AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
212
TINGKAT HARMONI SOSIAL SISWA SMP SE-KOTA PONTIANAK
Halida
1
, Yuline
2
, Ana Fergina
3
, Amallia Putri
4
, Jagad Aditya Dewantara
5
dan Zaky Ibrahim Zayn
Borneo
6
1,2,3,4
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura
5
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tanjungpura
1,2,3,4,5
Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi. Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara,
Kalimantan Barat 78124
6
Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia
Jalan. Prof. Dr. Selo Soemardjan, Depok. Jawa Barat 16424 Indonesia
1
Email: halida@fkip.untan.ac.id
2
Email: yuline@fkip.untan.ac.id
3
Email: anafergina@untan.ac.id
4
Email: amalliapu[email protected].ac.id
5
Email: [email protected]ntan.ac.id
6
Email: zakyibrah[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat harmoni sosial kelas VII SMP se Kota Pontianak baik laki-laki
maupun perempuan. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, populasinya yaitu siswa kelas
VII SMPN se Kota Pontianak. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sample random
sampling. Pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner harmoni sosial, disebar melalui google form.
Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, bertujuan menguraikan tingkat harmoni sosial secara
akurat, jelas, rinci dan sistematik. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif
menggunakan data mean, median, frekuensi, standar deviasi, range, mode dan swekness. Harmoni sosial
kesadaran keragaman budaya, toleransi, keterbukaan diri dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata harmoni sosial siswa berada di skor 139, 47. Harmoni sosial
tiap indikator, diperoleh rata-rata di atas 50%. Saran dalam penelitian ini untuk melakukan penelitian
korelasi untuk melihat keterhubungan harmoni sosial dengan status keluarga, budaya, agama dan sosial
ekonomi.
Kata Kunci:
Harmoni sosial, siswa SMP, tingkat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
This study aims to determine the level of social harmony in both female and male students of class VII
SMP in Pontianak City. This type of research uses quantitative research, and the population is class VII
students of SMPN in Pontianak City. The sampling technique was carried out by using a random sampling
technique. Data collection is using a social harmony questionnaire distributed via a google form. The
method used is descriptive, aiming to describe social harmony accurately, clearly, detailed, and
systematically. The analysis technique used is a descriptive statistical analysis using the mean, median,
frequency, standard deviation, range, mode, and ability. The social harmony of four indicators: awareness
of cultural diversity, tolerance, self-disclosure, and conflict resolution constructively. The results showed
that students' average social harmony score was 139, 47. Social harmony for each indicator, the average
is on 50%. This study suggests conducting correlation research to see the connectedness of social peace
with family, cultural, religious, and socio-economic status.
Keywords:
Social harmony, junior high school students, level
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
213
PENDAHULUAN
Harmoni sosial erat kaitannya dengan keberagaman, baik dari suku, ras, agama, bahasa,
sosial maupun budaya. Dalam (Al Qur’an Surat Al Hujarat Ayat 13) Allah SWT berfirman “Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dalam
firman tersebut Allah menyuruh umatnya untuk saling mengenal, menyayangi, hidup
berdampingan dengan harmonis di tengah keberagaman.
Harmoni sosial dalam penelitian ini yaitu kesadaran keragaman budaya, toleransi,
keterbukaan diri dan menyelesaikan konflik secara konstruktif. Setiap individu mendambakan
keharmonisan, oleh karena itu untuk mewujudkannya sikap saling pengertian, menyayangi,
menghargai dan menghormati patut dipelihara. Harmoni sosial berawal dari rumah, kemudian di
sekolah dan masyarakat. Tatanan kehidupan sosial yang selaras berawal dari keluarga (Bell &
Mo, 2014). Hidup berdampingan secara damai di ruang sosial budaya yang berbeda merupakan
perilaku baik (Banban, 2018). Walaupun terjadi berbagai sudut pandang yang berbeda, namun
tetap bisa menyeimbangkan, tidak saling menyalahkan (Ames, 2019). Individu akan bahagia
saat terbebas dari konflik dengan menghargai pluralitas nilai yang ada (D’Ambrosio, 2019).
Keberagaman budaya bukan hanya ada di masyarakat, namun juga ada di dunia
pendidikan. Oleh karena itu agar tidak terjadi gesekan maupun kesenjangan perbedaan antar
pelajar, maka semua elemen pendidikan saling bekerja sama untuk menciptakan kehidupan yang
harmonis. Untuk mewujudkan perilaku baik sesuai cita-cita bangsa, sekolah dapat melakukan
penguatan pendidikan karakter dengan mensosialisasikan visi kepada seluruh warga satauan
pendidikan, berbasis kelas, model pembelajaran dan budaya bekerjasama dengan masyarakat
(Akbar et al., 2014; Aunurrahman et al., 2014; Dewantara & Prasetiyo, 2020; Puspitasari et al.,
2019; Supriyanto & Wahyudi, 2017).
Untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar pelajar, nilai-nilai moral merupakan
sarana pengatur dari kehidupan bersama perlu disadarkan. Nilai-nilai tersebut seperti tanggung
jawab sebagai seorang pelajar, menghormati nilai-nilai dasar, saling percaya, jujur, altruistik,
bermoral dalam berinteraksi. Individu yang memiliki kesadaran keragaman budaya senantiasa
mengelola sudut pandangnya untuk tidak terjerumus pada stereotype negative (Olga et al., 2021;
Shabrilia et al., 2022). Kesadaran akan keragaman budaya merupakan rangkaian pengetahuan
serta sikap yang melibatkan proses pemahaman, kepekaan, penerimaan pada realitas lingkungan
budaya yang beragam secara menyeluruh pada individu, sehingga mempengaruhi dalam
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
214
berperilaku (Guest et al., 2017; Prasojo et al., 2019). Pendidikan multikultural tidak lepas dari
proses menumbuhkembangkan eksistensi siswa memahami nilai-nilai seperti nilai pluralisme,
solidaritas, toleransi, demokratis, kesetaraan dan kepedulian (Mayfield et al., 2017; Moore,
2018).
Membangun harmoni sosial dalam pluralisme, yaitu dengan memahami ajaran agama
yang dianut dan toleransi terhadap tradisi sosial budaya setempat (Widayati, 2019).
Pembentukan karakter toleransi sendiri bertujuan membuat individu dapat menghargai orang lain
yang berbeda kualitas, dapat lebih terbuka dalam memandang keyakinan selain dirinya.
Toleransi dapat mendatangkan kebaikan, setiap orang dapat hidup berdampingan dengan segala
perbedaan (Miftah Arifin & Zainal Abidin, 2017). Tentu tidak akan terjadi diskriminasi antar
golongan, jika sikap toleransi dapat dikembangkan. Toleransi identik dengan sikap bersabar
diri, membiarkan orang lain dalam melaksanakan sesuatu yang menjadi keyakinannya dan
saling menghormati (Yusoff et al., 2018). Toleransi dalam beragama dapat menggambarkan
kemerdekaan individu untuk melakukan ibadah yang dianut (Husin & Ibrahim, 2016). Memang
tidak bisa dipungkiri, dalam mewujudkankannya penuh dengan perbedaan, pertentangan, dan
kontrakdiksi. Harmoni dicapai bukan sebagai kondisi akhir, tetapi sebagai tahapan dalam proses
berkelanjutan (Li, 2020). Dengan demikian, harmoni sosial dapat dimaknai dengan
keberagaman sikap dan watak manusia yang sangat kompleks, mengutamakan kepentingan
bersama dalam menciptakan perdamaian.
Untuk menciptakan harmoni sosial dengan orang lain, tentulah menjalin komunikasi yang
efketif dan terbuka atas keadaan diri. Menurut Joseph A De Vito (2016) keterbukaan merupakan
salah satu jenis komunikasi, mengungkapkan informasi tentang diri yang biasa dirahasiakan.
Kunci utama dalam berkomunikasi yaitu memahami diri, memberitahu tentang dirinya dalam
berbagai hal kepada orang (C. E. Hill et al., 2018). Memberikan informasi yang bersifat
personal berupa pikiran, perasaan, dan pengalaman yang akurat tentang dirinya kepada orang
lain dengan sukarela dan disengaja merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
dalam interaksi sosial. Dalam hubungan sosial, periode individu belajar menggunakan
kemampuannya yang dalam hal ini masuk dalam masa remaja dimana mereka mampu untuk
memberi dan menerima dalam hubungannya dengan orang lain (Maree et al., 2018). Sikap
keterbukaan diri sangat menguntungkan diri bagi dua orang yang melakukan hubungan
keakraban, seperti antar teman, kenalan, keluarga atau saudara lain. Tindakan yang tepat akan
menstimulus seseorang lebih terbuka dalam mengungkapkan masalahnya sehingga
memperlancar urusan hubungan sosial, termasuk di dalamnya harmoni sosial.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
215
Sejalan dengan harapan bangsa yaitu menghasilkan generasi muda yang unggul, maka
dalam institusi pendidikan, sekolah dituntut untuk memiliki tanggungjawab. Hal ini selaras
dengan salah satu pilar pendidikan yang dinyatakan oleh UNESCO yaitu learning how to live
together in harmony (UNESCO, 2008). Agar tercipta kehidupan yang harmoni yaitu setiap
individu mempunyai rasa pengertian yang tinggi (Mccollum, 2009). Konsep yang ditanamkan
yaitu konsep perdamaian, tidak ada kekerasan, adanya keadian, serta memperluas hubungan
harmoni (Gopalkrishnan, 2019; Ventä-Olkkonen et al., 2019).
Berdasarkan informasi dari (Badan Pusat Statistik, 2020) mengungkap bahwa tindak
disharmoni sosial baik verbal maupun nonverbal di kalangan remaja semakin meresahkan.
