3. Hasil dan Pembahasan
Strategi pendidikan Islam di Indonesia menghadapi globalisasi harus mempertimbangkan
beberapa aspek penting. Pertama, penting untuk memperkuat pendidikan agama dan nilai-
nilai Islam. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kurikulum pendidikan Islam,
meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran agama Islam, serta memperkuat nilai-
nilai Islam dalam kehidupan siswa (Arifin, Z, 2016).
Selanjutnya, integrasi pendidikan Islam dengan pendidikan umum juga penting dalam
menghadapi globalisasi. Dalam konteks ini, pendidikan Islam perlu diintegrasikan ke dalam
mata pelajaran yang tidak terkait langsung dengan agama, seperti sains, bahasa, seni, dan
lain-lain. Tujuannya adalah agar siswa dapat melihat relevansi nilai-nilai Islam dalam
berbagai aspek kehidupan.
Pemanfaatan teknologi dan media juga merupakan strategi yang efektif dalam
menghadapi globalisasi. Pendekatan ini dapat melibatkan penggunaan platform pembelajaran
online, aplikasi pendidikan, dan sumber daya digital lainnya yang relevan dengan konteks
pendidikan Islam. Penggunaan teknologi dan media dapat memperluas akses siswa terhadap
informasi dan memungkinkan pembelajaran yang lebih interaktif (Hamalik, Oemar, 2017).
Selain itu, penting untuk meningkatkan kualitas guru dalam pendidikan Islam. Guru yang
berkualitas akan mampu menghadapi tantangan globalisasi dan mengajarkan nilai-nilai Islam
dengan metode pengajaran yang inovatif. Pelatihan dan pengembangan profesional
berkelanjutan bagi guru pendidikan Islam harus didorong (Muslich, M, 2015). Kemudian
keterlibatan orang tua dan masyarakat juga menjadi bagian penting dari strategi pendidikan
Islam. Orang tua perlu dilibatkan dalam pendidikan agama anak-anak mereka di rumah,
sedangkan masyarakat perlu memberikan dukungan yang kondusif untuk pendidikan Islam.
Dalam konteks ini, partisipasi aktif dari orang tua dan masyarakat dapat memberikan
lingkungan yang mendukung perkembangan pendidikan Islam.
Menghadapi tantangan globalisasi seperti yang dikemukakan di atas, pendidikan Islam
perlu melakukan langkah-langkah strategis dengan membenahi beberapa persoalan internal.
Persoalan internal yang dimaksud adalah: (1) persoalan dikotomi pendidikan; (2) tujuan dan
fungsi lembaga pendidikan Islam; (3) persoalan kurikulum atau materi. Ketiga persoalan
tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain.
1. Menyelesaikan persoalan dikotomi
Persoalan dikotomi ilmu agama dan ilmu umum melahirkan dualisme pendidikan, yaitu
pendidikan Islam dan pendidikan umum. Dikotomi dan dualisme merupakan persoalan lama
yang belum terselesaikan sampai sekarang. Seiring dengan itu berbagai istilah pun muncul
untuk membenarkan pandangan dikotomis tersebut. Misalnya, adanya fakultas umum dan
fakultas agama, sekolah umum dan sekolah agama. Dikotomi itu menghasilkan kesan bahwa
pendidikan agama berjalan tanpa dukungan ipteks, dan sebaliknya pendidikan umum hadir
tanpa sentuhan agama.
Pendidikan Islam harus menuju pada integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum.
(Rahman, Fazlur, 1995) menawarkan satu pendekatan untuk menyelesaikan persoalan
dikotomi pendidikan yaitu dengan menerima pendidikan sekuler modern sebagaimana yang
berkembang di dunia Barat dan mencoba untuk mengisinya dengan konsep-konsep kunci
tertentu dari Islam.
(Maarif, Ahmad Syafii, 2006) mengatakan bila konsep dualisme dikotomik berhasil
diselesaikan, maka dalam jangka panjang sistem pendidikan Islam akan berubah secara