proses
belajar yang berkualitas, yaitu dengan mendorong para guru dan sekolah berusaha
mewujdukan saran prasaran memadai, menciptakan situasi yang kondusif dan paling
penting adalah menyediakan program-program yang dapat mengembangkan peserta didik
dan pembelajaran yang berkualitas (Supriyoko, Nisa, Uktolseja, N. F., & Prasetyo, 2022).
Pembelajaran yan berkualitas ditandai dengan maksimalnya layanan pendidikan yang
diberikan berbagai pihak kepada peserta didik (Setyosari, 2017). Program kurikulum
merdeka berfokus pada peserta didik dengan tujuan keluaran yang dihasilkan ialah peserta
didik manusia Pancasila.
Sebagaimana di SMAS Kemala Bhayangkari, kegiatan yang berbasis proyek tidak
hanya selesai begitu saja setelah penilaian. Namun kegiatan proyek seperti membuat suatu
hasil karya cipta dipamerkan dalam agenda kegiatan. Seperti ketika adanya kegiatan di
sekolah, seperti hari sumpah pemuda dan lain sebagainya. Proyek-proyek yang telah dibuat
dan dilatih ditampilkan di depan siswa, guru dan juga orang penting dari yayasan Kemala
Bhayangkari. Seperti pada proyek pembuatan rumah adat akan ditampilkan setelah akhir
semester dan menjadi suatu apresiasi atas kerja keras mereka Dari penerapan salah satu
dalam P5 kurikulum merdeka, sekolah telah membangunkan karakter siswa. Pendidikan
karakter dalam kurikulum yang harus diperhatikan ialah akhlak mulia, pengendalian diri
siswa, kecerdasan dan kepribadian yang mungkin bisa dibentuk selama menempuh
pendidikan (Ramadhan et al., 2018).Sebagaimana di SMAS Kemala Bhanyangkari guru
merancang pembelajaran yang telah mengandung nilai untuk membangun karakter siswa.
Pengajaran yang berkaitan dengan pengenalan terhadap budaya dapat diimplementasikan
menyesuaikan dengan hal dasar terlebih dahulu (Rohmani & Andriyanti, 2022). Sehingga
kemudian berlanjut pada kolaborasi.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
658
2. Kewirausahaan atau profil pancasila
Wirausaha diartikan sebagai usaha seseorang secara maksimal semua potensi yang
dimiliki demi tercapainya suatu tujuan (Yusuf, A. A., & Hamzah, 2016). Projek ini
berkaitan dengan usaha. Siswa kemala Bhayangkari berusaha dibentuk menjadi
wirausahawan dengan membuat produk baik berupa makanan maupun barang daur ulang.
Pembelajaran dengan tujuan menjadikan peserta didik manusia yang mampu
mengembangkan potensinya dapat mengimplementasikan konsep kemandirian,
bertanggung jawab, pemimpin, memiliki minat usaha dan kreatif sebagai ciri dari nilai-
nilai wirausahaan (Maknuni, 2021). Hal ini untuk mempertahankan Indonesia sebagai
negara yang memiliki anak muda memiliki persentase tinggi sebagai minat menjadi
pengusaha, yaitu 35,5% sebagai tingkat pertama di Asia Tenggara dengan pemuda yang
berminat menjadi wiruasaha (Kusnadi, E. W., Nugroho, L., & Utami, 2022). Sejalan
dengan UU No. 20 Tahun 2003 mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik
sejak lahir merupakan tujuan nasional dari pendidikan (Su’adiyah et al., 2020).
Untuk proyek kewirausahaan projek apa yang akan dilakukan ditentutan oleh guru
atas pertimbangan kemampuan atau potensi dan bakat siswa yang bersangkutan. Dalam
implementasinya, pada pertemuan pertama dan kedua proyek ini masih menjelaskan
mengenai materi kewirausahaan dan siswa diarahkan menggali informasi kepada orang
yang telah memiliki usaha. Kemudian pada pertemuan ke 3, setiap kelompok membuat
produk berupa makanan. Pendidikan berupaya dalam menjadikan generasi muda manusia
yang kuat, memiliki karakter yang mampu berdaya saing dan kuat membentengi diri
(Hidayat, A., Salim, I., & Ramadhan, 2021). Melalui penugasan demikian, maka siswa
benar-benar memperoleh informasi dari seseornag yang berpengalaman dan tentunya
memiliki karakter bisnis atau wirausaha. Pada proyek, siswa diajarkan cara mengelolah
makanan serta mempromosikan produk yang telah dibuat dengan cara membuat video
yang menarik. Adanya projek profil Pancasila, kementerian merencang untuk memberikan
penguatan kepada pelajar agar memiliki karakter sesuai dengan Pancasila (Nugroho, 2022).