Masalah yang belum tertangani dari konflik pada remaja sebesar 3,75%. Bila mana kasus
tersebut tidak segera ditangani akan berdampak pada nilai-nilai karakter dan moral, turunnya
harkat dan martabat generasi muda di mata dunia. Terjadinya perilaku disharmoni sosial ini
karena berbagai faktor yaitu arus perkembangan teknologi, gaya hidup, pola asuh keluarga,
pengaruh teman sebaya, cyberbullying dan perubahan soaial (Maithreyi, 2019; Miller et al.,
2019; Prabawa et al., 2018; Roziqi, 2018; Sari, 2017).
Dilakukan penelitian analisis ini untuk melihat tingkat harmoni sosial siswa kelas VII SMP
se Kota Pontianak. Adapun masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimana
tingkat harmoni sosial siswa?; (2) bagaimana tingkat harmoni sosial berdasarkan jenis
kelamin?; (3) bagaimana tingkat harmoni sosial siswa dari empat indikator (kesadaran
keragaman budaya, toleransi, keterbukaan diri dan menyelesaikan konflik secara konstruktif)?.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode statistik deskriptif.
Metode ini memberikan gambaran terkait tingkat harmoni sosial siswa kelas VII di SMP se Kota
Pontianak dengan tidak bermaksud menggeneralisasikan. Menggunakan metode ini dengan
harapan data harmoni sosial siswa lebih bermakna dan mudah dipahami oleh pengguna data.
Penyajian data menggunakan tabel dan histogram. Sumber data dari penelitian ini menggunakan
sumber data primer, dengan menyebarkan kuesioner ke siswa SMP kelas VII se kota Pontianak.
Populasi dalam penelitian yaitu siswa kelas VII SMPN se Kota Pontianak, berjumlah 522 siswa
terdiri dari 241 laki-laki dan 281 perempuan, umurnya berkisar antara 12 tahun sampai dengan
14 tahun. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random sampling, dimana setiap
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian (Crewell, 2012;
Nazier, 2016).
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
216
Instrumen harmoni sosial diberikan melalui WhatsApp dalam bentuk google form,
menggunakan skala likert, jawaban tertinggi dengan skor 4 dan terendah yaitu 1, pilihan jawaban
menggunakan sering, selalu, kadang-kadang dan jarang. Instrumen diuji validitasnya
menggunakan SPSS versi 25.0 for windows. Rumus korelasi product moment digunakan untuk
uji validitas, sebelum kuesioner disebar ke sejumlah responden, instrumen harmoni sosial
diujicobakan terlebih dahulu ke kelas VII bukan sampel penelitian sebanyak 208 sampel,
diperoleh r tabel responden sebanyak 208 yaitu 0, 136. Berdasarkan uji validitas 45 item
dinyatakan valid dari 50 item, artinya ada 5 item yang gugur, yaitu item no 1, 28, 31, 40 dan 42
dengan membuang yang tidak valid. Diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,816 sehingga
dapat dikatakan reliabel sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis deskriptif, yaitu menggambarkan data harmoni sosial siswa. Analisis statistik deskriptif
yang digunakan yaitu data mean, median, frekuensi, standar deviasi, range, mode dan skewness
dari data harmoni sosial.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di bawah ini dipaparkan hasil dan penelitian terkait tingkat harmoni siswa siswa kelas VII
SMPN se Kota Pontianak.
Tabel 1 menyajikan data deskripsi rata-rata harmoni sosial SMPN se Kota Pontianak.
Tabel 1. Harmoni Sosial Siswa SMP se Kota Pontianak
Deskripsi harmoni sosial siswa
N
522
Mean
139,47
Median
141,00
Mode
154,00
Std. Deviation
19,24
Skewness
-0,88
Std Error of Skewness
0,107
Range
93,00
Minimum
83,00
Maximum
176,00
Dari paparan data deskripsi di atas, diketahui jumlah siswa 522 orang, diperoleh mean atau
rata-rata data harmoni sosial siswa sebesar 139,47. Selanjutnya diperoleh median atau nilai
tengah sebesar 141,00 kemudian mode atau nilai yang sering muncul yaitu 154,00 sedangkan
standar deviasi diperoleh skor sebesar 19,24. Deskripsi data lainnya yaitu skor skewness
diperoleh sebesar -0,88 kemudian rangenya yaitu 93,00. Untuk skor minimum harmoni sosial
siswa diperoleh skor sebesar 83,00 dan maksimum 176,00. Untuk melihat lebih rinci data
harmoni sosial siswa baik dari mode, mean dan std deviasi dapat dilihat secara berturut-turut
pada histogram 1 dan 2 di bawah ini.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
217
Histogram 1. Mode harmoni sosial siswa
Histogram 2. Mean dan std deviasi harmoni sosial siswa
Berikut ini disajikan data harmoni sosial berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMPN se
kota Pontianak.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
218
Tabel 2. Harmoni sosial siswa berdasarkan jenis kelamin
Dari paparan data deskripsi di atas, diketahui jumlah siswa laki-laki berjumlah 241 orang,
diperoleh mean atau rata-rata data harmoni sosial siswa sebesar 138,448. Selanjutnya diperoleh
median atau nilai tengah sebesar138,00 kemudian mode atau nilai yang sering muncul yaitu
154,00 sedangkan standar deviasi diperoleh skor sebesar 20,883. Deskripsi data lainnya yaitu
skor skewness diperoleh sebesar -0,818 kemudian rangenya yaitu 89,00. Untuk skor minimum
harmoni sosial siswa diperoleh skor sebesar 85,00 dan maksimum 174,00. Selanjutnya data
siswa perempuan berjumlah 281 orang, diperoleh mean atau rata-rata data harmoni sosial siswa
sebesar 140,379. Diperoleh median atau nilai tengah sebesar 142,000 kemudian mode atau nilai
yang sering muncul yaitu 154,00 sedangkan standar deviasi diperoleh skor sebesar 17,675.
