AoSSaGCJ, Vol. 2, Issue 1, (2022) page 28-32
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
ISSN: xxxx-xxxx (Print) xxxx-xxxx (Online)
Journal Homepage: https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/AoSSaGCJ/index
28
10.47200/AoSSaGCJ.xxxxxx aossagcj@gmail.com
Akulturasi Budaya Lokal dan Agama dalam Grebeg
Apem di Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur
Desfanti Meliana Isti
,1
, Heri Kurnia
,2
,
a
b
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
1
desfantimelianaisti[email protected] ;
2
herikurnia321@gmail.com
*
Corresponding Author: desfantimelianai[email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 1 April 2022
Direvisi: 15 Mei 2022
Disetujui: 29 Mei 2022
Tersedia Daring: 1 Juni 2022
Grebeg Apem merupakan simbol hubungan antara leluhur, alam dan
sesama. Ini adalah pola ritual yang mengandung budaya lokal dan nilai-
nilai Islam. Maka tidak heran jika pelaksanaan Grebeg Apem masih
berkaitan dengan budaya lokal yang kemudian diasimilasi ke nilai-nilai
Islam oleh Wali Songo. Selain itu, penelitian ini akan menyelidiki
bagaimana hubungan antara Nyadran dan nilai-nilai agama.
Pendekatan penelitian kualitatif diterapkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Hasil ini menunjukkan hubungan yang sangat
kuat. Nilai agama dengan tradisi Grebeg Apem diantaranya adalah nilai
ibadah bertujuan untuk beribadah kepada Allah, kedua nilai muamalah
bertujuan agar masyarakat Islam dan yang lain tidak saling
membedakan, ketiga nilai silaturahmi bertujuan agar antar saudara
tidak terputus dan lebih rukun serta damai.
Kata Kunci:
Agama
Budaya
Tradisi
ABSTRACT
Keywords:
Religion
Culture
Tradition
Grebeg Apem is a symbol of the relationship between ancestors, nature
and each other. This is a ritual pattern that contains local culture and
Islamic values. So do not be surprised if the implementation of Grebeg
Apem is still related to local culture which is then assimilated into
Islamic values by Wali Songo. In addition, this study will explain how
the relationship between Nyadran and religious values. A qualitative
research approach was applied to answer research questions. These
results show a very strong relationship. Religious values with the
Grebeg Apem tradition include the value of worship aimed at
worshiping Allah, the second value of muamalah aims so that the
Islamic community and others do not differentiate between each other,
the third value of hospitality aims to keep brothers and sisters
unbroken and more harmonious and peaceful.
© 2022, Desfanti Meliana Isti, Heri Kurnia
This is an open access article under CC BY-SA license
How to Cite: Isti, D., & Kurnia, H. (2022). Akulturasi Budaya Lokal dan Agama Dalam Grebeg
Apem di Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Academy of Social Science
and Global Citizenship Journal, 2(1), 28-32.
https://doi.org/10.47200/aossagcj.v2i1.1850
1. Pendahuluan
Dalam Islam, agama merupakan sesuatu yang diwahyukan oleh Tuhan dan menjadi
petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan (Thoyibi, 2003). Ketika agama masuk ke
dalam budaya lokal, terjadi sebuah proses yang dikenal sebagai akulturasi agama dan budaya.
Proses ini melibatkan pengaruh dan interaksi antara elemen-elemen agama baru dengan
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 2, No. 1, Juni 2022, page: 28-32
29
budaya yang sudah ada dalam suatu masyarakat. Ketika agama baru diperkenalkan ke dalam
budaya lokal, unsur-unsur agama tersebut dapat merasuk ke dalam berbagai aspek kehidupan
sehari-hari, seperti tradisi, adat istiadat, sistem nilai, praktik spiritual, dan ekspresi seni.
Seiring berjalannya waktu, agama dan budaya lokal saling mempengaruhi dan terjadi
penyesuaian antara keduanya (Setiyani, 2021).
Proses akulturasi agama dan budaya dalam budaya lokal dapat menghasilkan tradisi
keagamaan yang khas. Misalnya, dalam tradisi keagamaan di Indonesia, agama Islam
mengalami akulturasi dengan budaya lokal, menciptakan tradisi seperti adat istiadat dalam
pernikahan, pertanian, dan upacara keagamaan lainnya yang menggabungkan unsur-unsur
Islam dengan budaya setempat (Wajdi, 2010). Hal ini memungkinkan masyarakat untuk
menjalankan keyakinan agama mereka dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya mereka.
