AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
377
AKTUALISASI NILAI PANCASILA SEBAGAI UPAYA
MEMBANGUN KARAKTER REMAJA DI DESA KERTONATAN
KECAMATAN KARTASURA PADA PASCA MASA
PANDEMI COVID-19
Suyahman
Dosen Program Studi PPKn
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Email: suyahman.suyahman@yahoo.com
ABSTRAK
Keberadaan nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi kerangka acuan
sikap, perilaku dan perbuatan semua warga negara tanpa kecualinya. Faktanya adalah banyak
ditemukan sikap, perilaku, dan perbuatan yang kurang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Kondisi
yang demikian menyebabkan suasana kehidupan berbangsa dan bernegara kurang kondosif.
Apabila ini dibiarkan maka dapat mengancam keberadaan Pancasila sebagai ideologi dan dasar
negara RI. Karena itu perlu dikalikan kajian ilmiah untuk dicarikan solusinya. Karena itulah
dilakukan penelitian ini dengan judul aktualisasi nilai pancasila sebagai upaya membangun
karakter remaja di desa kertonatan kecamatan kartasura pada pasca masa pandemi covid-19.
Penelitian ini dilakukan pada masa pasca pandemic covid-19, artinya dilakukan setelah warga
masyarakat kurang diaktualisasikan, sehingga ditemukan banyak sikap, perilaku, dan perbuatan
yang kurang sesuai dengan nilai pancasila. Jika ini dibiarkan dapat menjadi ancaman bagi
kelestarian pancasila, karena itu harus dicarikan solusinya agar nilai pancasila tetap menjadi
pondasi dalam membangun karakter anak bangsa. Sejalan dengan fenomena tersebut pokok
permasalahan dirumuskan: Bagaimanakah mengaktualisasikan nilai pancasila sebagai upaya
membangun karakter remaja di desa wirogunan pada masa pendemi covid-19?. Tujuan
penelitiannya adalah mendeskripsikan proses mengaktualisasikan nilai pancasila sebagai upaya
membangun karakter remaja di desa wirogunan. Jenis penelitiannya adalah penelitian kwalitatif
dengan pendekatan studi kasus, sumber datanya; remaja, orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama
dan tokoh pemuda di desa wirogunan, objeknya adalah aktualisasi nilai pancasila, dan karakter
remaja. Metode pengumpulan data: observasi, wawancara dan dokumntasi. Teknik analisis data
tehnik interaktif terdiri dari 3 langkah: reduksi data, display data, verifikasi data. Hasil penelitian:
berdasarkan observasi dilapangan, wawancara dan dokumentasi ditemukan sikap, perilaku, dan
perbuatan remaja di desa wirogunan yang kurang mencerminkan nilai pancasila sebagai dasar
membangun karakter remaja. Simpulannya: aktualisasikan nilai pancasila sebagai upaya
membangun karakter rema kurang maksimal, perlu dilakukan secara intensif, kontinu dan
berkelanjutan.
Kata Kunci: Aktualisasi nilai pancasila dan karakter remaja.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
ABSTRACT
The existence of Pancasila values in the life of the nation and state becomes a frame of reference
for the attitudes, behaviors and deeds of all citizens without exception. The fact is that many
attitudes, behaviors, and deeds are found that do not reflect the values of Pancasila. Such conditions
cause the atmosphere of national and state life to be less conducive. If this is left unchecked, it can
threaten the existence of Pancasila as the ideology and basis of the Indonesian state. Therefore, it is
necessary to multiply scientific studies to find a solution. That's why this research was carried out
with the title Actualization of Pancasila Values as an effort to build the character of adolescents in
Kertonatan Village, Kartasura District in the aftermath of the COVID-19 pandemic. This research
was conducted in the post-COVID-19 pandemic period, meaning that it was carried out after
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
378
community members were less actualized, so that many attitudes, behaviors, and actions were
found that were not in accordance with the values of Pancasila. If this is left unchecked, it can be a
threat to the sustainability of Pancasila, therefore a solution must be found so that the value of
Pancasila remains the foundation in building the character of the nation's children. In line with this
phenomenon, the main problem was formulated: How to actualize the value of pancasila as an
effort to build the character of adolescents in Wirogunan village during the Covid-19 pandemic?
