AoSSaGCJ, Vol. 1, Issue 1, (2021) page 40-61
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
ISSN: xxxx-xxxx (Print) xxxx-xxxx (Online)
Journal Homepage: https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/AoSSaGCJ/index
40
10.47200/AoSSaGCJ. v1i1.1624 aossagcj@gmail.com
Peran Keluarga dalam Mendorong Kualitas
Pembelajaran di Sekolah menurut konsep Ki Hadjar
Dewantara dan Romo Mangun
La Alidono A.,
a,1*
, Intan Kusumawati
b,2
a,b
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Gambiran, Umbulhrajo, Kota Yogyakarta, Kode Pos 55161
Email: alidonoanantola@gmail.com
*
Corresponding Author
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 24 Januari 2021
Direvisi: 20 Maret 2021
Disetujui: 18 Mei 2021
Tersedia Daring: 1 Juni 2021
Adapun latar belekang penelitian ini adalah sebuah penelitian yang
mencoba menggali peran keluarga dalam mendorong kualitas
pembelajaran di sekolah menurut konsep Ki Hadjar Deawantara dan
Romo Mangun. Dua gagasan tokoh pendidikan yang cobah
diketengahkan dalam karya sederhana ini diakui mampu menjawab
tantangan pelaksanaan pendidikan kekinian yang dinilai masih jauh
dari harapan masyarakat. Dimana pelaksanaan pendidikan masih
dijalankan secara mekanik yang terbukti menjauhkan siswa dari
kebudayaanya dan pengelolaan pendidikan yang dijalankan dengan
prinsip profit oriented (mencari keuntungan). Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan
(library research). Adapun tekhnik pengumpulan data dalam penelitian
ini yakni perpustakaan melalui sumber-sumber tertulis seperti buku,
jurnal, laporan penelitian, dan sumber dari internet. Sedangkan tehnik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni analisis
deskriptif. Hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut : Pertama, Ki
Hadjar Dewantara, gagasan pemikiran pendidikanya berorientasi pada
asas kemandirian manusia, peserta didik diberi kebebasan dalam
mengenali kebudayaanya, dan prinsip kebersamaan. Kedua, Romo
Mangun, menekankan pentingnya pendidikan berorientasi pada
menghumaniskan pelaksanaan pendidikan dengan konsep Dinamika
Edukasi Dasarnya (DED) dan membekali masyarakat kecil dan
kelompok lemah untuk mengenali haknya dalam pendidikan. Ketiga,
Relevansi gagasan pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Romo Mangun
terhadap pelaksanaan pendidikan saat ini, yakni bahwa pengelolaan
pendidikan saat ini berjalan tanpa orientasi yang jelas dan cenderung
bersifat profit oriented tanpa memperhatikan out put yang jelas.
Akibatnya, out put pendidikan tidak bisa menjawab kebutuhan peserta
didik dan relatif menjauhkan siswa dengan kebudayaanya serta
pendidikan dapat mengeksploitasi peserta didiknya. Karena itu,
penting konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Romo Mangun
untuk diterapkan kembali guna mengatasi problem pendidikan saat ini.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Desain
kebijakan pendidikan sebelum diberlakukan harus melewati tahap
sosialisasi dengan orang tua peserta didik atau masyarakat sehingga
masyarakat lebih-lebih orang tua peserta didik bisa memahami maksud
dan tujuan kebijakan tersebut, (2) Pengelolaan pembelajaran
semaksimal mungkin harus melibatkan orang tua peserta didik seperti
penentuan keputusan strategis yang berkaitan dengan masa depan
peserta didik, (3) Pelaksanaan pembelajaran di sekolah hendaknya
bebas dari praktik diskriminatif dan bentuk-bentuk ketidak adilan,
menjauhkan siswa dengan lingkunganya, (4) Kerja sama antara
manajemen sekolah dengan orang tua peserta didik harus terus
ditingkatkan agar terjadi sinergi antara sekolah dengan orang tua
Kata Kunci:
Keluarga
Ki Hadjar Dewantara
Pembelajaran
Romo Mangun
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 1, No. 1, Juni 2021, page: 40-61
41
A., L. A., & Kusumawati, I. (Peran Keluarga dalam Mendorong Kualitas.)