Biasanya video dibuat dilingkungan sekolah, kemudian siswa menawarkan dan
menjual produk yang telah kelompoknya buat kepada warga sekolah. Untuk penilaian pada
proyek ini dilakukan secara perkelompok dengan melihat bentuk, sticker kemasan yang
telah dirancang oleh kelompoknya dan juga rasa dari produk yang telah dibuat. Siswa
diberikan kebebasan untuk memilah akan menghasilkan produk berbagai bentuk dan
variasi, merdeka belajar tidak berarti siswa bebas belajar namun merdeka diartikan sebagai
membantu siswa untuk mengeksplorasi diri.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
659
Dalam proyek kewirausahaan, akan lebih baik jika selalu dilibatkan internet atau
tekhnologi. Guru dan siswa membutuhkan alat sebagai sumber daya untuk pembelajaran
(Pratiwi et al., 2020). Baik pembelajaran hanya sekedar untuk memperoleh informasi atau
lebih dari itu. Kemajuan tekhnologi telah memudahkan jaringan sosial manusia, yang
disebut dengan internet dan pemberdayaan jiwa kewirausahaan akan menjadi nilai
tambahan jika diseimbangi dengan aplikasi internet untuk memperluas pasaran (Hasdar et
al., 2018). Berdasarkan pernyataan tersebut, untuk menjadi calon wirausaha, suadah
seharusnya sekolah memfasilitasi siswa menjadi calon wirausaha yang tidak sekedar hanya
mampu mengembangkan potensi yang dimiliki, namun mampu juga mengikuti perubahan
zaman melangkah jauh sebelum orang lain bangun.
3. Bangunlah jiwa raga
Pada kurikulum merdeka, salah satu dari P5 ialah Bangunlah Jiwa raga. Kurikulum
ini tidak hanya menguatkan potensi siswa namun juga manfaat untuk kesehatan peserta
didik dengan kegiatan bergerak lebih banyak dibandingkan sekedar melaksanakan materi
pembelajaran (Saraswati dkk, 2022). Pada projek bangunlah jiwa raga ini, kegiatan projek
dilakukan dengan tahapan pengenalan, kontekstualiasasi, aksi, dan refleksi. Pada projek
bangunlah jiwa raga ini terdapat beberapa kegiatan diantaranya yaitu senam, hidup sehat
(Menu sehat), drama dan poster. Sebagaimana diketahui bahwa jika pada kurikulum 2013,
kegiatan membangun jiwa raga melalui kegiatan meningkatkan jasmani hanya mengikuti
materi pembelajaran. Namun tidak pada penerapan kurikulum merdeka yang cendeurng
lebih inovatif dalam mengembangkan kesehatan jasmani peserta didik. Adapun di SMAS
Kemala Bhayangkari, dalam projek ini, kegiatan pertama adalah senam. Untuk kegiatan
senam, setiap siswa dalam kelas tersebut telah diseleksi oleh guru yang bersangkutan,
namun untuk sistem penilaiannya tetap dilakukan secara individu. Masing-masing guru
telah bertanggung jawab dengan nilai setiap siswa. Guru akan melihat kekompakan setiap
siswa saat melakukan senam tersebut. Sekolah sebagai tempat belajar yang mampu
membelajarkan siswa dan tenaga pendidik dapat mengatur suasana menyenangkan demi
tercapainya tujuan pembelajaran (Rina, R., Asriati, N., & Ramadhan, 2021). Dalam proyek
ini, menjadikan siswa tidak bosan selama di sekolah dikarenakan banyaknya kegiatan
sekain belajar secara teoritis. Adapun upaya yang dilakukan oleh guru yaitu mengatur
startegi seperti pemilihan lagu senam juga bermacam-macam, ada seperti zumba dan juga
ada yang seperti senam pramuka dan juga poco-poco. Sehingga siswa tidak hanya terpaku