Dalam beberapa kasus, agama baru yang masuk ke dalam budaya lokal juga dapat mengubah
atau menggeser tradisi dan nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya. Proses ini dapat
menimbulkan tantangan dalam menjaga keberlanjutan budaya lokal dan menghadirkan dilema
bagi masyarakat yang berusaha mempertahankan identitas budaya mereka sambil
memperkenalkan agama baru (Muslifah, 2016).
Akulturasi agama dan budaya dalam budaya lokal dapat menghasilkan tradisi keagamaan
yang unik dan kaya akan variasi. Dalam proses ini, penting untuk menghargai dan memahami
nilai-nilai budaya lokal serta menjaga harmoni antara unsur-unsur agama dan budaya,
sehingga tradisi yang muncul dapat menjadi wujud kesatuan yang harmonis antara agama dan
budaya dalam konteks masyarakat setempat (Vladimir, 1967). Akulturasi agama dan budaya
dalam tradisi melibatkan interaksi dan pengaruh timbal balik antara elemen-elemen agama dan
budaya yang berbeda, menghasilkan bentuk baru dari tradisi yang menggabungkan unsur-
unsur dari keduanya. Di Indonesia, Islam mengalami akulturasi dengan budaya lokal,
menciptakan tradisi adat istiadat yang menggabungkan unsur-unsur Islam dan budaya
setempat. Proses akulturasi agama dan budaya dalam tradisi dapat menghasilkan warisan yang
kaya dan beragam. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan tantangan dan konflik dalam hal
penyebaran agama, pelestarian budaya, dan identitas masyarakat. Oleh karena itu, penting
untuk menghormati dan memahami nilai-nilai serta keyakinan masyarakat dalam proses
akulturasi ini, sehingga tradisi yang dihasilkan dapat mencerminkan harmoni dan kesatuan
antara agama dan budaya.
Akulturasi budaya lokal dapat memiliki dampak yang kompleks pada identitas dan
keberlanjutan budaya. Di satu sisi, proses ini dapat memperkaya budaya lokal dengan adopsi
elemen baru yang membawa kemajuan dan keberagaman. Namun, di sisi lain, jika tidak
dikelola dengan bijaksana, akulturasi budaya juga dapat menyebabkan penggantian atau
penurunan nilai-nilai budaya asli, menghadirkan tantangan dalam menjaga keragaman dan
keunikan budaya lokal. Dalam penelitian ini akan dibahas lebih dalam mengenai bagaimana
bentuk akulturasi budaya lokal dan agama dalam tradisi Grebeg Apem di Kabupaten Jombang,
Jawa Timur.
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif
dan studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian kepustakaan adalah
serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan bagaimana bahan pustaka dikumpulkan,
bagaimana membaca dan mencatat, dan bagaimana bahan penelitian dikelola.
Data yang dikumpulkan dengan cara deskriptif ini direpresentasikan dalam kata-kata
bukan berupa angka. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan langkah reduksi data, penyajian data, validasi, dan penegasan kesimpulan.
Pengumpulan data dari berbagai sumber yang relevan seperti berbagai literatur yang ada,
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 2, No. 1, Juni 2022, page: 28-32
30
Isti, D., & Kurnia, H. (Akulturasi Budaya Lokal dan.)
buku, website, jurnal dan dokumen terkait lainnya yang dapat mendukung semua data yang
diperlukan untuk penelitian ini.
3. Hasil dan Pembahasan
Untuk Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang hidup dalam lingkup
budayanya masing-masing. Budaya yang beraneka ragam ini menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat majemuk. Setiap masyarakat pasti menciptakan kebudayaan
mereka yang khas. Berdasarkan pada proses kemunculan tradisi Grebeg Apem menunjukkan
bahwa sebenarnya Grebeg Apem adalah ritual yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan
suci Ramadhan. Masyarakat Kabupaten Jombang sangat menjunjung tinggi tradisi ini,
terbukti setiap tahun tradisi ini tak pernah absen dari perayaan masyarakat (Abidin, 2009).
Clifford Geertz menegaskan bahwa kegiatan budaya manusia merupakan hal yang luar
biasa dan sangat khas. Grebeg Apem berupa arak-arakan gunungan kue apem ini memiliki
makna filosofis. Kue apem mempunyai filosofi yang harus selalu menjadi pegangan warga
kota santri. Apem diambil dari bahasa arab, “afwan”, artinya meminta pengampunan dari
Allah SWT. Selain itu, tradisi ini juga sebagai peringatan untuk saling memaafkan antar
sesama manusia untuk menyambut bulan suci Ramadhan, bulan penuh rahmat dan ampunan.
Tradisi Grebeg Apem ini menunjukkan adanya akulturasi dalam tradisi keagamaan, di
mana elemen-elemen budaya dari berbagai sumber atau agama yang berbeda berinteraksi dan
berdampingan dalam praktik keagamaan. Hal ini terjadi ketika agama-agama yang berbeda
atau keyakinan spiritual bertemu dan saling berpengaruh dalam konteks tradisi keagamaan
tertentu. Dalam konteks tradisi Grebeg Apem ini terjadi percampuran antara budaya Jawa
dengan agama Islam. Masyarakat mengadopsi nilai dari keduanya untuk menciptakan suatu
tradisi yang mereka hidupi di ruang sosial.
Akulturasi budaya lokal merujuk pada proses di mana unsur-unsur budaya lokal suatu
masyarakat berinteraksi dengan pengaruh budaya luar yang datang dari luar wilayah tersebut.
Hal ini dapat terjadi ketika budaya luar masuk ke dalam suatu komunitas lokal melalui
berbagai jalur seperti perdagangan, migrasi, kolonialisasi, atau perkawinan antarbudaya.
Proses akulturasi budaya lokal melibatkan adopsi, adaptasi, dan penggabungan unsur-unsur
budaya baru ke dalam budaya lokal yang telah ada. Unsur-unsur budaya baru tersebut dapat
berupa bahasa, makanan, pakaian, musik, seni, agama, sistem nilai, teknologi, dan tradisi
sosial lainnya. Proses ini berdampak pada perubahan dan evolusi budaya lokal, menghasilkan
budaya yang lebih kompleks dan multidimensi. Proses akulturasi budaya lokal juga dapat
terlihat dalam interaksi antara budaya asli dengan budaya global yang lebih luas (Roszi, 2018).
Dalam proses akulturasi dalam tradisi keagamaan, unsur-unsur agama seperti ritual, doa,
ibadah, praktik spiritual, dan doktrin keagamaan dapat dipengaruhi oleh budaya lokal atau
agama-agama lain yang ada dalam suatu komunitas. Interaksi ini dapat menghasilkan bentuk
baru dari tradisi keagamaan yang menggabungkan unsur-unsur dari berbagai sumber. Proses
akulturasi dalam tradisi keagamaan dapat memberikan kekayaan dan variasi dalam praktik
keagamaan. Namun, proses ini juga dapat menimbulkan tantangan dan konflik dalam hal
penafsiran dan penyesuaian keyakinan keagamaan. Pertentangan nilai-nilai atau konflik
interpretasi sering kali muncul ketika unsur-unsur budaya atau agama baru bertentangan
dengan praktik yang sudah mapan atau keyakinan yang sudah ada dalam tradisi keagamaan
lokal (Muhammad, 2020).
Perlu dicatat bahwa akulturasi agama dan budaya dalam budaya lokal tidak selalu berarti
penggantian budaya asli dengan budaya agama baru. Dalam beberapa kasus, budaya lokal
mampu menyerap dan mengintegrasikan elemen-elemen agama baru ke dalam praktik dan
tradisi mereka, sambil mempertahankan identitas budaya yang unik. Penting untuk melihat
akulturasi agama dan budaya dalam budaya lokal sebagai sebuah proses dinamis yang
melibatkan dialog, negosiasi, dan transformasi. Proses ini membutuhkan penghormatan
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 2, No. 1, Juni 2022, page: 28-32
31
terhadap nilai-nilai dan keyakinan masyarakat, serta kesadaran akan pentingnya menjaga
keseimbangan antara agama dan budaya dalam menjaga keberagaman dan warisan budaya
yang berharga (Luthfi, 2021)..
Untuk menjaga keseimbangan dan harmoni dalam akulturasi dalam tradisi keagamaan,
penting untuk membangun dialog saling pengertian dan menghormati nilai-nilai budaya dan
keyakinan agama yang ada. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk merayakan dan
mempraktikkan tradisi keagamaan dengan mempertimbangkan dan menghormati warisan
budaya mereka, sambil terbuka terhadap pengaruh dan perubahan yang mungkin terjadi dalam
proses akulturasi.
4. Kesimpulan
Grebeg Apem sebagai kegiatan ritual merupakan tradisi atau praktik budaya Jawa yang
memadukan budaya Jawa dengan pengaruh Islam. Masyarakat percaya bahwa dengan
diadakan Grebeg Apem ini mereka mendapatkan ampunan dari Allah dan saling memaafkan
sesama manusia. Terdapat beberapa nilai agama dalam tradisi Grebeg Apem yaitu nilai ibadah
bertujuan untuk beribadah kepada Allah, kedua nilai muamalah bertujuan agar masyarakat
Islam dan yang lain saling memaafkan, ketiga nilai silaturahmi bertujuan agar antar saudara
tidak terputus dan lebih rukun serta damai. Dengan demikian diharapkan kehidupan
masyarakat di Kabupaten Jombang dapat lebih damai dan harmonis.
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak terkait yang telah berkontribusi
banyak dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Terkhususucapan terimakasih, saya
sampaikan kepada orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil sehingga saya dapat menyelesaikanpenulisan karya ilmiah ini dengan baik. Selain itu,
ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Bapak Heri Kurnia, S.Pd., M.Pd.
yangmerupakan Dosen pengampuh mata kuliahPenulisan Karya Ilmiah dan seklaigus menjadi
Dosen Pembimbing dalam menyelesaikan karya ilmiah ini hingga ke tahap publish.
6. Daftar Pustaka
Abidin, M. Zainal. “Islam Dan Tradisi Lokal Dalam Perspektif Multikulturalisme.” Millah 8,
no. 2 (2009): 297309. https://doi.org/10.20885/millah.vol8.iss2.art6.
Bukhari. “Akulturasi Adat Dan Agama Islam Di Minangkabau.” Al-Munir I, no. 1 (2009):
4963.
Dr. Vladimir, Vega Falcon. Akulturasi Budaya Jawa Dan Budaya Islam.” Gastronomía
Ecuatoriana y Turismo Local. 1, no. 69 (1967): 524.
Kodiron. “Akulturasi Sebagai Mekanisme Perubahan Kebudayaan.” Humaniora 1, no. 8
(1998): 8791.
Luthfi, Khabibi Muhammad. Islam Nusantara: Relasi Islam Dan Budaya Lokal.” SHAHIH:
Journal of Islamicate Multidisciplinary 1, no. 1 (2016): 112.
https://doi.org/10.22515/shahih.v1i1.53.
Muhammad, Muhammad. “Hubungan Agama Dan Budaya Pada Masyarakat Gampong
Keurumbok Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.” Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu
Ushuluddin 22, no. 2 (2020): 85. https://doi.org/10.22373/substantia.v22i2.7769.
Muslifah, Siti. “Akulturasi Budaya Timur Tengah Ke Indonesia Dan Pengaruhnya Dalam
Kesusastraan (Studi Kasus Pada Serat Centhini).” Jurnal CMES VI, no. 1 (2013): 103
11. https://jurnal.uns.ac.id/cmes/article/view/11696/10350.
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 2, No. 1, Juni 2022, page: 28-32
32
Isti, D., & Kurnia, H. (Akulturasi Budaya Lokal dan.)
Roszi, Jurna, and Mutia Mutia. “Akulturasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Dan Keagamaan Dan
Pengaruhnya Terhadap Perilaku-Perilaku Sosial. FOKUS Jurnal Kajian Keislaman
Dan Kemasyarakatan 3, no. 2 (2018): 171. https://doi.org/10.29240/jf.v3i2.667.
Setiyani, Wiwik, Zakkiyatul Fikriyah, and Nasruddin Nasruddin. Akulturasi Islam Dan
Tradisi Lokal Kosek Ponjen Pada Upacara Pernikahan Masyarakat Osing.” Religious:
Jurnal Studi Agama-Agama Dan Lintas Budaya 5, no. 2 (2021): 21728.
https://doi.org/10.15575/rjsalb.v5i2.11116.
Thoyibi, Muhammad. 2003. Sinergi Agama dan Budaya Lokal: Dialektika Muhammadiyah
dan Seni Lokal. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Wajdi, Nizarudin B. “Nyadranan, Bentuk Akulturasi Islam Dengan Budaya Jawa (Fenomena
Sosial Keagamaan Nyadranan Di Daerah Baron Kabupaten Nganjuk).” Lentera, 2010,
12330. http://www.ejournal.staimnglawak.ac.id/index.php/educatio/article/view/26.
Wekke, Ismail Suardi. “ISLAM DAN ADAT : TINJAUAN AKULTURASI BUDAYA DAN
AGAMA Dalam Masyarakat Bugis.” Analisis XIII, no. 1 (2013): 2756.
https://doi.org/10.24042/ajsk.v13i1.641.
Wekke, Ismail Suardi. “Islam Dan Adat : Tinjauan Akulturasi Budaya Dan Agama Bugis.”
Analisis 13, no. 1 (2013): 2756.
.