peserta didik dalam meningkatkan tumbuh kembang peserta didik baik
dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
ABSTRACT
Keywords:
Family
Ki Hadjar Dewantara
Learning
Romo Mangun
The background of this research is a study that tries to explore the role
of the family in encouraging the quality of learning in schools according
to the concept of Ki Hadjar Deawantara and Romo Mangun. The two
ideas of educational figures that are presented in this simple work are
recognized as being able to answer the challenges of implementing
contemporary education which is considered to be far from the
expectations of the community. Where the implementation of
education is still carried out mechanically which is proven to distance
students from their culture and the management of education is carried
out with the principle of profit oriented (seeking profit). The type of
research used in this study uses a library research approach . The data
collection technique in this study is a library through written sources
such as books, journals, research reports, and sources from the
internet. Meanwhile, the data analysis technique used in this study is
descriptive analysis. The results of this study include the following:
First, Ki Hadjar Dewantara, the idea of educational thinking is oriented
towards the principle of human independence, students Given freedom
in recognizing its culture, and the principle of togetherness. Second,
Romo Mangun, emphasized the importance of education oriented
towards humanizing the implementation of education with the concept
of Basic Education Dynamics (BED) and equipping small communities
and groups weak to recognize his right in education. Third, the
relevance of the educational ideas of Ki Hadjar Dewantara and Romo
Mangun to the current implementation of education, namely that the
current management of education runs without clear orientation and
tends to be profit oriented without regard to clear out puts. As a result,
out put education cannot answer the needs of learners and relatively
distances students from their culture and education can exploit its
learners. Therefore , it is important that the educational concept of Ki
Hadjar Dewantara and Romo Mangun be reapplied to overcome
current educational problems. The suggestions in this study are as
follows : (1) The design of education policies before they are
implemented must pass the socialization stage with the parents of
students or the community so that the community moreover, parents of
students can understand the purpose and objectives of the policy, (2)
The management of learning as much as possible must involve the
parents of students such as determining the determination of strategic
decisions relating to the future of learners, (3) The implementation of
learning in schools should be free from discriminatory practices and
forms of injustice , distancing students from their environment, (4)
Cooperation between school management and parents of students
must continue to be improved so that there is synergy between schools
with parents of students in improving the growth and development of
students both in the school environment and outside the school.
© 2021, A., L. A., & Kusumawati, I.
This is an open access article under CC BY-SA license
AoSSaGCJ, Vol. 1, Issue 1, (2021) page 40-61
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
ISSN: xxxx-xxxx (Print) xxxx-xxxx (Online)
Journal Homepage: https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/AoSSaGCJ/index
42
10.47200/AoSSaGCJ. v1i1.1624 aossagcj@gmail.com
1. Pendahuluan
Pada era milenial pendidikan menjadi wacana yang menarik bagi masyarakat, terutama
ketika isu pendidikan diangkat sebagai wacana publik.Berbeda dengan masyarakat tradisional,
pendidikan informal dan nonformal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan. Pendidikan didalam bentuknya yang sederhana, merupakan bagian dari struktur
kehidupan masyarakat. Bentuk sederhana kecendrungan masyarakat yang menempatkan
pendidikan sebagai unsur vital dalam aktivitas keseharianya, yakni apa yang berhasil di
populerkan oleh Sosiolog Prancis Pierre Bourdieu. Melalui aktivitas akademiknya, berhasil
menemukan thesa bahwa pendidikan sebagai unsur vital dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa haruslah mampu menjadi kekuatan perubah atau alat transformasi sosial serta
transmisi kebudayaan (H.A. R. Tilaar & Riant Nugroho 2012:2).
Cikal bakal pelaksanaan pendidikan sebagai transmisi kebudayaan ini dalam konteks
Indonesia telah dijalankan diseluruh pelosok Nusantara terutama pada masa pra
kemerdekaan seperti gerakan yang dipelopori oleh Ki Hadjar Dewantara dan Romo Mangun
serta tokoh-tokoh lain. Upaya sederhana yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara (2004:12)
ketika itu, yakni mengembalikan fungsi kemerdekaan individu dan keluarga dalam mengikuti
pendidikan. Sebab pola pelaksanaan pendidikan dimasa kolonial terbukti menghilangkan
hak masyarakat atas pendidikan, yang akibatnya menjadikan generasi Indonesia ketika itu
menjadi generasi yang terbelakang, bodoh, rendah hati, dan menjadi Bangsa kuli (H.A. R.