pada satu lagu dan gerakan dari lagu itu saja.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
660
Kegiatan selanjutnya yaitu Hidup Sehat (Menu Sehat). Kegiatan pada projek ini
berkaitan dengan hidup sehat. Diantara menjalani pola hidup sehat adalah makan teratur
dan makanan sehat serta bergizi. Kemudian makanan 4 sehat 5 sempurna dengan
mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Pada projek ini, di SMAS
Kemala Bhayangkari memberikan projek yang ditekankan kepada Tata Boga, siswa
diajarkan mengenai bagaimana cara memilih dan mengolah makanan sehat. Kegiatan
terakhir pada projek ini yaitu drama dan poster, kegiatan pada projek ini yaitu melakukan
drama dan membuat poster dengan tema bullying dan hidup sehat. Siswa akan diajarkan
mengenai bagaimana caranya mengajak orang-orang hidup sehat dan dampak negative
bullying melalui poster dan drama yang ditampilkan tersebut. Biasanya drama tersebut
dilakukan di dalam kelasnya masing-masing. Dengan demikian, hasil keluaran dari peserta
didik yang diharapkan ialah mampu menjalani kehidupan yang sehat dalam segala aspek,
jasmani, rohani dan spiritual dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dilalui.
Dampak Kolaborasi P5 dalam Kurikulum Merdeks
Dampak 3 projek dalam kurikulum merdeka yaitu saat kegiatan belajar mengajar,
siswa merasakan adanya projek bhineka tunggal ika, profil pancasila dan bangunlah jiwa
raga ini siswa lebih bebas untuk berkreasi, berinovasi yang hanya terpatok pada kurikulum.
Siswa menjadi lebih aktif dan mulai mengenal hal-hal yang berbau adat istiadat dan
kedaerahan, baik dari adat istiadatnya atau daerahnya sendiri. Tidak hanya siswa, guru juga
ikut merasakan dampak dari pembelajaran kurikulum merdeka. Guru harus lebih extra lagi
dalam mengajar dan mendidik sehingga dapat menghasilkan siswa yang berprestasi,
berperilaku yang baik, serta dapat mampu mengembangkan soft skill peserta didik dan
karakter sesuai profil pelajar Pancasila.
Tekhnologi sebagai saluran untuk mengasah kemampuan siswa untuk membuat
inovasi dari hal biasa yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya memiliki kreatitivitas
(Imran, I., Okianna, O., Ramadhan, I., Al Hidayah, R., Ismiyani, N., Prancisca, Suriyanisa
& Solidah, 2022). Pentingnya penggunaan berbagai media pembelajaran harus ditonjolkan
pada saat kegiatan belajar mengajar maupun project agar pembelajaran berlangsung
dengan efektif dan penyampaian materi juga dapat dengan mudah dipahami oleh siswa
sehingga menaikan minat siswa untuk belajar.
Dalam terlaksananya pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka di SMAS
Kemala Bhayangkari, tentu memiliki dampak positif dan juga negatif yang dirasakan oleh
siswanya mengenai projek-projek yang telah mereka jalankan. Adapun implementasi
kurikulum merdeka dipaparkan sebagai berikut:
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
661
1. Bhinneka tunggal ika
a. Menari tarian adat
Terdapat beberapa dampak negatif dan positif yang dirasakan oleh siswa
mengenai projek bhineka tunggal ika dengan tema menari tarian adat ini. Pendidikan
dengan budaya Indonesia merupakan integritas bangsa (Volante & Ritzen, 2016).