Deskripsi data lainnya yaitu skor skewness diperoleh sebesar -0,907 kemudian rangenya yaitu
93,00. Untuk skor minimum harmoni sosial siswa diperoleh skor sebesar 83,00 dan maksimum
176,00.
Di bawah ini disajikan data tingkat harmoni sosial berdasarkan jenis kelamin
Tabel 3. Kategori harmoni sosial berdasarkan jenis kelamin
Jenis
kelamin
Category
Frequency
Percent
Valid percent
Laki-laki
Rendah
21
4,0
8,7
Sedang
90
17,2
37,3
Tinggi
130
24,9
53,9
Total
241
46,2
100
Perempuan
Rendah
14
2,7
5,0
Sedang
103
19,7
36,7
Tinggi
164
31,4
58,4
Total
281
53,8
100,0
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa total peserta didik sebanyak 522 orang, untuk jenis
kelamin laki-laki berjumlah 241 orang, pada kategori rendah didapat sebesar 8,7% kategori
Harmoni Sosial
Laki-laki
Harmoni Sosial
Perempuan
N
241
281
Mean
138,448
140,379
Median
138,000
142,000
Mode
154,00
154,00
Std. Deviation
20,883
17,675
Variance
436,123
312,414
Skewness
-.818
-0,907
Std. Error of
Skewness
0,157
0,145
Range
89,00
93,00
Minimum
85,00
83,00
Maximum
174,00
176,00
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
219
sedang mendapatkan 37, 3% sedangkan untuk kategori tinggi memperoleh 53,9%. Selanjutnya
untuk jenis kelamin perempuan berjumlah 281 orang, pada kategori rendah didapat sebesar 5,0%
kategori sedang mendapatkan 36,7% sedangkan untuk kategori tinggi memperoleh 58,4%.
Pada tabel 4 di bawah ini dipaparkan tingkat harmoni sosial berdasarkan empat indikator,
diantaranya kesadaran keragaman budaya, toleransi, keterbukaan diri dan menyelesaikan konflik
secara konstruktif.
Tabel 4. Tingkat harmoni sosial berdasarkan indikator
Indikator Social
Harmony
Category
Frequency
Percent
Valid percent
Cumulative
percent
1. Kesadaran
keragaman
budaya
Total
Rendah
35
5,3
6,7
6,7
Sedang
215
32,6
41,2
47,9
Tinggi
272
41,2
52,1
100,0
522
522
79,1
100,0
2. Toleransi
Total
Rendah
35
5,3
6,7
6,7
Sedang
207
31,4
39,7
46,4
Tinggi
280
42,4
53,6
100,0
522
522
79,1
100,0
3. Keterbukaan
Diri
Total
Rendah
18
2,7
3,4
3,4
Sedang
193
29,2
37,0
40,4
Tinggi
311
47,1
59,6
100,0
522
522
79,1
100,0
4. Menyelesaikan
Konflik secara
Konstruktif
Total
Rendah
138
20,9
5,5
Sedang
219
33,2
42,0
47,5
Tinggi
274
41,5
52,5
100,0
522
522
79,1
100,0
Dari tabel 4 di atas terlihat indikator kesadaran keragaman budaya pada kategori rendah
didapat 6,7%, selanjutnya pada kategori sedang diperoleh 41,2% untuk kategori tinggi diperoleh
sebesar 52,1%. Indikator toleransi, pada kategori rendah sebesar 6,7%, kategori sedang didapat
39,7% dan kategori tinggi sebesar 53,6%. Indikator keterbukaan diri, pada kategori rendah
diperoleh 3,4%, pada kategori sedang didapat 37,0% dan kategori tinggi sebesar 9,6 %. Indikator
menyelesaikan konflik secara konstruktif pada kategori rendah 5,5%, kategori sedang diperoleh
42,0% dan kategori tinggi sebesar 52,5%.
Pada pembahasan berikut ini yaitu menjawab pertanyaan yang diajukan di atas.