Tilaar & Riant Nugroho 2012:48). Sebagai bentuk perlawanan atas tatanan sistem yang
memperdaya yang ditanamkan kekuasaan Kolonial dalam bentuk pembatasan masyarakat
untuk mengikuti pendidikan, maka Ki Hadjar Dewantara tampil sebagai antagonis atas sistem
picik yang memperdaya tersebut (H.A. R. Tilaar & Riant Nugroho 2012:49).
Sebagai politikus sekaligus Nasionalis Ki Hadjar Dewantara dengan gigih
mempropagandakan perjuangan kemerdekaan yang tidak hanya mengarah pada jalur politik
atau aspek fisik (peperangan) tetapi juga melalui perubahan tingkah laku dan watak
manusia Indonesia untuk berdiri sendiri. Yang kemudia isi propaganda ini menjadi semacam
roh Taman Siswa sebagai salah satu lembaga pendidikan formal inklusif yang mempasilitasi
peserta didik asal pribumi untuk mengikuti pendidikan. Asas-asas Taman Siswa tersebut
tidak terlepas dari lingkungan pada waktu itu, yaitu lingkungan kekuasaan Kolonial yang
begitu kuat selama lebih dari 350 tahun yang telah membuat generasi bangsa menjadi generasi
yang kerdil, takut, tidak percaya diri, dan bodo (H.A. R. Tilaar & Riant Nugroho 2012:49).
Kepiawaian Ki Hadjar Dewantara dalam propagandanya ini, dapat dilihat dari kemampuanya
mengawinkan dua disiplin ilmu antara ilmu politik (political science) dengan ilmu pendidikan
(pedagogik). Suatu gagasan inovatif yang sangat jenius yang hanya dapat kita lihat dalam
perkembangan pedagogik modern abad XXI. Diketahui pada abad ini, terjadi
perkembangan ilmu pendidikan modern yang melihat bahwa ilmu pendidikan tidak terlepas
dari ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial yang lain, bahkan dengan ilmu-ilmu manusia (human
sciences) seperti ilmu biologi dalam hal ini neuroscience. Paling tidak terdapat tiga asas yang
merupakan roh dari Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan pembebasan masyarakat dari
kungkungan sistem kolonial, yakni : pertama, asas kemandirian manusia, Kedua, asas
sistem among yang merupakan habitus dari perkembangan prinsip kemandirian tersebut,
Ketiga, habitus budaya termasuk lingkungan alamiah dimana terjadi perwujudan kemandirian
dan sistem among tersebut (Sajoga 1922:65).
Asas kemandirian, merupakan doktrin bahwa manusia memiliki kemampuan untuk
berdiri sendiri dan mampu melindungi eksistensinya. Yang hal ini dalam bahasa belanda
dikenal dengan istilah sereh but the seking rehet, yang artinya asas untuk mengatur diri sendiri,
bertanggung jawab atas keberdayaan diri sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. Hal ini
Academy of Social Science and Global Citizenship Journal
Vol. 1, No. 1, Juni 2021, page: 40-61
43
A., L. A., & Kusumawati, I. (Peran Keluarga dalam Mendorong Kualitas.)
juga mengimplikasikan bahwa seseorang tidak mempunyai hak untuk merampas kemandirian
orang lain (H.A. R. Tilaar & Riant Nugroho 2012:50). Artinya, bahwa hak untuk menjadi diri
sendiri inilah merupakan perwujudan identitas seseorang. Sedangkan sistem among
merupakan prinsip yang mengajarkan bahwa kemandirian didalam proses pendidikan
dikembangkan dengan sistem among. Among dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan
pendidikan yang berkaitan dengan hakikat manusia yang tidak berdaya ketika dilahirkan.
Namun demikian ketidak berdayaan manusia merupaka suatu proses yang tertuju pada
kemandiria. Dengan demikian sistem <