AoSSaGCJ, Vol. 3, Issue 2, (2023) page 68-78
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
ISSN: 2988-7968 (Online)
Journal Homepage: https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/AoSSaGCJ/index
68
10.47200/AoSSaGCJ. v3i2.2287 aossagcj@gmail.com
Pendidikan Karakter Nasionalisme dalam
Pembelajaran PPKn tema Integrasi Nasional dalam
Bingkai Bhinneka Tunggal Ika pada Siswa Kelas X
SMA Negeri 6 Yogyakarta
Taufik Irfan Ahadi
a,1
, Intan Kusumawati
b,2
, Heri Kurnia
c,3
a
Mahasiswa Prodi PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
b,c
Dosen Prodi PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
1
irfantaufik961@gmail.com;
2
intankusumawati1978@gmail.com;
3
herikurnia312@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 17 Januari 2024
Direvisi: 22 Februari 2024
Disetujui: 20 Maret 2024
Tersedia Daring: 29 April 2024
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) proses pendidikan
karakter nasionalisme tema integrasi nasional dalam bingkai bhinneka
tunggal ika pada siswa kelas X di SMA Negeri 6 Yogyakarta, (2) hasil
pendidikan karakter nasionalisme tema integrasi nasional dalam
bingkai bhinneka tunggal ika pada siswa keals X di SMA Negeri 6
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif. Data yang didapatkan dikumpulkan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian ini adalah sebagai beriku: (1) Proses pendidikan karakter
nasionalisme tema integrasi nasional pada siswa kelas X SMA Negeri 6
Yogyakarta dilakukan dengan cara mengintegrasikannya ke dalam
mata pelajaran PPKn kelas X, selain diintegrasikan ke dalam
pembelajaran pendidikan karakter juga diimplementasikan melalui
pembiasaan-pembiasaan budaya sekolah. Di dalam pelajaran PPKn
sendiri pendidikan karakter nasionalisme tema integrasi nasional ini
diajarkan dengan menggunakan metode student center tekstual
kontekstual atau seperti menggunakan metode problem solving.
Sehingga siswa diharuskan dapat memecahkan permasalahan sosial
yang ada tentang karakter nasionalisme dan integrasi nasional serta
memberikan solusi pada masalah tersebut. (2) Hasil pendidikan
karakter nasionalisme tema integrasi nasional pada siswa kelas X SMA
Negeri 6 Yogyakarta dapat dilihat dari nilai kognitif maupun nilai
afektif siswa. Pada nilai afektif dapat dilihat dari keikutsertaan siswa
dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah seperti upacara
bendera, seleksi paskibraka, serta kegiatan ekstrakulikuler pramuka
yang meningkat dan menjadi indikator tercapainya karakter
nasionalisme.
Kata Kunci:
Pendidikan karakter
Nasionalisme
Pembelajaran PPKn
ABSTRACT
Keywords:
Character education
Nationalis
PPKn learning
This study aims to find out, (1) the process of character education of
nationalism with the theme of national integration in the Bhinneka
Tunggal Ika frame in class X students at SMA Negeri 6 Yogyakarta, (2)
the results of nationalism character education on the theme of national
integration in the Bhinneka Tunggal Ika frame in class X students at SMA
Negeri 6 Yogyakarta. This research uses descriptive qualitative research.
The data obtained ware collected through observation, interviews and
documentation. Data analysis techniques in the study are data reduction,
data presentation, and drawing conclusions. The results of this study are
as follows: (1) The process of nationalism character education with the
theme of national integration in class X students of SMA Negeri 6
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
69
Taufik Irfan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
Yogyakarta is carried out by integrating it into Pancasila and Citizenship
Education Class X subjects, beside being integrated into character
education learning, it is also implemented through cultural habits school.
In the Pancasila and Citizenship education lesson it self, nationalism
character education with the theme of national intgeration is taught
using contextual tekstual student center methods or such as using
problem solving methods. So that students are required to be able to
solve existing social problems about the character of nationalism and
national integration and provide solutions to these problems. (2) The
results of nationalism character education with the theme of national
integration in class X students of SMA Negeri 6 Yogyakarta can be seen
from the cognitif values and affective values of students. The affective
value can be seen from the participation of students in activities
organized by the school such as flag ceremonies, paskibraka selection,
and scout extracurricular activities which have increased and become
indicators of achieving the character of nationalism.
© 2024, Taufik Irfan Ahadi, Intan Kusumawati, Heri Kurnia
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Sejatinya di era globalisasi ini menjadi jalan mudah bagi setiap bangsa untuk
memperkenalkan identitas dirinya di kancah internasional. Kenyataan yang ada justru
sebaliknya, dampak dari globalisasi apabila tidak diperhatikan justru menjadi ancaman besar
bagi setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Menurut Cahya Ainun (2021: 24)
nasionalisme di Indonesia semakin menurun dari waktu ke waktu, hal ini berbanding terbalik
dengan teknologi yang selalu berkembang. Secara sepintas terlihat tidak ada kaitannya antara
teknologi dan nasionalisme, tetapi sebenarnya nasionalisme ini sangat bergantung kepada
teknologi. Teknologi memiliki pengaruh dan dampak yang positif dan negatif bagi
nasionalisme, jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna.
Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dunia pendidikan harusnya menyoroti masalah
lunturnya nasionalisme di kalangan generasi bangsa dan bukan hanya menekankan pada nilai
pengetahuan saja.
Menumbuhkan rasa nasionalisme pada generasi milenial memang sulit, di
tengah perkembangan zaman yang semakin maju serta teknologi yang semakin canggih
membuat kita lebih ekstra dalam mendidik anak, memperkenalkan mereka dengan
produk-produk dalam negeri, mengajarkan mereka mencintai tanah air kita, mengajarkan
sopan santun, dan memperkenalkan sejarah serta keanekaragaman Indonesia (Suprayitno &
Wahyudi, 2020). Oleh karena itu pemerintah harus memanfaatkan lembaga pendidikan dengan
optimal guna membina karakter peserta didik atau generasi mendatang. Hal ini selaras dengan
tujuan pendidikan yang sejatinya yakni memanusiakan manusia.
Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Raharjo (2010) menyatakan bahwa
pendidikan karakter merupakan sebuah sistem yang dibangun untuk menanamkan nilai
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
70
Taufik Irhan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
karakter dalam lingkup komunitas sekolah yang mencakup nilai-nilai pengetahuan, kesadaran
atau kemauan dan tindakan untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut. Berbeda dengan
Yuami (2014), yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sengaja
dilakukan oleh pihak sekolah untuk menumbuhkan karakter optimal dengan menggunakan
seluruh potensi dan dimensi kehidupan sekolah. Berdasarkan dua definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan penanaman nilai-nilai baik terhadap setiap
diri seorang individu untuk dapat diimplementasikan di dalam kehidupan sehari hari.
Menurut Aqib dan Sujak (2011), individu yang berkarakter merupakan individu yang
melakukan hal-hal terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa, dan
negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Karakter
memang sesutau hal yang sudah melekat pada diri seseorang sejak lahir, tapi karakter dapat
dikembangkan melalui pembiasaan-pembiasaan sejak dini dalam lingkungan.
Pembentukan karakter di dalam lingkungan pendidikan menerapkan proses sosial yang
mengarahkan generasi bangsa. Dijelaskan oleh Ahmad Husen (dalam Tiara: 2016) bahwa
sekolah atau perguruan tinggi memiliki pengaruh dan dampak terhadap karakter siswa, baik
sengaja maupun tidak. Ini menjadi titik poin bahwa tugas, tanggungjawab dan tantangan bagi
lembaga pendidikan untuk melakukan pendidikan moral dan pembentukan karakter.
Salah satu karakter untuk menjawab tantangan jaman di era globalisasi ini adalah karakter
nasionalisme. Nasionalisme dalam diri bangsa ini cukup tertanam kuat di era kolonialisme dan
imperialisme dulu. Perasaan senasib sepenanggungan akibat penjajahan pemerintah Hindia
Belanda membuat masyarakat Indonesia bersatu, puncaknya ketika para cendekiawan muda
berkumpul dalam sebuah Kongres Pemuda II tahun 1928 di Jakarta. Kongres Pemuda II ini
menghasilkan sebuah keputusan yang dikenal dengan Sumpah Pemuda, isinya tentang
pernyataan memiliki tanah air dan bangsa yang satu yaitu Indonesia serta menjunjung tinggi
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Nasionalisme saat itu kemudian dilanjutkan dan
dipertahankan hingga terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
(Argenti: 2017).
Memupuk sikap nasionalisme bangsa ini bukanlah hal yang mudah di era digital saat ini.
Kemajuan teknologi sebenarnya juga tidak membawa dampak langsung bagi lunturnya
nasionalisme. Kekhawatirannya sebatas apabila generasi saat ini tidak lagi menjadikan sikap
ini sebagai landasan dasar dalam kehidupan berbangsa. Hal ini disebabkan globalisasi telah
menghapus batasan-batasan antar negara. Indikator penting lainnya adalah bagaimana tetap
memupuk integrasi nasional di tengah tantangan zaman yang semakin maju.
Pentingnya langkah-langkah strategis untuk memupuk kesadaran tentang pentingnya
karakter nasionalis bagi seluruh bangsa ini. Komitmen menjaga keutuhan bangsa dan
meneguhkan persatuan dan kesatuan perlu untuk terus di revitalisasi. Hal ini dikarenakan
ancaman internal maupun eksternal terus menghantui kedaulatan negara. Menyadarkan setiap
generasi akan tujuan dan cita-cita pendiri bangsa dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
serta membagun visi besar untuk menjadi bangsa yang berdaulat serta menjunjung hak setiap
warga yang terikat dengan janji luruh untuk bersama-sama menuju dan mewujudkan keadilan
dan kemakmuran masyarakat (Saputra: 2007) menjadi pekerjaan bersama saat ini.
Tersaji dalam majalah Kompas membuktikan bahwa terjadi aspek penurunan
nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nasionalisme bukan hanya sekedar
menghargai jasa pahlawan tapi lebih dari itu. Nasionalisme saat ini adalah tentang bagaimana
masyarakat Indonesia dapat mengintegrasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
kenyataannya disetiap sudut Indonesia berbeda ini ke dalam setiap kehidupan. Intinya
menanamkan nasionalisme di tengah heterogenitas budaya Indonesia untuk integrasi nasional
atau dapat dikatakan yang dapat terbingkai dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
71
Taufik Irfan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
Persoalan semacam ini yang kemudian menjadi perhatian besar dalam dunia pendidikan
saat ini. Hal ini dikarenakan salah satu lembaga yang bertugas memupuk rasa nasionalisme
adalah lembaga pendidikan. Pemerintah kemudian melalui kurikulum 2013 menyatakan
dengan tegas delapan belas karakter yang harus diusung dalam setiap pembelajaran. Salah satu
karakter tersebut adalah nasionalisme. Revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan
kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan karakter
yang menempatakan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan
budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia (Kelibai dan Sujanto: 2018) menjadi
program pendidikan yang diusung oleh pemerintah sekarang.
Penanaman karakter nasionalisme dapat ditumbuhkan di dalam kelas, sekolah maupun
masyarakat. Karakter nasionalisme akan lebih tertanam apabila di tumbuhkan di dalam kelas.
Mengingat bahwa satu kelas di sekolah saat ini bukan kelas yang homogen. Artinya, di dalam
satu kelas pasti terdapat perbedaan budaya, agama, jenis kelamin, kegemaran, bahkan
kemampuan di setiap siswa. Tidak banyak pendidik atau guru yang memahami akan
heterogenitas di dalam kelas yang seperti ini. Setiap guru masih cenderung menyamaratakan
setiap peserta didik di dalam kelas tersebut.
Penanaman pendidikan karakter nasionalisme ini akan lebih mudah menekan atau
memanajemen konflik heterogenitas yang ada di dalam kelas apabila diterapkan dengan baik.
Hasilnya pun akan mendorong peserta didik sebagai generasi penerus untuk dapat
mewujudkan integrasi nasional sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa yakni Bhinneka Tunggal
Ika. Salah satu wujud keberhasilan dari penanaman pendidikan karakter di dalam kelas ini
adalah sikap saling menghargai satu sama lain. SMA Negeri 6 Yogyakarta merupakan salah
satu sekolah dengan berbasis budaya. Berada di tengah kota Yogyakarta ternyata tidak lantas
peserta didiknya hanya mereka yang bersuku Jawa dan beragama Islam saja. Di dalamnya
terdapat heterogenitas yang cukup tinggi. Di dalam kelas bisa terdiri dari beberapa suku,
seperti peserta didik yang berasal dari suku Jawa, Melayu, Dayak, Batak bahkan Cina. Hal ini
yang menjadi menarik untuk dituangkan dalam penelitian ini.
2. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan karakter nasionalisme dalam pembelajaran PPKn
dengan tema integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika pada siswa kelas X di
SMA Negeri 6 Yogyakarta secara lebih lengkap dan mendalam. Subjek dalam penelitian ini
adalah guru PPKn kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta. Adapun objek penelitian ini adalah
pendidikan karakter nasionalisme dalam pembelajaran PPKn dengan tema integrasi nasional
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika pada siswa kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan tiga tahapan utama, yakni:
a. Tahap deskriptif atau tahap orientasi. Di tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata tentang informasi awal
yang diperoleh.
b. Tahap reduksi. Tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada
tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
c. Tahap seleksi. Tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi
lebih rinci kemudian melakukan analisis yang mendalam tentang fokus
penelitannya. Hasilnya merupakan tema yang dikonstruksi berdasar data yang
diperoleh menjadi suatu pengetahuan atau bahkan teori yang baru (Sugiyono, 2010:
43).
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
72
Taufik Irhan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian menggunakan
metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis data dalam
penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
3. Hasil dan Pembahasan
Perencanaan Pendidikan Karakter Nasionalisme Tema Integrasi Nasional dalam
Bingkai Bhinneka Tunggal Ika Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 6 Yogyakarta
Perencanaan adalah langkah awal dan penting bagi terselenggaranya manajemen
penanaman nilai-nilai nasionalisme yang baik (Nurdin, 2019). Di dalam perencanaan terdapat
penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Berdasarkan pentingnya perencanaan penanaman karakter nasionalisme peneliti
mencari informasi melalui informan dengan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
Penanaman karakter nasionalisme di sekolah ini terintegrasi ke dalam beberapa
mata pelajaran yang relevan dengan hal tersebut. Beberapa mata pelajaran seperti
PPKn, Olahraga dan juga Sejarah merupakan mata pelajaran yang memuat nilai-nilai
nasionalisme.
Wawancara di atas menjelaskan bahwa pendidikan nasionalisme tidak berdiri sendiri
sebagai mata pelajaran yang utuh di sekolah ini. Pendidikan nasionalisme diintegrasikan ke
dalam beberapa mata pelajaran yang kemudian juga dikembangkan melalui beberapa kegiatan
pembelajaran seperti ekstrakulikuler ataupun pembiasaan di sekolah yang langsung dapat
diimplementasikan maupun diamalkan oleh setiap siswa.
Pendidikan nasionalisme yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran tadi mengharuskan
setiap mata pelajaran yang terdapat muatan nasionalisme harus merencanakan pembelajaran
dan pengembangan pembelajaran sedemikian rupa. Salah satunya adalah perencanaan
pendidikan karakter nasionalisme di dalam mata pelajaran PPKn. Peneliti perlu untuk mencari
tahu tentang perencanaan pendidikan karakter nasionalisme yang dilakukan oleh guru PPKn.
Melalui wawancara beliau mengungkapkan bahwa:
“Kami membuat rencana pembelajaran atau RPP seperti biasa ketika akan mengajar.
Pembuatan RPP biasanya dilaksanakan pada saat awal tahun ajaran baru, yakni bulan
Juni 2021. Selain membuat RPP tentunya menyusun silabus juga program tahunan
maupun program semester.”
Hal tersebut didukung dengan hasil observasi berupa dokumen perangkat pembelajaran
dari narasumber. Perencanaan pengintegrasian materi nasionalisme ini dibuat oleh guru
dengan dikembangkan secara formal melalui rencana pembelajaran dengan menyusun
perangkat mengajar yang memuat penanaman nilai-nilai nasionalisme. Penyusunan ataupun
pembuatan perangkat pembelajaran seperti RPP, Silabus.
Pelaksanaan Pendidikan Karakter Nilai Nasionalisme Tema Integrasi Nasional dalam
Bingkai Bhinneka Tunggal Ika pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 6 Yogyakarta
Pendidikan yang menekankan pemebentukan kepribadian atau karakter sebenarnya telah
dilaksanakan oleh SMA Negeri 6 Yogyakarta. Begitupun dengan penanaman nilai-nilai
nasionalisme di SMA Negeri 6 Yogyakarta sesuai juga dengan perencanaan yang disusun.
Melalui wawancara dengan informan primer, mengungkapkan bahwa:
“Pelaksanaan pendidikan karakter nilai nasionalisme jelas dilakukan melalui
pendidikan formal di dalam mata pelajaran PPKn. Di dalam mata pelajaran PPKn
sendiri terdapat materi, religious, nasionalisme, integrasi nasional, konstitusi,
proklamasi dan kebinnekaan. Bukan hanya ketika proses pembelajaran itu
berlangsung, namun lebih kepada sebelum proses pembelajaran berlangsung, ketika
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
73
Taufik Irfan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
proses pembelajaran berlangsung bahkan ketika selesai proses pembelajaran
berlangsungpun dapat menanamkan nilai-nilai nasionalisme.”
Berdasarkan pernyataan dari informan selaku guru PPKn menunjukkan bahwa penanaman
nilai karakter nasionalisme dalam mata pelajaran PPKn tidak hanya berlangsung pada materi
yang bermuatan pendidikan karakter nasionalisme saja. Hal ini didasarkan dari karakter mata
pelajaran PPKn sendiri yang pada dasarnya terdapat enam muatan di dalamnya salah satunya
adalah nasionalisme. Di tambah lagi bahwa penanaman nilai karakter nasionalisme tidak
hanya berlangsung ketika proses pembelajaran itu berlangsung. Artinya selama proses
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dapat menanamkan nilai-nilai
nasionalisme. Guru selalu memberikan ruang ketika pembelajaran berlangsung, agar siswa
mampu dan mau mengungkapkan pendapatnya ketika berdiskusi. Di dalam kerja kelompok
pun guru selalu memberikan kesempatan siswa untuk membuat ataupun membentuk kelompok
secara demokratis yakni dengan musyawarah kelas. Artinya pembiasaan-pembiasaan yang
mengarahkan siswa kepada karakter atau nilai nasionalisme selalu dibiasakan di sekolah
melalui kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan wawancara dengan guru PPKn menyatakan bahwa penanaman nilai karakter
nasionalisme di dalam pembelajaran PPKn dikembangkan melalui pengintegrasian bukan
hanya di dalam pembelajaran namun juga pada kegiatan di luar pembelajaran formal yakni di
dalam ekstrakulikuler dan pembiasaan budaya sekolah. Hal ini memudahkan siswa untuk
memahami serta mengamalkannya. Secara lebih jauh implementasi nilai karakter nasionalisme
di luar pembelajaran PPKn dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan sekolah seperti kegiatan
religious. Kegiatan religious atau keagamaan ini dapat dilihat dari pelaksanaan ibadah
kerohanian yang setiap hari Jumat pagi dilaksanakan. Seperti keterangan dari guru PPKn
sebagai berikut:
“Kegiatan keagamaan atau religious juga merupakan wujud implementasi atau
penerapan nilai karakter nasionalisme. Di sekolah setiap Jumat pagi selalu
mengadakan kegiatan kerohanian tersebut, bagi siswa muslim diawali dengan
membaca Al Quran dan dilanjutkan dengan ibadah solat Dhuha. Bagi siswa yang
beragama nasrani (Kristen, Katholik) dan Hindu maupun Buddha mereka mengikut
ibadah di ruang agama masing-masing. Kegiatan keagamaan lainnya seperti pesantren
kilat bagi yang muslim atau perayaan natal bersama bagi yang beragama Kristen
maupun Katholik selalu diperingati sebagai wujud penerapan nilai karakter
nasionalisme di sekolah ini.”
Selain penjelasan di atas ketika peneliti melakukan observasi juga menemukan hal lain
yakni kegiatan diluar proses pembelajaran di kelas menjadi implementasi pelaksanaan
penanaman nilai karakter nasionalisme di sekolah ini, kegiatan ekstrakulikuler tersebut seperti,
keikut sertaan siswa dalam seleksi Pasukan Pengibar Bendera atau Paskibraka dari tingkat
sekolah hingga tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga kompetisi siswa dalam
kegiatan kepramukaan tingkat kota Yogyakarta hingga bakti sosial menjadi kegiatan-kegiatan
siswa yang menjadi indikator pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme. Selanjutnya budaya
sehari-hari seperti mengumpulkan tugas tepat waktu, menghargai pendapat orang lain hingga
memberikan hormat ataupun salam kepada guru atau pun yang lebih tua.
Metode Pembelajaran yang Digunakan untuk pembelajaran Pendidikan Karakter
Nasionalisme tema Integrasi Nasional pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 6
Yogyakarta
Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PPKn tema integrasi nasional
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika adalah dengan metode student center. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru PPKn, mengungkapkan bahwa:
“Metode pembelajaran untuk materi pendidikan karakter nasionalimse tema
integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika di kelas X, saya menggunakan
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
74
Taufik Irhan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
metode pembelajaran student center. Ini mengharuskan anak untuk aktif selama
pembelajaran berlangsung. Siswa saya minta untuk membaca literasi atau teori yang
ada di buku paket itu secara tekstual, setelah itu mereka harus menerapkannya di
masyarakat. Ketika mereka menemukan kejanggalan di dalam masyarakat atau tidak
sesuai dengan teori yang mereka pelajari sebelumnya hal itu merupakan sebuah
problem lalu mereka harus mencari solusi dengan cara kerja kelompok. Jadi siswa
nantinya kami bagi menjadi beberapa kelompok untuk memecahkan dan mencari
solusi dalam masalah tersebut.”
Berdasarkan penjelasan dari guru PPKn di SMA Negeri 6 Yogyakarta di atas siswa akan
di bagi menjadi beberapa kelompok di dalam satu kelas. Hal ini disesuaikan dengan sub bab
pembahasan dalam materi pendidikan karakter tema integrasi nasional bingkai bhinneka
tunggal ika dalam mata pelajaran PPKn kelas X SMA. Peran guru adalah mengamati proses
sekaligus meluruskan apa yang belum sesuai dari pemaparan kelompok yang
mempresentasikan hasil diskusinya dan yang terakhir menyimpulkan bersama-sama dengan
siswa. Selain itu guru juga memberikan contoh sesuai tema dengan mengaitkan pada realita
yang terjadi di masyarakat.
Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Nasionalisme tema Integrasi Nasional
dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 6
Yogyakarta
Keberhasilan dalam penanaman nilai nasionalisme pada mata pelajaran PPKn di SMA
Negeri 6 Yogyakarta dapat dilihat dari dua sisi. Sisi yang pertama dari sikap dan yang kedua
dari prestasi akademik. Materi yang dibahas tentang kebinekaan, tentang persatuan kesatuan
dan integrasi nasional hingga ancaman dan tantangan integrasi merupakan nilai-nilai dari
indikator nasionalisme. Sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru PPKn, sebagai berikut:
“Misalkan pembahasannya mengenai ancaman dibidang sosial budaya di
lingkungan sekolah. Ancaman sosial ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan hingga banjir, karena ada tindakan sikap membuang sampah sembarang.
Nilai karakter dalam tindakan tersebut ada nilai religious. Kebersihan merupakan
sebagian dari iman, karena ada di dalam ajaran agama ini merupakan nilai religious.
Kemudian ada nilai adil, dimana adil merupakan tindakan menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Hal ini merupakan bagian dari nasionalisme, cinta terhadap negara
merupakan bagian dari iman dan cinta terhadap lingkungan merupakan bagian dari
nasionalisme.”
Dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan dalam penanaman pendidikan karakter
nasionalisme tema integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika dapat dilihat dari
kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa. Salah satu contohnya adalah dalam hal
kebersihan yang menanamkan sikap religious, adil, dan juga kerjasama.
Indikator keberhasilan dalam pendidikan karakter nasionalsime tema integrasi nasional
dalam mata pelajaran PPKn kelas X terlihat dari sikap yang ditunjukan siswa di dalam
kehidupan sehari-hari baik di masyarakat maupun di dalam lingkungan sekolah. Hal ini dapat
dilihat dari (1) terciptanya kondisi rukun antar siswa walaupun berbeda agama, (2) terciptanya
sekolah yang bersih dan nyaman, (3) tercipta ketertiban sekolah, dan (4) tercipta suasana
relogius di dalam lingkungan sekolah. Hal tersebut merupakan indikator pendidikan karakter
nasionalisme yang dilakukan dengan tekstual kontekstual yang diterapkan di SMA Negeri 6
Yogyakarta. Indikator keberhasilan dalam pendidikan karakter nasionalisme terlihat juga
dalam kegiatan sekolah seperti keikutsertaan siswa dalam upacara bendera juga menjadi
ukuran indikator keberhasilan tersebut.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
75
Taufik Irfan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
Hambatan Penyampaian Materi Pendidikan Karakter Nasionalisme tema Integrasi
Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Pelaksanaan penyampaian materi pendidikan karakter nasionalisme tema integrasi
nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika tidak lantas tanpa hambatan. Peneliti membagi
hambatan-hambatan tersebut menjadi beberapa bagian, sebagai berikut: 1) Hambatan
perencanaan. Pada tahap perencananan dalam penyampaian materi pendidikan karakter
nasionalisme tema integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, diantaranya
terbatasnya pengetahuan guru tentang penanaman karakter nasionalisme terutama dalam
penyusunan perangkat pembelajaran bagian metode pembelajaran. Guru masih kesulitan
dalam merumuskan perencanana bagian metode pembelajaran yang efektif, hal ini
menyebabkan metode pembelajaran yang digunakan selalu monoton. 2) Hambatan
pelaksanaan. Di dalam proses pelaksanaan yang menjadi hambatan pendidikan karakter
nasionalisme tema integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika adalah guru tidak
menemukan contoh suri tauladan yang baik yang dapat dicontoh siswa sebagai acuan dalam
penanaman karakter nasionalisme. Tidak adanya contoh keteladanana yang baik di dalam
lingkungan masyarakat atau public figure pada masa sekarang ini yang dapat dicontoh oleh
siswa mengharuskan guru berperan sebagai teladan siswa dalam pendidikan karakter
nasionalisme. 3) Hambatan evaluasi. Tidak ada evaluasi atau penilaian yang jelas dalam
menilai karakter nasionalisme di sekolah, sehingga membuat guru di SMA Negeri 6
Yogyakarta menjadi bingung. Di dalam proses pendidikan karakter nasionalisme tema
integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika ini guru kebingungan dalam menetukan
evaluasi yang tepat di dalam mendapatkan nilai tersebut.
Evaluasi Pendidikan Karakter Nasionalisme tema Integrasi Nasional dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika
Evaluasi pendidikan karakter nasionalisme tema integrasi nasional dalam bingkai binneka
tunggal ika dilakukan untuk mengetahui seberapa paham siswa terkait nasionalisme tema
integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika ini. Penilaian ini dilakukan dengan cara
tes maupun nontes degan mengacu pada indikator materi tersebut, melalui pengamatan guru
dalam proses pembelajaran secara langsung. Penilaian pendidikan karakter nasionalisme tema
integrasi dalam bingkai bhinneka tunggal ika ini mengacu pada keberhasilan penerapan nilai-
nilai sikap nasionalisme siswa yang diimplementasikan selama pembelajaran di dalam kelas
dan lingkungan sekolah.
Penilaian dilakukan langsung oleh guru berdasarkan observasi terhadap karakter atau
sikap siswa dengan menggunakan alat ukur penilaian skala sikap. Keberhasilan pendidikan
karakter nasionalisme tema integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika seperti yang
dijelaskan di atas memiliki indikator keberhasilan yakni perubahan karakter atau sikap siswa
di dalam mengikuti kegiatan di sekolah, baik itu selama proses pembelajaran maupun ketika
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah seperti upacara bendera hingga
kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan di atas mengenai pendidikan
karakter tema integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika pada mata pelajaran
PPKn kelas X di SMA Negeri 6 Yogyakarta dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, perencanaan pendidikan karakter nasionalisme jelas dimasukkan atau teringrasi di
dalam mata pelajaran PPKn sesuai dengan objek penelitian yang peneliti lakukan. Di dalam
tahap awal ini rencana pembelajaran dapat diwujudkan saat penyusunan dan pemetaan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, pengembangan indikator pencapaian hasil kerja,
pengembangan materi, pengembangan sistem penilaian, serta penyusunan silabus dan rencana
pembelajaran. Perencanaan pendidikan karakter nasionalisme tema integrasi nasional dalam
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
76
Taufik Irhan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
bingkai bhinneka tunggal ika di SMA Negeri 6 Yogyakarta dirancang secara sistematis oleh
guru. guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP untuk materi nasionalisme
tema integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika. Kedua, pelaksanaan pendidikan
karakter nasionalisme dalam mata pelajaran PPKn tidak hanya berlangsung pada materi yang
bermuatan pendidikan karakter nasionalisme saja. Hal ini didasarkan dari karakter mata
pelajaran PPKn sendiri yang pada dasarnya terdapat enam muatan di dalamnya salah satunya
adalah nasionalisme. Di tambah lagi bahwa penanaman nilai karakter nasionalisme tidak
hanya berlangsung ketika proses pembelajaran itu berlangsung. Artinya selama proses
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dapat menanamkan nilai-nilai
nasionalisme. Di dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode student center dengan
menerapkan konsep teksutal dan konstekstual. Siswa diberikan permasalahan yang harus
dipecahkan di dalam kelompok kemudian siswa bersama kelompoknya memecahkan serta
memberikan solusi di dalam masalah tersebut. Permasalahan-permasalahan ini adalah
permasalahan yang ada di dalam masyarakat yang sedang terjadi atau permasalahan aktual.
Ketiga, hambatan pelaksanaan pendidikan karakter nasionalisme tema integrasi nasional
dalam mata pelajaran PPKn kelas X di SMA Negeri 6 Yogayakarta. Guru menyadari secara
penuh bahwa hambatan yang menjadikan penyampaian materi pendidikan karakter
nasionalisme tema integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika datang dari berbagai
pihak baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Hambatan tersebut
terjadi di dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Di dalam proses
perencanaan guru sering kebingungan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat
sehingga pembelajaran dapat tersampaikan dalam waktu 2 jam pelajaran. Di dalam proses
pelaksanaan hambatan yang dialami guru adalah tidak adanya sosok teladan yang dapat
dijadikan contoh pendidikan karakter nasionalsime di dalam masyarakat public figure
sehingga guru diharuskan menjadi teladan tersebut. Selanjutnya proses evaluasi hambatan
pada tahap ini lebih pada kesulitannya guru dalam menentukan evaluasi yang tepat guna
mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang telah diberikan oleh guru. Keempat,
evaluasi Pelaksanaan pendidikan karakter nasionalisme tema integrasi nasional dalam mata
pelajaran PPKn kelas X di SMA Negeri 6 Yogayakrta. Penilaian ini dilakukan dengan cara tes
maupun nontes degan mengacu pada indikator materi tersebut, melalui pengamatan guru
dalam proses pembelajaran secara langsung. Penilaian pendidikan karakter nasionalisme tema
integrasi dalam bingkai bhinneka tunggal ika ini mengacu pada keberhasilan penerapan nilai-
nilai sikap nasionalisme siswa yang diimplementasikan selama pembelajaran di dalam kelas
dan lingkungan sekolah. Penilaian dilakukan langsung oleh guru berdasarkan observasi
terhadap karakter atau sikap siswa dengan menggunakan alat ukur penilaian skala sikap.
Selain itu antar siswa juga saling melakukan penilaian dengan angket yang dibagikan oleh
guru. Keberhasilan pendidikan karakter nasionalisme tema integrasi nasional dalam bingkai
bhinneka tunggal ika seperti yang dijelaskan di atas memiliki indikator keberhasilan yakni
perubahan karakter atau sikap siswa di dalam proses dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
5. Daftar Pustaka
Nurdin, A. (2019). Perencanaan pendidikan sebagai fungsi manajemen. repository.uinjkt.ac.id.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/47942
Abdussamad, Zuchri. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: CV. Syakir Media Press.
Abu Bakar, Kosasi Ali, dkk. Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis Pada Sekolah Dasar di
Kabupaten Jayapura Papua. Cakrawala Pendidikan No 1. Tahun 2018.
Abu Bakar, Kosasi Ali, dkk. Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis Pada Sekolah Dasar di
Kabupaten Jayapura Papua. Cakrawala Pendidikan No 1. Tahun 2018.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
77
Taufik Irfan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
Affan, M.H. Membangun kembali sikap nasionalisme bangsa Indonesia dalam menangkal
budaya asing di era globalisasi. Jurnal Pesona Dasar, 3 (4). Tahun 2016.
Affan, M.H. Membangun kembali sikap nasionalisme bangsa Indonesia dalam menangkal
budaya asing di era globalisasi, Jurnal Pesona Dasar, 3 (4). Tahun 2016.
Andi Aceo Agus. Integrasi Nasional sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan
Bangsa Negara Republik Indonesia. Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM.
2016.
Aqib, Z. (2011). Pendidikan Karakter: membangun perilaku positif anak bangsa. Bandung:
Yrama Widya.
Argenti, G. Pemikiran Politik Soekarno Tentang Demokrasi Terpimpin. Jurnal Politikom
Indonesia. 2(2). 14. Tahun 2017.
Argenti, G. Pemikiran Politik Soekarno Tentang Demokrasi Terpimpin. Jurnal Politikom
Indonesia, 2(2), 14. Tahun 2017.
Arifin, Zainal. (2013). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Asrul dkk. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Medan: Ciptapustaka Media.
Azzet, Akhamd Muhaimin, (2011). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi
Pendidikan Karkater terhadap Keberhasilan belajar dan kemajuan Bangsa. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Bachtiar, H.W.. (1985) Integrasi Nasional dan Permasalahannya, dalam Kumpulan Makalah.
Jakarta: Depdikbud.
Cahya, Ainun. (2021). Analisis Faktor Penyebab Memudarnya Rasa Nasionalisme Dan Identitas
Nasional Bangsa Indonesia Di Era Globalisasi. OSF Preprints. July, 24.
Eko, Sugiarto. (2015). Proposal Penelitian Kualitatif Kuantitatif Skripsi dan Teisis. Yogyakarta:
Suaka Media.
Hurrui, Ibnu & Asep Munajat. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan Panduan untuk
Mahasiswa, Pendidik dan Masyarakat Secara Umum. Yogyakarta: CV. Nurani.
I Nyoman Pursika. Kajian Analitik Terhadap Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42 Nomor 1 April 2009.
Ismail dan Hartati. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan: Konsep dasar kehidupan berbangsa
dan bernegara di Indonesia. Pasuruhan: Qiara Media.
Kelibai, K., & Sujanto, B. Implementasi Manajemen Strate-gik Program Pendidikan dan Latihan
Kebijkan Revolusi Mental. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 4(2), 112-126. Tahun 2018.
Kelibai, K., & Sujanto, B. Implementasi Manajemen Strate-gik Program Pendidikan dan Latihan
Kebijkan Revolusi Mental. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 4(2), 112-126. Tahun 2018.
Kementerian Kependidikan dan Kebudayaan. (2016). Kajian dan Pedoman Penguatan
Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Kependidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2017). Konsep dan Pedoman
Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2017). Konsep dan Pedoman
Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendikbud.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 3, No. 2, Desember 2023, page: 68-78
78
Taufik Irhan Ahadi et.al (Pendidikan Karakter Nasionalisme….)
Lexy J. Moleong. (2006). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muljana. (2008). Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. Jakarta: LKiS.
Musclich, M. (2011). Pendidikan Karkater: menjawab tantangan krisis multidimensional. Bumi
Aksara.
Raharjo “Pendidikan karakter sebagai upaya menciptakan akhlak mulia” dalam jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Kementrian pendidikan Nasional, Vol. 16
No. 3 Mei 2010.
Raharjo, S. B. Pendidikan Ka-rakter Sebagai Upaya Mencipta-kan Akhlak Mulia. Jurnal Pendi-
dikan dan Kebudayaan. 16(3). 229-238. Tahun 2010.
Raharjo, S. B. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 16(3), 229-238. Tahun 2010.
Riza Noer Arfani. Integritas Nasional dan Hak Azasi Manusia, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Vol 5 nomor 2 November 2001.
Rizal Mustansyir. Bhinneka Tunggal Ika dalam Perspektif Filsafat Analitik, Jurnal Fisafat,
fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Tahun 1995.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Suprayitno, A., & Wahyudi, W. (2020). Pendidikan Karakter di Era Milenial Deepublish.
Surono, Aris Kabul, Penanaman Karakter dan Rasa Nasionalisme pada Kegiatan Ekstrakulikuler
Pramuka di SMP N 4 Singorojo Kabupaten Kendal, 2017, Indonesia Journal of
Conservation Vol 6 (01).
Syarkawi. (2011). Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan
Sosial sebagai wujud Integrasi Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.
Taufik. Pendidikan Karakter di Sekolah: Pemahaman, Metode Penerapan, dan Peranan Tiga
Eleman. Jurnal Ilmu Pendidikan. 20(1), 59-65. Tahun 2014.
Tukiran, T. Pendidikan multicultural dan Nasionalisme Indonesia, Jurnal SOSIO-DIDAKTIKA:
Social Science Education Journal 1 (1): 29-30. P-ISSN: 2356 1386, E-ISSN: 2442-9430.
Tahun 2014.
Tukiran, T. Pendiidkan Multi-kulutural dan Nasionalisme Indo-nesia. Sosio-didaktika: Soscial
Science Education Journal, 1(1), 29-36.Tahun 2014.
https://penerbitdeepublish.com/manfaat-penelitian/
Udin Saripudin Winataputra & Sumanah Saripudin, Multikulturalisme-Bhinneka Tunggal Ika
dalam Prespektif Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pembangunan Karakter
Bangsa Indonesia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 075, tahun ke 14, November
2008.
Yuami, Muhammad. (2014). Pendidikan Karkter landasan, pilar&implementasi. Jakarta:
Prenadamedia Group.