Pembahasan yang pertama yaitu rata-rata skor harmoni sosial siswa. Dilihat data yang ada di
tabel hasil penelitian di atas, bahwa harmoni sosial dari empat indikator yaitu 139, 47 hal ini
menandakan bahwa harmoni sosial berada pada kategori cukup baik. Oleh karena itu pentingnya
menjaga keharmonisan siswa dalam bergaul di sekolah. Peran orangtua, sekolah dan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam hal ini. Nilai-nilai dasar saling menghargai dan menghormati, toleransi,
kebersamaan, kebebasan dan tanggungjawab mesti diaplikasikan untuk menumbuhkan harmoni
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
220
sosial siswa (Aunurrahman et al., 2014). Menghargai dan menerima perbedaan, hal tersebut
dibina dengan baik, sehingga membawa kedamaian (Banban, 2018; Dewantara & Nurgiansah,
2021). Di kalangan masyarakat, agama menjadi prioritas, karena agama menggambarkan
kerukunan. Konsistensi untuk menghargai dan bersikap menerima kekayaan pluralitas nilai-
nilai dan moral setiap individu atau kelompok merupakan hal yang patut diapresiasi (Chen et al.,
2016; Nussbaum, 2001). Harmoni sosial terjadi melalui interaksi yang sejalan dan selaras,
dipertahankan secara terus menerus agar tetap tumbuh dan berkembang. Harmoni sosial sifatnya
dinamis, mengikuti keadaan zaman namun tetap mengarah pada hal-hal yang baik.
Pertanyaan kedua yaitu harmoni sosial berdasarkan jenis kelamin, didapat hasil bahwa
tingkat harmoni sosial siswa perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Hal tersebut karena
perempuan lebih takut diberikan label negatif, mereka lebih berhati-hati dalam bersikap.
Sebagaimana diungkapkan oleh (Kadafi et al., 2021) bahwa perempuan lebih teliti dalam
bertindak, sehingga mereka memperhatikan setiap langkah yang akan dilakukan. Hasil dari
penelitian (Halida, Mappiare-at, et al., 2022) juga mengungkap bahwa harmoni sosial meningkat
secara signifikan dan lebih tinggi saat diberikan layanan bimbingan kelompok menggunakan
modeling simbolis bermuatan syair gulung.
Dari data yang diperoleh, rata-rata harmoni sosial siswa setiap indikator bervariasi untuk
kategori rendah, sedang dan tinggi. Diperoleh kategori tinggi pada setiap indikator harmoni
sosial rata-rata di atas 50%. Hal ini menandakan bahwa harmoni sosial siswa sudah mencapai
hasil yang cukup baik, namun tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan. Oleh karena itu
perlunya perhatian dari orangtua, guru dan masyarakat untuk meningkatkannya. Jika ditelisik
lebih jauh, penting sekali menjaga harmoni sosial karena banyak memberikan manfaat dan
keberuntungan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjaga keharmonisan maka individu akan
merasa dihargai, diberikan ruang untuk berkreasi dan berinovasi, dapat mengembangkan diri
dengan optimal. Setiap individu atau kelompok dalam suatu masyarakat membiasakan untuk
saling menghormati keanekaragaman budaya (Brown et al., 2019). Keberagaman budaya adalah
sebuah realitas sosial dalam masyarakat plural dan saling menghargai etnisitas dan budaya
(Leong, 2016). Kesadaran keragaman budaya pada dasarnya dapat mengenali etnosentrisme diri
sendiri, menghakimi terhadap nilai-nilai budaya yang bertentangan (Danso, 2018).
Toleransi bertujuan menghargai perbedaan orang lain, membuka diri terhadap pandangan
dan keyakinan baru, dan menghargai orang lain tanpa membedakan, status sosial, ekonomi,
RAS, budaya, penampilan, kemampuan dan gender. Toleransi identik dengan sikap bersabar
diri, saling menghormati dan membiarkan orang lain untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
221
keyakinannya (Yusoff et al., 2018). Individu yang toleransinya tinggi mempunyai karakter yang
baik sehingga mendatangkan kebaikan (Augita & Arif, 2022).
Untuk menciptakan harmoni sosial yang baik, kunci utama dalam berkomunikasi dengan
oranglain yaitu memahami diri dan oranglain (Feist et al., 2018; A. Hill et al., 2007).
Keterbukaan diri dapat menciptakan kepercayaan, kepedulian, komitmen, pemahaman dan
penerimaan diri, serta pertumbuhan pribadi dan juga persahabatan (Zhang, 2017). Sikap
keterbukaan diri sangat menguntungkan diri bagi dua orang yang melakukan hubungan
keakraban, seperti antar teman, kenalan, keluarga atau saudara lain.