The purpose of his research is to describe the process of actualizing the value of pancasila as an
effort to build the character of adolescents in Wirogunan village. The type of research is qualitative
research with a case study approach, the source of the data; Teenagers, parents, community leaders,
religious leaders and youth leaders in Wirogunan Village, the object is the actualization of
Pancasila values, and the character of adolescents. Data collection methods: observation, interview
and documentation. Data analysis techniques Interactive techniques consist of 3 steps: data
reduction, data display, data verification. Research results: based on field observations, interviews
and documentation, it was found that the attitudes, behaviors, and deeds of adolescents in
Wirogunan Village did not reflect the value of Pancasila as a basis for building adolescent
character. The conclusion: actualizing the value of Pancasila as an effort to build RMA's character
is less than optimal, it needs to be done intensively, continuously and continuously.
Keywords: Actualization of pancasila values and adolescent character.
A. PENDAHULUAN
Kita menyadari bersama bahwa globalisasi memberikan pengaruh yang luar biasa
terhadap sikap, perilaku dan perbuatan di kalangan remaja. Banyak remaja yang sikap,
perilaku dan perbuatannya kurang mencerminkan nilai pancasila misalnya: pergaulan
bebas, miras, penggunaan obat-obatan terlarang, membully, tawuran, melakukan tindak
perampokan, perkosaan bahkan pembunuhan.
Berbagai fenomena tersebut harus disikapi dengan arif dan bijaksana, harus dicarikan
pemecahannya sebab jika tidak akan berdampak semakin parah pada generasi berikutnya
sehingga dapat menjadi ancaman bagi bangsa dan Negara.
Adanya berbagai fenomena sikap, perilaku remaja yang kurang mencerminkan nilai
pancasila perlu suatu kajian ilmiah sehingga dapat diketahui factor penyebabnya. Dengan
mengetahui factor penyebabnya, maka dapat diberikan berbagai alternativ pemcahannya.
Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan aktualisasi nilai pancasila dalam upaya
membangun karakter remaja di desa Wirogunan, Kecamatan kartasura, kabupaten
Sukoharjo. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
mengaktualisasikan nilai pancasila dalam upaya membangun karakter remaja di desa
Wirogunan, Kecamatan kartasura, kabupaten Sukoharjo.? Kendala-kendala apa yang
dihadapinya dan bagaimana solusinya ?.
Jenis pnelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi
kasus. Dalam penelitian ini dideskripsikan suatu kondisi riil yang ada dengan berbagai
persoalannay dalam mengaktualisasikan nilai pancasila bagi remaja remaja di desa
Wirogunan, Kecamatan kartasura, kabupaten Sukoharjo. Dalam penelitian ini peneliti
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
379
mengangkat berbagai kasusAktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan
realisasi antara pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Aktualisasi Pancasila, berarti
penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk
norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma
moral. Sedangkan pengaktulisasinya dikaitkan dengan tingkah laku semua warga negara
dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.
Keberadaan nilai-nilai Pancasila bergantung atau terletak pada bangsa Indonesia itu
sendiri. Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
kausa materials. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis, serta hasil
refleksi filosofis bangsa Indonesia. Nilai- nilai Pancasila merupakan filsafat (Pandangan
hidup) bangsa Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai
sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Nilai- nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai- nilai kerohanian yaitu
nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan etis, estetis dan nilai religius
yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber
pada kepribadian bangsa (Lihat Darmodiharjo,1996).
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi Pancasila
obyektif dan subyektif:
1. Aktualisasi Pancasila yang Objektif
Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif
maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang bidang aktualisasi lainnya seperti
politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang undang, GBHN,
pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya. Selain itu juga
meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi,hukum terutama
dalam penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lannya.
Adapun aktualisasi Pancasila Subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap
individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
380
masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa,
aparat penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam
kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan
sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
2. Aktualisasi Pancasila yang Subjektif
Aktualisasi Pancasila subyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam setiap
pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap
penguasa dan setiap orang Indonesia dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup
negara dan masyarakat. Aktualisasi Pancasila subyektif adalah pelaksanaan Pancasila
dalam setiap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk,
setiap penguasa dan setiap orang Indonesia dalam aspek moral dalam kaitannya dengan
hidup berbangsa dan bernegara.
Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini justru lebih penting dari
aktualisasi yang objektif, karena aktualisasi subjektif ini merupakan persyaratan
keberhasilan aktualisasi yang objektif. Pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat
berkaitan dengan kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan
Pancasila. Pelaksanaan Pancasila yang subjektif akan terselenggara dengan baik apabila
suatu keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana
kesadaran wajib hukum telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral, sehingga dengan
demikian suatu perbuatan yang tidak memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila
bukan hanya akan menimbulkan akibat moral, dan ini lebih ditekankan pada sikap dan
aktualisasi nilai pancasila dalam kenyataannya belum dilakukan secara optimal dan merata.