Adapun beberapa dampak positif yang dirasakan tersebut yaitu siswa menjadi lebih
aktif, siswa mulai mengetahui hal-hal terkait adat-istiadat setiap daerah, tarian daerah,
suku dan rumah adat. Namun dampak negatif juga dirasakan oleh siswa, seperti siswa
mudah merasa lebih lelah daripada pembelajaran biasanya dikarenkan siswa akan lebih
banyak berada di lapangan untuk melakukan projek ini, pengeluaran menjadi lebih
banyak untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan saat akan mengambil nilai akhir
projek, dan siswa sering lupa dengan materi yang telah diajarkan sebelumnya
dikarenakan minggu selanjutnya telah melakukan praktik lapangan langsung hingga
mengambil nilai akhir. Nilai-nilai kearifan lokal kebudayaan masyarakat lokal, sudah
seharusnya di inovasikan melalui pendidikan (Firmansyah, H., Ramadhan, I., &
Wiyono, 2021).
b. Madding/poster
Terdapat beberapa dampak negatif dan positif yang dirasakan oleh siswa
mengenai projek bhineka tunggak ika dengan tema madding/poster ini, adapun beberapa
dampak positif yang dirasakan tersebut yaitu siswa akan melakukan kerja kelompok
dengan kelompok yang telah dipilihnya yang membuat mereka menjadi lebih pandai
dalam mengatur dan tau cara bekerjasama didalam suatu kelompok.
Demi menghasilkan suatu barang seperti madding, siswa menjadi lebih kompak
dengan teman sekelasnya dan memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan
madding/poster tersebut dengan tepat waktu. Tidak hanya dampak positif, dampak
negative juga dirasakan oleh siswa, adapun dampak negative tersebut salah satunya
yaitu pengeluaran menjadi lebih banyak untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan
untuk madding tersebut agar menjadi lebih menarik dan mendapat nilai yang bagus.
2. Kewirausahaan/profil pancasila
Projek ini berkaitan dengan usaha. Dimana siswa diajarkan untuk menjadi
wirausahawan dengan membuat produk baik berupa makanan maupun barang daur ulang.
Pada projek ini tentu memiliki dampak positifnya. Saat ini pendidikan Indonesia dihadapi
dengan bagaimana menghasilkan manusia yang mampu memenuhi kebutuhan
pembangunan bangsa dengan menghasilkan SDM yang berkompetitif (Ramadhan, 2020).
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
662
Adapun dampak positif tersebut yaitu siswa mulai mengetahui cara mengelolah produk
yang telah dibuat, mengetahui cara mempromosikan produk dengan baik dan benar, siswa
mengetahui cara membuat dan mengedit video promosi atau dapat dikatakan iklan dengan
semenarik mungkin dan mengetahui cara memperoleh keuuntungan dari produk tersebut.
Namun siswa juga merasaka dampak negatif dari projek ini, yaitu Tidur yang kurang,
pembuatan proyek ini pastinya membutuhkan konsep yang matang sehingga waktu
tersebut akan banyak dikeluarkan untuk memberikan suatu ide yang baik, dan pengeluaran
yang lebih banyak untuk membuat suatu produk. Projek ini mengajak siswa mengamati
dan mengkritisi fenomena yang ada dilingkungan sekitarnya dalam perilaku manusia
(Mery, M., Martono, M., Halidjah, S., & Hartoyo, 2022).
3. Bangunlah jiwa raga
Dalam projek ini terdapat beberapa kegiatan yaitu salah satunya adalah senam.
Untuk kegiatan senam ini, setiap siswa dalam kelas tersebut telah dipilihkan atau diseleksi
oleh guru yang bersangkutan. untuk itu dalam projek senam ini tentu memiliki dampak
negatif dan positifnya. Adapun dampak positif dari projek ini yaitu siswa menjadi lebih
sehat karena latihan senam tersebut dilakukan dari pagi hari hingga siang hari, adanya
kekompakan disetiap kelas saat latihan maupun mengambil nilai, memberikan pemahaman
kepada para siswa tentang pentingnya sarapan dan berolahraga.
Selain itu, terdapat dampak negatif yang dirasakan oleh siswa yaitu siswa sering lupa
materi yang telah diajarkan sebelumnya dikarenakan minggu selanjutnya telah melakukan
praktik lapangan langsung, siswa merasa lebih lelah, susah diatur dan ribut pada saat
melakukan senam.
SIMPULAN
SMAS Kemala Bhayangkari dalam menerapkan kurikulum merdeka terwujud dalam
kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5). Wujud nyata implementasi P5 di
SMAS Kemala Bhayangkari yaitu projek Bhineka Tunggal Ika. Kewirausahaan dan
Bangunlah Jiwa Raga. Pelaksanaanya dalam penelitian mengkolaborasikan mata pelajaran
Ekonomi dan Seni Budaya. Hasil projek tersebut diantaranya pembuatan rumah adat
Papua, tarian adat suku Dayak, madding atau poster, membuat produk baik berupa
makanan maupun barang daur ulang. Sedangkan pada dampak kolaborasi kegiatan projek
P5, diantaranya siswa menjadi lebih kompak dengan teman sekelasnya dan memiliki rasa
tanggung jawab dan siswa menjadi lebih aktif, siswa mulai mengetahui hal-hal terkait adat-
istiadat setiap daerah, tarian daerah, suku dan rumah adat dalam projek Bhineka Tunggal
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
663
Ika, selanjutnya pada projek siswa mengetahui cara membuat dan mengedit video promosi
atau dapat dikatakan iklan dengan semenarik mungkin dan mengetahui cara memperoleh
keuuntungan dari produk dan pada bangunlah jiwa raga siswa menjadi lebih sehat karena
latihan senam tersebut dilakukan dari pagi hari hingga siang hari, adanya kekompakan
disetiap kelas saat latihan maupun mengambil nilai, memberikan pemahaman kepada para
siswa tentang pentingnya sarapan dan berolahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Aisara, F., Nursaptini, N., & Widodo, A. (2020). Melestarikan Kembali Budaya Lokal
melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Cakrawala Jurnal
Penelitian Sosial, 9(2), 149166.
Arizona, K., Abidin, Z., & Rumansyah, R. (2020). Pembelajaran online berbasis proyek
salah satu solusi kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi covid-19. Jurnal
Ilmiah Profesi Pendidikan, 5(1), 6470.
Cao, Y., Grace Kim, Y. S., & Cho, M. (2022). Are Observed Classroom Practices Related
to Student Language/Literacy Achievement?. Review of Educational Research,
0034654322.
Davis, J. M. (2020). Creating change for people and planet: Education for sustainability
approaches and strategies. In Encyclopedia of the Worlds Biomes (Vols. 55).
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-409548-9.12036-6
Effrisanti, Y. (2015). PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK MELALUI PROGRAM
MAGANG SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SOFT SKILLS MAHASISWA.
Eksis: Jurnal Riset Ekonomi Dan Bisnis, 10(1).
https://doi.org/10.26533/eksis.v10i1.52
Fatimah, D., Isfiaty, T., Dharmawan, C., Derwentyana, R., & Maharlika, F. (2022).
Penguatan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka di Program Studi Desain
Interior-Universitas Komputer Indonesia. Jurnal Pendidikan, 10(2), 189198.
Firmansyah, H., Ramadhan, I., & Wiyono, H. (2021). Pembelajaran Berbasis
Etnopedagogi. Penerbit Lakeisha.
Hasdar, M., Fera, M., & Dini Adita, M. (2018). SEMINAR NASIONAL KOLABORASI
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PENINGKATAN PENGETAHUAN
DAN SKILL BISNIS CALON WIRAUSAHAWAN MUDA DI SMK JURUSAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (TPHP) DI
WARUNGPRING KABUPATEN PEMALANG. Seminar Nasional Kolaborasi
Pengabdian Pada Masyarakat, 1.
Hidayat, A., Salim, I., & Ramadhan, I. (2021). PERAN GURU DALAM
MENGEMBANGKAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PBL
PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI MA ALMUSTAQIM. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 10(4).
Huckaby, L. V., Cyr, A. R., Lee, K., & Steiman, J. G. (2020). The Life After Surgical
Residency (LASR) Curriculum for Surgical Residents: Addressing the Nonclinical
Barriers to Preparedness for Independent Practice. Journal of Surgical Education,
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
664
77(2). https://doi.org/10.1016/j.jsurg.2019.09.017
Imran, I., Okianna, O., Ramadhan, I., Al Hidayah, R., Ismiyani, N., Prancisca, S., ... &
Solidah, S. N. (2022). Penerapan Literasi Berbasis IT dalam Pembelajaran Melalui
Media E-Book di SMPN 7 Sungai Raya. Jurnal Kewarganegaraan, 6(2), 5018
5020.