Salah satu perilaku yang dikembangkan melalui pendidikan karakter di sekolah yaitu
dengan cara meningkatkan harmoni sosial melalui berbagai teknik yang mendidik (Halida,
Mappiare-at, et al., 2022; Halida, Putri, et al., 2022). Harapan bangsa yaitu menghasilkan
generasi muda yang unggul dan berkarakter, maka dalam institusi pendidikan sekolah dituntut
untuk memiliki tanggungjawab (Aunurrahman et al., 2014; Halida et al., 2020). Hal ini selaras
dengan salah satu pilar pendidikan yang dinyatakan oleh UNESCO yaitu learning how to live
together in harmony (UNESCO, 2008). Berbagai upaya untuk menumbuhkan inisiatif dalam
menyelesaikan konflik diantaranya yaitu kemampuan memahami individu dalam berkomunikasi,
mendengarkan, berpikir kreatif dan kritis, kemampuan memahami akan terjadinya suatu
masalah untuk segera dipecahkan (Mohammed, 2020). Sebagai warga negara yang baik, banyak
cara yang bisa dilakukan untuk menciptakan harmoni sosial, mulai dengan pendekatan
konseling, pembelajaran yang menantang, menggunakan permainan, menerapkan penguatan
pendidikan karakter (Cahyaningrum et al., 2018; Dewanti et al., 2018; F. K. Fitriyah et al., 2022;
Irani et al., 2018; Saputra et al., 2021; Sudrajat et al., 2017).
SIMPULAN
Berdasarkan temuan hasil penelitian terkait tingkat harmoni sosial siswa kelas VII SMP se
Kota Pontianak, dapat disimpulkan bahwa (1) tingkat harmoni sosial siswa sudah cukup baik;
(2) berdasarkan jenis kelamin, harmoni sosial siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan harmoni sosial siswa laki-laki. Hal tersebut karena perempuan lebih patuh dan takut
diberi label sebagai anak yang kurang baik; (3) harmoni sosial siswa berdasarkan indikator
kesadaran keragaman budaya, toleransi, keterbukaan diri dan menyelesaikan konflik secara
konstruktif sudah cukup baik.
Agar harmoni sosial peserta didik semakin baik, perlu keseriusan orangtua, sekolah dan
masyarakat dalam membentuk karakter siswa karena berkaitan dengan harkat dan martabat
bangsa di mata dunia. Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak, oleh karena itu nilai-nilai
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
222
dasar saling menghargai toleransi, keterbukaan diri dalam berkomunikasi dan menyelesaikan
konflik secara konstruktif mesti diaplikasikan dengan berbagai kegiatan yang menarik sehingga
dapat menumbuhkan harmoni sosial siswa. Dengan adanya sikap saling menghormati dan
menghargai baik antar individu maupun antar kelompok akan memberikan rasa damai, aman,
tentram dan nyaman, sehingga dapat memperkuat harmoni sosial siswa.
SARAN
Secara umum, penelitian ini menambah wawasan dunia pendidikan terkait harmoni sosial siswa.
Namun, data yang diperoleh hanya pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri se
Kota Pontianak. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti selanjutnya melakukan penelitian
korelasi untuk melihat keterhubungan harmoni sosial dengan status keluarga, budaya, agama dan
sosial ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S., Samawi, A., Arafiq, M., & Hidayah, L. (2014). Model Pendidikan Karakter yang Baik
(Studi Lintas Situs Bests Practices) Pendidikan Karakter di SD. Jurnal Sekolah Dasar,
23(2), 139151.
Ames, R. (2019, July). “Confucian harmony (he
) as an optimizing symbiosis,” paper
presented at the international workshop on “harmony as a virtue” at Nanyang
Technological University.
Augita, Y., & Arif, D. B. (2022). Penguatan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di SMP
Muhammadiyah Toboali Bangka Selatan. AoEJ: Academy of Education Journal, 13(1),
127140.
Aunurrahman, Marmawi, & Halida. (2014). Model Pendidikan Karakter Terintegrasi untuk
Penanaman Nilai-nilai Dasar Harmoni Sosial bagi Daerah rawan Konflik. Guru
Membangun, 30(1), 922. ISSN 1410-1846
Badan Pusat Statistik, B.-S. I. (2020). Statistik Kriminal 2020, Criminal Statistic 2020. BPS
RI/BPS-Statistics Indonesia.
Banban, D. (2018). Harmony in diversity: an empirical study of harmonious co-existence in the
multi-ethnic culture of Qinghai. International Journal of Anthropology and Ethnology, 2(1),
123. https://doi.org/10.1186/s41257-018-0010-6
Bell, D. A., & Mo, Y. (2014). Harmony in the World 2013: The Ideal and the Reality. Social
Indicators Research, 118(2), 797818. https://doi.org/10.1007/s11205-013-0439-z
Brown, M. R., Dennis, J. P., & Matute-Chavarria, M. (2019). Cultural Relevance in Special
Education: Current Status and Future Directions. Intervention in School and Clinic, 54(5),
304310. https://doi.org/10.1177/1053451218819252
Chen, C. C., Ünal, A. F., Leung, K., & Xin, K. R. (2016). Group harmony in the workplace:
Conception, measurement, and validation. Asia Pacific Journal of Management, 33(4),
903934. https://doi.org/10.1007/s10490-016-9457-0
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
223
Crewell, J. W. (2012). Educational Research. Panning, Conducting and Evaluating Quantitative
and Qualitative Research (C. Robb (Ed.)). Pearson.