Hal ini ditandai dengan banyaknya sikap, perilaku dan perbuatan yang kurang
mencerminkan nilai-nilai pancasila. Sikap, perilaku dan perbuatan dimaksud dilakukan
oleh kalangan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, pejabat maupun
rakyat biasa.
Sebagaimana yang terjadi pada remaja di desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura ,
Kabupaten Sukoharjo. Dalam mengaktualisasikan nilai nilai pancasila baik nilai
Ketuhanan, nilai kmanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan dirasakan
sangat kurang optimal.
Hasil pengamatan dilapangan ditemukan berbagai sikap, perilaku dan perbuatan yang
kurang mencerminkan nilai-nilai pancasila, diantaranya nilai Ketuhanan: ketika mendengar
suara adzan tetap asyik bermain HP, remaja melakukan pergauloan bebas, nilai
kemanusiaan diantaranya memilih-milih teman pergaulan yang se level status sosialnya,
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
381
tidak peduli temannya sakit, melakukan pembiaran tetangganya yang miskin, nilai
persatuan, diantaranya; melakukan pembiaran adanya main hakim sendiri, melakukan
pembiaran temannya mmalak, meklakukan pembiaran temannya membully, sila
kerakyatan; diantaranya dalam rapat memaksakan khndak, kurang menghargai pendapat
orang lain, tidak mlaksanakan putusan hasil rapat secara brtanggung jawab, dan snilai
keadilan: diantaranya dalam membagi piket tidak adil, dalam membagi tugas tidak adil.
Adanya fakta tersebut jika dibiarkan maka dapat mengganggu suasana kehidupan
bersama dikalangan remaja, karena itu harus segera dicarikan solusinya. Upaya
mencarikan solusi harus dilakuk sikap, perilaku dan perbuatan remaja remaja di desa
Wirogunan, Kecamatan kartasura, kabupaten Sukoharjo.yang kurang mencrminkan nilai
pancasila.
Sumber data dalam penelitian ini adalah remaja, orang tua, tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat dan tokoh pemuda di desa Wirogunan, Kecamatan kartasura, kabupaten
Sukoharjo. Objek yang diteliti adalah aktualisasi nilai pancasila dan karakter remaja.
Metode pengumpulan data yang digunakan observasi lapangan instrument yang
digunakan pedoman observasi berisi indicator sikap, perilaku dan perbuatan yang tidak
sesuai dengan nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai prsatuan, nilai kerakyatan dan nilai
keadilan. Metode lain yaitu wawancara dengan menggunakan instrument pedoman
wawancara, yang berisi bentuk sikap, perilaku yang dilakukan remaja dan menyimpang
dari nilai pancasila, alasan remaja melakukan sikap, perilaku menyimpang dari nilai
pancasila, alasan remaja melakukan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif. Menurut Miles
& Huberman ialah teknik analisis data yang terdiri atas empat komponen proses analisis,
yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data-data atau fakta-fakta yang
digunakan untuk bahan penelitian. Contoh teknik pengumpulan data yaitu, observasi,
wawancara mendalam, dan analisis dokumen.
2. Reduksi data
Reduksi data dilakukan setelah data-data penelitian tersebut telah terkumpul. Pada tahap
reduksi data, tidak semua data digunakan untuk bahan penelitian, akan tetapi dipilih
atau diseleksi terlebih dahulu sebelum dianalisis. Tidak semua data dapat digunakan,
karena data-data yang digunakan untuk penelitian adalah data-data yang sesuai atau
difokuskan pada suatu permasalahan penelitian.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
382
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa, sehingga dapat ditarik simpulan akhir. Reduksi data sendiri meliputi
empat (4) hal, yaitu; Meringkas data, Mengkode, Menelusuri tema, dan membuat
gugus-gugus (Agusta, 2003:10).
3. Penyajian data (Display data)
Penyajian data ialah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, hingga memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data
kualitatif adalah sebagai berikut. Teks naratif, dan Matriks, grafik, jaringan, dan bagan
(Agusta, 2003:10).
Tahap penyajian data ini mengharuskan data-data untuk diseleksi atau dispesifikasi pada
fokus permasalahan penelitian. Data-data disesuaikan dengan permasalahan pada
penelitian.
4. Penarikan simpulan
Penarikan simpulan dilakukan ketika ketiga proses awal pada penelitian tersebut telah
terlaksana. Ketika data sudah disajikan dengan fokus pada permasalahan, maka
akhirnya adalah untuk menarik simpulan mengenai hasil analisis data tersebut.
Simpulan tidak serta merta dijelaskan secara umum, namun harus berdasarkan
penelitian tersebut.
Aktualisasi Pancasila subyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam setiap pribadi,
perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan
setiap orang Indonesia dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan
masyarakat. Aktualisasi nilai pancasila harus dilakukan secara intnsif dan berkelanjutan.
Aktualisasi nilai pancasila menjadi pondasi dalam membentuk karakter pada setiap
remaja.
Karakter yang hendak dibentuk harus mencerminkan nilai-nilai pancasila. Mnurut
kemendikbud ada 18 nilai karakter yang harus diinternalisasikan apda remaja.
Kedelapan belas nilai karakter yang dimaksud mencakup:
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuahan dalam memahami dan melaksanakan ajaran
agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan
berdampingan.
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan,
perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar, dan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
383
melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai
pribadi yang dapat dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap
perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan
hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup
tenang di tengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh
(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas,
permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.
6. Keratif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi
dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan
hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak
boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan
tanggung jawab kepada orang lain.
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan
kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan
penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam.
10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
individu dan golongan.
11. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia,
peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan
sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat
merugikan bangsa sendiri.
12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan
mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih
tinggi.
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
384
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama
secara kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman,
tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat
tertentu.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu
secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran,
dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan
melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap
orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat,
bangsa, negara, maupun agama.
Sedangkan menuut Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan
pendidikan karakter dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
pendidikan karakter terutama meiiputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja
keras, kreatit mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan bertanggungiawab.
Dalam membentuk nilai karakter remaja dilakukan melalui pendidikan keluarga
(informal), pendidikan sekolah (formal), dan pendidikan masyarakat(non-formal)
Bambang 2018. Selanjutnay dijelaskan oleh Sutardi, 2019, bahwa tiap-tiap jenis
pendidikan memiliki karakteristik sendiri-sendiri, karena itu dalam proses pembentukan
karakter disesuaikan dengan seninya masing-masing.
Berdasarkan latar belakang, hasil temuan dilapangan, kajian pustaka an landasan
teori di atas, pokok masalah adlam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
Pertama bagaimanakah mengaktualisasikan nilai pancasila sebagai upaya membangun
karakter remaja di Desa wirogunan, Kecamatan kartasura, kabupaten sukoharjo?. Kendala-
kendala apa yang dihadapi dan bagaimana solusinya?
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
385
B. PEMBAHASAN
Menurut Zakiah Darajat Bahwa remaja “adolescene” diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif dan sosial-emosional.Menurut Hurlock Remaja berasal dari kata latin
adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial
dan fisik. Menurut Santrock Bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif
dan sosial-emosional. Menurut Y. Singgih D. Gunarso, 1998:8 Bahwa remaja ialah
permulaannya ditandai oleh perubahan-perubahan fisik yang mendahului kematangan
seksual. Kurang lebih bersamaan dengan perubahan fisik ini, juga akan dimulai proses
perkembanganm psikis remaja pada waktu mereka melepaskan diri dari ikatan orang
tuanya, kemudian terlihat perubahan-perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara
hidup untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, amka dapat disimpulkan bahwa
Remaja adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi berbagai
macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik, biologis, mental dan emosional
serta psikososial. Kesemuanya ini dapat mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan
keluarga maupun masyarakat.
Terdapat beberapa perubahan atau ciri-ciri yang terjadi selama masa remaja yaitu:
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat. Perbahan yang cepat secara fisik yang
juga disertai dengan kematangan seksual. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya
dan hubungan dengan orang lain. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap
penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Melihat remaja dngan berbagai karakteristiknya dalam hal untuk mengaktualisasikan
nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari tidaklah semudah membalikan telapak atngan.
Hal ini harus diasdari banyak factor yang mempengaruhinya. Karena itu jiak dalam upaya
mengaktualisasikan nilai pancasila kurang maksimal wajib dimaklumi. Namun demikian
bukan berarti kita melakukan pembiaran sikap, perilaku and perbuatan remaja yang kurang
berkarakter dan kurang mencerminkan nilai pancasial.
