penyampaian pesan, pemilihan kata, serta konteks sosial di mana komunikasi berlangsung
dapat memainkan peran penting.
Interaksi yang tidak efektif ini dapat dipahami melalui Teori Social Cognitive yang
dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori ini menekankan bahwa perilaku individu
dipengaruhi oleh faktor kognitif, lingkungan, dan perilaku itu sendiri. Dalam konteks ini,
interaksi antara petugas kebersihan dan mahasiswa tidak hanya bergantung pada
penyampaian pesan, tetapi juga pada bagaimana mahasiswa memproses dan merespons
informasi tersebut. Jika mahasiswa tidak merasa terlibat atau tidak melihat relevansi dari
pesan yang disampaikan, mereka cenderung mengabaikan informasi tersebut.
Menurut Bandura, individu belajar melalui observasi dan interaksi sosial. Ketika
mahasiswa melihat perilaku positif dari rekan-rekan mereka dalam menjaga kebersihan,
mereka lebih cenderung untuk meniru perilaku tersebut. Namun, jika mereka tidak melihat
contoh yang baik di sekeliling mereka atau jika komunikasi tidak efektif, maka mereka
tidak akan merasa terdorong untuk berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Hal ini menciptakan siklus di mana kebersihan tidak terjaga, dan mahasiswa tidak merasa
bertanggung jawab terhadap tindakan mereka (Tarsidi, n.d.).
Meningkatkan efektivitas komunikasi antara petugas kebersihan dan mahasiswa, perlu
ada pendekatan yang lebih strategis dalam menyampaikan pesan. Misalnya, menggunakan
media visual, seperti poster atau video, yang lebih menarik perhatian, serta melibatkan
mahasiswa dalam kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah bisa menjadi
alternatif. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran tetapi juga menciptakan
perasaan memiliki di kalangan mahasiswa terhadap lingkungan kampus mereka.
B. Rendahnya Kesadaran Mahasiswa
Wawancara dengan petugas kebersihan dan koordinator UPS di Universitas Trunojoyo
Madura, salah satu faktor penghambat utama dalam kesadaran mahasiswa untuk
mendukung upaya meminimalisasi sampah adalah rendahnya kesadaran mereka. Romli
selaku cleaning service Fakultas Ekonomi Bisnis menegaskan bahwa hambatan yang paling
utama dalam mendukung upaya meminimalisasi sampah adalah kesadaran dari mahasiswa
itu sendiri. Tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari mahasiswa maka akan sulit untuk
meminimalisasi sampah di lingkungan kampus. Afif Rois selaku cleaning service bagian
kantin juga mengatakan bahwa mahasiswa masih minim terhadap kesadaran diri untuk
dapat membuang sampah pada tempatnya.Walaupun di kantin sudah disediakan poster
peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya di tengah meja, namun hal tersebut
tidak merubah hasil apapun. Dalam hal ini mahasiswa cenderung terpengaruh oleh perilaku
teman-teman mereka. Jika mereka melihat banyak rekan yang membuang sampah
sembarangan, mereka pun merasa tindakan tersebut dapat diterima. Hal ini terlihat dari
banyaknya mahasiswa yang meninggalkan sampah di area kantin, tanpa merasa perlu untuk
mengambil tanggung jawab atas kebersihan lingkungan.
Teori Sosial Kognitif yang dikemukakan oleh Albert Bandura dapat menjelaskan
fenomena ini. Menurut teori ini, individu belajar perilaku baru melalui observasi dan
interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka (Tarsidi, n.d.). Dalam konteks ini, jika
mahasiswa melihat tindakan membuang sampah sembarangan sebagai norma di lingkungan
mereka, mereka akan cenderung meniru perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk