AoSSaGCJ, Vol. 4, Issue 2, (2024) page 54-65
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
ISSN: 2988-7968 (Online)
Journal Homepage: https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/AoSSaGCJ/index
54
10.47200/aossagcj.v4i2.2716 aossagcj@gmail.com
Strategi Komunikasi Interpersonal Unit Pengelola
Sampah Terhadap Mahasiswa Sebagai Upaya
Meminimalisasi Sampah Di Universitas Trunojoyo
Madura
Wahyu Tirtoaji
a,1
, Violina Nedisa
a,2
, Amin Wahyono
a,3
, Nasywa Qatrunada
a4,
, Andinia
Rahmawati
a,5
, Anatika
a6
a
Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura, Jl. Raya Telang Indah PO BOX 02, Bangkalan 69162,
Indonesia
1
2
3
4
[email protected]joyo.ac.id;
5
6
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 24 Juli 2024
Direvisi: 20 September 2024
Disetujui: 27 November 2024
Tersedia Daring: 1 Desember 2024
Penanganan sampah di lingkungan perguruan tinggi menjadi isu
penting yang perlu mendapat perhatian serius, terutama di Universitas
Trunojoyo Madura yang sering dihadapkan pada masalah sampah.
Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya kesadaran
mahasiswa untuk membuang sampah pada tempatnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis strategi komunikasi interpersonal Unit
Pengelola Sampah dalam melakukan upaya meminimalisasi sampah di
Universitas Trunojoyo Madura. Salah satu faktornya adalah kesadaran
mahasiswa dan kurangnya fasilitas tempat sampah di kampus.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui
observasi dan wawancara. Melalui strategi komunikasi interpersonal
yang efektif, diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku yang
lebih peduli terhadap sampah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sampah yang dihasilkan Universitas Trunojoyo Madura terbilang per
hari yaitu 3 sampai 4 gerobak sampah penuh dan bahkan ketika
Universitas Trunojoyo Madura mengadakan acara baik internal
maupun eksternal sampah yang dihasilkan mencapai 4 pick-up penuh.
Kata Kunci:
Komunikasi interpersonal,
Unit Pengelola Sampah,
Mahasiswa,
Meminimalisasi sampah
ABSTRACT
Keywords:
Interpersonal
communication,
Waste Management Unit,
Students,
Minimizing waste
Waste management in higher education is an important issue that needs
serious attention, especially at Trunojoyo University Madura which is
often faced with waste problems. One of the factors causing it is the low
awareness of students to dispose of garbage in its place. This study aims
to analyze the interpersonal communication strategy of the Waste
Management Unit in making efforts to minimize waste at Trunojoyo
Madura University. One of the factors is student awareness and the lack
of trash can facilities on campus. This research uses a descriptive
qualitative approach through observation and interviews. Through an
effective interpersonal communication strategy, it is expected to
encourage changes in behavior that are more concerned about waste.
The results showed that Trunojoyo Madura University produces 3 to 4 full
garbage carts per day and even when Trunojoyo Madura University holds
events both internally and externally the garbage produced reaches 4 full
pick-ups.
© 2024, Wahyu Tirtoaji, dkk
This is an open access article under CC BY-SA license
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
55
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit.)
1. Pendahuluan
Penanganan sampah merupakan isu utama yang dihadapi oleh Negara Indonesia,
terutama di lingkungan perguruan tinggi yang sering menjadi pusat aktivitas dan interaksi
sosial yang padat. Universitas Trunojoyo Madura, sebagai salah satu institusi pendidikan
tinggi, memiliki peran yang penting untuk mengedukasi mahasiswa dan masyarakat
mengenai kebijakan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kampus tidak hanya
menjadi lembaga pendidikan saja, tetapi juga sebagai pusat pengembangan inovasi yang
memberikan dampak positif terutama bagi seluruh masyarakat kampus terhadap
penyelesaian permasalahan sampah yang ada di lingkungan kampus.
Masalah yang sering muncul dari kalangan mahasiswa yaitu membuang sampah
sembarangan walaupun terdapat tempat sampah yang sudah disediakan. Contohnya saja
di gerbang baru atau gerbang keluar Universitas Trunojoyo Madura ketika pagi hari
terdapat sampah yang berserakan padahal terdapat tempat sampah didekatnya. Setelah
dilakukan observasi ternyata sampah tersebut berasal dari mahasiswa yang melakukan
kegiatan seperti kerja kelompok, rapat, ataupun sekedar berkumpul. Berdasarkan hasil
wawancara kepada salah satu informan berinisial “RI” mengatakan bahwa membiarkan
sampah bekas makanan ditempat tersebut itu memang karena malas dan berfikir bahwa
nantinya sudah ada yang membersihkan yaitu cleaning service kampus. Kasus serupa
juga ditemukan di daerah Gedung Cakra, Gedung Pertemuan Bagian Barat, kantin, dan
daerah lainnya.
Kasus tersebut menujukkan bahwa tidak semua mahasiswa dapat mematuhi aturan
yang ada, sehingga banyak sampah berserakan di berbagai tempat dan tidak dibuang pada
tempatnya dengan benar. Permasalahan sampah di lingkungan kampus dipengaruhi oleh
rendahnya kesadaran lingkungan dari suatu individu itu sendiri. Pengelolaan sampah juga
sering kurang memadai karena kurangnya tempat sampah yang dapat memisahkan jenis
sampah organik dan anorganik. Setiap harinya, mahasiswa mengonsumsi makanan dan
minuman yang sering kali dikemas dengan bahan sekali pakai. Penggunaan kemasan ini
seperti botol plastik dan kantong makanan menjadi salah satu penyebab utama
permasalahan sampah di lingkungan kampus. Mahasiswa cenderung menerapkan gaya
hidup praktis dengan memilih produk yang instan, tanpa mempertimbangkan dampak
terhadap lingkungan sekitar.
Produksi sampah yang dihasilkan sekitar 65 juta ton sampah per tahun, terdapat 15
juta ton sampah yang mengakibatkan pencemaran ekosistem dan lingkungan karena
kurangnya penanganan yang tepat (Faisal, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya menangani masalah sampah masih rendah. Angka
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
56
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit….)
produksi sampah ini mencerminkan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya
menangani isu ini, yang dapat menyebabkan dampak negatif tidak hanya pada
lingkungan, tetapi juga pada kesehatan dan kehidupan sehari-hari.
Meningkatnya angka pertumbuhan populasi manusia, volume sampah yang dihasilkan
juga semakin bertambah setiap harinya. World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari aktivitas manusia serta tidak
terjadi dengan sendirinya. Hal ini membuktikan bahwa sampah bukanlah fenomena yang
terjadi secara alami, tetapi akibat dari pola perilaku dan konsumsi dari manusia (Yuwana,
2021).
Fasilitas pengelolaan sampah yang terbatas dan kurangnya pemisahan sampah
organik dan anorganik dengan benar juga dapat memperburuk lingkungan kampus. Jika
tempat sampah tidak memadai atau tidak tertata dengan baik, maka pengelolaan limbah
dari sampah tersebut juga menjadi tidak efektif. Kampus yang tidak menerapkan sistem
pemisahan sampah organik dan anorganik, akan mengalami kesulitan untuk didaur ulang
serta pengelolaan sampah dengan baik dan benar. Masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan sampah ini dapat terjadi karena kurangnya penegakan hukum lingkungan
yang tegas dan konsisten sebagaimana yang diharapkan (Zulfan Hakim, 2019).
Permasalahan yang sering muncul di lingkungan kampus, komunikasi interpersonal
menjadi kunci dalam upaya meminimalisasi sampah yang dilakukan oleh mahasiswa di
Universitas Trunojoyo Madura. J.A Devito mengartikan bahwa komunikasi merupakan
sebuah tindakan oleh satu orang atau lebih dalam proses mengirim dan menerima pesan,
dan didalam proses ini sering terjadinya gangguan dan hambatan yang dapat
memengaruhi pemahaman pesan tersebut. Strategi komunikasi yang efektif dapat
membantu untuk lebih meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab individu terhadap
pengelolaan sampah (Damayani Pohan & Fitria, 2021).
Komunikasi interpersonal memainkan peran penting dalam berbagai aspek
kehidupan, contohnya dalam usaha untuk meminimalisasi sampah di lingkungan kampus.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara dua orang atau lebih secara
langsung, di mana setiap pesertanya langsung merespon pesan yang disampaikan oleh
komunikator secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Roem, 2019).
Melalui komunikasi interpersonal, masyarakat kampus dapat saling mendukung dan
memotivasi satu sama lain khususnya mahasiswa dalam menerapkan upaya pengurangan
sampah yang lebih baik, sehingga menciptakan budaya peduli lingkungan di kampus.
Sebagai bentuk komunikasi yang terjadi secara langsung antara individu, komunikasi
interpersonal melibatkan pertukaran pesan yang mendalam. Di lingkungan kampus,
komunikasi interpersonal dapat menjadi sarana yang efektif untuk membangun
kesadaran, mengubah perilaku, dan juga mendorong kolaborasi dalam mengatasi
permasalahan sampah. Komunikasi antarpribadi akan berjalan secara relevan jika pesan
yang disampaikan dapat dipahami dengan cara yang sama dan dapat direspon oleh
penerima pesan (Meliana et al., n.d.).
Upaya meminimalisasi sampah di Universitas Trunojoyo Madura membutuhkan
pendekatan secara menyeluruh, disisi lain komunikasi interpersonal berperan penting
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
57
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit.)
dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi seluruh masyarakat kampus. Melalui
interaksi yang baik, diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami dampak sampah
terhadap lingkungan dan memiliki komitmen untuk menerapkan cara pengelolaan yang
lebih baik. Membangun budaya peduli lingkungan di kampus tidak hanya akan
mengurangi jumlah sampah, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang lebih nyaman.
Semua masyarakat kampus baik pimpinan, dosen, karyawan, maupun mahasiswa
memiliki peran penting dalam upaya pengurangan sampah ini, karena pada hakikatnya
sampah dihasilkan oleh individu itu sendiri. Penerapkan prinsip 4R, yaitu reduce
(mengurangi), reuse (penggunaan kembali), recycle (daur ulang) dan replace (mengganti)
serta melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik merupakan bentuk
penanganan masalah yang dapat diterapkan untuk mengelola sampah dan meminimalkan
dampak buruk bagi lingkungan (Purnomo, 2023).
Pembahasan masalah ini peneliti juga menggunakan landasan dasar penelitian
terdahulu, yaitu penelitian oleh D. N. Faisal pada tahun 2020 dengan judul Strategi
Komunikasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Siak. Penelitian ini menunjukkan
bahwa komunikasi yang sistematis dapat meningkatkan partisipasi masyarakat secara
mendasar dalam pengelolaan sampah. Adapun persamaan dengan penelitian ini yaitu
keduanya membahas tentang pentingnya komunikasi dalam pengelolaan sampah. Setelah
melihat persamaan terdapat perbedaan yaitu penelitian Faisal fokus pada kampanye
sistematis di Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Dalam penelitian terbaru ini lebih
memfokuskan pada strategi komunikasi interpersonal unit pengelola sampah terhadap
mahasiswa.
Berbeda dengan penelitian oleh Saberina dan kawan-kawan dengan judul penelitian
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Desa
Karyamekar Kecamatan Pasirwangi menggaris bawahi bahwa pendidikan dan pelatihan
yang fokus pada pengelolaan sampah dapat meningkatkan kesdaran dan keterampilan
masyarakat. Persamaan penelitian Saberina dan kawan-kawan dengan penelitian ini
keduanya menekankan pendidikan, pelatihan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
Perbedaan penelitian Saberina dan kawan-kawan dengan pembahasan penelitian ini
mereka lebih menekankan pada keterlibatan masyarakat secara langsung.
Melalui identifikasi faktor-faktor yang menghambat kesadaran mahasiswa, penelitian
ini dapat menjadi acuan untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam
meningkatkan partisipasi mereka dalam upaya peminimalisiran sampah di lingkungan
kampus. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini dapat berkontribusi pada pengembangan
model komunikasi yang lebih baik dan mendorong perilaku ramah lingkungan di
kalangan mahasiswa. Dari penjelasan yang sudah penulis jabarkan melalui latar belakang
masalah diatas telah memberikan perhatian yang menarik dari permasalahan sampah
yang muncul bagi penulis. Hal ini memotivasi penulis untuk melakukan sebuah
penelitian dengan judul Strategi Komunikasi Interpersonal Unit Pengelola Sampah
terhadap Mahasiswa sebagai Upaya Meminimalisasi Sampah di Universitas
Trunojoyo Madura”.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
58
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit….)
2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sebagai upaya untuk
mengungkapkan penjelasan secara lebih mendalam. Metode kualitatif, seperti wawancara
mendalam, memungkinkan peneliti untuk menggali pandangan, sikap, dan pengalaman
individu secara menyeluruh, yang tidak dapat dicapai melalui metode kuantitatif yang
cenderung mementingkan angka dan statistik (Creswell, 2009). Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis Strategi Komunikasi Interpersonal Unit Pengelola Sampah terhadap
Mahasiswa sebagai Upaya Meminimalisasi Sampah di Universitas Trunojoyo Madura dan
mengidentifikasi faktor yang menghambat kesadaran mahasiswa dalam mendukung upaya
meminimalisasi sampah di Universitas Trunojoyo Madura.
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Trunojoyo Madura, selama 3 bulan
(Oktober-November). Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam
terhadap Unit Pengelola Sampah, Cleaning Service, dan Mahasiswa dan melakukan
observasi untuk memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai interaksi sosial yang
terjadi di lingkungan universitas.
3. Hasil dan Pembahasan
A. Strategi Komunikasi Interpersonal Unit Pengelola Sampah Terhadap Mahasiswa
Sebagai Upaya Meminimalisasi Sampah di Universitas Trunojoyo Madura
1. Audiensi dengan Satuan Keamanan (Satpam) Kampus
Wawancara dengan Grandian Monica A. S.EI, yang berusia 31 tahun dan menjabat
sebagai Supervisor Cleaning Service Kordinator dari PT. Nafisa Inti Karya,
mengungkapkan pentingnya peran komunikasi interpersonal dalam meminimalisasi sampah
di lingkungan kampus. Grandian menyatakan bahwa koordinasi antara unit pengelola
sampah dan pihak keamanan (satpam) sangat penting untuk meningkatkan kesadaran
mahasiswa tentang pengelolaan sampah. Grandian menjelaskan bahwa Unit Pengelola
Sampah (UPS) melakukan komunikasi secara langsung dengan satpam untuk berperan aktif
dalam menghimbau mahasiswa mengenai pentingnya meminimalisasi sampah. Melalui
komunikasi secara langsung dan pengarahan, nantinya satpam diberikan informasi tentang
pengelolaan sampah, serta menghimbau untuk mengarahkan agar sampah dibuang sesuai
tempatnya, sehingga mereka dapat meneruskan pesan tersebut kepada mahasiswa saat
berinteraksi di lapangan.
Komunikasi interpersonal melalui interaksi antara UPS dengan satpam menciptakan
saluran komunikasi yang tepat. Menurut DeVito (1992), komunikasi interpersonal adalah
interaksi langsung antara individu yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan
pengaruh timbal balik. Dengan melibatkan satpam, UPS dapat memastikan bahwa pesan
tentang pengelolaan sampah disampaikan dengan cara yang lebih akrab dan mudah
dipahami oleh mahasiswa.
Komunikasi secara langsung merupakan salah satu bentuk strategi komunikasi yang
digunakan untuk membangun relasi dan memengaruhi pihak lain melalui tatap muka.
Dalam hal ini, UPS melakukan komunikasi secara langsung dengan satpam untuk
meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan mahasiswa. Hal ini sejalan dengan teori
komunikasi interpersonal yang menekankan pentingnya hubungan antarpribadi dalam
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
59
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit.)
proses penyampaian pesan. Interaksi langsung dengan satpam memberi mahasiswa
kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi tentang isu sampah. Menurut Bandura dalam
teori sosial kognitif, individu belajar dan berubah perilakunya melalui observasi dan
interaksi dengan orang lain. Jika satpam aktif dalam menghimbau, mahasiswa akan lebih
cenderung untuk mengikuti contoh tersebut.
B. Menghimbau Secara Langsung dengan Mahasiswa Penyelenggara Acara
Pihak Unit Pengelola Sampah (UPS) menghimbau kepada mahasiswa yang biasanya
menyelenggarakan acara melalui komunikasi interpersonal secara langsung untuk
mengajak kerjasama supaya sampah yang dihasilkan dapat terkumpul dan terkondisikan
secara maksimal. Grandian selaku koordinator Unit Pengelola Sampah (UPS) mengatakan
bahwa Unit Pengelola Sampah (UPS), khususnya Grandian sebagai koordinator pernah
menghimbau langsung mahasiswa sebagai pihak penyelanggara acara untuk membersihkan
dan mengumpulkan hasil sampah di satu titik, namun masih kurang kesadaran diri dari
mahasiswa untuk menerapkan himbauan dari koordinator UPS tersebut, dalam
meminimalisasi sampah setelah selesai mengadakan sebuah acara.
Teori Social Cognitive oleh Albert Bandura menjelaskan fenomena ini, bahwa perilaku
individu dipengaruhi oleh interaksi antara faktor kognitif, lingkungan, dan perilaku itu
sendiri. Dalam konteks ini, meskipun Grandian telah melakukan komunikasi langsung dan
memberikan himbauan, efektivitas pesan tersebut bergantung pada bagaimana mahasiswa
mencerna dan merespon informasi tersebut. Jika mahasiswa tidak melihat himbauan
sebagai bagian dari norma sosial mereka, maka mereka cenderung tidak akan mengubah
perilaku mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh (Reddy et al., 2016) berjudul "Social Cognitive Theory
and Health Behavior Change: A Review," ditemukan bahwa intervensi yang melibatkan
penguatan norma sosial dan keterlibatan aktif peserta dapat meningkatkan kesadaran dan
mengubah perilaku terkait kebersihan. Penelitian ini menunjukkan bahwa ketika individu
merasa terlibat dan melihat perilaku positif di sekitar mereka, mereka lebih cenderung
untuk mengikuti perilaku tersebut. Selain itu, observasi terhadap perilaku teman sebaya
juga memengaruhi kesadaran mahasiswa. Jika mereka melihat teman-teman mereka tidak
berpartisipasi dalam upaya pengumpulan sampah, maka mereka mungkin merasa bahwa
tindakan tersebut tidak penting atau dapat diabaikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kesadaran dan mendorong tindakan positif, diperlukan upaya yang lebih besar untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku menjaga kebersihan, seperti penguatan
norma sosial melalui edukasi dan keterlibatan aktif mahasiswa dalam program kebersihan.
C. Inisiasi Kolaborasi Unit Pengelola Sampah dengan Mahasiswa dalam Pembuatan
Media Sosial
Hasil wawancara dengan Grandian Monica A. S.EI, yang berusia 31 tahun dan
menjabat sebagai Supervisor Cleaning Service Kordinator di PT. Nafisa Inti Karya, juga
menunjukkan pentingnya komunikasi yang efektif dalam pengelolaan sampah di
lingkungan kampus. Grandian mengatakan bahwa strategi komunikasi nonverbal, terutama
melalui media sosial, memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa
tentang isu sampah. Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan media sosial dapat
menciptakan interaksi yang lebih dinamis antara unit pengelola sampah dan mahasiswa.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
60
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit….)
Dengan platform ini, informasi mengenai pengelolaan sampah dapat disampaikan secara
menarik menggunakan gambar, video, dan grafik, yang memudahkan pemahaman.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti, menujukkan bahwa unit pengelola sampah
(UPS) berencana untuk membuat akun media sosial dan berkolaborasi dengan mahasiswa
sebagai sarana edukasi yang dijelaskan, hal tersebut tidak lain karena kurangnya sumber
daya manusia sebagai pengelola pada platform media sosial. Dalam pelaksanaannya,
mereka akan melibatkan mahasiswa sebagai pengelola media sosial. Langkah ini
diharapkan dapat memaksimalkan jangkauan informasi dan meningkatkan partisipasi
mahasiswa dalam pengelolaan sampah. Dengan melibatkan mahasiswa, UPS tidak hanya
memperkuat keterlibatan mereka tetapi juga membangun rasa kepemilikan terhadap isu
lingkungan.
Teori yang menjadi dasar penulis dalam penelitian menunjukkan bahwa Teori sosial
kognitif oleh Albert Bandura menegaskan bahwa individu belajar melalui observasi dan
interaksi. Dengan melibatkan mahasiswa dalam pengelolaan media sosial, mereka tidak
hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen informasi yang dapat mendorong
perilaku pro-lingkungan di kalangan teman-teman mereka. Selain itu komunikasi
interpersonal, seperti yang dijelaskan oleh DeVito (1992), tetap dapat berlangsung
meskipun tidak dilakukan secara tatap muka. Interaksi melalui media sosial memungkinkan
pertukaran informasi yang efektif melalui komentar dan reaksi, menciptakan ruang bagi
mahasiswa untuk berperan aktif dalam diskusi mengenai pengelolaan sampah.
2. Faktor Penghambat Kesadaran Mahasiswa dalam Mendukung Upaya
Meminimalisasi Sampah di Universitas Trunojoyo Madura
A. Interaksi yang Tidak Efektif dengan Mahasiswa
Berdasarkan hasil wawancara, salah satu faktor penghambat utama dalam kesadaran
mahasiswa untuk mendukung upaya meminimalisasi sampah di Universitas Trunojoyo
Madura adalah interaksi yang tidak efektif dengan mahasiswa. Banyak cleaning service
menyatakan bahwa meskipun mereka berusaha untuk berkomunikasi dan mengingatkan
mahasiswa tentang kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya, respon yang
mereka terima sering kali tidak memadai. Khoirudin selaku anggota cleaning service
Gedung Pertemunan Universitas Trunojoyo Madura mengatakan bahwa ia sudah
mengingatkan mahasiswa, tetapi tanggapan dari mahasiswa ketika ditegur hanya diam saja.
Seniman selaku cleaning service Fakultas Ilmu Pendidikan juga mengungkapkan bahwa
mereka telah mengingatkan dan menghimbau mahasiswa, namun banyak di antara mereka
yang masih menutup diri karena himbauan tersebut.
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam komunikasi interpersonal yang terjadi
pada cleaning service atau UPS sehingga dapat menghambat efektivitas pesan yang
disampaikan. Interaksi yang tidak efektif ini dapat dipahami melalui teori komunikasi
interpersonal. Teori ini menekankan bahwa komunikasi yang baik memerlukan keterlibatan
aktif dari kedua belah pihak, yaitu pengirim dan penerima pesan. Jika mahasiswa tidak
merespons atau tidak memperhatikan saat petugas kebersihan berbicara, maka pesan yang
disampaikan tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan yaitu meningkatkan kesadaran
mereka akan pentingnya pengelolaan sampah. Dalam konteks ini, faktor-faktor seperti cara
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
61
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit.)
penyampaian pesan, pemilihan kata, serta konteks sosial di mana komunikasi berlangsung
dapat memainkan peran penting.
Interaksi yang tidak efektif ini dapat dipahami melalui Teori Social Cognitive yang
dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori ini menekankan bahwa perilaku individu
dipengaruhi oleh faktor kognitif, lingkungan, dan perilaku itu sendiri. Dalam konteks ini,
interaksi antara petugas kebersihan dan mahasiswa tidak hanya bergantung pada
penyampaian pesan, tetapi juga pada bagaimana mahasiswa memproses dan merespons
informasi tersebut. Jika mahasiswa tidak merasa terlibat atau tidak melihat relevansi dari
pesan yang disampaikan, mereka cenderung mengabaikan informasi tersebut.
Menurut Bandura, individu belajar melalui observasi dan interaksi sosial. Ketika
mahasiswa melihat perilaku positif dari rekan-rekan mereka dalam menjaga kebersihan,
mereka lebih cenderung untuk meniru perilaku tersebut. Namun, jika mereka tidak melihat
contoh yang baik di sekeliling mereka atau jika komunikasi tidak efektif, maka mereka
tidak akan merasa terdorong untuk berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Hal ini menciptakan siklus di mana kebersihan tidak terjaga, dan mahasiswa tidak merasa
bertanggung jawab terhadap tindakan mereka (Tarsidi, n.d.).
Meningkatkan efektivitas komunikasi antara petugas kebersihan dan mahasiswa, perlu
ada pendekatan yang lebih strategis dalam menyampaikan pesan. Misalnya, menggunakan
media visual, seperti poster atau video, yang lebih menarik perhatian, serta melibatkan
mahasiswa dalam kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah bisa menjadi
alternatif. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran tetapi juga menciptakan
perasaan memiliki di kalangan mahasiswa terhadap lingkungan kampus mereka.
B. Rendahnya Kesadaran Mahasiswa
Wawancara dengan petugas kebersihan dan koordinator UPS di Universitas Trunojoyo
Madura, salah satu faktor penghambat utama dalam kesadaran mahasiswa untuk
mendukung upaya meminimalisasi sampah adalah rendahnya kesadaran mereka. Romli
selaku cleaning service Fakultas Ekonomi Bisnis menegaskan bahwa hambatan yang paling
utama dalam mendukung upaya meminimalisasi sampah adalah kesadaran dari mahasiswa
itu sendiri. Tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari mahasiswa maka akan sulit untuk
meminimalisasi sampah di lingkungan kampus. Afif Rois selaku cleaning service bagian
kantin juga mengatakan bahwa mahasiswa masih minim terhadap kesadaran diri untuk
dapat membuang sampah pada tempatnya.Walaupun di kantin sudah disediakan poster
peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya di tengah meja, namun hal tersebut
tidak merubah hasil apapun. Dalam hal ini mahasiswa cenderung terpengaruh oleh perilaku
teman-teman mereka. Jika mereka melihat banyak rekan yang membuang sampah
sembarangan, mereka pun merasa tindakan tersebut dapat diterima. Hal ini terlihat dari
banyaknya mahasiswa yang meninggalkan sampah di area kantin, tanpa merasa perlu untuk
mengambil tanggung jawab atas kebersihan lingkungan.
Teori Sosial Kognitif yang dikemukakan oleh Albert Bandura dapat menjelaskan
fenomena ini. Menurut teori ini, individu belajar perilaku baru melalui observasi dan
interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka (Tarsidi, n.d.). Dalam konteks ini, jika
mahasiswa melihat tindakan membuang sampah sembarangan sebagai norma di lingkungan
mereka, mereka akan cenderung meniru perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
62
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit….)
meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan, perlu ada upaya kolektif
untuk menciptakan budaya yang menghargai kebersihan.
Mengatasi faktor penghambat ini, penting untuk memperkuat komunikasi antara
petugas kebersihan dan mahasiswa melalui pendekatan yang lebih interaktif, seperti
mengadakan kegiatan edukasi atau workshop tentang pengelolaan sampah. Afif Rois selaku
cleanig service kantin Universitas Trunojoyo Madura menyatakan bahwa mahasiswa di
kantin tidak merespons stiker peringatan tentang membuang sampah, menunjukkan
perlunya pendekatan yang lebih menarik. Selain itu, pengaruh positif dari teman sebaya
dapat dimanfaatkan dengan melibatkan mahasiswa dalam program-program kebersihan,
sehingga mereka merasa lebih bertanggung jawab dan terlibat dalam menjaga kebersihan
kampus (Saputra, 2017). Dengan mengedepankan edukasi dan menciptakan lingkungan
yang mendorong perilaku positif, diharapkan kesadaran mahasiswa dalam mendukung
upaya meminimalisasi sampah di Universitas Trunojoyo Madura dapat meningkat secara
signifikan.
C. Minimnya Fasilitas
Salah satu masalah yang diidentifikasi adalah kurangnya fasilitas yang memadai untuk
pengelolaan sampah di lingkungan kampus. Abdullah sebagai cleaning service bagian
Auiditorium, mengungkapkan bahwa,
Masih kurang, di Audit hanya tersedia 1 tong sampah. (Hasil wawancara dengan
Abdullah, 3 Desember 2024 di Depan Gedung Auditorium, pukul 08.45 WIB)
Area auditorium hanya tersedia satu tong sampah, yang mengakibatkan mahasiswa tidak
memiliki pilihan yang cukup untuk membuang sampah dengan benar. Kekurangan fasilitas
seperti tempat sampah yang terpisah untuk sampah organik dan anorganik menyebabkan
mahasiswa cenderung membuang sampah sembarangan. Siti Rohayatin sebagai cleaning
service bagian Gedung Asrama C juga mengungkapkan,
Masih belum ada fasilitas tempat sampah yang memenuhi standar seperti
penggolongan berdasarkan jenis sampahnya, hanya dikumpulkan menjadi 1 gerobak
dibawa ke TPS samping asrama. (Hasil wawancara dengan Siti Rohayatin, 6 Desember
2024 di Gedung Asrama C, pukul 10.00 WIB).
Fasilitas tempat sampah yang ada di asrama juga masih kurang memenuhi standar.
Tempat sampah di asrama belum tersedia bedasarkan jenis sampahnya yaitu organik dan
anorganik, dan hanya dikumpulkan menjadi satu di gerobak sampah lalu dibuang ke TPS
samping asrama.
Faktor yang berkontribusi adalah wawancara oleh Grandian selaku koordinator UPS
yang menunjukkan bahwa ajuan dari UPS belum direalisasikan. Koordinator UPS
mengeluhkan kurangnya dukungan dari pihak universitas dalam membangun tempat
pembuangan akhir (TPA) yang sesuai standar. Meskipun telah ada usaha untuk
menyampaikan kebutuhan ini, hasilnya masih jauh dari harapan. Hal ini sejalan dengan
teori Organizational Behavior, yang menjelaskan bahwa dukungan dari pimpinan dan
organisasi sangat penting dalam mencapai tujuan bersama (Press, 2011). Ketika pimpinan
tidak mendengarkan atau merealisasikan ajuan dari petugas kebersihan, hal ini dapat
menurunkan motivasi dan kesadaran di kalangan mahasiswa untuk menjaga kebersihan
lingkungan.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
63
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit.)
Teori Kognitif Sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura menjelaskan mengapa
kurangnya fasilitas dan dukungan dari pimpinan berdampak pada perilaku mahasiswa.
Teori ini menekankan bahwa individu belajar melalui observasi dan interaksi sosial, di
mana faktor kognitif, perilaku, dan lingkungan saling memengaruhi. Jika mahasiswa tidak
melihat fasilitas memadai untuk membuang sampah, mereka mungkin tidak merasa
terdorong untuk berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, jika
mereka tidak melihat dukungan dari pimpinan terhadap pengelolaan sampah, mereka
mungkin menganggap bahwa menjaga kebersihan bukanlah prioritas di kampus.
D. Perubahan Kebijakan dan Kepemimpinan
Perubahan kebijakan dan kepemimpinan juga menjadi faktor penghambat dalam
penerapan strategi komunikasi interpersonal Unit Pengelola Sampah (UPS) terhadap
mahasiswa sebagai upaya meminimalisasi sampah di lingkungan kampus. Penelitian ini
menggunakan Teori Social Kognitif oleh Albert Bandura. Teori ini membantu menjelaskan
bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial.
Dengan mengamati orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan,
keterampilan-keterampilan, strategi-strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap.
Individu-individu juga melihat model- model atau contoh-contoh untuk mempelajari
kegunaan dan kesesuaian perilaku-perilaku akibat dari perilaku yang di modelkan,
kemudian mereka bertindak sesuai dengan keyakinan tentang kemampuan mereka dan hasil
yang diharapkan dari tindakan mereka (Yanuardianto, 2091).
Perubahan kebijakan yang relevan seharusnya dapat memberikan model perilaku yang
positif bagi mahasiswa dan perubahan kepemimpinan yang mendukung juga seharusnya
dapat menginspirasi dan memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran untuk
peduli terhadap kebersihan lingkungan di kampus. Perubahan-perubahan tersebut
menciptakan celah dan ketidakseimbangan dalam komunikasi interpersonal antara pihak
Unit Pengelola Sampah (UPS) dan cleaning service dengan mahasiswa, sehingga hal ini
juga dapat menghambat efektivitas program pengelolaan sampah di kampus. Setelah
melakukan wawancara dengan Grandian Monica selaku Supervisor Cleaning Service
mengungkapkan bagaimana kebijakan pengelolaan sampah di Universitas Trunojoyo
Madura seringkali tidak selaras dengan kebutuhan dan kondisi mahasiswa.
Contohnya, kebijakan pemilahan sampah yang tidak praktis karena umumnya hanya
disediakan satu jenis tempat sampah di satu tempat dan minimnya tempat sampah yang
dibedakan sesuai kategori sampah sehingga dari pihak cleaning service berinisiatif untuk
memilahnya sendiri. Hal ini juga berdasarkan hasil wawancara beberapa pihak cleaning
service. Menurut M. Fahrush sebagai cleaning service Fakultas Teknik bahwa dari 100%
mahasiswa, sekitar 75% masih meninggalkan sampah di kelas. Meskipun ada mahasiswa
yang sadar akan tanggung jawab mereka dan memahami bahwa mereka digaji untuk
menjaga kebersihan, banyak yang belum mampu membedakan jenis sampah. Di area taman
kampus, telah disediakan tempat sampah organik dan anorganik, namun mahasiswa masih
cenderung tidak memperhatikan pemisahan sampah, asalkan sampah tersebut dapat masuk
ke dalam tempat sampah.Penerapan kebijakan yang tidak konsisten, baik dalam hal
pengawasan maupun penegakan sanksi terhadap mahasiswa yang membuang sampah
sembarangan dimana ini membuat mereka semena-mena dan tidak peduli terhadap
kebersihan lingkungan di kampus.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
64
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit….)
Perubahan kepemimpinan yang diperlukan dalam Unit Pengelola Sampah (UPS) di
kampus juga diperlukan dalam mengimplementasikan strategi komunikasi interpersonal
yang efektif yang mana dapat diterapkan untuk meminimalisasi sampah di kampus.
Seharusnya dengan adanya dukungan dari atasan, Unit Pengelola Sampah (UPS) dapat
menciptakan budaya kampus yang lebih ramah lingkungan dan membangun kesadaran
mahasiswa yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah di kampus.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Unit Pengelola Sampah (UPS) mengalami
kesulitan dalam mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan tertinggi kampus. Dukungan
yang kurang ini dapat berupa tidak terealisasinya permintaan yang diajukan oleh pihak Unit
Pengelola Sampah (UPS) berupa pengajuan pembuatan tempat pembuangan sampah yang
layak, karena hingga saat ini sampah hanya dikumpulkan di satu titik dan dibakar.
Kemudian kurangnya koordinasi dan kolaborasi antara Unit Pengelola Sampah dengan unit
lain di kampus, seperti satpam yang dapat membantu untuk mengawasi perilaku mahasiswa
dan ikut serta dalam mengingatkan mahasiswa akan pentingnya membuang sampah pada
tempatnya agar terciptanya kesadaran akan pentingnya kebersihan di lingkungan kampus.
Kondisi lingkungan kampus secara keseluruhan juga sudah cukup baik, namun masih
dibutuhkannya peningkatan kesadaran mahasiswa dalam menjaga lingkungan di kampus
karena semua mahasiswa, pihak pengelola sampah, dan semua orang yang beraktivitas di
kampus mempunyai hak dan kewajiban dalam menjaga serta memelihara lingkungan
kampus walaupun sudah terdapat para pekerja pengelola sampah, agar tetap terjaga dan
terpelihara sehingga terciptanya lingkungan yang nyaman dan asri (Jedina et. al, 2024).
Penerapan strategi komunikasi interpersonal Unit Pengelola Sampah (UPS) terhadap
mahasiswa sebagai upaya meminimalisasi sampah di Universitas Trunojoyo Madura
dengan berbagai hambatan yang telah dijelaskan oleh penulis dalam perubahan kebijakan
dan kepemimpinan ini dapat dilakukan dengan berbagai solusi yakni dengan edukasi yang
menyeluruh kepada mahasiswa baik verbal maupun nonverbal agar dapat membangun
kesadaran mahasiswa akan pentingnya saling menghargai dan menjaga kebersihan
lingkungan kampus bersama-sama. Mahasiswa juga harus diberikan pemahaman-
pemahaman kecil yang dapat merubah cara berpikirnya, dan menjadi contoh yang positif
untuk adik tingkatnya serta Masyarakat (Ramadhan et. al, 2024). Selain itu juga
memperkuat strategi-strategi yang telah dibentuk oleh pihak Unit Pengelola Sampah (UPS)
Universitas Trunojoyo Madura dengan dukungan penuh dari pihak pimpinan Universitas
Trunojoyo Madura untuk saling menjaga dan memperhatikan kebersihan lingkungan
Universitas Trunojoyo Madura.
4. Kesimpulan
Pengelolaan sampah di Universitas Trunojoyo Madura merupakan isu yang kompleks,
di mana rendahnya kesadaran mahasiswa terhadap lingkungan menjadi faktor utama. Latar
belakang permasalahan ini, menyoroti perilaku pembuangan sampah sembarangan
meskipun fasilitas yang memadai telah disediakan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis
strategi komunikasi interpersonal unit pengelola sampah dalam meningkatkan kesadaran
mahasiswa dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat partisipasi mereka dalam
upaya pengurangan sampah. Melalui kajian pustaka, menguraikan teori Social Kognitif dan
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 4, No. 2, Desember 2024, page: 54-65
65
Wahyu Tirtoaji et.al (Strategi Komunikasi Interpersonal Unit.)
teori komunikasi interpersonal yang relevan dan pentingnya pendekatan ini dalam
mempengaruhi perilaku mahasiswa. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komunikasi
yang efektif dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Kerangka teoritis yang disajikan dalam bab ini menggarisbawahi bahwa interaksi langsung
antara individu dapat memfasilitasi pertukaran informasi yang konstruktif, sehingga
membangun kesadaran lingkungan yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
strategi komunikasi interpersonal yang diterapkan oleh unit pengelola sampah masih sulit
dalam meningkatkan kesadaran mahasiswa. Namun, faktor-faktor seperti kurangnya
informasi, budaya kampus, dan kebiasaan individu menjadi penghambat partisipasi yang
signifikan. Oleh karena itu, bab terakhir memberikan rekomendasi untuk pengembangan
program edukasi yang lebih efektif dan kolaboratif, di mana semua pihak di kampus dapat
berperan serta dalam menciptakan budaya peduli lingkungan. Dengan demikian, penelitian
ini diharapkan dapat berkontribusi pada upaya pengelolaan sampah yang lebih baik di
lingkungan akademik dan menginspirasi perubahan perilaku positif di kalangan mahasiswa.
5. Daftar Pustaka
Creswell, J. W. (2009). Reserch Design Qualitative, Quantitative. SAGEPublication.
Damayani Pohan, D. , & F. U. S. (n.d.). Jenis Jenis Komunikasi.
Faisal, N. D. (2020). Strategi Komunikasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Siak Dalam
Mengkampanyekan Pengurangan dan Penanganan Sampah.
Meliana, S., Mayangsari, I. D., Mahadian, A. B., Ramadhana, M. R., Studi, P., Komunikasi,
I., Komunikasi, F., & Bisnis, D. (n.d.). EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
ANTARPRIBADI DALAM ANGGOTA KOMUNITAS PENA DAN LENSA
PURWAKARTA.
Press, Z. (2011). Full-Circle Learning.
Purnomo, W. C. (2023). Solusi Pengelolaan Sampah Kota.
Roem, R. E. S. (2019). KOMUNIKASI INTERPERSONAL. www.irdhcenter.com
Saputra, M. (2017). PEMBINAAN KESADARAN LINGKUNGAN MELALUI HABITUASI
BERBASIS MEDIA SOSIAL GUNA MENUMBUHKAN KEBAJIKAN MORAL
TERHADAP PELESTARIAN LINGKUNGAN (Vol. 2, Issue 1).
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JMK
Tarsidi, D. (n.d.). TEORI KOGNITIF SOSIAL ALBERT BANDURA.
Yuwana, P. I. S. A. S. A. F. M. (2021). Edukasi Pengelolaan Dan Pemilahan Sampah
Organik Dan Anorganik Di Desa Pecalongan Bondowoso. 1.
Zulfan Hakim, M. (2019). Pengelolaan Dan Pengendalian Sampah Plastik Berwawasan
Lingkungan. Amana Gappa, 2.