Sebagaimana hasil observasi dilapangan yang dilakukan dari tanggal 12-15
september 2021 terhadao sikap, perilaku dan perbuatan remaja di Desa Wirogunan,
Kecamatan kartasura, kabupaten Sukoharjo dengan ditemukannya berbagai sikap, perilaku
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
386
dan perbuatan yang kurang mencerminkan nilai-nilai pancasila. Demikian juga hasil
wawancara dengan remaja, orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
tokoh pemuda yang memberikan informasi bahwa factor yang dominan berpengaruh pada
remaja adalah: kurangnya pemberian pembiasaan, kurangnya keteladanan, tidak adanya
hukuman dan pemberian penghargaan bagi para remaja.
Sementara itu bahwa dalam merekontruksi karakter remaja harus dilandasi nilai-nilai
pancasial. (Rudi H, 2020). Karena bagaimanapun juga nilai-nilai pancasila harus menjadi
modal utama dalam membangun karakter remaja (Santoso W, 2021). Dengan demikian ada
sinergisme antara aktualisasi nilai pancasila dengan membangun karakter remaja.
(Winarto, 2020).
Untuk itu agar tercipta secara maksimal antara aktualisasi nilai pancasila dengan
membangun karakter remaja, maka harus dilakukan meminimalisisr factor-faktor
penghembatnya baik dari dalam maupun dari luar serta memaksimalkan factor positifnya
baik dari luar maupun dari dalam. ( Endang S, 2019)
C. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, pada akhir tulisan ini hendak
diberikan bberapa penegasan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan aktualisasikan nilai pancasila sebagai upaya mmbangun karakter
remaja I desa Wirogunan Kecamatan kartasura kabupaten Sukoharjo kurang maksimal, hal
ini ditandai banyaknya sikap , perilaku remaja yang kurang berkarakter
2. Kendala-kendala yang ihadapi karena adanya pengaruh yang kuat factor internal
dan eksternal, serta kurangnay diberiakn pembiasaan, keteladana, hukuman dan
penghargaan.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, dkk. 2018. Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter
Melalui Kegiatan Pembiasaan Dalam Peningkatan Mutu Sekolah. Jurnal
Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan. Hal: 238-244.
Ani Sri Rahayu. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2015
Bambang 2018, Pelaksanaan pendidikan karakter bagi remaja millineal, makalah tidak
dipublikasikan
Endang S, 2019, Mengganggas aktualisasi nilai karakter berbasis lingkungan social,
makalah tidak dipublikasikan
AoEJ: Academy of Education Journal
Vol. 14 No 2 Tahun 2023
387
Kebijakan Nasional tentang Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025.
Jakarta: Depdiknas.
Lapamusu, I., Wua, T. D., & Kaunang, N. F. (2018). Peran Pemerintah Desa Dalam
Menanggulangi Kenakalan Remaja Di Desa Balahu Kecamatan TibawaKabupaten
Gorontalo. Jurnal Civic Education,2(1):48-53.
Lickona, Thomas. 2012. Education For Character: Mendidik untuk Membentuk
Karakter. Terj Juma Wadu Wamarungu dan Editor Uyu Wahyuddin dan
Suryani. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Kosdakarya.
Prasasti, S. (2017, July). Kenakalan remaja dan faktor penyebabnya. Prosiding Seminar
Nasional Bimbingan dan Konseling, (Vol. 1, No. 1, pp. 28-45).
Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter
Rudi H, 2020, rekontruksi nilai karakter pada anak,k Sukoharjo: mandiri
Sutardi , 2019, karakteristik pelaksanaan penidikan akrakter melalui pendidikan in formal,
formal, dan non formal, makalah dalam journal CESS, Edisi Maret nomor 3 tahun
2021, progdi PPKn Univet bantara Sukoahrjo
Santoso W, 2021, interaksi aktualisasi nilai pancasila dengan membentuk karakter remaja,
Sukoharjo: Mandiri
Saputro, K. Z. (2018). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17(1), 25-32
Shobri, A., Arifah, S., & Kp, S. (2017). Upaya Orang Tua Dalam Pencegahan Kenakalan
Remaja Di Kelurahan Sudiroprajan Jebres Kota Surakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional
Winarto, 2020, Hubungan mengaktualisasikan nilai pancasila dengan pendidikan karakter
bangsa, Sukoharjo: Mandiri