D’Ambrosio, P. J. (2019). The Confucian Philosophy of Harmony, Li Zehou, and Michael
Sandel’s Suggested Collaborative Approach to Philosophy. Comparative and Continental
Philosophy, 11(1), 6883. https://doi.org/10.1080/17570638.2019.1594492
Danso, R. (2018). Cultural competence and cultural humility: A critical reflection on key cultural
diversity concepts. Journal of Social Work, 18(4), 410430.
https://doi.org/10.1177/1468017316654341
Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2021). Building Tolerance Attitudes of PPKN Students
Through Multicultural Education Courses. Journal of Etika Demokrasi, 6(1), 103115.
https://doi.org/ISSN p-2540-8763 / e-2615-4374
Dewantara, J. A., & Prasetiyo, W. H. (2020). Optimization of Character Education Through
Community Participation Around The School Environment ( Case Study in Lab School
Junior High School Bandung ). Journal of Etika Demokrasi, 5(1), 5366. ISSN p-2540-
8763 / e-2615-4374
Feist, J., Feist, G. J., & Tomi-Ann, R. (2018). Theories Of Personality, 9th Edition. In McGraw-
Hill Education. Mc Graw Hill Education. https://mheducation.com/highered
Gopalkrishnan, N. (2019). Cultural Competence and Beyond: Working Across Cultures in
Culturally Dynamic Partnerships. The International Journal of Community and Social
Development, 1(1), 2841. https://doi.org/10.1177/2516602619826712
Guest, A. M., Simmons, Z. L., Downs, A., & Pitzer, M. R. (2017). Cultures of Diversity:
Considering Scientific and Humanistic Understandings in Introductory Psychology.
Teaching of Psychology, 44(2), 100107. https://doi.org/10.1177/0098628317692605
Halida, Mappiare-at, A., Ramli, M., Jagad, A., Dewantara, A., & Fitriyah, F. K. (2022). Is
Symbolic Modeling Videos Containing Malay Values Effective to Improve Student’s Social
Harmony? Pegegog, 12(3), 144153. https://doi.org/10.47750/pegegog.12.03.16
Halida, Mappiare-AT, A., Ramli, M., & Radjah, C. L. (2020). Spectrum of Guidance and
Counseling Services Implementation in Strengthening Character in Junior High School.
Conference Proceeding, 501(Icet), 186192. https://doi.org/10.2991/assehr.k.201204.033
Halida, Putri, A., & Yuline. (2022). Pengembangan Video Modeling Simbolis Bermuatan
Kesenian Tundang untuk Meningkatkan Harmoni Sosial Siswa SMP. Jurnal Bimbingan
Dan Konseling Ar-Rahim, 6(1), 5561.
Hill, A., Watson, J., Rivers, D., & Joyce, M. (2007). Key Themes in Interpersonal
Communication. In Identities.
Hill, C. E., Knox, S., & Pinto-Coelho, K. G. (2018). Therapist Self-Disclosure and Immediacy:
A Qualitative Meta-Analysis. Psychotherapy, 55(4), 445460.
https://doi.org/10.1037/pst0000182
Husin, W. N. W., & Ibrahim, H. (2016). Religious Freedom, The Malaysian Constitution and
Islam: A Critical Analysis. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 217, 12161224.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.02.152
Kadafi, A., Wiyono, B. B., Muslihati, & Ramli, M. (2021). Improving Prosocial Behavior
Through Virtual Media Based on Religious Values in Elementary School Students. Pegem
Egitim ve Ogretim Dergisi, 11(4), 230236. https://doi.org/10.47750/pegegog.11.04.22
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
224
Leong, F. T. L. (2016). Mapping Cross-Cultural Psychology Models and Methods Onto Societal
Challenges: Focus on Psychological Mechanisms Across Levels of Analysis. Journal of
Cross-Cultural Psychology, 47(1), 2832. https://doi.org/10.1177/0022022115618026
Li, C. (2020). Bring Back Harmony in Philosophical Discourse: a Confucian Perspective.
Journal of Dharma Studies, 2(2), 163173. https://doi.org/10.1007/s42240-019-00047-w
Maithreyi, R. (2019). Children’s reconstruction of psychological knowledge: An ethnographic
study of life skills education programmes in India. Childhood, 26(1), 6882.
https://doi.org/10.1177/0907568218798014
Maree, J. G., Pienaar, M., & Fletcher, L. (2018). Enhancing the sense of self of peer supporters
using life design-related counselling. In South African Journal of Psychology (Vol. 48,
Issue 4, pp. 420433). https://doi.org/10.1177/0081246317742246
Mayfield, C. A., Child, S., Weaver, R. G., Zarrett, N., Beets, M. W., & Moore, J. B. (2017).