Kim, Y., & Choi, M. (2020). Towards critical multicultural teacher education in the midst
of ethno-nationalism: Korean pre-service teachers international learning
experiences. Teaching and Teacher Education, 96.
https://doi.org/10.1016/j.tate.2020.103155
Kusnadi, E. W., Nugroho, L., & Utami, W. (2022). KAJIAN DINAMIKA DAN
TANTANGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA GENERASI MUDA. Jurnal
Cakrawala Ilmiah, 2(4), 16451656.
Lestari, G. (2015). Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di Tengah
Kehidupan Sara. Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 28(1).
Maknuni, J. (2021). Strategi Sekolah Dasar Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan
Peserta Didik. Jurnal Ilmiah KONTEKSTUAL, 2(02).
https://doi.org/10.46772/kontekstual.v2i02.392
Marisa, M. (2021). Cirriculum Innovation Independent Learning in the Era of Society
5.0. Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora, 5(1).
Mery, M., Martono, M., Halidjah, S., & Hartoyo, A. (2022). Sinergi Peserta Didik dalam
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Basicedu, 6(5), 78407849.
Muhtifah, L., & Muskania, R. T. (2017). Kerangka Konsep Model Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Karakter Melalui PAI Berbasis Tarbiya Mukmin Ulul
Albab. At-Turats, 11(1). https://doi.org/10.24260/at-turats.v11i1.865
Murdiono, M., Miftahuddin, M., & Kuncorowati, P. W. (2017). The education of the
national character of pancasila in secondary school based on pesantren. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 36(3).
Nugraha, D. (2020). URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI NDONESIA.
Jurnal Pendidikan PKN (Pancasila Dan Kewarganegaraan), 1(2).
https://doi.org/10.26418/jppkn.v1i2.40809
Nugroho, R. B. (2022). Kesetaraan Gender dalam Implementasi Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil alamin dalam Kurikulum Merdeka.
In Annual Conference on Madrasah Teacher, 3, 16.
Pan, A. J., Lai, C. F., & Kuo, H. C. (2022). Investigating the Impact of a Possibility-
Thinking integrated Project-based Learning History Course on High School
Students Creativity, Learning Motivation, and History Knowledge. Thinking Skills
and Creativity, 101214.
Panginan, V. R., & Susianti, S. (2022). Pengaruh Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Perbandingan Penerapan Kurikulum
2013. Jurnal PGSD Universitas Lamappapoleonro, 1(1), 916.
Prancisca, S., Nurani, L. M., & Chappell, C. (2023). IMPLEMENTATION OF
LEARNING PROCESS IN THE FREEDOM CURRICULUM AT SENIOR HIGH
SCHOOL (SMA) 3 SUNGAI KAKAP. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan
Humaniora, 14(1), 167178.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
665
Pratikno, Y., Hermawan, E., & Arifin, A. L. (2022). Human Resource Kurikulum
Merdekafrom Design to Implementation in the School: What Worked and What not
in Indonesian Education. Jurnal Iqra: Kajian Ilmu Pendidikan, 7(1), 326343.
Pratiwi, N. P. A., Nariyati, N. P. L., & Sudirman, S. (2020). EFL pre-service teachers
perception toward the use of mobile assisted language learning in teaching English.
International Journal of Language Education, 4(1).
https://doi.org/10.26858/ijole.v4i2.10052
Puspita, R., & Arif, D. B. (2014). Implementasi Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika di SMA
Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 4(1).
Qin, C., Cheng, X., Huang, Y., Xu, S., Liu, K., Tian, M., ... & Chen, J. (2022). Character
strengths as protective factors against behavior problems in early adolescent.
Psicologia: Reflexão e Crítica, 35(1), 111.
Ramadhan, I. (2020). Work Character Value in Preparation for Work in Industrial World
on Students of SMKN 1 Pontianak. International Journal of Learning and
Instruction (IJLI), 2(1). https://doi.org/10.26418/ijli.v2i1.40713
Ramadhan, I. (2021). Penggunaan Metode Problem Based Learning dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa pada kelas XI IPS 1. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(3),
358369. https://doi.org/10.37329/cetta.v4i3.1352
Ramadhan, I., Salim, I., & Supridi. (2018). Pengaruh Pendidikan Multikultural Dan
Pendidikan Karakter Terhadap Sikap Toleransi Siswa Sma Pancasila Sungai Kakap.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(2).
