dan teratur, tidak perlu lagi rekap manual yang memakan waktu dan rawan salah.
Data siswa bisa langsung tersimpan dan terlihat jelas, jadi ketika orang tua atau
siswa butuh informasi, kami bisa langsung menyampaikan tanpa ribet mencari
arsip seperti dulu (Wawancara Gr, 2025).”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan SIM di SMK
Muhammadiyah 3 terbukti meningkatkan kualitas pelayanan administrasi. Sistem digital
seperti DAPODIK, e-Raport, dan Pijar Online membuat pengolahan data lebih cepat, akurat,
dan mudah diakses, sehingga layanan menjadi efisien dan transparan. Guru juga terbantu
dalam pengisian nilai dan penyampaian informasi kepada siswa maupun orang tua. Meski
masih ada kendala seperti jaringan internet dan adaptasi sistem, secara keseluruhan SIM
memberikan dampak positif dan meningkatkan kepuasan layanan di sekolah.
Temuan ini sejalan dengan penelitian terdahulu, yang menunjukkan bahwa SIM mampu
mempercepat proses administrasi, meningkatkan akurasi data, mendukung transparansi, serta
membantu pengambilan keputusan berbasis data. (Fitriani, 2021) menemukan bahwa SIM
meningkatkan kecepatan dan ketepatan pelayanan administrasi sekolah, sedangkan (Suryadi
& Setiawan, 2020) menegaskan bahwa SIM dapat meningkatkan kepuasan siswa dan orang
tua melalui layanan berbasis digital. Dengan kesesuaian temuan tersebut, pembahasan
selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor pendukung keberhasilan penerapan SIM di
SMK Muhammadiyah 3.
Faktor pendukung pertama adalah kesiapan infrastruktur teknologi informasi.
Infrastruktur yang kuat meliputi ketersediaan perangkat keras seperti komputer dan server,
koneksi internet yang stabil, perangkat lunak yang sesuai, serta sistem keamanan data yang
baik. Sekolah dengan jaringan internet yang stabil, perangkat komputer memadai, dan
dukungan perangkat lunak yang sesuai akan lebih mudah menerapkan sistem informasi secara
efektif. Sebaliknya, di SMK Muhammadiyah 3 misalnya, kendala jaringan internet yang tidak
stabil menjadi hambatan utama dalam pengisian data ke dalam sistem. Gangguan koneksi
sering menyebabkan keterlambatan akses bahkan memaksa petugas administrasi kembali
menggunakan cara manual. Kondisi ini menunjukkan bahwa infrastruktur yang lemah dapat
menurunkan efektivitas penggunaan SIM dan menghambat proses digitalisasi data sekolah.
Penelitian oleh Rifad juga menegaskan bahwa ketersediaan perangkat keras dan dukungan
jaringan berbanding lurus dengan efektivitas pelaksanaan SIM di lembaga pendidikan. Dalam
konteks ini, peningkatan kualitas infrastruktur teknologi menjadi langkah prioritas untuk
menjamin keberlanjutan dan kehandalan sistem informasi di sekolah (Moh Rifad, 2022).
Kedua, dari sisi akurasi dan keamanan data, sistem digital mengurangi risiko kesalahan
input serta kehilangan data akibat kelalaian manusia. File digital juga lebih mudah diarsipkan
dan dicadangkan (backup) sehingga keamanan data siswa lebih terjamin. Ketiga, dalam hal
transparansi dan akuntabilitas, SIM memungkinkan setiap transaksi dan kegiatan administrasi
terekam dalam sistem (audit trail), sehingga memudahkan pihak sekolah untuk melakukan
pelacakan terhadap setiap aktivitas. Transparansi ini menumbuhkan kepercayaan siswa dan
orang tua terhadap profesionalisme sekolah.
Keempat, SIM juga berdampak pada peningkatan kepuasan siswa dan orang tua.
Layanan yang cepat, tanggap, dan berbasis teknologi memberikan pengalaman yang lebih
baik bagi pengguna layanan. Berdasarkan penelitian (Hasan & Arisyahidin, 2024), tingkat
kepuasan siswa meningkat signifikan di sekolah yang menerapkan sistem informasi digital
karena pelayanan menjadi lebih mudah dan tidak berbelit. Di SMK Muhammadiyah 3, hal ini
dapat dilihat dari respon positif siswa terhadap penggunaan aplikasi e-Raport yang
memungkinkan mereka memperoleh informasi nilai dengan lebih cepat.
Kelima, SIM mendukung pengambilan keputusan yang lebih akurat bagi kepala sekolah
dan manajemen. Data yang tersedia secara real-time membantu pimpinan sekolah
mengevaluasi kinerja guru, kehadiran siswa, hingga efektivitas kegiatan pembelajaran.