Effectiveness of a Playground Intervention for Antisocial, Prosocial, and Physical Activity
Behaviors. Journal of School Health, 87(5), 338345. https://doi.org/10.1111/josh.12506
Mccollum, S. (2009). Character education managing conflict resolution. Chelsea House.
Miftah Arifin, & Zainal Abidin. (2017). Harmoni Dalam Perbedaan: Potret Relasi Muslim Dan
Kristen Pada Masyarakat Pedesaan. Fenomena, 16(1), 1738. http://ejournal.iain-
jember.ac.id/index.php/fenomena/article/view/667
Miller, G., Miller, V., Marchel, C., Moro, R., Kaplan, B., Clark, C., & Musilli, S. (2019).
Academic Violence/Bullying: Application of Bandura’s Eight Moral Disengagement
Strategies to Higher Education. Employee Responsibilities and Rights Journal, 31(1), 47
59. https://doi.org/10.1007/s10672-018-9327-7
Moore, B. A. (2018). Developing Special Educator Cultural Awareness Through Critically
Reflective Professional Learning Community Collaboration. Teacher Education and
Special Education. https://doi.org/10.1177/0888406418770714
Nazier, M. (2016). Metode Penelitian. In Ghalia Bogor.
Nussbaum, M. C. (2001). The Fragility of Goodness, Luck and Ethics in Greek Tragedy and
Philosophy (Second Edi). Cambridge University Press.
Olga, U., Zarivna, O., & Natalia, K. (2021). Formation of Tolerance Students Of the Statute.
Pedagogy, 298302. https://doi.org/DOI https://doi.org/10.24919/2308-4863/40-1-48
Prabawa, A. F., Ramli, M., & Fauzan, L. (2018). Pengembangan Website Cybercounseling
Realita untuk Meningkatkan Keterbukaan Diri Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal
Kajian Bimbingan Dan Konseling, 3(2), 5968.
https://doi.org/10.17977/um001v3i22018p059
Prasojo, Z. H., Elmansyah, E., & Haji Masri, M. S. (2019). Moderate Islam and the Social
Construction of Multi-Ethnic Communities. Indonesian Journal of Islam and Muslim
Societies, 9(2), 217239. https://doi.org/10.18326/ijims.v9i2.217-239
Puspitasari, L., Sa’dijah, C., & Akbar, S. (2019). Dasar Pembinaan Kedisiplinan Siswa melalui
Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 4(5), 600608. http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ISSN: 2502-471X
Roziqi, M. (2018). Perlawanan Siswa Disabilitas Korban Perundungan: Sebuah Studi
Fenomenologi The Bullied- Handicapped Students Resistance : A Phenomenological
Study. Jurnal Psikoedukasi Dan Konseling, 2(2), 2438.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
225
Sari, D. P. C. (2017). Keterbukaan Diri Pada Remaja Korban Cyberbullying. Psikoborneo:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(1), 6973. https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v5i1.4332
Shabrilia, F. F., Maheswari, Naomi Enka Adhiatma, Theophillus Bagas Tanaya, M. A. W. E., &
Pandin, M. G. R. (2022). Association Between Cultural Awareness and Natiolism of
Millenial Generation In the Digital Era. AoEJ: Academy of Education Journal, 13(2), 224
236.
Supriyanto, A., & Wahyudi, A. (2017). Skala karakter toleransi: konsep dan operasional aspek
kedamaian, menghargai perbedaan dan kesadaran individu. Counsellia: Jurnal Bimbingan
Dan Konseling, 7(2), 61. https://doi.org/10.25273/counsellia.v7i2.1710
UNESCO. (2008). UNESCO’s Work on Education for Peace and Non-Violence.
Ventä-Olkkonen, L., Iivari, N., & Lanamäki, A. (2019). In sweet harmony or in bitter discord?
How cultural values and stakeholder requirements shape and users read an urban computing
technology. AI and Society, 34(3), 455476. https://doi.org/10.1007/s00146-017-0724-5
Widayati, E. (2019). The Worldview Of Social Harmony Bulding In The Pluralisme A
Phenomenology Study in Balun Village, Turi District, Lamongan Regency. Islamic
Civilization, 1(1), 4961.
Yusoff, A. A., Abdullah, M. R. T. L., Endut, M. N. A. A., Aziz, E. A., & Talib, A. T. (2018).
Indicators for Socio-Religious Harmony Index (SRHI) instrument for Malaysia: Findings of
FDM expert panel. Pertanika Journal of Social Sciences and Humanities, 26(January), 55
72.
Zhang, R. (2017). The stress-buffering effect of self-disclosure on Facebook: An examination of
stressful life events, social support, and mental health among college students. Computers in
Human Behavior, 75, 527537. https://doi.org/10.1016/j.chb.2017.05.043