Ramdhani, M. A. (2017). Lingkungan pendidikan dalam implementasi pendidikan
karakter. Jurnal Pendidikan UNIGA, 8(1).
Reichert, F., Lange, D., & Chow, L. (2021). Educational beliefs matter for classroom
instruction: A comparative analysis of teachers beliefs about the aims of civic
education. Teaching and Teacher Education, 98.
https://doi.org/10.1016/j.tate.2020.103248
Rina, R., Asriati, N., & Ramadhan, I. (2021). PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR
PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS SMAS SANTUN
UNTAN PONTIANAK. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 10(6).
Rohmani, L. A., & Andriyanti, E. (2022). Culture Teaching in EFL Classes: Teachers
Beliefs, Attitudes, and Classroom Practices. Studies in English Language and
Education, 9(1). https://doi.org/10.24815/siele.v9i1.21834
Saraswati, D. A., Sandrian, D. N., Nazulfah, I., Abida, N. T., Azmina, N., Indriyani, R., ...
& Lestari, I. D. (2022). Analisis Kegiatan P5 di SMA Negeri 4 Kota Tangerang
sebagai Penerapan Pembelajaran Terdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka. Jurnal
Pendidikan Mipa, 12(2), 185-191.
Setyosari, P. (2017). MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN
BERKUALITAS. JINOTEP (Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran) Kajian
Dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran.
https://doi.org/10.17977/um031v1i12014p020
Sidik, F. (2016). Guru Berkualitas Untuk Sumber Daya Manusia Berkualitas. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 4(2).
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
666
Silver, D. (2022). A Theoretical Framework for Studying Teachers Curriculum
Supplementation. Review of Educational Research, 92(3).
https://doi.org/10.3102/00346543211063930
Sorokin, P. S., & Chernenko, S. E. (2022). Skills as declared learning outcomes of
entrepreneurship training in higher education institutions across the globe:
Classification and analysis with a focus on thinking skills. Hinking Skills and
Creativity, 46, 101177.
Suadiyah, R. L. Q., Wahid, A., & Fahrurrozi, F. (2020). Manajemen Kurikulum
Ekstrakurikuler Kewirausahaan dalam Membentuk Jiwa Entrepreneur Peserta Didik
di SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan. Jawda: Journal of Islamic Education
Management, 1(1). https://doi.org/10.21580/jawda.v1i1.2020.6672
Supriyoko, S., Nisa, A. F., Uktolseja, N. F., & Prasetyo, Z. K. (2022). The nature-based
school curriculum: A solution to learning-teaching that promotes students freedom.
Jurnal Cakrawala Pendidikan, 41(3).
Volante, L., & Ritzen, J. (2016). The European Union, education governance and
international education surveys. Policy Futures in Education, 14(7).
https://doi.org/10.1177/1478210316652009
Yonathan, D., Susandi, & Arifin, Y. (2021). Designing Memory Game for Learning
Healthy Life. Procedia Computer Science, 179.
https://doi.org/10.1016/j.procs.2021.01.054
Yusof, M. R., Yaakob, M. F. M., Nawi, A., Awang, H., Fuad, D. R. S. M., & Rami, A. M.
(2021). The measurement model of geo-education among trainee teachers in
malaysia. International Journal of Evaluation and Research in Education, 10(2).
https://doi.org/10.11591/ijere.v10i2.20706
Yusuf, A. A., & Hamzah, A. (2016). Pengaruh kepercayaan diri dan semangat
kewirausahaan Terhadap minat menjadi wirausaha. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syariah, 8(2).
Zorluoğlu, S. L., Ergazi, T., & Eser, Ş. (2019). Learning probability of 4th grade science
curriculum learning outcomes among visually impaired students. International
Journal of Evaluation and Research in Education, 8(3).
https://doi.org/10.11591/ijere.v8i3.17591
Zubaidah, S. (2019). Memberdayakan Keterampilan Abad Ke-21 melalui Pembelajaran
Berbasis Proyek. Seminar Nasional Nasional Pendidikan Biologi, October.